Anda di halaman 1dari 4

FROM SOCIAL COGNITION TO AFFECT

A. Differentiating Among Affects, Preferences, Evaluations, Attitudes, Moods, And


Emotions

1. Affect and Company


Afek adalah istilah umum untuk berbagai macam preferensi, evaluasi, mood, dan
emosi:
- Preferensi termasuk reaksi yang relatif sedikit subjektif yang pada dasarnya
menyenangkan atau tidak menyenangkan.
- Evaluasi adalah reaksi positif dan negatif sederhana yang memberi tahu kita
siapa (dan apa) yang harus didekati dan dihindari.
- Mood berpengaruh positif dan negatif tanpa target spesifik, tetapi biasanya
dengan durasi tertentu.
- Emosi mengacu kepada berbagai macam afek yang kompleks, tidak hanya
sekedar perasaan baik dan buruk, tetapi juga dapat menyiratkan perasaan yang
intens dengan manifestasi fisik, termasuk gairah (arousal) fisiologis.

2. Differentiating Positive and Negative Responses


Afek dapat dicirikan dengan satu dari dua cara yang muncul secara konsisten
di seluruh analisis struktur emosi. Struktur pertama menekankan evaluasi bipolar
(positif-negatif), dilintasi dengan derajat arousal. Struktur bipolar ini paling sesuai
dengan respons perilaku mendekat (mis., mengonsumsi) atau menjauh (mis., dari
ancaman; Cacioppo & Gardner, 1999). Umumnya, respons perilaku secara fisik
sangat dibatasi baik secara positif maupun negatif.
Dalam beberapa kasus, individu dapat merasakan banyak atau sedikit
pengaruh positif dan negatif yang “murni”. Singkatnya, seseorang dapat merasa
bahagia dan sedih, dalam keadaan tertentu, terutama mengingat kembali pengalaman
yang kompleks (Larsen, McGraw, & Cacioppo, 2001). Ini disebut struktur bivalen
(dua valensi independen). Bivalent menyiratkan dua valensi independen yang
seringkali terpisah, yaitu dimensi positif dan negatif yang tidak berkorelasi dan
beroperasi secara independen.
Emosi positif dan negatif berbeda dalam cara mereka beroperasi. Emosi positif
relatif terbatas tetapi lazim. Informasi negatif sangat menarik perhatian, sebagian
karena sangat jarang. Kebanyakan individu berharap dan mengalami hasil yang
sedikit positif sehingga baseline mereka sedikit positif; titik netral psikologis
bukanlah nol tetapi sebaliknya sedikit melebihi nol. Ini merupakan offset
kepositifan, efek Pollyanna, atau bias kepositifan (masing-masing: Cacioppo &
Gardner, 1999; Matlin & Stang, 1978; Sears, 1983). (Efek Pollyanna mengacu
kepada kecenderungan individu untuk menafsirkan, menilai, dan mengingat entitas
yang lebih positif daripada yang tidak. Bias kepositifan menggambarkan
kecenderungan orang untuk menekankan kebaikan atas kejahatan. Offset kepositifan
mengacu kepada perpindahan penilaian netral ke arah yang sedikit positif).
Sementara itu, hasil negatif menangkap lebih banyak perhatian dan sumber daya
untuk mengatasi ancaman. Ini merupakan bias negatif ketika seseorang memobilisasi
tantangan, meminimalkannya, dan kemudian mengembalikan keseimbangan yang
cukup positif (Cacioppo & Gardner, 1999; Fiske, 1980; Taylor, 1991).

3. Basic Emotions?
Menurut pandangan prototipe kategori, keanggotaan kategori adalah masalah
derajat. Prototipe adalah kecenderungan utama atau rata-rata (rata-rata atau mode)
dari anggota kategori. Beberapa keadaan lebih jelas adalah emosi (mis.,
kebahagiaan, kemarahan, kesedihan, cinta, ketakutan, benci). Selain itu, contoh-
contoh emosi berbagi banyak fitur dengan anggota kategori prototipe lainnya
(peningkatan denyut jantung, keringat, perhatian obsesif, air mata; Fehr & Russell,
1984).

B. Early Theories

Hubungan antara afek dan kognisi adalah pertanyaan lama. Lebih dari seabad yang lalu,
William James (1890/1983) mengusulkan bahwa perasaan umpan balik otonom (detak
jantung, ketegangan perut) dan umpan balik otot (postur, ekspresi wajah) itu sendiri
membentuk emosi. Conrad Lange (1885/1922) menemukan teori serupa pada saat yang
sama dengan James. Dalam pandangan James-Lange ini, pola-pola fisiologis yang unik
untuk setiap emosi mengungkapkan kepada kita apa yang kita rasakan. James
menyatakan bahwa ketika kita melihat beruang di hutan, kita takut karena kita gemetar
dan melarikan diri: Respons fisik menyebabkan emosi.
C. Physiological Theories Of Emotion

Beberapa teori emosi nonkognitif memberikan tandingan dengan teori kognitif.

1. Facial Feedback Theory


Hipotesis umpan balik wajah sebelumnya menyatakan bahwa peristiwa emosional secara
langsung memicu konfigurasi otot bawaan tertentu, dan bahwa kita menjadi sadar akan
perasaan hanya setelah umpan balik dari wajah (Tomkins, 1962; bdk. Gellhorn, 1964).
Hipotesis umpan balik wajah menyatakan bahwa peristiwa emosional secara langsung
memicu konfigurasi otot tertentu, dan bahwa kita menjadi sadar akan perasaan hanya setelah
umpan balik dari wajah. Selain itu, ekspresi wajah merefleksikan pleasantness dan intensity.
2. Excitation Transfer
Arousal (yaitu, eksitasi emosional dari sistem saraf simpatik) memiliki asal otomatis dan
terpelajar (Zillmann, 1988); misalnya, respons kaget bersifat unconditioned, tetapi takut
dalam perjalananan menggunakan pesawat terbang adalah respons yang terkondisi. Ciri-ciri
arousal yang dipelajari dan tidak dipelajari secara teoritis tergantung pada tiga faktor yang
awalnya independen: disposisi, rangsang, dan pengalaman.
Arousal emosional langsung:
(a) Komponen disposisional: Reaksi motorik skeletal yang dipelajari dan tidak dipelajari
(mis., respons kaget, reaksi wajah yang tidak terkendali, gerakan emosi yang tidak disengaja)
(b) Komponen bersemangat: Reaksi arousal yang dipelajari dan tidak dipelajari (mis.,
memberi energi pada organisme)
Reaksi yang menyusul:
(c) Aspek pengalaman: Penilaian reaksi awal dan interpretasi situasi (dapat memodifikasi
tindakan seseorang)
3. Affective Neuroscience
Dimension of emotion: positive + negativity + intensity/arousal
EEG  identify the timing and approximate location of +/- affect response

D. Social Cognitive Foundations Of Affect


How can emotions differentiate if physiological arousal does not?
Physiological + neural response system  emotion
Social psychologists  cognition is a major basis for affective response
1. Emotion as Cognition Plus Arousal: Interruption Theories
a. Mind and Arousal in Emotion
b. Expectations, Goals, and Emotions in Close Relationships
2. Cognitive Structures and Affect: Matching Theories
a. Expectations, Motives, and Emotions in Power Relations
b. Schema-Triggered Affect
c. Schema Complexity and Affective Extremity
3. Obtained Outcomes and Affect
a. Attributions for Attained Outcomes
b. Hypothetical Outcomes and Affect
4. Emotions as Managers of Goals
5. Appraisal Theories
a. Personal Meaning
b. Cognitive Appraisals
6. Affective Forecasting

Summary

Anda mungkin juga menyukai