Anda di halaman 1dari 6

Di sebuah flat sewa yang amat kecil, nampak sebuah tumpukkan lemak tergeletak di

kasur putih polos mencium bantal. Rambutnya ikal dengan wajah yang lumayan. Tepat
pukul 08:00 AM bangun dengan perasaan yang biasa saja. Ia dengan yakin mengetahui
semua yang akan terjadi dalam hidupnya setiap hari. Seorang akuntan di sebuah
perusahaan dengan pemilik yang optimistik namun galak. Rutinitas yang dilakukannya
tidak perlu diberiahu karena pasti akan sangat membosankan. Sesampainya di tujuan, ia
bertemu dengan petugas administrasi di sana. Seorang wanita dari Czezh yang sering
membuatnya teertarik melihatnya berjam-jam yang baginya terasa seperti hitungan
detik. Mungkin inilah yang dimaksud teori relativitas Einstein yang menyatakann bahwa
jika engkau melakukan sesuatu yang kau sukai akan terasa seperti hitungan detik
walaupun sudah berlangsung berjam-jam. Sebaliknya jjika kamu melakukan sesuatu
yang tidak kau sukai, maka akan terasa seperti bertahun-tahun, padahal belum berjalan
5 menit. Namun, apa boleh buat, pandangan hidup Extential Nihilishm menyelimuti
pikirannya. Sebenarnya kehidupannya biasa-biasa saja, tidak ada masalah yang sangat
mencekam atau sampai mengancam nyawanya, namun juga tidak dapat dipandang
sebagai sesuatu yang membuat orang optimis serta selalu memiliki tujuan hidup yang
tidak ada habis-habisnya. Ketika duduk di bangku SMA, ia merupakan salah satu murid
yang diidolakan baik oleh para guru, teman-teman seangkatannya, adik kelas, bahkan
sampai kakak kelas. Saat kelulusan, dengan sangat percaya diri layaknya seorang
motivator yang sudah melalui banyak lika-liku kehidupan, memulai pidatonya dengan
spontan tanpa ragu menyatakan berbagai pemikiranya, visi dan misi hidupnya, tips-tips
darinya yang membuatnya sampai saat itu, diakhiri dengan selebrasi melalui gerakan
backflip yang membuat semuanya histeris. Dari kejauhan terdapat tumpukkan lemak
yang diseret oleh segerombolan bullies yang kurang kerjaan menyeretnya ke lapangan
tempatnya berdiri. Pimpinan dari bullies tersebut bernama Frank Jerr. Salah satu murid
yang biasa-biasa saja dengan skor matematika yang paling tinggi. Anak malang tersebut
berkata dengan penuh keputusasaan, "Ron, tolong aku." Ron pun memberikan jersey
yang dipakainya di luar kaus lengan panjangnya, variasi pakaian yang unik tanpa meniru
siapapun. Apa boleh buat, anak itu hanya dapat menutupi kemaluannya yang belum
sempat tterlihat karena diseret dalam keadaan tengkurap. Remaja itu bernama Ronald.
Pekerjaannya yang sekarang meupakan yang didapatkannya 5 tahun sesudahnya, yang
berarti mereka semua berusia sekitar 23 tahun. Ron yang nampaknya sudh tidak punya
harapan pun pergi ke tempatnya bekerja dengan berjalan kaki. Jaraknya ke kantor
sekitar 5 KM. Bayangkan berapa banyak kalori yang dihabiskannya untuk pergi ke
tempat penghasil koin itu. Rupanya dia bekerja di sebuah pabrik coklat yang baru saja
dibuka 5 tahun yang lalu, bermerek O’Driscoll. Sebuah merek yang tanpa disengaja
disebut oleh seorang sarkastik yang mmenyebut bahwa coklat buatannya
mengingatkannya pada kumpulan orang-orang brengsek bernama O’Driscoll. Mereka
menerima simile itu dengan lapang dada. Sesampainya di sana, seorang teman yang
merupakan salah satu dari mantan bully di sekolahnya itu memberikan slebaraan kertas.
Sebuah tantangan simpel namun membuat otak berpikir 7 keliling untuk
mempertimbangkan berbagai akibatnya, baik maupun buruk. Namun karena temannya
Nampak gembira sebagai bentuk testimony terhadap tantangan tersebut, Ron
menerimanya. Tantangan tersebut bernama “Yes Challenge”, di mana peserta harus
menngatakan ya terhadap situasi apapun, pertanyaan apapun, penawaran apapun.
Sepulangnya dari tempat bekerja, tepatnya pada pukul 8 malam, ia berjalan menyusuri
kota Bronx yang penuh dengan berandalan serta raawan kejahatan. Dengan
kemampuan komunikasinya, semua preman yang berhadapan denganya, satu orang
maupun sekelompok dapat dihadapinya dengan baik. Pernah suatu saat anak punk
berkulit putih dengan tubuh kecil bernyali besar menodongkan pisau I hadapany.
Dengan senyum humoris diberikannya 1 dolar yang dibawahnya terdapat tumpukkan
kertas kosong bewarna hijau. Anak punk itu un segera pergi tanpa mengecek isi
seluruhnya. Sungguh kebodohan yang luar biasa dan melampauinya. Di perjalanan,
terdapat sebuah mobil V Beetle bewarna hijau di pinggir jalan yang dikelilingi oleh
segerombolan pemuda greasers sekitar berusia 16 tahun. Tanpa keraguan sedikitpun
sekaligus keputusasaan, dilakukannya kembali atraksi salto sebanyak 10 kali tepat di
depan mata mereka. Lantas mereka pun ketakutan dengan sugesti bahwa Ron
merupakan ahlii beladiri yang terbiasa berkelhi di jalanan atau leebih tepatnya petarung
jalanan. Ron yang berniat berlutut memohon apapun segera diiringi dengan tikus-tikus
yang berlarian kocar-kacir sehingga mereka pun terpisah. Masih dipertahankannya
posisi memelas itu dengan sugesti bahwa mereka belum pergi. Terdengarlah bunyi
genggaman pintu keluar, seorang pria dengan gaya berjalan yang agak kemayu, dengan
penampilan seorang greaser pada umumnya. Dihampirinya Ron dan berkata, “Terima
kasih telah menlongku, aku bisa saja dipukuli mereka kalau kau tidak bertindak.” Dengan
terengah-engah Ron menjawab, “Ya. Maksudku, terima kasih.” “Sebagai gantinya aku
memberimu layanan”, ucap seorang feminis itu. Pikiran Ron sudah mulai merasa da
yang mengganjal, merasakan sesuatu yang tidak-tidak akan menimpa dirinya. Teringat
dengan tantangan yang sedang dijalaninya, dengan sedikit gugup menjawab, “Yyy.. Ya”.
Terlihat wajah gembira sekaligus nakal dari lelaki yang meragukan orientasinya. Mereka
berdua berjalan ke persimpanngan gang di mana di jungnya terdapat sebuah tulisan
bewarna-warni diskotik bertuliskan “Liquor Bar”. Lantas ketakutan menghantui pikiran
dewasa normal itu. Terdapat dua ha yag mencurigakan dari ajakanya. Pertama, cara
berjalanya yang berkeblikan dari laki-laki pada umumnya. Kakinya lurus, cenderung
menghimpit, posisi lengannya lurus menunjukkan telapak tangan di luar. Kedua, di
ajakan meminum alcohol yang merupakan pantangan seorang idealis sepertinya.
Ternyata hidup yang biasa-biasa saja tidak mengubah pola pikirnya yang positif, di
samping kadar lemaknya yang sudah berkisar 20%. Ternyata, tempat kotor itu masih
tutup, namun pemuda tadi merupakan salah satu bartender di sana, sehingga memiliki
salah satu kunci pintu untuk memasukinya. Tanpa berlama-lama, mereka berdua
memasuki tempat itu. Sang penyeduh air segera mengambil sebuah cangkir,
menuangkan sebuah botol bir ke dalamnya, serta memberi isyarat tangan untuk
mempersilakanya meminum cairan itu. Logika si rambut cepak itu pun berlogika
sejenak. Ia hanya boleh mengatakan ya. Sedangkan tantangan kali ini meminum
secangkir air merah keunguan. Ya, hanya meminum, tidak ditentukan sampai habis,
setengahnya, atau bahkan hanya setetes. Segera ia meminumnya satu teguk. Tidak lupa
sebelumnya mengatakan, “ya”. Tepat sedetik sesudah satu tegukan, terdengar dari
kejauhan sebuah suara teriakan minta tolong yang diidentifikasi oleh pikiranya yang
sudah pasti seorang gadis berusia sekitar 13-15 tahun. Sesuai dengan tantanganya, si
botak itu pun berlarian layaknya Forrest Gump yang berlaria sambiil diteriaki oleh Ginny
untuk lari dari para bullies yang mengejarnya dengan sebuah kendaraan. Sesampainya
di sana, betapa terkejutnya dia. Salah satu bullies yang menyeret tumpukkan lemak
yang tidak diketahui nasibnya itu Perkenalkan, orang itu bernama “Duck”. Duck memang
terkenal dengan kebiasaan mencurinya sejak SMA. Pernah suatu hari ia mencuri alat
kontrasepsi dari sebuah mini mall, padahal tidak ada gadis yang tertarik padanya karena
kebiasaannya menggunakan narkoba tingkat pertama. Ternyata gadis tersebut
merupakan salah satu buruh pabrik coklat tidak laku itu yang memang aduhai. Jangan
langsung berpikiran kotor dulu, Duck tidak makan selama 3 hari. Dopamin yang
diperolehnya dari morfin, koka, dan kawan-kawannya sudah tidak mempan memenuhi
perutnya yang keroncongan, sehingga ia memutuskan untuk melahap salah satu coklat
setengah jadi yang sangat pahit, setidaknya bisa mengisi perutnya yang dikelilingi piano
tuts hitam-putih itu.Mengapa si rambut mullet itu ikut dibawa? Ternyata dijadikan
sebagai tumbal bagi yang ingin merebut kepingan kotak-kotak itu darinya. Di sini Ron
dihadapkan pada dua tantangan. Pertama, Duck menawar, “Ron, aku memiliki usaha
kartel narkoba yang keuntungannya jauh melebihi usaha tatabukumu itu.” Konyolnya
Ron sempat tertawa kecil menyaksikan kebodohan “teman” lamanya itu yang pada
kenyataannya dia yang bekerja di pabrik, bukan dia yang membuat usaha, modal saja
tidak punya. Duck terheran-heran dengan aksi bintang sekolah Revere High School
angkatan 1979-1981 itu. Otaknya yang terlalu kecil tidak bisa menangkap reaksi darinya,
yang tentunya merupakan keuntungan bagi Ron sendiri. Kalau sampai Duck mengetahui
maksud dari Ron, mungkin cerita ini sudah berakhir. Ia justru membalas tawa tersebut
lebih keras lagi, sampai peganganya merenggang sehingga memberikan peluang bagi
wanita setengah malang itu untuk melarikan diri. Benar saja, segera biji peler Duck
dipukul dengan sikut keciilnya yang merupaka kelemahan terbesar para pria sekuat
Hercules dari mitologi Yunani sekalipun. Wanita yang berlum diketahui namanya itu
segera melarikan diri, membiarkan coklat tersebut berada di tangan yang salah. Ron dan
Duck pun saling melepas rindu dengan berpelukan dengan sangat erat. Mereka berdua
makan coklat bersama. Karena situasi malam yang sangat dingin, tertidurlah sepasang
teman jauh yang mendadak jadi soul mate itu dalam keadaan seperti yang mereka
lakukan sebelumnya. Keesokan harinya pandangan Ron dan Duck dipenuhi langit-langit
putih. Berada dalam posisi terduduk di kursi besi yang amat dingin dengan AC bersuhu 5
derajat Fahrenheit. Saat salah satu dari mereka memutuskan untuk berdiri, pergelangan
tangannya tertaahan oleh sesuatu. Ya, mereka telah diikat dengan rantai tanpa ampun.
Setelah dipikir-pikir, Ron tersadar bahwa ia sedang berada di ruang intograsi.
Sebelumnya, Ron belum sadar mengenai siapa pemilik pabrik tempatnya membanting
tulang yang diurus asal-asalan yang sudah pasti rugi besar, namun tetap jalan. Besi
dingin berukuran 5 senti menyentuh lehernya dengan lembut, meraba-rabanya dengan
mesra. Tak berani untuk melihat ke belakang, mereka mematung. Saat dilihat baik-baik,
tampak seorang lelaki kekar gagah serta potongan rambut tentara Royal Navy yang
nampaknya pasti digilai para wanita. Terdapat sesuatu yang mengganjal, wajahnya
Nampak seperti seseorang yang telah mmenunggu sesuatu sejak lama. Penampilannya
sederhana, namun sangat keren dan elegan. Kaos oblong bewarna putih dengan celana
cargo bewarna hijau muda. Setelan pakaian yang sepertinya dipakainya setiap hari,
persis seperti CEO yang sukses yang selalu mengenakan pakaian yang sama setiap hari
sehingga menjadi cirri khasnya, tanpa memperdulikan trend-trend terkini. Berbeda jauh
dengan Duck yang bersepatu usang, dirangkai dengan spidol hitam logo “Nike”. Mulut
kedua sahabat itu tidak ditutup. Di depan pandangan mereka terpampang sebuah
tulisan berupa pertanyaan yang nampaknya seperti tes IQ yang biasa diberlakukan di
SMA-SMA setempat. Pertanyaannya yaitu: Bayangkan sebuah tumpukkan lemak yang
ditentang ke sana ke mari lalu ditertawakan. Apa yang akan anda lakukan? Waktu
memikirkan jawaban bebas, namun semakin panjang waktu yang diulur, semakin
panjang pula jawaban yang diberikan, serta sesuai waktu memikirkan jawaban!

Ron dalam sekejap langsung teringat serta menjawabnya 100% jujur: “Aku akan
memberinya salah satu bagian dari pakaianku yang walaupun sudah pasti terlalu kecil,
namun setidaknya dapat menutupi bagian bawah pinggangnya. Kalau aku memakai
pakaian seadanya, aku akan membiarkannya.” Sebuah jawaban yang amat jujur, bahkan
pengecualian yang terdengar mengecewakan mantan korban bulan-bulanan itu pun
diucapkannya. Teman di sampingnya pun berpura-pura tidak sadarkan diri, namun
segera digelitiki oleh interrogator itu. Sontak pemuda itu pun menjawab, “Aku akan
melakukan hal yang serupaaaaa!!!!” Sebuah jawaban yang setengah cerdas setengah
tolol. Sudah pasti interrogator mengetahui hal yang sebenarnya. Tanpa berpikir ia pun
memberi isyarat memanggil suruhan-suruhannya untuk menggeliitiki Duck sampai
berkata jujur. Sangat disayangkan, IQ jongkok yang dimilikinya tidak paham apa yang
dimaksud. Yang ia tahu hanya memberikan jawaban sepositif mungkin. Sedangkan
Ronald, dilepaskan serta diajaknya berjalan bersama. Di pagi hari yang cerah itu, mereka
pergi ke sebuah bar yang sama untuk minum liquor bersama. Apakah teman lamanya itu
pemilik tempat alkohol itu? Sama sekali tidak. Justru sebenarnya ia adalah pemilik usaha
pabrik cokelat tersebut. Namun, mengapa dikelola dengan asal-asalah? Rupanya pria
tipikal orang sukses itu sedang mencari koneksi dengan Ronald yang tidak diketahui
keberadaannya. Pekerjaan sebenarnya ternyata seorang agen FBI yang bertugas di
bagian divisi pemeriksa keaslian cek yang merupakan bakat yang baru disadarinya
setelah merubah pola hidupnya dari seorang pemalas perampas camilan di kulkas
dengan berolahraga serta membeli sebuah buku di pedagang asongan tentang Ekonomi
yang dipelajarinya sendiri karena orang tuanya tidak mampu membiayainya kuliah.
Setelah itu, ia pergi ke setiap bank, yang pertama adalah California Bank, mempelajari
seluk beluk mantan pemalsu cek sampai menjadi agen FBI, Frank William Abagnale, Jr.
Semua itu diceritakannya sambil mabuk berat, namun Ron mempercayai hal itu.
Kemudian ia berbisik, “Frank Jerr merupakan pemilik bar ini, setahun yang lalu ia
meninggal karena overdosis Heroin. Sekarang digantikan oleh Duck yang sedang
digelitikki. Lantas Ron terkejut, bangkit dari kursi serta berlarian ke ruang putih kecil itu.
Naas, saat ditemukan, Duck telah tewas dalam keadaan tersenyum. Di depan dinding
terpampang sebuuah kain putih diplakat emas bertuliskan, “Selamat telah
memenangkan Yes Challenge”. Terlinanglah air mata Ron mengetahui fakta bahwa
sahabatnya, Driscol itulah pemenang Yes challenge. Teman yang merekomendasikan
Ron ternyata salah satu mantan murid paling tidak menonjol di sekolahnya, Duncan
Duncin. Wanita yang diselamatkannya datang lalu memeluknya. Rupanya dia adalah
salah satu teman sekelasnya yang dulu selalu dikucilkan, namun diperlakukan baik
olehnya, bernama Brenda Olsen. Sebagai hadiah, Ron diberi $100 oleh Driscol, serta
akuntan di perusahaan pemeriksaan ceknya yang bernama, “ O Driscol Fat$”. Rupanya ia
memanfaatkan keterpurukanya dulu menjadi nama usahanya yang Nampak lucu
sekaligus mengagumkan.

Anda mungkin juga menyukai