Anda di halaman 1dari 29

PELAKSANAAN TUGAS DAN FUNGSI

INSPEKTORAT KABUPATEN

OLEH

NAMA : RAMSES SILABAN


NIP ;196301081983031001
2015
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat yang diberikan-Nya
sehingga tugas Makalah yang berjudul dalam pengembangan Sumber Daya Manusia di bidang

Pengawasan dengan mengangkat topik ” Pelaksanaan Tugas dan fungsi Inspektorat“

ini dapat saya selesaikan. Makalah ini saya buat sebagai salah satu syarat untuk mengikuti
Pengisisan Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama secara Terbuka di Lingkungan Pemerintahan
Kabupaten Tapanuli Utara sesuai dengan Undang –undang nomor 5 tahun 2014 tentang
Apratur Sipil Negara fit and proper test bagi Pejabat / calon Pejabat Struktural Eselon II.b di
Lingkungan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara 2015.

Dalam kesempatan ini, penulis menghaturkan terimakasih yang dalam kepada semua pihak yang
telah membantu menyumbangkan ide dan pikiran mereka demi terwujudnya makalah ini.
Akhirnya saran dan kritik pembaca yang dimaksud untuk mewujudkan kesempurnaan makalah
ini penulis sangat hargai.
Tarutung, Desember 2015

Penulis

RAMSES SILABAN, SH
NIP.196301081983031001
DAFTAR ISI

Daftar Isi
I PENDAHULUAN
11.      LATAR BELAKANG........................................................................................1
12.      RUMUSAN MASALAH....................................................................................5
13.      TUJUAN.............................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Tinjauan tentang Peran........................................................................................6
2.2. Tinjauan tentang Pemerintah..............................................................................7
2.3.  Tinjauan tentang Pemerintah..............................................................................7
2.4. ...............................................................................8

2.5. Tinjauan tentang...........................................................................................9

BAB III PENUTUP


A.      Kesimpulan...........................................................................................................24
B.      Saran danSolusi....................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................25
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Yang melatar belakangi penulis untuk menyusun makalah ini adalah pengumuman panitia
seleksi . NOMOR : 02/PANSEL-JPTP/TAPUT/2015 tanggal 12 November 2015 tentang
seleksi Pengisisan Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama secara Terbuka di Lingkungan
Pemerintahan Kabupaten Tapanuli Utara sesuai dengan Undang –undang nomor 5 tahun
2014 tentang Apratur SipilNegara fit and proper test bagi Pejabat / calon Pejabat
Struktural Eselon II.b di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara 2015.
2. Dengan latar belakang itulah maka penulis yang saat ini menjabat sebagai Sekretaris pada
Dinas Pariwisata Kabupaten Tapanuli Utara ingin lebih mengembangkan tugas yang di
percayakan saat ini kepada saya.

3. Setelah mempedomani ketentuan penulisan makalah yang di berikan oleh panitia maka
penulis memilih judul makalah ini sebagai berikut”Pelaksanaan tugas dan fungsi
inspektorat kabupaten Kabupaten”.

Otonomi Daerah sebagai implementasi pemberlakuan UU No.23 Tahun 2014 tentang


Pemerintahan Daerah telah membawa banyak perubahan khususnya dalam paradigma
pengelolaan daerah. Salah satu perubahan itu adalah pemberian wewenang yang lebih luas dalam
penyelenggaraan beberapa bidang pemerintahan. Sebagaimana dikemukakan (Hoessein,
2001) :“Otonomi daerah merupakan wewenang untuk mengatur urusan pemerintahan yang
bersifat lokalitas menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat. Dengan demikian
desentralisasi sebenarnya menjelmakan otonomi masyarakat setempat untuk memecahkan
berbagai masalah dan pemberian layanan yang bersifat lokalitas demi kesejahteraan masyarakat
yang bersangkutan. Desentralisasi dapat pula disebut otonomisasi, otonomi daerah diberikan
kepada masyarakat dan bukan kepada daerah atau pemerintah daerah”.

Jika ditinjau dari aspek sosial, terdapat ragam masalah yang kemudian sering terabaikan
dari kacamata kebijakan pemerintah daerah seperti kurangnya upaya yang serius untuk
mengurangi pengaruh sosial yang mengungkung masyarakat dalam kondisi kemiskinan
struktural apalagi jika lebih diperparah dengan kurangnya akses masyarakat untuk memeperoleh
pengetahuan dan keterampian serta informasi yang digunakan untuk kemajuan masyarakat
ditambah dengan kurangnya berkembangnya kelembagaan masyarakat dan organisasi sosial
yang merupakan sarana untuk melakukan interaksi serta memperkuat ketahanan dan
perlindungan bagi masyarakat.

Pengawasan pada hakekatnya merupakan fungsi yang melekat pada seorang leader atau
top manajemen dalam setiap organisasi, sejalan dengan fungs-fungsii dasar manajemen lainnya
yaitu perencanaan dan pelaksanaan.

Demikian halnya dalam organisasi pemerintah, fungsi pengawasan merupakan tugas dan
tanggung jawab seorang kepala pemerintahan, seperti di lingkup pemerintah provinsi merupakan
tugas dan tanggung jawab gubernur sedangkan di pemerintah kabupaten dan kota merupakan
tugas dan tanggung jawab bupati.

Namun karena katerbatasan kemampuan seseorang, mengikuti prinsip-prinsip organisasi,


maka tugas dan tanggung jawab pimpinan tersebut diserahkan kepada pembantunya yang
mengikuti alur distribution of power sebagaimana yang diajarkan dalam teori-teori organisasi
modern.Strategi Pembangunan Indonesia yang diarahkan untuk membangun Indonesia disegala
bidang yang merupakan perwujudan dari amanat yang tertera jelas dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945 terutama dalam pemenuhan hak dasar rakyat dan penciptaan landasan
pembangunan yang kokoh.

Penyelenggaraan pembangunan nasional merupakan suatu proses yang memerlukan


perencanaan dan pelaksanaan yang matang. Salah satu aspek yang sangat penting dan menunjang
adalah kualitas sumber daya manusia suatu bangsa.

Keberhasilan penyelenggaraan pembangunan sangat bergantung pada kemampuan


manusia pelaksananya. Sebab apapun yang dimiliki oleh suatu bangsa; kekayaan alam, sosial,
budaya, dan lain-lain tidak akan berarti bila tidak di tangani oleh manusia-manusia berkualitas.
Baik itu berkualitas dari segi moral intelektual maupun dari segi mental spiritual.

Sumber daya manusia yang berkualitas adalah yang bisa tetap bertahan dari iklim
persaingan yang sangat ketat dewasa ini.Kelancaran pembangunan pemerintahan dan
pelaksanaan pembangunan tergantung dari kesempurnaan aparatur pemerintah yang pada
pokoknya tergantung pula pada kesempurnaan pegawai negeri sipil (PNS).

Dalam usaha mencapai tujuan nasional di perlukan adanya PNS sebagai unsur aparatur
pemerintah dan abdi masyarakat yang penuh kesetian dan ketaatan kepada pancasila, UUD 1945,
negara dan pemerintah, berdaya guna dan sadar akan tanggung jawab dalam menyelenggarakan
tugasnya.

Guna lebih mengembangkan peran ini, pembangunan aparatur pemerintah diarahkan


untuk meningkatkan kualitas aparatur agar lebih bersikap arief dan bijaksana serta berdedikasi
yang tinggi terhadap pengabdian, sehingga dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat
secara optimal sesuai tuntutan perkembangan zaman yang berlangsung selama ini.

Oleh karena itu, maka urusan penyelenggaraan pemerintahan yang hampir semuanya
dilaksanakan melalui pusat sudah mulai didistribusikan kepada daerah berdasarkan kewenangan
daerah yang diatur dalam undang-undang, hal ini mengingat volume dan aneka ragam urusan
pemerintahan dan pembangunan yang diselenggarakan di daerah sedemikian kompleksnya serta
memerlukan penyelesain yang cepat dan tepat, diperlukan adanya pengawasan yang intensif. Hal
ini dimaksudkan guna menjamin terselenggaranya urusan pemerintahan dan pembangunan dalam
kerjasama yang serasi antara pemerintah daerah dengan pemerintah tingkat atasnya.

Pengawasan erat sekali kaitannya dengan perencanaan, yang artinya harus ada sesuatu
obyek yang diawasi, jadi pengawasan hanya akan berjalan kalau ada rencana program/kegiatan
untuk diawasi. Rencana digunakan sebagai standar untuk mengawasi, sehingga tanpa rencana
hanya sekedar meraba-raba. Apabila rencana telah ditetapkan dengan tepat dan memulai
pengawasannya begitu rencana dilaksanakan, maka tidak ada hal yang menyimpang.Maksud
pengawasan itu dalam rumusan yang sederhana adalah untuk memahami dan menemukan apa
yang salah demi perbaikan di masa mendatang.

Hal itu sebetulnya sudah disadari oleh semua pihak baik yang mengawasi maupun pihak
yang diawasi termasuk masyarakat awam. Sedangkan tujuan pengawasan itu adalah untuk
meningkatkan pendayagunaan aparatur negara dalam melaksanakan tugas-tugas umum
pemerintahan dan pembangunan menuju terwujudnya pemerintahan yang baik dan bersih (good
and clean government).

Pada umumnya pengawasan terdiri dari 3 (tiga) langkah yaitu:

1. menentukan standar,
2. mengukur hasil atas dasar standard
3. mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan.

Standar pengukuran yang dipakai biasanya sudah ditentukan oleh penanggung jawab
program/kegiatan, yang selanjutnya pengawas mengukur hasil-hasilnya dengan mengacu kepada
standar tersebut. Hasil pengukurannya sebagai dasar untuk apakah pelaksanaan kegiatan telah
diselenggarakan secara efisien, efektif, ekonomis dan tertib aturan. Pengawasan akan sia-sia
tanpa tindakan perbaikan, apabila dalam pengukuran hasil ditemukan keadaan tidak sesuai
standar yang direncanakan, maka pengawas harus menganjurkan tindakan perbaikan.
Mengetahui adanya ketidakberesan, maka pengawas berkewajiban melaporkannya kepada pihak
yang berwenang.

Oleh karena itu dengan pelaksanaan pembentukan kualitas aparatur pemerintahan, maka
ditunjuklah inspektorat selaku badan pengasawan internal pemerintah kabupaten/kota, yang
berfungsi untuk mengawasi kinerja pemerintah, pada kegiatan pembangunan, kegiatan
kepegawaian, dan pelayanan pada masyarakat. Agar tercipta pemerintahan yang baik (Good
Governance), dan bersih di daerah.

Berdasarkan PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 64 TAHUN 2007


TENTANG PEDOMAN TEKNIS ORGANISASI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT
PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA ,

Bagian Pertama Kedudukan

Pasal 2 ,2
Inspektorat kabupaten/kota berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada
bupati/walikota dan secara teknis administratif mendapat pembinaan dari sekretaris daerah
kabupaten/kota. Bagian Kedua Tugas dan Fungsi

Pasal 3,2

Inspektorat kabupten/kota mempunyai tugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan


urusan pemerintahan di daerah kabupaten/kota, pelaksanaan pembinaan atas penyelenggaraan
pemerintahan desa dan pelaksanaan urusan pemerintahan desa,

Inspektorat Kabupaten merupakan organisasi perangkat daerah, yang bertanggung jawab kepada
Bupati dan membantu kepala daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan yang terdiri atas
Sekretariat Daerah, sekretariat DPRD, Dinas daerah, dan lembaga tehnis daerah (kecamatan dan
kelurahan). Inspektorat mempunyai tugas membantu Bupati dalam melaksanakan tugas
pengawasan dalam penyelenggraan pemerintahan, administrasi, organisasi dan tatalaksana yang
menjadi acuan , arahan, ketentuan dalam pedoman penyelenggaraan peraturan daerah. Tugas lain
yang diberikan oleh Bupati sesuai tugas dan fungsinya. Untuk melaksanakan tugas tersebut,
Inspektorat mempunyai fungsi :

I.  Pengawasan dan pemeriksaan atas pelaksanaan kegiatan administrasi umum dan keuangan di
lingkungan Pemerintah Kabupaten

II. Pengawasan dan pemeriksaan kinerja pelaksanaan tugas pokok dan fungsi kelembagaan di
Pemerintah Kabupaten;

III.  Pelaporan hasil pengawasan dan pemeriksaan, serta pemberian usulan tindak lanjut temuan
pengawasan dan pemeriksaan;

IV.  Pemantauan dan evaluasi atas tindak lanjut temuan pengawasan dan pemeriksaan;

Pengembangan dan penyempurnaan sistem pengawasan

Dalam tata aturan pemerintahan kita kenal adanya lembaga Pengawasan Pembangunan, baik
pengawasan Internal maupun Eksternal. Untuk tingkat kementrian kita kenal adanya Irjen
(Inspektoratral Jendral), sebagai pengawas internal. Sedangkan pengawas eksternal adalah BPK
dan BPKP. Sedang di Pemerintah Kabupaten pengawasan internal dilakukan oleh Inspektorat 
Daerah  yang merupakan unsur pengawas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Inspektorat
Daerah dipimpin oleh Inspektur dan dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab langsung
kepada Bupati dan secara teknis administratif mendapat pembinaan dari Sekretaris Daerah, 
diangkat dan diberhentikan oleh Bupati sesuai ketentuan/peraturan perundang-undangan.

Inspektorat Daerah mempunyai fungsi perencanaan program pengawasan, perumusan kebijakan


dan fasilitasi pengawasan, pemeriksaan, pengusutan, pengujian dan penilaian tugas pengawasan,
pemeriksaan serta pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati di bidang pengawasan.

Inspektorat Daerah sebagai Aparat Pengawas Internal PemerintahDaerah memiliki peran dan
posisi yang sangat strategis baik ditinjau dari aspek fungsi-fungsi manajemen maupun dari segi
pencapaian visi dan misi serta program-program pemerintah. Dari segi fungsi-fungsi dasar
manajemen, ia mempunyai kedudukan yang setara dengan fungsi perencanaan atau fungsi
pelaksanaan. Sedangkan dari segi pencapaian visi, misi dan program-program pemerintah,
Inspektorat daerah menjadi pilar yang bertugas sebagai pengawas sekaligus pengawal dalam
pelaksanaan  program yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Sebagai pengawas internal, Inspektorat Daerah yang bekerja dalam organisasi pemerintah daerah
tugas pokoknya dalam arti yang lain adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang
ditetapkan oleh manajemen puncak (Kepala Daerah) telah dipatuhi dan berjalan sesuai dengan
rencana, menentukan baik atau tidaknya pemeliharaan terhadap kekayaan daerah, menentukan
efisiensi dan efektivitas prosedur dan kegiatan pemerintah daerah, serta yang tidak kalah
pentingnya adalah menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai Unit/Satuan
Kerja sebagai bagian yang integral dalam organisasi Pemerintah Daerah. Dari penjelasan itu
dapat dikatakan bahwa Inspektorat Daerah sebagai pengawas internal memiliki karakteristik
yang spesifik, dan ia memiliki ciri antara lain adalah:

1. Alat dalam organisasi Pemerintah Daerah yang menjalankan fungsi  jaminan memenuhi
syarat.
2. Pengguna laporan pengawas internal adalah top manajemen (Kepala Daerah) dalam
organisasi Pemerintah Daerah yang bersangkutan.
3. Dalam pelaksanaan tugas seperti halnya pengawas eksternal dapat menggunakan prosedur
pemeriksaan bahkan harus memiliki prosedur yang jelas.
4. Kegiatan pemeriksaan bersifat pre-audit atau build-in sepanjang proses kegiatan berlangsung.
5. Fungsi pemeriksaan yang dilakukan lebih banyak bersifat pembinaan dan dalam praktiknya
memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Daerah, ia tidak berwenang untuk
menghakimi apalagi menindak.

B.  Rumusan Masalah

Memperhatikan uraian tersebut maka permasalahan yang menjadi fokus perhatian dalam
penelitian ini adalah “Pelaksanaan tugas dan fungsi inspektorat kabupaten Kabupaten?”.

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan Penulisan

Penulisan ini di diperbuat dengan tujuan :

Untuk memenuhi salah satu syarat dalam melamar salah satu jabatan pimpinan SKPD pada
Pemerintahan Kabupaten Tapanuli Utara yaitu Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara.

2. Manfaat Penulisan

Diharapkan penulisan ini dapat membawa manfaat baik pada hal Teoritis dan praktis yang
utamanya adalah efektifitas kinerja lembaga pengawasan yaitu Inspektorat Kabupaten
Tapanuli Utara agar bisa menekan tingkat penyimpangan.

1. Manfaat secara Teoritis

Manfaat secara teoritis diharapkan dapat menjadi referensi baru dalam bidang
pengawasan yang dilakukan aparat Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara, untuk
memperkaya bahan kajian pengawasan. Selain itu memberikan kesadaran kolektif dan
menumbuhkan kesadaran moral bagi masyarakat mengenai arti pentingnya pengawasan
yang perlu dibangun untuk terjadinya sinergi yang baik antara aparat pengawas formal
pada lingkup pemerintahan Kabupaten Tapanuli Utara dengan stakeholder yang punya
kepedulian.

2. Manfaat Praktis.

Manfaat praktis makalah ini dapat memperdalam pemikiran bagi Aparat Inspektorat
yang menggeluti pengawasan, para pimpinan unit kerja pelaksana dan perencanaan untuk
terwujudnya peningkatanakuntabilitas kinerja pemerintahan dan pembangunan.
BAB. II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengawasan

Hakekat pengawasan adalah mencegah sedini mungkin terjadinya penyimpangan,


pemborosan, penyelewengan, hambatan, kesalahan, kegagalan dalam pencapaian tujuan dan
pelaksanaan tugas-tugas organisasi Bidang Pemerintahan di lingkup Kabupaten Tapanuli
Utara.
.
Pengawasan adalah proses pengamatan dari pada pelaksanaan seluruh rangkaian kegiatan
organisasi untuk lebih menjamin agar supaya seluruh pekerjaan yang dilakukan berjalan
sesuai rencana yang telah ditentukan sebelumnya atau sesuai dengan peraturan yang berlaku..

Dari definisi tersebut jelas terlihat bahwa terdapat hubungan yang sangat erat antara
perencanaan dan pengawasan, sedemikian eratnya hubungan tersebut sehingga dapat
disimpulkan bahwa antara perencanaan dan pengawasan ini di ibaratkan seperti kedua sisi dari
mata uang yang sama.

Menurut salah seorang ahli yaitu Sarwoto, mendefinisikani tentang pengawasan itu adalah
sebagai berikut :
Pengawasan adalah kegiatan manager yang mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan
terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan dan atau hasil yang dikehendaki[. Maka
dapatlah dikatakan bahwa pengawasan bersifat dinamis yang mengandung unsur
mengarahkan atau mengendalikan.

B. Macam-Macam Pengawasan:
Dalam suatu negara terlebih-lebih negara yang sedang berkembang atau membangun, maka
kontrol atau pengawasan itu sangat urgen (beragam) atau penting baik pengawasan secara
vertikal, horisontal, eksternal, internal, preventif maupun represif agar maksud dan tujuan
yang telah ditentukan dapat tercapai. Sehingga untuk memberhasilkan arah tujuan negara
atau organisasi, oleh sebab itu dalam hal pengawasan dapat diklasifikasikan macam-macam
bentuk pengawasan berdasarkan berbagai hal, yakni :

1. Pengawasan langsung
2. pengawasan tidak langsung
3. Pengawasan Preventif dan Represif
4. Pengawasan Intern dan Ekstern

1)   Pengawasan Langsung

Pengawasan langsung adalah pengawasan yang dilakukan secara pribadi oleh pimpinan
atau pengawas dengan mengamati, meneliti, memeriksa, mengecek sendiri secara
langsung ditempat pekerjaan, dan menerima laporan-laporan secara langsung pula dari
pelaksana. Dalam hal ini dilakukan dengan inspeksi.

2)   Pengawasan tidak langsung

Pengawasan tidak langsung diadakan dengan mempelajari laporan-laporan yang diterima


dari pelaksana baik secara lisan maupun secara tertulis, serta mempelajari pendapat-
pendapat masyarakat secara indivdu maupun kelompok..

3)  Pengawasan Preventif dan Represif

Walaupun prinsip pengawasan adalah preventif, namun bila dihubungkan dengan waktu
pelaksanaan pekerja, dapat dibedakan antara pengawasan preventif dan pengawasan
represif.

a. Pengawasan Preventif
Pengawasan preventif dilakukan melalui pre audit sebelum pekerjaan dimulai. Misalnya
dengan mengadakan pengawasan terhadap persiapan-persiapan rencana anggaran,
rencana penggunaan tenaga dan sumber-sumber lain.

b. Pengawasan Represif

Adapun pengawasan represif dilakukan melalui pre audit,  dengan pemeriksaan


terhadap pelaksanaan dan sebagainya.

4)  Pengawasan Intern dan Ekstern

a. Pengawasan Intern

Pengawasan intern adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat dalam organisasi itu
sendiri. Pada dasarnya pengawasan harus dilakukan oleh pucuk pimpinan sendiri. Akan
tetapi, didalam praktek hal ini tidak selalu mungkin terjadi. Oleh karena itu, setiap
pimpinan unit dalam organisasi pada dasarnya berkewajiban membantu pucuk pimpinan
mengadakan pengawasan secara fungsional sesuai dengan bidang tugasnya masing-
masing. Pengawasan sebagai fungsi organik, built-in pada setiap jabatan pimpinan
mereka harus mengawas pimpinan melakukan pengawasan tehadap keseluruhan aparat
dalam organisasi itu, seperti oleh Inspektorat Jendral dalam Departemen.

b. Pengawasan Ekstern

Pengawasan Ekstern adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat luar orgsanisasi itu
sendiri, seperti halnya pengawasan dibidang keuangan oleh Badan Pemeriksa Keuangan
sepanjang meliputi seluruh Aparatur Negara dan Direktorat Jenderal Pengawasan
Keuangan Negara terhadap departemen dan instansi pemerintah lain. Ditinjau dari segi
keseluruhan organisasi aparatur pemerintah (lembaga eksekutif), pengawasan oleh
Direktorat Jenderal, Pengawasan Keuangan Negara merupakan pengawasan intern.

Macam-macam pengawasan ini didasarkan pada pengklasifikasian pengawasan.


Disamping itu ada pula macam pengawasan ditinjau dari bidang pengawasannya yakni:

1. Pengawasan anggaran pendapatan ( budgetry control)


2. Pengawasan biaya ( cost sontrol)
3. Pengawasan barang inventaris (inventory control)
4. Pengawasan Produksi ( production control)
5. Pengawasan jumlah hasil kerja ( quantity control)
6. Pengawasan pemeliharaan (maintenance control)
7. Pengawasan kualitaas hasil kerja (quality control).

.C.   Tujuan Pengawasan

Mengemukakan tujuan utama pengawasan adalah sebagai berikut:”mengusahakan agar apa


yang di rencanakan menjadi kenyataaan untuk dapat benar-benar merealisasikan tujuan
utama tersebut. Maka pengawasan pada taraf pertama bertujuan agar pelaksanaan
pekerjaan sesuai dengan instruksi yang telah di keluarkan dan untuk mengetahui
kelemahan-kelemahan serta kesulitan-kesulitan yang di hadapi dalam pelaksanaan rencana
berdasarkan penemuan-penemuaan tersebut dapat di ambil tindakan utnuk
memperbaikinya pada waktu itu maupun yaang akan datang.
Berbeda dengan pendapat di atas tujuan pengawasan.”untuk menjamin keberhasilan
penyelenggaraan pemerintah,peleksanaan pembangunan dan pembina kemasyarakatan
secara berdaya guna dan tepat guna serta menurut kebijaksanaan, rancana dan aturan yang
berlaku..

Pendapat selanjutnya tentang tujuan pengawasan

“Untuk mengetahui dan memahami kenyataan yang sebenarnya tentang pelaksanaan


pekerjaan atau kegiatan yang menjadi objek pengawasan apakah sesuai dengan yang
semestinya atau tidak, sebagai bahan untuk melakukan perbaikan-perbaikan di waktu yang
akan datang..

Dapat dijadikan sebagai sumber informasi terkait pemahaman mengenai system


pengendalian dan pengawasan dalam hal ini terkait keberhasilan Visi dan Misi Pemerintah
Kabupaten Tapanuli yaitu :
VISI : Tapanuli Utara sebagai Lumbung Pangan dan Lumbung Sumber Daya Manusia
yang berkualitas dan Daerah Wisata.

MISI : 1. Meningkatkan akses pendidikan dan meyiapkan pendidikan yang berkualitas

2. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan gratis khususnya di


Puskesmas,

3. Menjadikan Tapanuli Utara sebagai industri pertanian,

4. Menjamin ketersediaan bibit unggul dan dan pupuk bersubsidi dengan system
bayar pasca panen,

5. Meningkatkan kuantitas dan kualitas jalan untuk memperluas pertumbuhan


ekonomi, penguatan integritas dan interkoneksi dengan kawasan pembangunan
di sekitarnya,

6. Menjadikan Desa sebagai pusatpercepatan pembangunan,

7. Membangun pemerintahan yang bersih dan transparan serta berorientasi pada


pelayanan publik (Good Governance) dengan system e-goberment,

8. Mengembangkan minat bakat Generasi muda dibidang seni budaya dan olah
raga.

E.    Metode Pengawasan

Metode pengawasan merupakan cara yang di lakukan dalam melaksanaakan pemantauan


agar mampu mengungkapkan segala sesuatu yang ingin di ketahui dalam melaksanakan
tugas umum pemerintahan dan pembangunan menjadi tanggung jawab seseorang atau satuan
unit tertentu.

Metode pengawasan:

a. Pengawasan Langsung

Pengawasan langsung adalah pengawasan yang dilakukan secara pribadi noleh pimpinan
atau pengawas dengan mengamati, meneliti, memeriksa, mengecek sendiri secara on the
spot ditempat pekerjaan, dan menerima laporan-laporan secara langsung pula dari pelaksana.
Hal ini dilakukan dengan inspeksi.

b. Pengawasan tidak langsung

Pengawasan tidak langsung diadakan dengan mempelajari laporan-laporan yang diterima


dari pelaksana baik lisan maupun tertulis, mempelajari pendapat-pendapat masyarakat dan
sebagainya tanpa pengawasan on the spot.

F.      Tahapan Dalam Proses Pengawasan

Dalam melakukan pengawasan, tahap-tahap yang penting adalah:

1. Mempersiapkan standar dalam menyusun strategi.


2. Mengadakan pengecekan dan pelaporan dari setiap usaha.
3. Pengukuran pelaksanaan kegiatan
4. Melaksanakan perbadingan pelaksanaan dengan standar dan analisa penyimpangan
5. Mengadakan koreksi pada pelaksanaan.

G.      Prinsip Pengawasan

Prinsip-prinsip pengawasan yaitu:

1)   Preventif, pengawasan yang pada akhirnya adalah untuk menjamin tercapainya tujuan
yang telah di tetapkan, maka yang terbaik adalah mencegah sebelum kesalahan
terjadi.

2) Efisiensi, pengawasan harus di laksanakan secara efisien, bukan justru menghilangkan


efisien kegiatan-kegiatan yang di lakukan.

3)  Objektivitas dan menghasilkan fakta, bahwa pengawasan di laksanakan harus bersifat


objektif  dan berdasarkan pada fakta-fakta tentang pelaksanaan pekerjaan dan
berbagai faktor yang dapat mempengaruhinya.
4)    Memperhaatikan keputusan pimpinan, pengawasan bertitik tolak pada keputusan
pimpinan dengan tujuan untuk mengetahui dan menilai ada tidaknya kesalahan-
kesalahan dan penyimpangan yang terjadi

5)   Pengawasan bukan tujuan, pengawasan sebaiknya tidak di jadikan tujuan tetapi
merupakan sarana utnuk menjamin tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.

H.  Tehnik Pengawasan

Teknik pengawasan yaitu merupakan cara yang di tempuh oleh tim pengawas untuk
memperoleh pembuktian dalam membandingkan keadaan yang sebenarnya dengan keadaan
yang seharusnya. Biasanya teknik  yang di gunakan dalam pengawasan dan pemriksaan
adalah sama. Teknik pengawasan dibutuhkan dengan alasan sebagai berikut:

1. Bahwa untuk membuktikan adanya indikasi penyimpanan tidaklah selalu mudah


dilakukan, dan terkadang dibutuhkan teknik yang berbeda untuk indikasi temuan yang
berbeda.
2. Tidaklah mudah pula bagi auditor untuk memahami bukti auditor yang ada, terkadang
dibutuhkan analisa dan teknik tertentu untuk memastikan bahwa dari bukti tersebut
terdapat indikasi temuan.
3. Bukti-bukti tersebut terkadang sulit untuk diperoleh dan perlukan berbagai cara dan
teknik tertentu untuk memperoleh dan memahami bukti tersebut.
4. Dan yang terpenting adalah untuk setiap temuan yang tertulis oleh auditor mutlak
diperlukan adanya bukti-bukti yang memadai.

Ada banyak teknik pengawasan, di antaranya yang umum digunakan, antara lain:

a.  Inspeksi dilakukan ddengan cara pengamaatan langsung terhadap proses yang diperiksa,


untuk mengetahui secara langsung proses yang di periksa, untuk pembuktikan atas
segala sesuatu keadaan atau sesuatu masalah pada kurun waktu tertentu. Inspeksi di
lakukan minimal oleh dua orang pemeriksa dan di sertai oleh wakil dari pihak yang di
periksa sehingga diperoleh hasil pengamatan dan analisa yang lebih objektif dan tidak
sepihak.
b.  Observasi juga dilakukan dengan penmgamatan secara langsung hanya saja observasi
dilakukan secara kontinyu dalam kurun waktu tertentu dan terkadang dilakukan dengan
melihat dari jarak jauh atau tanpa disadari oleh pihak yang diamati.

c. Tanya jawab, teknik ini, cara yang dilakukan dapat berbentuk lisan (wawancara) 
maupun tertulis. Dalam teknik tanya jawab ini, sebaiknya auditor terlebih dahulu
mempersiapkan bahan pertanyaan pada waktu wawancara, sehingga tidak mengganggu
pekerjaan dari pihak yang diperiksa apabila wawancara membutuhkan waktu yang
lama. Auditor akan merekam semua hasiltanya jawab supaya proses wawancara
mendapat hasil yang akurat.

d.  Konfirmasi dilakukan kepada pihak eksternal, diluar dari pihak yang diperiksa dengan
tujuan untuk melakukan cros check atas kebenaran informasi yang disampaikan oleh
pihak yang periksa. Komfirmasi dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis.
Konfirmasi secara lisan dilakukan secara langsung kepada pihak yang bersangkutan.
Sedangkan konfirmasi secara tertulis di bagi menjadi dua yaitu konfirmasi positf dan
konfirmasi negatif.

e.   Teknik analisa dilakukan atas konfirmasi ataupun data yang diterima. Informasi atau
data tersebut harus dianalisa terlebih dahulu bartu dapat disimpulkan apakah telah
terjadi penyimpangan atau tidak berdasarkan data atau informasi tersebut.

f.   Teknik perbandingan. Adakah dengan membandingkan antara satu kejadian keadaan


dengan keadaan lainnya:

 Dengan membandingkan keadaan yang seharusnya dengan senyatanya.


 Keadaan yang sekarang dengan tahun yang sebalumnya
 Keadaan di suatu daerah/instansi dengan daerah/instansi yang diperiksa.

Teknik pemeriksaan selanjutnya adalah pemeriksaan atas bukti-bukti tertulis. Terdapat


beberapa teknik pemeriksaan atas bukti-bukti tertulis antara lain:
1. Vouching, merupakan teknik pengujian atas keabsahan dan kelengkapan bukti transaksi,
misalnya pengujian atas keabsahan dan kelengkapan kwintasi transaksi suatu kegiatan
transaksi yang diperiksa.
2. Verifikasi, merupakan teknik pengujian atas ketelitian perkalian, penjumlahan,
pembukuan, pemilikan, dan eksistensinya tujuan voucing dan verifikasi, yaitu untuk
memastikan bahwa:

- Bukti telah disetujui oleh pejabat yang berwewenang


- Bukti sesuai dengan tujuannya
- Jumlah yang tertera dalam bukti tersebut benar.
- Pencatatan telah dilakukan secara benar
- Pemilikan dan eksistensinya sah.
3. Teknik rekonsiliasi merupakan penyesuaian antara dua kelompok data yang berhubungan
dan dibuat oleh pihak yang berbeda untuk memdapatkan data yang benar. Contohnya
adalah rekonsiiasi antara saldo rekening bank dengan saldo buku yang disusun oleh
bendaharawan.
4. Teknik penelusuran ulang (trasir). Penelusuran ini biasanya dilakukan mengikuti tahapan
proses laporan namun dilakukan secara mundur misalnya: berdasarkan laporan
keuangan daerah ditelusuri secara mundur mulai dari laoporan, proses penatausahaan,
proses pelaksanaan, proses penganggaran sampai dengan proses perencaaan dilengkapi
dengan pemeriksaan atas bukti yang terkait pada setiap proses tersebut. Penelusuran ini
bertujuan untuk memastikan padda tahapan mana menjadi penyebab utama atas
terjadinya suatu penyimpangan.
5. Teknik perhitungan ulang dilakukan untuk lebih menyakinkan atas kebenaran dari
kalkulasi yang dibuat oleh pihak yang diperiksa. Tidak jarang, dalam melakukan
kalkulasi terjadi lebih atau kurang kalkulasi dalam jumlah yang signifikan.
6. Scanning yang merupakan kajian secara umum cepat untuk menemukan hal-hal yang
memerlukan pemeriksaan lebih lanjut. Teknik scanning ini biasanya dilakukan oleh
auditor yang telah berpengalaman yang telah beberapa kali melakukan pemeriksaan atas
objek yang diperiksa.

I.      Ruang Lingkup Pengawasan.


Ruang lingkup pengawasan:

1)      Kegiatan SKPD dan BUMD

2)      Pelaksanaan rencana pembangunan

3)      Kegiatan umum pemerintahan

4)      Penyelenggaran penguasaan dan pengelolaan keuangan dan kekayaan Daerah.

5)      Kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dibuat oleh aparatur.

J.      Sasaran Pengawasan

Enam sasaran utama dalam pengawasan yaitu:

1. Untuk lebih menjamin bahwa kebijaksanaan dan strategi yang telah ditetapkan
terselenggaranya sesuai dengan jiwa daan semangat kebijkasanaan dan stratengi yang
dimaksud.
2. Untuk lebih menjamin bahwa anggaran yang tersedia untuk membiayai berbagai
kegiatan oprasional benar-benar dipergunakan untuk melakukan kegiatan tersebut
secara efisien dan efektif.
3. Untuk lebih menjamin bahwa para anggota organisasi benar-benar berorientasi
kepentingan organisasi bukan pada kepentingan individu.
4. Untuk lebih menjamin penyediaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana kerja
sedemikian rupa sehingga organisasi memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dari
sarana dan prasarana tersebut.
5. Untuk lebih menjamin bawah standar mutu hasil pekerjaan terpenuhi semaksimal
mungkin.
Untuk lebih menjamin bahwa prosedur kerja ditaati oleh semua pihak:

K.    Mekanisme Pelaksanaan Tata Kerja Inspektorat Kabupaten

Dalam melaksanakan tugas inspektorat, para kepala bagian menerapkan prinsip koordinasi,
integrasi dan sinkronisasi secara vertikal dan horisontal. Setiap pimpinan organisasi dalam
lnspektorat, bertanggung-jawab memimpin, mengkoordinasi bawahannya masing-masing
dan memberikan bimbingan serta petunjuk-petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahannya.
Selanjutnya setiap pimpinan satuan organisasi mengikuti dan mematuhi petunjuk-petunjuk
dan bertanggung jawab kepada atasan masing-masing dan menyampaikan laporan tepat
pada waktunya.

Setiap hasil laporan pemeriksaan serta temuan yang diterima oleh pimpinan dari bawahan,
diolah sebagai bahan dan dasar yang selanjutnya apabila hasil pemeriksaan terindiksasi
sebuah kasus maka dilakukan pengusutan kasus lebih lanjut yang langsung di ambil alih
oleh pimpinan daerah.

Dalam melaksanakan tugasnya, setiap pimpinan regu pemeriksa dibantu oleh pimpinan
organisasi bawahannya masing-masing dengan mengadakan pemeriksaan berkala. Melalui
mekanisme kerja yang demikian, maka akan memperkecil kemungkinan bagi bawahan
untuk melakukan penyelewengan dari bidang tugas yang diberikan kepadanya. Sebab
sistem pengawasan yang diterapkan adalah pengawasan bertingkat dan berantai.

Berdasarkan Tata Kerja Inspektorat, bagian dan sub bagian di inspektorat Daerah
Kabupaten, maka nampaklah bagi kita bahwa inspektorat merupakan salah satu lembaga
pengawasan fungsional yang dimana sebuah bentuk pengawasan yang dilakukan dari luar
organisasi agar terjadi sebuah keseimbangan dalam jalannya Pemerintahan Kabupaten/
Kota.

I. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peranan Inspektorat Kabupaten jika ditinjau dari


Analisis SWOT (Strongth, Weaknes, Opurtunitydan Threats)
1. Kekuatan (Strongth)

Adapun kekuatan yang dapat diuraikan adalah sebagai berikut :

a. Kuatnya landasan Yuridis yang dimiliki Inspektorat sehingga mampu menjamin


keberadaan organisasi untuk berperan dalam Pengawasan
b. Semakin meningkatnya pengawasan melekat dari para pimpinan disetiap SKPD
c. Tersedianya Aturan dan Peraturan Perundang undangan yang berlaku
d. Tersedianya Personil Pegawai yang memadai.
2. Kelemahan (Weaknes)
a. Masih terbatasnya kemampuan para penyelenggara kegiatan sehingga diperlukan
kualitas dan kuantitas bagi para pegawai dan staff.
b. Belum tersedianya sarana dan prasarana yang memadai
3. Oppurtunity (Peluang)
a. Adanya perkembangan teknologi informasi
b. Adanya dukungan pemerintah pusat, propinsi dan kabupaten serta tingginya
kepedulian masyarakat dalam hal pengawasan
c. Adanya kecenderungan peningkatan minat Instansi terkait dalam hal pelaksanaan
Tugasnya.
d. Tersedianya Dana dalam hal Peningkatan Sumber Daya Manusia untuk memenuhi
tuntutan Peningkatan Pengawasan Pembangunan.di daerah.
4. Threats (Ancaman)
a. Rendahnya kesadaran Aparat Pelaksana dalam hal Bidang Pengawasan
b. Masih rendahnya apresiasi Masyarakat terhadap Pengawasan
c. Rendahnya kualitas penguasaan Tupoksi dari aparat pengawasan bawahan.
d. Para Pelaku Pembangunan masih belum sadar apa arti dan manfaatdai suatu
Pengawasan.
Oppurtunity (Peluang) Threats (Ancaman)
a. Adanya perkembangan a. Rendahnya kesadaran
teknologi informasi Aparat Pelaksana dalam hal
b. Adanya dukungan Bidang Pengawasan
pemerintah pusat, propinsi b. Masih rendahnya apresiasi
dan kabupaten serta Masyarakat terhadap
tingginya kepedulian Pengawasan
masyarakat dalam hal c. Rendahnya kualitas
pengawasan penguasaan Tupoksi dari
c. Adanya kecenderungan aparat pengawasan bawahan.
peningkatan minat Instansi d. Para Pelaku
terkait dalam hal pelaksanaan Pembangunan masih
Tugasnya. belum sadar apa arti dan
d. Tersedianya Dana dalam manfaatdai suatu
hal Peningkatan Sumber Pengawasan
Daya Manusia untuk
memenuhi tuntutan
Peningkatan Pengawasan
Pembangunan.di daerah.

2. Kekuatan (Strongth) STTRATEGI SO STTRATEGI ST

Adapun kekuatan yang dapat


diuraikan adalah sebagai
berikut :
a. Kuatnya
landasan Yuridis yang
dimiliki Inspektorat
sehingga mampu menjamin
keberadaan organisasi
untuk berperan dalam
Pengawasan
b. Semakin
meningkatnya pengawasan
melekat dari para pimpinan
disetiap SKPD
c. Tersedianya Aturan
dan Peraturan Perundang
undangan yang berlaku
d. Tersedianya
Personil Pegawai yang
memadai.

Kelemahan STTRATEGI SO STTRATEGI WT


(Weaknes)
a. Masih terbatasnya
kemampuan para
penyelenggara
kegiatan sehingga
diperlukan
kualitas dan
kuantitas bagi
para pegawai dan
staff.

Belum tersedianya sarana dan


prasarana yang memadai
BAB. III
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.    Kesimpulan

I.  Pelaksanaan proses pengawasan fungsional yang dilakukan oleh Inspektorat kabupaten


pada Instansi SKPD Kabupaten, berjalan dengan 3 tahap yakni:

1. Survey yang dilakukan oleh tim pemeriksa telah melaksanakan tugasnya dengan
baik. Karena sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan pada POP regular
Kabupaten / Kota.
2. pada saat pembuatan PKP selalu terjadi keterlambatan pembuatan PKP karena
biasanya terjadi kesulitan pada penyatuan waktu antara tim pemeriksa, dengan yang
diperiksa.
3. Tim pemeriksa melakukan pembuatan KKP dengan lancar dan baik, dan sesuai
dengan POP Reguler tahun 2005.
4. Langkah terakhir dari proses pemeriksaan yaitu Ketua tim pemeriksa wajib
melakukan penyusunan LHP laporan hasil pemeriksaan. LHP merupakan sasaran
komunikasi resmi untuk menyampaikan seluruh informasi dari objek yang diperiksa
tentang sesuatu realisasi kegiatan termaksud dalamnya menginformasikan temuan
baik yang bersifat positif maupun yang bersifat negative dilengkapi dengan
rekomendasi.

II. Faktor yang mempengaruhi inspektorat kabupaten dalam melaksanakan fungsi dan


tugasnya yakni : Sistem dan prosedur; Sarana dan prasarana; Sumber daya manusia; dan
anggaran.

B.     REKOMENDASI

- Agar Inspektorat dapat lebih mempertahankan kinerja yang dimiliki dan lebih
meningkatkan kualitas ter khusus pada bagian sarana dan prasarana agar peleksanaan
tugas dan fungsi pengawasan yang di jalankan oleh Inspektorat lebih meningkat lagi.
- Agar setiap aparat pengawasan dalam menjalankan fungsinya lebih memperdalam ilmu
yang mempelajari tetang Psikologi pengawasan agar sistim pengawasan itu lebih dapat
berjalan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rahman, Arifin. 1977. Kerangka Pokok-pokok Menejemen Umum. Balai Pustaka: Jakarta.

Handayaningrat, Soewarno. Pengantar Ilmu Administrasi dan Manajemen. Gunung Agung:


Jakarta.

Handoko, T. Hani. 1984. Manajemen Edisi kedua. Balai Penerbit Fakultas Ekonomi Gadjah


Mada: Yogyakarta.

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2001, Tentang Tata Cara Pengewasan
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2007, Tentang Pedoman Tata Cara Atas
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.

M. Sitomorang, Victor dan Jusuf Juhir. 1993. Aspek Hukum Pengawasan Melekat. Rineka Cipta:
Jakarta.

Moleong, Lexy J. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis Organisasi
Dan Tata Kerja Inspektorat Provinsi Kabupaten/Kota.

Peraturan Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Peraturan Dalam Negeri
Nomor 23 Tahun 2007, Tentang Pedoman Tata Cara Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2007, Tentang Organisasi


Perangkat Daerah.

Sujamto. 1987. Aspek-Aspek Pengawasan Di Indonesia. Cetakan Pertama.  Sinar Grafika:


Jakarta.

_______. 1994. Beberapa Pengertian di Bidang Pengawasan. Ghalia Indonesia : Jakarta.

Satoto, Sukamto. 2004. Pengaturan Eksistensi dan Fungsi Kepegawaian Negara. Cetakan I,


Hanggar Kreator: Jogjakarta.

[1]M Manullang, 2002. Dasar–Dasar Manajemen. Yogyakarta: Gajah Mada University Press,


hal. 112
[2] Broadwell, Martin M, 1972, hal. 78
[3]Siagian, popok-pokok pengawasan, 1970, hal. 34
[4]Sarwoto, 1983, hal. 34
[5] Sukamto Satoto, Pengaturan Eksistensi dan Fungsi Badan Kepegawaian Negara, Hangar
Kreator,  2004, hal. 139
[6] Manulang, Dasar-dasar Manajemen , 1998, hal. 173)
[7]Achmad natsir, Pokok-Pokok Materi Pengawasan Aparatur Pemerintahan , 1994, hal. 20
[8]Sujamto, Aspek-Aspek Pengawasan Di Indonesia, 1989, hal. 18
[9]Hadari Nawawi, Pengawasan Melekat di lingkungan aparatur pemerintah, cetakan I , 1989,
hal. :5
[10]T. Hani Handoko, Manejemen, Edisi Kedua , 1984, hal. 362
[11] Panduan Pelatihan Pengawasan Internal Bagi Staf Badan Pengawasan Daerah
[12] Sistem administrasi negara RI , 1987, hal. 129
[13] Sondang P. Siagian, Filsafat Administrasi, 1985, hal.99

Anda mungkin juga menyukai