Anda di halaman 1dari 6

NAMA : ISAK ARIYANTO TAFULY

NIM : 2207010042

KELAS/SEMESTER : IKM D / 1

MATA KULIAH :KESEHATAN MENTAL

A. Kematangan Emosi

1. Pengertian Emos

Sejalan dengan usianya, emosi seorang individu pun akan terus berkembang. Proses
pembetukan melewati setiap fase perkembangan, yang didukung oleh faktor eksternal
maupun faktor internal. Faktor internal misalnya usia, dan lingkungan keluarga.
Sedangkan faktor eksternal seperti teman sebaya, lingkungan sekolah dan masyarakat.
Perkembangan emosi seseorang dapat dipengaruhi lingkungan. Pola emosi setiap orang
berbeda dan memiliki karakteristik masing-masing. Dibawah ini dijelaskan beberapa definisi
emosi menurut tokoh di bawah ini

Menurut M. Ali dan M. Asrori (2008: 62-63) Emosi termasuk ke

dalam ranah afektif. Emosi banyak berpengaruh pada fungsi-fungsi psikis lainnya, seperti
pengamatan, tanggapan, pemekiran dan kehendak. Individu akan mampu melakukan
pengamatan yang baik jika disertai dengan emosi yang baik pula. Individu juga akan
memberikan tanggapan yang positif terhadap suatu objek manakala disertai dengan emosi
yang positif pula. Sebaliknya, individu akan melakukan pengamatan atau tanggapan negatif
terhadap sesuatu objek, jika disertai oleh emosi yang negatif terhadap objek tersebut

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kematangan adalah proses mencapai
kemasakan yang berhubungan dengan organisme dan disertai dengan perubahan-
perubahan perilaku

2. Bentuk-Bentuk Emosi

Daniel Goleman (1995) Dalam M. Ali dan M. Asrori (2008:62-63) mengidentifikasi sejumlah
kelompok emosi , yaitu sebagai berikut:

•Amarah yaitu beringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati, terganggu,
tersinggung, bermusuhan, hingga tindakan kekerasan dan kebencian patologis.

•Kesedihan yaitu pedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, kesedihan, ditolak, dan
depresi berat.

•Rasa takut yaitu takut, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, waspara, tidak
senang, ngeri, takut sekali, fobia dan panic.

•denikmatan yaitu bahagia, gembira, puas, terhibur, bangga, takjub, terpesona, senang
sekali dan manis.

•Cinta yaitu persahabatan, penerimaan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti,
hormat.

•Terkejut yaitu terpana dan takjub.


•engkel yaitu hina, jijik, muak, benci.

•Malu yaitu rasa bersalah, malu hati, kesal hati, sesal, hina, aib, dan hati hancur lebur.

3. Macam - Macam Emosi

Menurut Descrates (Gunarsa, 2003), ada 6 emosi dasar pada setiap individu, terbagi atas :
desire (hasrat), hate (benci), sorrow (sedih/duka), wonder (heran atau ingin tahu), love
(cinta) dan joy (kegembiraan). Goleman (2009) mengemukakan beberapa macam emosi
yaitu amarah, kesedihan, rasa takut, kenikmatan, cinta, terkejut, jengkel, dan malu. Dia juga
menyatakan bahwa perilaku individu yang muncul sangat banyak diwarnai emosi. Emosi
dasar individu mencakup emosi positif dan emosi negatif. Emosi negatif yaitu perasaan-
perasaan yang tidak diinginkan dan menjadikan kondisi psikologis yang tidak nyaman.

Jadi, berdasarkan uraian para ahli diatas disimpulkan bahwa terdapat berbagai macam
emosi yaitu amarah, kesedihan, rasa takut, terkejut, cemas, perasaan bersalah, malu, jijik,
hasrat, benci, gembira, bangga, lega, harapan, kasih sayang, dan mengasihi.

B. Regulasi Emos

1. Pengertian Regulasi Emosi

Regulasi emosi ialah strategi yang dilakukan secara sadar ataupun tidak sadar untuk
mempertahankan, memperkuat atau mengurangi satu atau lebih aspek dari respon emosi
yaitu pengalaman emosi dan perilaku. Seseorang yang memiliki regulasi emosi dapat
mempertahankan atau meningkatkan emosi yang dirasakannya baik positif maupun negatif.
Selain itu, seseorang juga dapat mengurangi emosinya baik positif maupun negatif (Gross,
2007).

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa regulasi emosi ialah suatu
proses intrinsik dan ekstrinsik yang bertanggung jawab untuk menerima, mempertahankan
dan mengendalikan emosi yang muncul dalam keadaan sadar ataupun tidak sadar pada
tingkat intensitas yang tepat untuk mencapai suatu tujuan yang meliputi kemampuan
mengatur perasaan, reaksi fisiologis, cara berpikir seseorang, dan respon emosi (ekspresi
wajah, tingkah laku dan nada suara) serta dapat dengan cepat menenangkan diri setelah
kehilangan kontrol atas emosi yang dirasakan untuk mencapai suatu tujuan.

2. Bentuk-Bentuk Regulasi Emosi

Pengendalian emosi sangat penting dalam kehidupan manusia, khususnya untuk mereduksi
ketegangan yang timbul akibat emosi yang memuncak. Emosi menyebabkan terjadinya
keseimbangan hormonal di dalam tubuh, memunculkan ketegangan psikis, terutama pada
emosi-emosi negatif. Menurut Atwater (1991), ekspresi pengendalian emosi dapat
dilakukan dengan empat cara, yaitu :

a. Represi

Represi merupakan suatu proses ketidaksadaran. Pada represi, diri menyangkal untuk
mengetahui perasaan dan jika sengaja mengajui dapat menjadi ancaman yang besar.
Biasanya individu cenderung untuk melupakan berbagai hal yang merupakan ancaman,
misalnya kegagalan-kegagalan yang memalukan.
b. Supresi

Dalam supresi, individu biasanya menyadari emosi-emosi yang terjadi, individu secara sadar
menolak perasaan-perasaan yang dirasakan dan memikirkan hal yang lain. Namun,
kebiasaan supresi emosi menyebabkan efek-efek yang dapat mempengaruhi rasio dan tidak
tidak berkonsentrasi dengan baik. Supresi kronik (menahun) dapat menyebabkan tingkah
laku yang meledak-ledak dan dapat memperburuk masalah.

c. Ekspresi Verbal

Jika anda tiba-tiba menjadi marah, takut atau gembira, mungkin anda tidak berpikir tentang
apa yang ingin anda katakan sebelum anda mengatakannya. Dalam emosi terdapat elemen
kognitif yaitu interpretasi dan penilaian. Sebaliknya, berpikir juga meliputi proses yang tidak
rasional, seperti : imajinasi, imagery, memori dan intuisi serta alasan abstrak. Jadi hal itu
bukan merupakan hal yang mengejutkan bahwa individu menginginkan pengendalian secara
asional untuk mengidentifikasi dan mengekspresikan emosi secara verbal.

d. Ekspresi Wajah dan Tubuh

Emosi biasanya dapat ditunjukkan melalui komunikasi nonverbal dan komunikasi verbal.
Gerakan tubuh berbicara dan ekspesi wajah yang khas mungkin merupakan indikator yang
kuat mengenai apa yang dirasakan oleh individu. Penelitian antar budaya dengan
menggunakan foto pada beberapa ekspresi wajah menunjukkan beberapa kesamaan pada
beberapa emosi dari beberapa negara diantaranya Jepang, Brazil, dan Amerika Serikat.
Kesamaan yang terbanyak ditemukan apada beberapa ekspresi senang, marah, dan takut.
Sedangkan ekspresi sedih dan jijik lebih sedikit ditemukan kesamaannya.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa emosi dapat dikendalikan melalui represi,
supresi, akspresi verbal, ekspresi wajah, maupun ekspresi tubuh dan keadaan rileks.

3. Ciri – Ciri Regulasi Emosi

Individu dikatakan mampu melakukan regulasi emosi jika memiliki kendali yang cukup baik
terhadap emosi yang muncul. Kemampuan regulasi emosi dapat dilihat dalam lima
kecakapan yang dikemukakan oleh Goleman (2004), yaitu :

•Kendali diri, dalam arti mampu mengelola emosi dan impuls yang merusak dengan efektif.

•Memiliki hubungan interpersonal yang baik dengan orang lain.

•Memiliki sikap hati-hati.

•Memiliki adaptibilitas, yang artinya luwes dalam menangani perubahan dan tantangan.

•Toleransi yang lebih tinggi terhadap frustasi

•Memiliki pandangan yang positif terhadap diri dan lingkungannya

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri individu yang dapat melakukan
regulasi emosi ialah memiliki kendali diri, hubungan interpersonal yang baik, sikap hati-hati,
adaptibilitas, toleransi terhadap frustasi, dan memiliki pandangan yang positif.

4. Aspek-Aspek Regulasi Emosi


Regulasi emosi merupakan faktor yang sulit, mungkin karena keadaaan dan sumber
perasaan tersebut tidak teridentifikasi secara jelas. Meregulasi emosi berarti mampu
mengenali dan memahami perasaan serta mengelola emosi pada diri sendiri. Menurut Gross
(2007) ada empat aspek yang digunakan untuk menentukan kemampuan regulasi emosi
seseorang yaitu :

a. Strategies to emotion regulation (strategies) ialah keyakinan individu untuk dapat


mengatasi suatu masalah, memiliki kemampuan untuk menemukan suatu cara yang dapat
mengurangi emosi negatif dan dapat dengan cepat menenangkan diri kembali lsetelah
merasakan emosi yang berlebihan.

b. Engaging in goal directed behavior (goals) ialah kemampuan individu untuk tidak
terpengaruh oleh emosi negatif yang dirasakannya sehingga dapat tetap berpikir dan
melakukan sesuatu dengan baik

c. Control emotional responses (impulse) ialah kemampuan individu

untuk dapat mengontrol emosi yang dirasakannya dan respon emosi yang ditampilkan
(respon fisiologis, tingkah laku dan nada suara), sehingga individu tidak akan merasakan
emosi yang berlebihan dan menunjukkan respon emosi yang tepat.

d. Acceptance of emotional response (acceptance) ialah kemampuan

individu untuk menerima suatu peristiwa yang menimbulkan emosi negatif dan tidak merasa
malu merasakan emosi tersebut. Jadi menurut Menurut Gross (2007) bahwa terdapat empat
aspek regulasi emosi yaitu strategi regulasi emosi , tujuan regulasi emosi, dorongan hati
untuk mengontrol emosi, dan penerimaan emosi.

5. Strategi Regulasi Emosi

Setiap individu memiliki cara yang berbeda dalam melakukan regulasi emosi. Menurut Gross
(2007) regulasi emosi dapat dilakukan individu dengan banyak cara, yaitu:

a. Situation selection

Suatu cara dimana individu mendekati atau menghindari orang atau situasi yang dapat
menimbulkan emosi yang berlebihan. Contohnya, seseorang yang lebih memilih nonton
dengan temannya daripada belajar pada malam sebelum ujian untuk menghindari rasa
cemas yang berlebihan.

b. Situation modification

Suatu cara dimana seseorang mengubah lingkungan sehingga akan ikut mengurangi
pengaruh kuat dari emosi yang timbul. Contohnya, seseorang yang mengatakan kepada
temannya bahwa ia tidak mau membicarakan kegagalan yang dialaminya agar tidak
bertambah sedih.

c. Attention deployment

Suatu cara dimana seseorang mengalihkan perhatian mereka dari situasi yang tidak
menyenangkan untuk menghindari timbulnya emosi yang berlebihan. Contohnya, seseorang
yang menonton film lucu, mendengar musik atau berolahraga untuk mengurangi kemarahan
atau kesedihannya.
d. Cognitive change

Suatu strategi dimana individu mengevaluasi kembali situasi dengan mengubah cara berpikir
menjadi lebih positif sehingga dapat mengurang pengaruh kuat dari emosi. Contohnya,
seseorang yang berpikir bahwa kegagalan yang dihadapi sebagai suatu tantangan daripada
suatu ancaman.

6. Faktor - Faktor Regulasi Emosi

Menurut Hurlock (2006), beberapa faktor yang dapat mempengaruhi regulasi emosi antara
lain :

a. Kondisi kesehatan

Kesehatan yang baik mendorong emosi yang positif menjadi dominan, sedangkan kesehatan
yang buruk menyebabkan emosi yang negatif menjadi dominan.

b. Suasana rumah

Individu yang tumbuh dalam lingkungan rumah dengan kondisi yang menyenangkan jauh
dari suasan pertengkaran, cemburu, dendam atau suasana yang tidak menyenangkan akan
mempunya kesempatan yang lebih baik untuk timbul menjadi individu bahagia.

c. Hubungan dengan anggota keluarga

Hubungan yang tidak rukun dan harmonis diantara orang tua atau saudara akan banyak
menimbulkan kemarahan dan kecemburuan sehingga emosi ini cenderung menguasai
kehidupan individu.

d. Hubungan dengan teman sebaya

Jika individu meras diterima dengan baik oleh kelompok teman sebayanya, maka emosi yang
positif akan mendominasi.namun, sebaliknya , jika individu ditolak oleh kelompok teman
sebanyanya maka emosi yang negatif akan mendominasi.

e. Bimbingan mengendalikan emosi

Bimbingan dengan titik berat pada penanaman pengertian bahwa mengalami frustasi
kadang diperlukan, dapat mencegah kemarahan dan kebencian menjadi emosi yang
dominan.

7. Fungsi dan Proses Regulasi Emosi

Menurut Goleman (2002) tujuan dari regulasi emosi ini bukan untuk menekan emosi yang
akan diekspresikan , tetapi mengendalikan luapanluapan emosi yang dirasa akan hilang
kendali agar kestabilan emosi tetap terjaga. Emosi berlebihan yang meningkat dengan
intensitas terlalu lama akan mengoyak kestabilan diri dari individu. Hal tersebut
menunjukkan bahwakemampuan individu dalam meregulasi emosi merupakan salah satu
indikator dari kecerdasan emosionalnya.

Gross dan Thompson (2007) menjelaskan bahwa ada lima point dalam proses regulasi
dengan fungsi yang berbeda-beda pada setiap penggunaannya, antara lain:

a. Pemilihan kondisi atau situasi, merupakan bentuk dari proses


regulasi dimana individu memilih situasi-situasi tertentu agar emosi yang di ekpresikan
sesuai dengan apa yang diharapkan. Tujuannya adalah untuk meminimalisir atau
memaksimalkan ekspresi dari emosi yang dirasakan.

b. Modifikasi situasi, disini regulasi emosi terjadi dengan mengubah

atau memodifikasi situasi yang menjadi stimulus munculnya emosi. Regulasi emosi yang
dilakukan dengan memodifikasi situasi salah satunya dengan merubah suasana tegang yang
dirasa akan menstimulus emosi negatif menjadi suasana yang lebih nyaman.

c. Memfokuskan atau menjaga perhatian, dilakukan dengan cara

memfokuskan perhatiannya untuk mempengaruhi emosinya dan dilakukan saat usaha


regulasi emosi dengan mengubah situasi tidak mungkin dilakukan.

d. Merubah kognitif, adalah bentuk regulasi emosi yang

dilakukan dengan merubah pemahaman individu terhadap stimulus yang memicu emosinya.

e. Modulasi respon, merupakan regulasi emosi yang dilakukan

karena emosi sudah muncul dan mempengaruhi kognitif serta fisik dari individu.

Jadi, dalam prosesnya terdapat 5 fungsi regulasi emosi yang berbeda-beda yaitu pemilihan
kondisi atau situasi, modifika siituasi, menjaga perhatian, merubah kognitif, dan modulasi
respon.

Anda mungkin juga menyukai