Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

HUKUM PEMERINTAH DAERAH


Dosen Pengampu : Dr.Suwari Akhmaddhian, S.H.,M.H.

Disusun Oleh:
NAY NASTINY MAELANI
NIM : 20211410045

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS KUNINGAN
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, saya
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pemberhentian Kepala Daerah
Sebagai Terdakwa Tindak Pidana Korupsi” dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengantar Hukum
Indonesia. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang Hukum
Pemerintah Daerah,Penyelenggaraan Pemerintah Daerah yang di atur oleh
Undang- undang,meminimalisir tindak korupsi yang dilakukan Pemerintah
Daerah dan Upaya yang harus dilakukan dalam meminimalisir tindakan korupsi
tersebut.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr.Suwari Akhmaddhian selaku


Dosen Pengampu. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu dan mendo'a kan dalam pembuatan makalah ini.

Saya menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Kuningan, 16 November 2021


DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................5
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................................6
A. Meminimalisir tindak pidana korupsi di lingkungan pemerintah daerah...................................6
B. Upaya- upaya yang ditempuh dalam rangka meminimalisir tindak pidana korupsi di
lingkungan pemerintah daerah.........................................................................................................8
C. STUDI KASUS............................................................................................................................10
BAB III PENUTUP........................................................................................................................11
A. Kesimpulan..........................................................................................................................11
B. Saran....................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................13
PEMBERHENTIAN KEPALA
DAERAH SEBAGAI TERDAKWA TINDAK PIDANA KORUPSI

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemerintah Daerah di Indonesia adalah badan yang menyelenggarakan
pemerintahan daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip
otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar 1945. Pemerintah
daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah. Negara kesatuan Republik Indonesia terbagi atas
provinsi- provinsi. Wilayah provinsi dibagi menjadi wilayah kabupaten dan kota.
Setiap daerah provinsi, daerah kabupaten, dan daerah kota mempunyai pemerintahan
daerah yang diatur dengan undang-undang. Pemerintah daerah menjalankan otonomi
seluas- luasnya, dengan pengecualian urusan pemerintahan yang ditetapkan oleh
undang- undang sebagai tanggung jawab pemerintah pusat.
Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah menggunakan asas
desentralisasi berdasarkan asas otonomi daerah menurut Undang-undang nomor 23
Tahun 2014. Dimana masa jabatan kepala daerah adalah 5 (lima) tahun terhitung
sejak pelantikan dan sesudahnya.
Salah satu persoalan yang muncul dari pelaksanaan kebijakan desentralisasi
dan otonomi daerah pasca reformasi adalah mengenai pemberhentian (impeachment)
dan pemberhentian sementara (penonaktifan), serta pengunduran diri kepala daerah
atau wakil kepala daerah. Usul pengunduran diri kepala daerah atau wakil kepala
daerah tidak banyak menimbulkan masalah, lain halnya dengan usul pemberhentian
kepala daerah dan pemberhentian sementara kepala daerah atau wakil kepala daerah
yang dapat berpotensi menimbulkan masalah di tiap daerah .
Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah seringkali terjadi permasalahan
yang sangat kompleks diantaranya sangat memprihatinkan dan menjadi bahan
perbincangan, yaitu tindak pidana korupsi di lingkungan pemerintah daerah. Korupsi
merupakan suatu tindakan yang menyalahgunakan wewenang untuk memperoleh
keuntungan pribadi, dimana hal ini di pengaruhi oleh adanya peluang untuk
melakukan korupsi, kurangnya pengawasan, sanksi yang belum menimbulkan
efekjera, dan program kegiatan yang dilakukan tidak saling bersinergasi dengan
mengedepankan ego sektoral sehingga meyebabkan banyak oknum Pegawai Negeri
Sipil/Aparat Sipil Negara banyak terjerat dan terpengaruh oleh kebutuhan dan
kehidupan yang menjanjikan untuk bisa memperkaya diri sendiri dan orang lain
maupun kelompok.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara Meminimalisir tindak pidana korupsi di lingkungan Pemerintah
Daerah?
2. Upaya apa yang harus di tempuh dalam rangka Meminimalisir Tindak Pidana korupsi
Di Lingkuangan Pemerintah ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mendorong pembaca untuk meminimalisir dan memerangi tindak pidana korupsi di
lingkungan Pemerintah Daerah.
2. Memberikan informasi kepada pembaca mengenai upaya-upaya yang harus dilakukan
dalam meminimalisir tindak pidana korupsi di lingkungan Pemerintah Daerah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Meminimalisir tindak pidana korupsi di lingkungan pemerintah daerah

Tindak pidana korupsi merupakan suatu perbuatan yang sangat merugikan siapa saja, hal
ini di pengaruhi oleh kurangnya sikap yang memiliki mental kurang baik sehingga dapat
terpengaruh pada hal-hal yang bisa merugikan orang lain yang telah terkena dampak daripada
korupsi tersebut.
Bersamaan dengan hal tersebut juga ada yang namanya teori Efektifitas sebagaimana di
kemukakan oleh serjono soekanto, dimana Teori efektifitas hukum adalah bahwa efektif atau tidaknya
suatu hukum di tentukan oleh 5 faktor, antara lain:
1. Faktor hukumnya sendiri
2. Faktor penegakan hukum yakni pihak-pihak yang membentuk
maupun menerapkan hukum
3. Faktor sarana dan fasilitas yang mendukung penegakan hukum

4. Faktor masyarakt, yakni lingkungan di mana hukum tersebut berlaku atau di


terapkan
5. Faktor kebudayaan yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang
di dasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup

Faktor-faktor yang menjadikan korupsi di lingkungan pemerintah daerah ini sudah menjadi
membudaya dan sangat sulit untuk diberantas. Antara lain :
1. Adanya peluang untuk melakukan korupsi
2. Kurangnya pengawasan internal maupun eksternal
3. Program kegiatan yang dilakukan tidak saling bersinergi
dengan mengedepankan ego sektoral
4. Sulitnya memperoleh bukti-bukti
5. Ahlak yang kurang baik
6. Kurangnya evaluasi dari kepala daerah terhadap program kegiatan
7. Sanksi yang belum menimbulkan efekjera
Korupsi ini juga kalau tidak segera di antisipasi sejak dini akan membudaya
dan akan merusak, kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara melalui
tangan– tangan oknum yang tidak bertanggungjawab dengan memanfaatkan
peluang untuk kepentingan pribadi dan golongan.

Adapun langkah yang harus dilakukan untuk meminimalisir tindak pidana korupsi
di lingkungan pemerintah daerah Sebagai berikut :

1. Pengawasan Internal dan Eksternal

a. Pengawasan Internal
Pengawasan internal dan eksternal ini dilakukan sebagai langkah kongkrit dalam
melakukan pengawasan khususnya memaksimalkanperan Organisasi Perangkat
Daerah dalam hal ini inspektorat daerah dalam melakukan kontroling terhadap
perencanaan dan program kegiatan yang di dalamnya berkaitan dengan
penganggaran, sehingga hal ini minimal berdampak pada minimnya perencanaan
yang tidak efektif, maksudnya perencanaan yang tidak efektif adalah perencanaan
yang tidak sesuai regulasi yang ada, perencanaan yang lebih mengedepankan
kebijakan yang tidak sesuai regulasi.

b. Pengawasan Eksternal
Pengawasan Eksternal itu juga membantu memudahkan pengawasan terhadap
perencanaan dan program kegiatan, di mana pengawasan tersebut melibatkan unsur
LSM, masyarakat, lembaga-lembaga negara yang berkompeten dan tidak mau
berkompromi terhadap tindak pidana korupsi khususnya program kegiatan
dilingkungan pemerintah daerah yang berkaitan dengan penganggaran dengan cara
transparansi melalui informasi baik di media cetak, baliho atau apasaja untuk bisa
menyampaikan program kegiatan sebagai informasi publik.

2. Kontroling dan evaluasi


Sebagai wujud perhatian dan pengawasan kepada daerah tentu harus
ditindaklanjuti dengan adanya kontroling melalui media informasi teknologi
dalam hal ini memaksimalkan pelaporan data kekepala daerah baik laporan fisik
dan keuangan melalui HP android, layar informasi yang berada di ruang kepala
daerah, serta laporan handout agar bisa digunakan untuk bahan kajian evaluasi
dengan harus turun lapangan mengawasi langsung program kegiatan yang
berjalan.

3. Koordinasi
Dalam rangka memaksimalkan peran antara pimpinan dan bawahan maka
dilakukan upaya koordinasi yang terstruktur dan sistematis berjenjang agar
terpelihara rasa kehati-hatan dalam menjalankan program sehingga seuai apa yang
diamanatkankan oleh perauran perundang-undangan yang ada.
B. Upaya- upaya yang ditempuh dalam rangka meminimalisir tindak pidana
korupsi di lingkungan pemerintah daerah
Dalam menangani perbuatan tindak pidana korupsi khususnya berdasarkan
Undang–Undang No. 31 Tahun 1999 , Undang–Undang No. 20 Tahun 2001
tentang perubahan atas Undang–Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Yang perlu mendapat perhatian dalam hal
ini ialah bahwa hukum hendaknya ditegakkan secara konsekuen dan aparat harus
menindak siapa saja yang melakukan korupsi tanpa pandang bulu atau tanpa
melihat siapa saja pelakunya. Pemerintah dan masyarakat melalui lembaga–
lembaga yang ada harus berani melakukan pembersihan terhadap siapa saja yang
tidak jujur dalam mengelola atau menggunakan uang negara.
Adapun sebagai Upaya-upaya yang ditempuh dalam rangka Meminimalisir Tindak
Pidana Korupsi Di Lingkungan Pemerintah Daerah sebagaimana apa yang di
harapkan oleh peraturan yang berlaku, antara lain :

1. Transparansi
Sebagai langkah untuk tidak terindikasi permasalahan tindak pidana korupsi di
lingkungan pemerintah daerah tentu upaya transparasi merupakan suatu hal yang
memberikan ruang untuk sama-sama saling kontrol dalam melaksanakan program
kegiatan yang ada, dimana pemberian informasi secara langsung ke publik
berdasarkan rincian kegiatan serta penganggaran dengan penyampaian melalui
media cetak dan informasi sehingga tidak akan menimbulkan kecurigaan dalam
pelaksanaan kegiatan.

2. Regulasi
Dalam hal melaksanakan program kegiatan sudah tentu harus di barengi dengan
regulasi sebagai dasar hukum yang bisa memberikan petunjuk pelaksanaan atau
pegangan guna terciptanya pelaksanaan tidak terpuji seperti halnya bisa
terpengaruh pada permasalah kejahatan tindak pidana korupsi.

3. Independensi
Pelaksanaan kegiatan yang berkaitan dengan penganggaran tersebut haruslah di
tanamkan rasa percaya diri dengan tidak mau ada intervensi dari siapapun juga
berdasarkan peraturan hukum yang berlaku dan melaksanakan program kegiatan
yang berasakan indepensi.

4. Sanksi
Pemberlakukan sanksi pun haruslah menjadi bagian yang harus diperhatikan bagi
pelaku tindak pidana korupsi di lingkungan pemeritah daerah dimana kita tahu
bersama sanksi yang ada selalu bersifat hukum positif akan tetapi tetap belum bisa
menimbulkan efek jera sehingga ada upaya lain yang di tempuh dalam
pemberlakukan sanksi dengan pemberian sanksi sosial yang sifatnya internal oleh
pemerintah daerah berupa sanksi sementara belum bisa terlibat pada program
kegiatan yang sifatnya selalu berkaitan dengan penganggaran, sanksi penempatan
ditempat yang terjauh dari wilayah yang ada di daerah tersebut dengan tidak juga
mengesampingkan sanksi kepegawaian yang diatur dengan peratura yang berlaku.

5. Akuntabel
Menanamkan rasa tanggungjawab yang tinggi dalam setiap program kegiatan
dengan selalu berlandaskan peraturan hukum yang berlaku pada saat melaksanakan
sampai pada selesainya program kegiatan sehingga hal tersebut bisa akan berjalan
sesuai prosedur yang ada.

6. Kerja Ihklas, Kerja Cerdas, Kerja Keras


Setiap pekerjaan kalau di barengi dengan kerja ihklas, kerja cerdas dan kerja keras
sudah barang tentu akan melahirkan kepuasan tersendiri serta kepercayaan diri
yang tinggi guna menjalakna segala program kegiatan yang ada di lingkungan
pemerintah daerah tanpa melihat apa, bagaimana, siapa dan hasil yang di peroleh
sehingga akan terhindar dari sikap yang kurang baik khususnya terhindar dari
kejahatan tidak pidana korupsi.

7. Tertib, Teratur
Hidup tertib dan teratur juga akan memberikan kita metode yang baik dengan hasil
yang baik dalam menjalankan program kegiatan yang ada dilingkungan pemerintah
daerah sebagai upaya untuk menghindarkan kita pada sikap yang 3. Independensi
Pelaksanaan kegiatan yang berkaitan dengan penganggaran tersebut haruslah di
tanamkan rasa percaya diri dengan tidak mau ada intervensi dari siapapun juga
berdasarkan peraturan hukum yang berlaku dan melaksanakan program kegiatan
yang berasakan indepensi.

8. Imtak
Ahlak yang baik, iman yang baik akan membawa seseorang kejalan yang baik pula
dengan tidak pernah memikirkan atau berpikir imbalan atau apapun juga terhadap
pelaksanaan aktivitas yang berkaitan dengan program kegiatan sehingga akan
melahirkan jiwa yang betul-betul yakin akan hadirnya Tuhan Yang Maha Esa yang
selalu mengarahkan dan membimbing kita ke jalan yang benar.
C. STUDI KASUS

Kasus Suap Mantan Gubernur Banten

Pada Selasa, 17 Desember 2013, KPK menggeledah rumah Atut di Jalan


Bhayangkara Nomor 51 Cipocok, Serang, dini hari. Dari penggeledahan tersebut, penyidik
KPK menyita dua koper berisi dokumen. Ketua KPK Abraham Samad mengatakan, tim KPK
masih melakukan verifikasi dan validasi terhadap semua barang-barang dan dokumen yang
disita KPK.
17 Desember 2013, Atut ditetapkan jadi tersangka, KPK resmi menetapkan Gubernur
Banten Ratu Atut Chosiyah sebagai tersangka kasus penyuapan mantan Ketua MK Akil
Mochtar dalam perkara Pilkada Lebak senilai Rp 2-3 miliar dan korupsi Alkes di Banten
senilai 23 miliar pada 17 Desember 2013.20 Desember 2013, Atut periksa lalu ditahan.
Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah akhirnya ditahan KPK usai diperiksa, Jumat (20/12).
Penahanan dilakukan setelah ia diperiksa selama enam jam. Ratu Atut dititipkan di Rutan
Cabang KPK Pondok Bambu, Jakarta Timur. Setelah diperiksa KPK, begitu keluar Atut
tampak menggunakan baju tahanan KPK. Atut ditahan untuk 20 hari pertama. Penahanan
guna kepentingan penyidikan dalam kasus yang menjeratnya sebagai tersangka, suap
penanganan sengketa Pilkada Lebak Banten.
Kasus mantan Gubernur Banten masa jabatan 2012 sampai dengan 2017 atas nama
Hj.Ratu Atut Chosiyah,S.E. yang kerap di panggil Ratu Atut, berdasarkan Surat Keputusan
Presiden Nomor 63/P Tahun 2015 diberhentikan sebagai Gubernur Banten dengan merujuk
pada Putusan Pengadilan Tipikor pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
Nomor:44/PID.SUS/TPK/2014 yang menyatakan Ratu Atut terbukti bersalah karena
melakukan tindak pidana penyuapan terhadap Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar
sebesar satu milliar rupiah bersama adiknya, Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan, terkait
Pemilihan Umum Kepala Daerah (yang selanjutnya disebut Pemilukada) Lebak, Banten.
Selain kasus tersebut ada pula kasus Bupati Bogor, Rachmat Yasin yang berdasarkan Surat
Keputusan Kementrian Dalam Negeri Nomor 131.32-51 tahun 2015, diberhentikan dari
jabatannya karena merujuk pada Putusan Pengadilan Tipikor pada Pengadilan Negeri
Bandung Nomor: 87/PID.SUS/TPK/2014/PN.Bdg tahun 2014 karena terbukti menerima suap
sebesar empat miliar lima ratus juta rupiah dalam tukar guling lahan seluar 2.754 hektar
dengan PT Bukti Jonggol Asri. Maraknya penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh
kepala daerah membuat pemerintah merubah Undang-Undang Pemerintahan Daerah menjadi
Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas
Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(selanjutnya
disebut Undang-Undang Pemerintahan Daerah), yang menetapkan pemberhentian kepala
daerah apabila terbukti telah melakukan tindakan pidana kejahatan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Korupsi adalah perbuatan seseorang yang menylahi aturan dan melalaykan


kewajibannya, dengan cara memanfaatkan kedudukan dan kekuasaannya untuk
memperoleh keuntungan yang merugikan masyarakat dan negara.
Tindak Pidana Korupsi Di Lingkungan Pemerintah Daerah harus di
minimalisir karena jika tidak segera di antisipasi akan membudaya dan akan
merusak,merugikan serta merongrong perikehidupan berbangsa dan bernegara
melalui tangan – tangan oknum yang tidak bertanggungjawab dengan
memanfaatkan peluang untuk kepentingan pribadi dan golongan melalui
Pengawasan Internal dan Eksternal, Kontroling dan evaluasi serta Koordinasi.
Upaya-upaya yang ditempuh dalam rangka Meminimalisir Tindak Pidana
Korupsi Di Lingkungan Pemerintah Daerah melalui transparansi,regulasi,
independensi, sanksi, akuntabel, kerja ihklas, kerja cerdas, kerja keras,teratur,
imtak.

B. Saran

1. Lebih mengedepankan pengawasan yang melekat dan tidak memberikan


peluang kepada siapapun melalui kebijakan yang bisa merugikan kepentingan
umum khususnya pemerintah daerah.

2. Penerapan sanksi dan penegakan hukum tidak lagi di intervensi oleh siapapun
dengan mengatasnamakan Aparat Sipil Negara yang loyal kepada pimpinan
tetapi yang seharusnya kita lebih mengedepankan loyaitas kepada peratuan
hukum yang berlaku.
3. Sebelum memilih seorang pemimpin perlu mengetahui perjalanan orang yang
ingin dipilihnya. Misalnya dengan melihat perjalanan politiknya, agar tidak
terjadi hal yang tidak di harapkan kedepannya.

4. Masyarakat harus aktif dalam memantau apa yang dilakukan kepala daerah
agar tidak terjadi insiden seperti korupsi dan bahkan menjadi tradisi.

5. Pemerintah Indonesia juga harus memperkuat peran KPK sebagai organisasi


khusus untuk memerangi korupsi di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Chaerudin,.dkk 2008. Strategi Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana


Korupsi, Bandung: Adi Tama. Hal.2

https;//nasional.kompas.com

Labolo, Muhadam. "Menutup Celah Korupsi Pemerintahan Daerah." Jurnal


Ilmu Pemerintahan Widya Praja 43.2 (2017): 93-110.

Josef M. Monteiro. 2016. Pemahaman Dasar “Hukum Pemerintahan Daerah”

Soerjono soekanto, 2008. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan


Hukum. PT.Raja

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pemerintah_daerah_di_Indonesia

https://m.merdeka.com/peristiwa/ini-kronologi-kasus-yang-menjerat-ratu-
atut.html

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang


Pemerintahan Daerah (Lembar Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587)

Amir Liputo, 2015, “Mekanisme Pemberhentian Kepala Daerah


Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah”, Jurnal Fakultas Hukum Sam Ratulangi,
Manado.

Bahri, S., & Jalil, H. (2018). Pemberhentian Sementara Terhadap Kepala


Daerah Yang Di Tetapkan Sebagai Terdakwa. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Bidang Hukum Keperdataan, 2(4), 720-731.

Anda mungkin juga menyukai