Anda di halaman 1dari 2

Campur kode adalah penggunaan suatu Bahasa secara dominan dengan disisipi sedikit unsur

Bahasa lainnya.
Dalam linguistic, alih kode adalah penggunaan Bahasa lain atau ragam Bahasa lain pada satu
percakapan untuk menyesuaikan diri dengan peran atau situasi lain atau karena adanya partisipan
lain.
Komunikasi efektif tidak akan terjalin jika pihak yang berkomunikasi tidak memiliki referensi
kebahasaan yang sama. Berdasarkan kenyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa peran utama
Bahasa adalah pelaksanaan fungsinya sebagai alat komunikasi. Satu hal yang tidak dapat
dihindari adalah terjadinya kontak Bahasa. Kontak Bahasa yang dimaksud adalah bertemunya
dua Bahasa atau lebih dalam suatu proses komunikasi sosial.
Kontak Bahasa menandaskan bahwa kontak Bahasa merupakan kondisi sosiolinguistik yang
memungkinkan terjadinya Tindakan spontan seorang penutur untuk mengganti kode bahasayang
sdang digunakan dalam komunikasi. Penggantian kode Bahasa tersebut dapat terjadi secara
keseluruhan memasukkan unsur Bahasa lain dalam Bahasa yang sedang digunakan. Hal ini dilatar
belakangi oleh suatu alasan tertentu yang memungkinkan suatu komunikasi dapat lebih mudah
untuk dimengerti penutur.
Seperti contoh artis yang merupaakan public figure dengan adanya kencedurungan untuk
memeprluas pengetahuan dan wawasan akibat globalisasi. Mendorong masyarakat global untuk
belomba-lomba memaksikan potensi diri sebagai public figure. Fenomina inilah yang pada
ahirnya engakibatkan terjadinya fenomina kebahasaan berupa alih kode dan capur kode.
Seperti contoh cinta laura dimana ia lahir di amerika. Ia lahir dari ayah yang menggunakan
Bahasa inggris dan ibu orang jawa. Sebagai seorang blasteran yang lahir di amerika tentu ia
menggunakan Bahasa inggris secara dominan. Saat menjadi public figure ia menngunakan
Bahasa Indonesia dengan bercampur Bahasa inggris. Tidak hanya itu, ada reza rahardian sering
dalam wawancara nya ia memadupadankan Bahasa Indonesia dan inggris.
Pengamat sosial budaya dari Universitas Indonesia Devie Rahmawati menilai fenomena ini
muncul bukan tanpa alasan. Menurut Devie, mencampur bahasa merupakan lambang hierarki
yang menunjukkan status sosial, pendidikan, dan kehormatan.

Devie menjelaskan di era global ini, berbahasa Inggris yang merupakan bahasa internasional
merupakan sebuah keniscayaan yang tak bisa dihindari. Setiap orang dituntut untuk bisa
berbahasa internasional agar dapat berhubungan dan bernegosiasi dengan siapa saja di seluruh
dunia.

Penelitian lain juga menemukan kemampuan lebih dari satu bahasa membuat seseorang dapat
memutuskan pilihan dengan lebih rasional. Studi lain pun mengungkap menguasai lebih dari satu
bahasa membuat seseorang lebih sensitif terhadap lingkungan.

Di balik sisi positif melatih keberanian, pencampuran bahasa ala bahasa anak Jaksel ini diakui
Dennis sedikit banyak bisa menimbulkan sisi negatif, khususnya jika dipandang dari sisi orang
asing di Indonesia.

Sisi buruknya, pencampuran bahasa ini secara tak langsung akan membuat orang asing di
Indonesia jadi malas belajar bahasa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai