UAS Sosio Miftah
UAS Sosio Miftah
Abstrak
1
Kata Kunci : Pidgin, Komunikasi Berbahasa, Santri Gontor.
A. Pendahuluan
Pondok Modern Daarussalam Gontor Ponorogo merupakan salah satu
lembaga pendidikan keagamaan dengan sistem asrama. Salah satu ciri khas
dari pondok ini adalah seluruh santrinya wajib berbahasa asing, yaitu bahasa
Arab dan bahasa Inggris. Mungkin karena hal itu lah membuat Pondok
pesantren Gontor terkenal dengan sebutan pondok modern.
Pada akhirnya komunikasi bahasa Arab dan Inggris pun sudah
menjadi kewajiban bagi para santri baik digunakan sebagai bahasa
pengantar di dalam kelas dan kegiatan-kegiatan formal lainnya yang terjadi
diluar kelas. Akan tetapi ada suatu fenomena yang menarik untuk dijadikan
bahan penelitan kecil ini, yaitu adanya sebuah fenomena kebahasaan yang
unik yang terjadi di dalam komunikasi kebahasaan di lingkungan santri
Gontor.
Fenomena kebahasaan itu adalah adanya kontak bahasa sesama
santri yang akhirnya terjadi sebuah perubahan bahasa Arab dan Inggris yang
terjadi diluar kegiatan formal tersebut, yaitu komunikasi harian sesama para
santri yang jika diteliti maka komunikasi bahasa tersebut tidak sesuai dengan
struktur grametikalnya ditambah lagi dikarenakan santri Gontor ini berasal
dari berbagai daerah di Indonesa, maka timbul lah variasi bahasa dalam
komunikasi tersebut. Pada akhirnya dalam berbahasa asing baik arab
ataupun inggris tercampuri dengan bahasa indonesia ataupun bahasa
daerah.
Banyak ahli memberikan pendapat mengenai bahasa Pidgin, Holmes
menyebutkan bahwa:
A pidgin is a language which has no native speakers. Pidgins develop as
a means of communication between people who do not have a common
2
language. So a pidgin is no one’s native language. Pidgins seem
particularly likely to arise when two groups with different languages are
communicating in a situation where there is also a third dominant language
(Holmes,2013)
Pidgin adalah sebuah bahasa yang tidak memiliki penutur asli: bahasa
ini bukan bahasa pertama seseorang, melainkan bahasa pergaulan (contact
language), dan merupakan hasil dari situasi multibahasa, dimana seseorang
3
yang hendak berkomunikasi dengan orang lain harus menemukan cara atau
mengembangkan kode-kode sederhana.
4
agar bahasa menjadi lebih mudah diterima/dimengerti oleh kedua belah
pihak.
1. Penelitian Terdahulu
Diantara beberapa penelitian yang dianggap relevan dengan penelitian
ini adalah sebagaimana yang telah diteliti oleh Laode Abdul Wahab dalam
jurnal Al-Izzah Vol. 9 No.1 tahun 2014 dengan judul penelitan : “Perilaku
Berbahasa Santri Pondok Modern Gontor Pudahoa”. Akan tetapi dalam
penelitian ini ada satu hal yang tidak terdeteksi oleh penliti, yaitu kontak
bahasa para santri dalam berkomunikasi diluar pendidikan formal. Hal ini bisa
dipahami sebab si peneliti ada kemungkinan bukan alumni dari pondok
modern Gontor. Sedangkan saya sebagai peneliti tema Kontak Bahasa pada
komunikasi santri pondok modern Gontor adalah alumni Gontor yang selama
5
lima tahun sudah berada dalam lingkungan pesantren Gontor. Disamping itu
kontak bahasa ini pun terus berlangsung sampai kami sudah menjadi alumni
pondok Gontor. Artinya berbahasa arab pidgin sudah menjadi bahasa
komunikasi yang terus dilestarikan oleh para santri Gontor baik ketika
semasa menjadi santri atau sudah menjadi alumni.
Berdasarkan hasil penelusuran di atas, penulis fokus untuk meneliti
kontak bahasa Arab yang terjadi pada komunikasi santri gontor tersebut,
serta apa kelebihan dan kekurangan yang terdapat pada kontak bahasa
tersebut.
2. Metodologi Penelitian
Penelitian ini mengunakan metode kualitatif, yaitu bertujuan untuk
memahami perilaku manusia dengan membangun gambaran yang utuh
tentang setting budaya dan sosial tempat terjadinya perilaku tersebut.
Penelitian ini melibatkan data yang berupa kata kata yang menggambarkan
pandangan orang yang diteliti. Penelitian ini dilakukan melalui interaksi
dalam berkomunikasi pada sebuah komunitas alumni Gontor. Penelitian ini
mencoba memahami apa, bagaimana, kapan, dan di mana peristiwa terjadi
sehingga menghasilkan pemahaman tentang makna, konsep definisi, ciri,
metafora, simbol, atau deskripsi tentang orang yang diteliti (Angrosino, M.V.
2007:1).
Masalah penelitian dirumuskan secara umum pada tahap awal
penelitian dan kemudian difokuskan rumusannya pada saat pengambilan
data. Rumusan awal tersebut berkembang pada saat peneliti sudah memulai
mengumpulkan data atau di tengah seting sumber data. (Bogdan dan Biklen,
1998:2).
6
Perumusan masalah secara umum di awal kegiatan penelitian
kualitatif ini bukan berarti bahwa peneliti tidak memahami variabel masalah
yang akan diteliti. Seperti pada penelitian dengan metode kuantitatif, peneliti
dengan metode kualitatif juga harus mengetahui secara pasti construct dari
variabel atau yang menjadi fokus penelitiannya, walaupun fokus itu boleh
(bisa jadi) akan berkembang (menjadi lebih pasti) pada saat pengumpulan
data sudah dimulai. Peneliti yang akan mengkaji perilaku suatu masyarakat,
misalnya (atau tentang bahasa, moralitas, budaya, sikap, dsb), harus
mengetahui secara pasti apa yang dimaksud dengan perilaku (atau
moralitas, budaya, sikap, bahasa) masyarakat yang akan ditelitinya dan bisa
mengidentifikasi apa yang akan menjadi indikator dari perilaku tersebut.
Pengumpulan data membutuhkan teknik yang merupakan langkah
yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian
adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data,
maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data
yang ditetapkan. Creswell mengatakan bahwa pengumpulan data adalah
rangkaian aktivitas yang saling terkait yang bertujuan untuk mengumpulkan
informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan riset yang muncul.
7
cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat
dilakukan dengan observasi, interviw, dan dokumentasi.
8
Jika kita amati pada percakapan tersebut, terdapat percakapan chat
diantara alumni santri yang menggunakan bahasa daerah kemudian
dicampur dengan bahasa Arab.
Di sana tertulis kalimat Salatoh matbah aam Ghoiru Jiddan... bahasa
arab seperti ini saya yakin orang Arab asli pun tidak dapat memahaminya.
Kalimat yang ingin diutarakannya adalah sambel dapur umum sangat tidak
enak sekali. Contoh kalimat seperti ini tentu saja sangat bertentangan
dengan kaidah nahwa atau shorof (kaidah bahasa Arab), akan tetapi seperti
yang disebutkan di atas bahwa bahasa Pidgin merupakan sebuah bahasa
yang muncul sebagai hasil interaksi antara dua kelompok yang berbicara
9
dengan bahasa yang berbeda. Contoh lainnya dapat dilihat pada gambar
berikut ini
Gambar 2: Data percakapan dalam grop Alumni
10
Kalimat sul ini pun akhirnya menjadi sebuh bahasa baru bagi santri
gontor, tak jarang kalimat konsul pun dijadikan menjadi bahasa borowing
dalam percakapan mereka, seperti kalimat yang ingin diujarkannya adalah : “
dia adalah santri satu daerah dengan saya”, maka santri Gontor membuat
penyederhanaan bahasa dengan cukup mengatakan : “Huwa Konsuly..”
11
asing dalam pergaulan mereka. Pada gambar selanjutnya sepertinya akan
sangat terasa jika anak-anak gontor mampu membuat kebahasaan sendiri
dikalangan mereka dengan mengambil salah satu bahasa indonesia
disematkan atau disisipkan dalam komunikasi bebrhasa arab.
Gambar 4 : Data percakapan chat pribadi
12
mau diteliti SMS atau pesan singkat dalam bahasa Arab bisa disebut juga
dengan ar-risalah.
13
Yang satu mahasiswa berasal dari pondok Gontor dan kelompok yang kedua
mahasiswa dari pondok tradisional (salafy) dan mahasiswa yang tidak pernah
mondok (lulusan SMA atau SMK)
Setelah dilakukan tes tulis tersebut didapatkan data nila mahasiswa
sebagai berikut :
14
mengetahuinya, dia bisa membedakan mana kalimat untuk mudzakar (laki-
laki) dan mana kalimat untuk muanats (perempuan).
Dari data ini dapat diambil hipotesis bahwa santri yang terbiasa
dengan bahasa pidgin memiliki keprcayaan diri dalam berkomunikasi bahasa
Arab yang fushah serta dapat membaca dan menerjemahkan teks-teks
berbahasa Arab.
Daftar Pustaka
Janet Holmes, An Introduction to Sociolinguistics, Fourth Edition, (London:
Routledge, 2013), h. 85.
Wardaugh, Ronald An Introduction to Sociolinguistic, Fifth Edition, (USA:
Blackwell Publishing, 2006), h. 61.
Arikunto, S. P. (2010). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
15
Ainin, M. P. (2007). Metodologi Penelitian Bahasa Arab. Pasuruan: Hilal
Pustaka.
16