Anda di halaman 1dari 3

Misinterpretation

Misinterpretation atau salah tafsir merupakan kesalahan penfsiran yang umumnya disebabkan
oleh persepsi yang tidak akurat. Hal ini bisa disebabkan karena kesalahan persepsi mengenai
intonasi suara, mimic wajah, dkk.
Sebuah contoh kasus, ada netizen menulis sebuah status dengan menyebut istilah (Tuan Besar)
yang saat itu bertepatan dengan kedatangan salah seorang ulama besar dari sebuah negeri yang
tengah berkonflik. Status netizen menyebut bahwa untuk apa para ulama’ dari negara yang
berkonflik datang ke Indonesia dan memberi taushiyah seputar kerukunan dan lain sebagainya
padahal negerinya sendiri tengah dilanda konflik. Faktor kebetulan menulis status di media
dengan menyebut istilah ndoro yang bersamaan dengan kedatangan salah seorang ulama besar ke
Indonesia dengan mudah ditanggapi oleh netizen sebagai satire disebabkan karena faktor
situasional menulis yang tidak tepat.

Sumber: https://www.nu.or.id/post/read/87623/mispersepsi-pengguna-media-sosial

Etnosentrisme

Etnosentrisme merupakan sikap keyakinan atau kepercayaan bahwa budaya sendiri lebih unggul
dari budaya lain. Bahkan cenderung memandang rendah budaya lain, dan tidak mau mengakui
keunikan budaya lain sebagai suatu ciri khas dari kelompok lain. Entnosentrisme memandang
dan mengukur budaya lain berdasarkan budaya sendiri, dan jika tidak sejalan maka dianggap
berlawanan dan berbahaya sebab berpotensi mencemari budaya sendiri.

Konflik Ambon Menurut Yayasan Denny JA, konflik Ambon, Maluku merupakan konflik
terburuk yang terjadi di Indonesia setelah reformasi. Di mana telah menghilangkan nyawa sekitar
10.000 orang. Diberitakan Kompas.com (19/1/2020), konflik Ambon berlangsung pada 1999
hingga 2003. Dalam konflik tersebut tercatat ribuan warga meninggal, ribuan rumah dan fasilitas
umum termasuk tempat ibadah terbakar. Bahkan ratusan ribu warga harus meninggalkan
rumahnya untuk mengungsi dan meninggalkan Maluku atas konflik tersebut. Konfik Ambon
berlangsung selama empat tahun.

Sumber:
https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/06/190000569/kasus-kekerasan-yang-dipicu-
masalah-keberagaman-di-indonesia?page=all.
Prejudice

Prasangka adalah persepsi yang keliru terhadap seseorang atau kelompok lain. Konsep prasangka
mirip dengan streotipe, bahkan dikatakan bahwa prasangka merupakan kunsekuensi dari adanya
streotipe. Menurutt Richard W. Brislin, prasangka merupakan sikap tidak adil, menyimpang, dan
intoleran terhadap orang atau kelomopok lain. Prasangka pada umumnya bersifat negatif, adanya
prasangka dapat  membuat seseorang memandang rendah dan bahkan memusuhi orang atau
kelompok lain.

Contoh Kasus:

Hitler dengan prasangka sosial yang kuat terhadap kaum Yahudi adalah golongan yang akan
menjatuhkannya, golongan yang akan menghalangi setiap rencananya. Oleh karenanya, Hitler
melakukan pembantaian besar-besaran terhadap kaum Yahudi yang pada akhirnya memicu
dapat  memiliki dampak buruk yang bahkan memicu perang dunia ke- 2. Secara khusus di
Indonesia, konflik Sampit 2001 merupakan konflik antara etnis Dayak dan madura serta Poso
1998 merupakan dua konflik besar yang menimbulkan jatuhnya korban jiwa yang tidak sedikit.
Prasangka antar etnis dan agama merupakan pemicu terjadinya pertikaian pada kedua peristiwa
tersebut.

Sumber:
https://tribratanewspoldajatim.com/berita/MTI5NTc=/Mengelola_Prasangka_Sosial_Antar_Kelo
mpok

Steorotipe

Stereotipe adalah sikap yang menggeneralisasi atau menyamaratakan sekelompok orang, tanpa
mempertimbangkan kepribadian atau keunikan masing-masing individu. Stereotipe
mengelompokkan individu berdasarkan keanggotaan individu dalam suatu kelompok dan tidak
memandang individu dalam kelompok tersebut sebagai individu yang unik. Karakteristik
individual mereka diabaikan, dianggap homogen.

Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Iwantoro pada tahun 2018 di Desa Kalipang,
Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur dengan judul Pendidikan Anak Dalam Perspektif Gender:
Studi Kasus Pendidikan Anak di Desa Kalipang Kecamatan Grati Kabupaten Pasuruan,
ditemukan bahwa ternyata masih banyak stereotip pejoratif masyarakat kita terhadap pendidikan
anak perempuan. Iwantoro dalam penelitian tersebut menyatakan bahwa di Desa Kalipang,
masih berkembang stereotip yang mengakar kuat bahwa anak perempuan adalah anak yang
lemah sehingga tidak sesuai jika harus bekerja di luar rumah.

Sumber: https://www.nu.or.id/post/read/113059/stereotip-masyarakat-kalipang--pasuruan-
terhadap-pendidikan-anak-perempuan

Anda mungkin juga menyukai