Anda di halaman 1dari 29

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori


2.1.1. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
2.1.1.1.Pengertian PKn
Berdasarkan Permendiknas No. 14 Tahun 2007, Pendidikan
Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada
pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak
dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil,
dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
Menurut Dikti (dalam Subagyo, 2008: 4) substansi kajian Pendidikan
Kewarganegaraan mencakup : (1) pengantar; (2) hak asasi manusia; (3) hak dan
kewajiban warga negara; (4) bela negara; (5) demokrasi; (6) wawasan nusantara;
(7) ketahanan nasional; (8) politik strategi nasional. Menurut Aryani dan Susantim
(2010: 18) kewarganegaraan merupakan materi yang memfokuskan pada
pembentukan diri yang beragam, baik dari segi agama, sosio kultural, bahasa,
usia, dan suku bangsa, untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas,
terampil, dan berkarakter.
Proses pembelajaran PKn menurut Aryani dan Susantim (2010: 132)
dimaknai sebagai wahana untuk pembentukan jati diri dan cinta terhadap tanah air
melalui internalisasi/personalisasi nilai agama dan budaya, yang melandasi nilai-
nilai sebagai berikut, yaitu : nilai kemanusiaan (human relationship), nilai politik,
nilai ilmu pendidikan dan teknologi, nilai seni, nilai ekonomi, dan nilai kesehatan,
yang merupakan kegiatan dasar manusia dalam rangka membangun wawasan
warga negara menjadi lebih baik (good cityzenship), menjadi manusia seutuhnya
atau berakhlaqul karimah, sehingga perspektif yang digunakan adalah aspek
internal bangsa, atau perspektif ke-Indonesiaan.
Menurut Subagyo (2008: 5) melalui Pendidikan Kewarganegaraan peserta
didik akan menjadi manusia warga negara Indonesia terlebih dahulu sebelum
menguasai, memiliki iptek dan seni yang dipelajarinya. Didambakan bahwa warga

10
11

negara Indonesia unggul dalam menguasai iptek dan seni, namun tidak kehilangan
jati dirinya dan apalagi tercabut dari akar budaya bangsa dan keimanannya.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada
pembentukan jati diri warga negara, memahami hak dan kewajibannya, cinta
tanah air, cerdas dan terampil.
2.1.1.2.Tujuan Mata Pelajaran PKn
Setiap mata pelajaran memiliki tujuan yang berbeda-beda, begitu juga
mata pelajaran PKn. Di dalam Permendiknas (2008: 97) mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut. (1) berfikir secara kritis; (2) berpartisipasi secara aktif dan
bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi; (3) berkembang secara positif dan
demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat
Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya; (4)
berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung
atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Kaelan dan Zubaidi (2007: 3) menyebutkan bahwa tujuan utama
Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk menumbuhkan wawasan dan
kesadaran bernegara, menumbuhkan sikap dan perilaku cinta tanah air yang
bersendikan kebudayaan dan filsafat bangsa Pancasila serta membentuk karakter
bangsa sesuai dengan Pancasila.
2.1.1.3.Ruang Lingkup PKn
Ruang lingkup mata pelajaran PKn meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
(1) Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, cinta
lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan
Negara Kesatuan republik Indonesia, partisipasi dalam pembelalaan negara, sikap
positif terhadap negara Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan
keadilan; (2) Norma, hukum dan peraturan, meliputi: tertib dalam kehidupan
keluarga, tata tertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-
peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem
12

hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional; (3) Hak asasi
manusia, meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota
masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan, penghormatan
dan perlindungan HAM; (4) Kebutuhan warga negara meliputi: hidup gotong
royong, harga diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi,
kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi
diri, persamaan kedudukan warga negara; (5) Konstitusi negara meliputi:
Proklamasi kemerdekaan dan kosntitusi yang pertama, konstitusi-konstitusi yang
pernah digunakan di Indonesia, hubungan dasar negara dengan konstitusi; (6)
kekuasaan politik meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan, pemerintahan
daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya
politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan, pers
dalam masyarakat demokrasi; (7) Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila
sebagai dasar negara dan ideologi negara, proses perumusan Pancasila sebagai
dasar negara, pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari,
Pancasila sebagai ideologi terbuka; (8) Globalisasi meliputi: Globalisasi di
lingkungannya, politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, dampak
globalisasi, hubungan internasional dan organisasi internasional, dan
mengevaluasi globalisasi.
2.1.1.4.Kurikulum PKn
Tabel 2.1: SK KD PKn SD Kelas 5 Semster I
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. Memahami pentingnya 1.1. Mendeskripsikan Negara Kesatuan
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Republik Indonesia (NKRI) 1.2. Menjelaskan pentingnya keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia
1.3. Menunjukkan contoh-contoh perilaku
dalam menjaga keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia
2. Memahami peraturan 2.1. Menjelaskan pengertian dan
13

perundang-undangan tingkat pentingnya peraturan perundang-


pusat dan daerah undangan tingkat pusat dan daerah
2.2. Memberikan contoh peraturan
perundang-undangan tingkat pusat
dan daerah, seperti pajak, anti
korupsi, lalu lintas, larangan merokok
Sumber: Standar isi KTSP 2006 Mata pelajaran PKn
Pada penelitian ini peneliti akan menggunakan SK 1 Memahami
pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada KD 1.1.
Mendeskripsikan Negara Kesatuan Republik Indonesia, 1.2 Menjelaskan
pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan 1.3 Menunjukkan
contoh-contoh perilaku dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) tersebut
termasuk dalam ruang lingkup PKn yang pertama yaitu tentang Persatuan dan
Kesatuan Bangsa meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan,
kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan Negara
Kesatuan republik Indonesia, partisipasi dalam pembelalaan negara, sikap positif
terhadap negara Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan.

2.1.2. Materi Memahami Pentingnya Keutuhan Negara Kesatuan Republik


Indonesia (NKRI).
2.1.2.1.Mengenal Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
a. Berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
Negara Indonesia resmi berdiri pada tanggal 17 Agustus 1945, yaitu sejak
proklamasi kemerdekaan negara Republik Indonesia. Pembacaan teks proklamasi
tersebut bertempat di halaman rumah Ir. Soekarno. Teks proklamasi dibacakan
oleh Ir. Soekarno dan didampingi oleh Drs. Moh. Hatta. Setelah pembacaan teks
proklamasi tersebut, bendera merah putih dikibarkan dan dilanjutkan dengan
menyanyikan lagu Indonesia Raya. Sejak saat itu, bangsa Indonesia hidup
merdeka dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bangsa Indonesia
telah bebas dari penjajahan. Indonesia telah merdeka. Indonesia menjadi negara
14

yang berdiri sendiri tanpa tergantung oleh penjajah. Sebagai negara merdeka
Indonesia membutuhkan landasan untuk menjalankan pemerintahan. Apakah
landasan negara kita? Landasan negara kita adalah Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945. Pancasila diambil dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Oleh karena
itu, perilaku seluruh rakyat Indonesia harus sesuai dengan Pancasila. Susunan
UUD 1945 terdiri dari beberapa bagian, yaitu pembukaan, pasal-pasal, dan
penjelasan. Pembukaan UUD 1945 terdiri atas empat alinea. Alinea kedua UUD
1945 menegaskan bahwa bangsa Indonesia telah bebas dari penjajahan. Berikut
ini bunyi alinea kedua UUD 1945.
b. Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Wilayah negara Indonesia dapat dilihat secara astronomis dan secara
geografis. Secara astronomis wilayah Indonesia terletak pada 6o Lintang Utara
(LU) – 11o Lintang Selatan (LS) serta 95o Bujur Timur (BT) – 141o Bujur Timur
(BT). Secara geografis wilayah Indonesia terletak di antara dua benua yaitu Benua
Asia dan Benua Australia serta dua samudra yaitu Samudra Pasifik dan Samudra
Hindia.
Wilayah Indonesia terdiri atas daratan dan lautan yang sangat luas. Luas
wilayah daratan Indonesia kurang lebih 1.904.413 km2. Luas wilayah lautan
kurang lebih 3.290.000 km2. Wilayah Indonesia yang sangat luas tersebut dihuni
oleh penduduk yang jumlahnya sangat banyak pula. Jumlah penduduk Indonesia
mencapai lebih dari 200 juta jiwa. Jumlah penduduk Indonesia menempati urutan
yang keempat terbesar di dunia. Penduduk Indonesia tersebar di berbagai pulau di
Indonesia. Mayoritas penduduk Indonesia bermukim di lima pulau utama, yaitu
Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Dari kelima pulau tersebut,
yang paling padat penduduknya adalah Pulau Jawa. Untuk mengatasi masalah
kepadatan penduduk yang belum merata, pemerintah perlu mengadakan program
transmigrasi. Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari daerah yang
berpenduduk padat ke daerah yang penduduknya masih jarang. Pulau-pulau di
Indonesia terbagi menjadi beberapa provinsi. Saat ini provinsi di Indonesia
berjumlah 33 provinsi. Namun, pada awal kemerdekaan jumlah provinsi di
Indonesia tidak sebanyak saat ini.
15

Pada awal kemerdekaan jumlah provinsi di Indonesia hanya delapan


provinsi. Kedelapan provinsi tersebut adalah: (a)Provinsi Sumatra; (b) Provinsi
Jawa Barat; (c) Provinsi Jawa Tengah; (d) Provinsi Jawa Timur; (e) Provinsi
Borneo (Kalimantan); (f) Provinsi Sulawesi; (g) Provinsi Sunda Kecil (Nusa
Tenggara); (h) Provinsi Maluku. Seiring perkembangan zaman terjadi
pertambahan jumlah provinsi di Indonesia. Jumlah provinsi yang bertambah ini
terjadi dimaksudkan untuk mempercepat pelayanan pemerintah kepada seluruh
rakyat Indonesia. Pelayanan pemerintah yang cepat dapat meningkatkan
kesejahteraan seluruh rakyat. Berikut ini tabel perkembangan provinsi di
Indonesia sejak awal kemerdekaan sampai sekarang.
Wilayah yang terlalu luas dapat menyebabkan pelayanan pemerintah
kepada masyarakat menjadi terhambat. Pulau Sumatra termasuk pulau yang besar.
Oleh karena itu, harus dibagi menjadi beberapa provinsi.
Apabila hanya terdiri atas satu provinsi maka akan menghambat pelayanan
kepada masyarakat di Pulau Sumatra. Misalnya dalam hal pendidikan dan
kesehatan. Sedikitnya sarana kesehatan dan pendidikan di Pulau Sumatra dapat
menyebabkan kesejahteraan masyarakatnya menjadi rendah. Namun, sekarang
jumlah provinsi di Pulau Sumatra ada sembilan. Kesembilan provinsi itu adalah
Sumatra Utara, Sumatra Selatan, Sumatra Barat, Jambi, Bengkulu, Riau,
Kepulauan Riau, Bangka Belitung, dan Lampung. Dengan adanya pembagian
tersebut, sekarang di Pulau Sumatra telah banyak berdiri sarana pendidikan dan
kesehatan. Pelayanan masyarakat dilakukan oleh pemerintah masing-masing
provinsi. Indonesia mempunyai batas-batas wilayah tertentu. Berikut ini batas-
batas wilayah Indonesia secara umum: (a) Batas sebelah utara : Laut Cina Selatan,
Samudra Pasifik, Malaysia, Filipina, dan Singapura; (b) Batas sebelah selatan :
Samudra Hindia dan Australia; (c) Batas sebelah timur : Papua Nugini; (d) Batas
sebelah barat : Samudra Hindia.
2.1.2.2. Pentingnya Keutuhan NKRI
a. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Sebuah Pilihan Terakhir
Negara Kesatuan Republik Indonesia tidaklah berdiri dengan sendirinya.
Kesatuan NKRI dicapai melalui perjuangan panjang yang dilakukan oleh para
16

pahlawan dan seluruh rakyat Indonesia. Mereka rela mengorbankan harta dan
nyawa demi kemerdekaan Indonesia. Setelah merdeka, bukan berarti bangsa
Indonesia bebas dari masalah. Bangsa Indonesia masih menghadapi berbagai
ancaman baik dari luar negeri maupun dari dalam negeri. Contoh ancaman dari
luar negeri, di antaranya pada awal kemerdekaan Belanda belum mengakui
kemerdekaan Indonesia. Oleh karena itu, Belanda masih melakukan perlawanan.
Belanda mau mengakui kemerdekaan Indonesia pada tahun 1949. Masalah yang
datang dari dalam negeri adalah adanya pemberontakan yang terjadi di daerah-
daerah. Di bawah ini contoh pem-berontakan yang pernah terjadi di Indonesia.
 Pemberontakan RMS (Republik Maluku Selatan)
Pemberontakan RMS merupakan gerakan yang bertujuan mendirikan negara
Republik Maluku Selatan. Negara baru yang terpisah dari NKRI. Gerakan
yang ingin memisahkan diri dari negara disebut gerakan separatis.
 Pemberontakan DI/TII (Darul Islam/ Tentara Islam Indonesia)
DI/TII adalah salah satu contoh pemberontakan yang terjadi di Indonesia.
Gerakan ini dibentuk oleh Sekarmadji Marijan (S.M.) Kartosoewirjo.
Pemberontakan DI/TII merupakan gerakan yang bertujuan untuk mendirikan
Negara Islam Indonesia. Namun, pemberontakan itu dapat diakhiri dengan
operasi militer.
 Pemberontakan G30S/PKI
G30S/PKI merupakan gerakan pemberontakan yang dilakukan oleh Partai
Komunis Indonesia (PKI). Mereka ingin merebut kekuasaan pemerintah
Indonesia dengan jalan apa pun. Mereka ingin menguasai negara Indonesia.
Mereka juga ingin mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi komunis.
Pemberontakan-pemberontakan di atas adalah contoh gerakan yang berusaha
memecah dan menghancurkan NKRI.
Namun, akhirnya pemberontakan-pemberontakan itu berhasil digagalkan.
Bangsa Indonesia dapat menggagalkan pemberontakan karena adanya tekad untuk
tetap mempertahankan keutuhan wilayah NKRI.
17

b. Negara Indonesia adalah Negara yang Ber-Bhineka Tunggal Ika


Semboyan bangsa Indonesia adalah Bhinneka Tunggal Ika. Semboyan
tersebut berarti berbeda-beda tetapi tetap satu. Tiap-tiap suku bangsa mempunyai
adat istiadat, bahasa, dan kebudayaan sendiri-sendiri yang disebut kebudayaan
daerah. Kebudayaan daerah yang ada akan memperkaya kebudayaan nasional.
Meskipun penduduk Indonesia tinggal di berbagai pulau, tetapi tetap dapat
berkomunikasi dan berhubungan melalui transportasi darat, laut, dan udara.
Rakyat Indonesia tetap harus bersatu walaupun berbeda suku, agama, keadaan
geografis, serta budaya yang beraneka ragam. Hal ini sesuai dengan cita-cita
Sumpah Pemuda yaitu berbangsa satu bangsa Indonesia.
Dengan persatuan, kita akan semakin mudah mengatasi ancaman dan
gangguan yang ingin memecah belah bangsa Indonesia. Tentu kalian pernah
membaca atau mendengar berita tentang Gerakan Aceh Merdeka (GAM) atau
tentang Gerakan Papua Merdeka? Berita itu sering muncul di televisi.
Itu adalah beberapa contoh ancaman dan gangguan yang ingin memecah
belah bangsa Indonesia. Kita harus tetap waspada apabila sewaktu-waktu terdapat
gerakan yang ingin memecah belah bangsa Indonesia.
Oleh karena itu, bangsa Indonesia harus memupuk rasa persatuan dan
kesatuan. Sehingga semua perbedaan baik suku, agama, maupun budaya yang ada
di Indonesia tidak akan menjadikan perpecahan. Dengan adanya persatuan dan
kesatuan, maka kehidupan di negara kita akan aman, tenteram, dan damai
Keadaan negara yang aman, tenteram, dan damai memungkinkan kegiatan
pemerintahan dapat berjalan dengan baik. Pembangunan di daerah-daerah juga
dapat berjalan lancar. Rakyat dapat melakukan aktivitasnya sehari-hari. Di
sekolah, siswa juga dapat belajar dengan tenang.
Namun sebaliknya, jika negara tidak aman dan banyak terjadi kerusuhan.
Kegiatan pemerintahan tidak dapat berjalan dengan baik dan warga negara tidak
dapat melakukan aktivitasnya dengan tenang. Akibatnya keutuhan NKRI tidak
akan terwujud.
Dari penjelasan di atas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa keutuhan
NKRI penting untuk kita jaga. Tujuannya agar negara kita menjadi aman,
18

tenteram, dan damai. Sehingga kehidupan rakyatnya menjadi makmur dan


sejahtera.
2.1.2.3. Usaha Menjaga Keutuhan NKRI
a. Mengamalkan Nilai-Nilai Pancasila
Pancasila merupakan ideologi bangsa. Sebagai ideologi bangsa, Pancasila
dapat digunakan sebagai alat pemersatu bangsa Indonesia. Bahkan, Pancasila telah
teruji ketangguhannya sebagai alat pemersatu bangsa. Apa buktinya? Buktinya
bahwa dengan berpedoman pada Pancasila, bangsa Indonesia dapat menggagalkan
pemberontakan seperti pemberontakan G30S/PKI.
Pancasila merupakan kepribadian bangsa Indonesia. Pancasila merupakan
ciri khas yang membedakan dengan negara lain. Pancasila juga merupakan hasil
kesepakatan seluruh rakyat Indonesia. Jadi, Pancasila dapat menjadi pegangan
bertingkah laku dalam kehidupan masyarakat. Nilai-nilai yang terkandung di
dalamnya adalah nilai yang luhur dan telah disepakati bersama.
Dengan mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, keutuhan
NKRI akan terjaga. Oleh karena itu kita harus selalu hidup rukun. Sesama anggota
masyarakat harus saling menghormati walaupun terdapat berbagai perbedaan
suku, budaya, dan agama.
Perbedaan suku dan budaya yang ada di Indonesia adalah sebuah
kekayaan. Kekayaan yang harus kita banggakan sehingga dapat menyatukan
seluruh bangsa kita. Apa yang dapat kalian lakukan untuk menunjukkan rasa
bangga terhadap bangsa Indonesia? Kebanggaan kita terhadap bangsa Indonesia
dapat kita wujudkan dengan mengamalkan nilai-nilai Pancasila.
Mengamalkan nilai-nilai Pancasila dapat dilakukan di mana saja. Kita
dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam lingkungan keluarga,
kita harus saling menghormati dan menghargai antaranggota keluarga. Kita harus
mencintai ayah, ibu, dan saudara serta menjunjung tinggi kehormatan dan nama
baik keluarga.
Dalam lingkungan sekolah, kita wajib menghormati guru. Kita juga harus
menghargai teman. Salah satu kegiatan sekolah yang mengajarkan pengamalan
nilai-nilai Pancasila antara lain kegiatan pramuka. Pramuka didirikan untuk
19

mengembangkan kepribadian yang baik. Salah satu kegiatan pramuka adalah


berkemah di alam bebas. Kegiatan berkemah bertujuan agar anggota pramuka
dapat mengenal lingkungan alam sekaligus menciptakan suasana kekeluargaan di
antara para anggota pramuka. Ada beberapa manfaat kegiatan pramuka, antara
lain: (a) kita bisa belajar mandiri; (b) belajar disiplin menggunakan waktu; (c)
melaksanakan ibadah sesuai agama masing-masing; (d) belajar untuk selalu
menolong orang lain; (e) belajar untuk jujur; (f) berteman dengan siswa dari
daerah lain dengan rukun.
Selain di sekolah, mengamalkan nilai-nilai Pancasila juga dapat dilakukan
di lingkungan masyarakat. Misalnya dengan mengadakan musyawarah bersama
untuk memecahkan persoalan. Contoh lainnya adalah bergotong royong untuk
membangun dan memelihara sarana dan prasarana umum, seperti membangun pos
ronda dan memperbaiki jalan yang rusak.
Selain itu, dapat juga dengan memberikan bantuan kepada korban bencana
alam dengan tidak membeda-bedakan agama, memberikan bantuan kepada orang
miskin, dan memberikan santunan kepada anak yatim. Kegiatan-kegiatan sosial
tersebut dalam dilakukan warga masyarakat secara bersama-sama. Tujuannya agar
tercipta suasana kekeluargaan dalam kehidupan bermasyarakat.
b. Memiliki Wawasan Nusantara
Wawasan nusantara adalah cara, sikap, atau pandangan bangsa Indonesia
mengenai diri dan lingkungannya. Sebuah sikap yang mengutamakan persatuan
dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Hakikat dari wawasan nusantara adalah
kesatuan bangsa dan keutuhan wilayah Indonesia. Berikut ini perwujudan sikap
untuk menjaga kesatuan bangsa: (a) Bangsa Indonesia harus merasa sebangsa dan
setanah air walaupun terdiri dari suku, budaya, dan agama yang berbeda; (b)
Kekayaan alam yang ada di Indonesia harus dapat dinikmati oleh seluruh rakyat
Indonesia; (c) Mempersatukan corak ragam budaya yang ada sebagai kekayaan
nasional budaya bangsa.
Kesatuan wilayah NKRI dapat terwujud apabila warga negara Indonesia
ikut berperan serta dalam mewujudkan ketahanan nasional. Ketahanan nasional
20

adalah kemampuan suatu bangsa untuk dapat menjamin kelangsungan hidup


bangsa dan negara serta mampu mengatasi hambatan, tantangan, ancaman, dan
gangguan baik dari dalam maupun dari luar negeri.
Terdapat hubungan antara ketahanan nasional suatu negara dengan
pembelaan negara. Bela negara biasanya selalu dikaitkan dengan militer. Seolah-
olah kewajiban dan tanggung jawab membela negara hanya terletak pada Tentara
Nasional Indonesia (TNI). Padahal berdasarkan pasal 27 ayat (3) UUD 1945,
masalah bela negara merupakan hak dan kewajiban setiap warga negara
Indonesia. Berikut ini bunyi pasal 27 ayat (3) UUD 1945.
Sikap mau membela negara harus ditanamkan pada seluruh rakyat
Indonesia. Bila ada ada wilayah Indonesia yang akan direbut oleh negara lain,
maka seluruh rakyat Indonesia memiliki kewajiban untuk mempertahankannya.
2.1.2.4. Contoh Perilaku Menjaga Keutuhan NKRI
Kita sebagai warga negara Indonesia harus selalu menunjukkan perilaku
yang baik. Perilaku yang baik berarti perilaku yang sesuai dengan norma-norma
yang berlaku di Indonesia. Ada norma hukum, norma agama, norma kesusilaan,
dan norma kesopanan. Seluruh rakyat Indonesia harus melaksanakan norma-
norma tersebut. Dengan begitu, maka keutuhan NKRI dapat terwujud. Meskipun
kalian masih pelajar, kalian juga dapat berpartisipasi dalam menjaga keutuhan
NKRI.
Sebagai pelajar kita juga dapat berpartisipasi dalam menjaga keutuhan
NKRI. Hal-hal yang dapat kita lakukan antara lain: (1) menjaga kerukunan dalam
berteman; (2) mengutamakan kepentingan bersama; (3) belajar dengan tekun; (4)
mau menghargai sesama teman; (5) menaati tata tertib sekolah; (6) menghormati
guru.
Di lingkungan masyarakat terdapat banyak kegiatan yang dapat
mempererat persatuan dan kesatuan masyarakat. Kegiatan-kegiatan tersebut
misalnya: (1) bergotong royong membersihkan lingkungan sekitar; (2) kerja bakti
membangun tempat ibadah; (3) membantu tetangga yang sedang hajatan.
Keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan-kegiatan seperti di atas dapat
memupuk rasa persaudaraan. Antarwarga masyarakat dapat saling mengenal satu
21

sama lain, sehingga tercipta suasana dalam masyarakat yang tenteram dan
akhirnya terwujudlah persatuan dan kesatuan yang kita inginkan.
Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dapat dipertahankan jika
seluruh rakyat Indonesia menerapkan sikap saling menghargai. Kita juga harus
menerapkan sikap toleransi dan bekerja sama tanpa membeda-bedakan suku dan
agama. Begitu juga dengan kalian, kalian tidak boleh membedabedakan dalam
berteman. Kalian juga harus saling menghargai.

2.1.3. Model Pembelajaran


Model pembelajaran merupakan bagian dari rencana pelaksanaan
pembelajaran yang ditetapkan oleh seorang guru. Iru (2012: 6 ) menyatakan
bahwa model pembelajaran adalah acuan pembelajaran yang dilaksanakan
berdasarkan pola-pola pembelajaran tertentu secara otomatis.
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau
pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat
pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan
lain-lain (Joyce dalam Trianto, 2011: 5).
Sejalan dengan hal itu, Amri (2013: 4) mengatakan bahwa model
pembelajaran adalah suatu desain yang menggambarkan proses rincian atau
penciptaan sitausi lingkungan yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga
terjadi perubahan atau perkembangan pada diri siswa.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang digunakan guru sebagai
pedoman dalam melaksanakan pembelajaran sehingga pembelajaran akan lebih
efektif, efisien dan mencapai tujuan.

2.1.4. Model Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT)


2.1.4.1.Pengertian Model Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT)
Value Clarification Technique (VCT) adalah suatu model pembelajaran
pendidikan nilai dengan teknik klarifikasi nilai yang dilakukan untuk membina
22

dan melatih sejumlah keterampilan pada siswa tentang bagaimana keterampilan


atau kemampuan siswa dalam mengklarifikasi nilai/moral/sikap, mengklarifikasi
diri dan menilai (valueing) serta mengambil kesimpulan/sikap.
Bagi pengguna model klarifikasi nilai, guru bukan sebagai pengajar nilai,
melainkan sebagai role model atau pendorong. Peranan guru adalah mendorong
siswa dengan pertanyaan-pertanyaan yang relevan untuk mengembangkan
keterampilan siswa dalam melakukan suatu proses menilai (Elias dalam
Elmubarok, 2009: 7).
Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Sanjaya (dalam Iru, 2012: 81)
yang mendefinisikan VCT merupakan teknik pengajaran untuk membantu siswa
dalam mencari dan menentukan suatu nilai yang dianggap baik dalam menghadapi
suatu persoalan melaui proses menganalisi nilai yang sudah ada dan tertanam
dalam diri siswa.
Dalam hal ini guru harus memperhatikan proses penanaman nilai-nilai
yang dianggapnya baik dengan nilai yang sudah tertanam dalam diri siswa. Hal itu
dilakukan untuk menghindari terjadinya benturan atau konflik dalam diri siswa
karena ketidakcocokan antara nilai lama yang sudah terbentuk dengan nilai baru
yang ditanamkan oleh guru. Siswa sering mengalami kesulitan dalam
menyelaraskan nilai lama dan nilai baru.
Dalam proses pembelajaran model VCT seorang guru dapat menerapkan
metode dialog, menulis, diskusi dalam kelompok besar atau kecil dan lain-lain
untuk mengembangkan keterampilan siswa dalam melakukan proses menilai.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka yang dimaksud dengan
Model Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) adalah suatu model
pembelajaran dengan teknik klarifikasi nilai dimana peserta didik dilatih untuk
mengembangkan keterampilannya dalam melakukan proses penilaian yang
bertujuan agar siswa mendapat nilai-nilainya sendiri.
2.1.4.2.Tujuan Model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT)
Komalasari (2010: 96) mengemukakan bahwa tujuan model teknik
klarifikasi nilai ada tiga. Pertama, membantu siswa untuk menyadari dan
mengidentifikasi nilai-nilai mereka sendiri serta nilai-nilai orang lain. Kedua,
23

membantu siswa supaya mereka mampu berkomunikasi secara terbuka dan jujur
dengan orang lain, berhubungan dengan nilai-nilainya sendiri. Ketiga, membantu
siswa supaya mereka mampu menggunakan secara bersama-sama kemampuan
berfikir rasional dan kesadaran emosional untuk memahami perasaan, nilai-nilai,
dan pola tingkah laku mereka sendiri.
Dari pendapat di atas VCT memiliki tujuan untuk :
1. Membantu siswa untuk mengukur kesadaran tentaang suatu nilai.
2. Membantu kesadaran siswa tentang niai-nilai yang dimiliki baik itu nilai
positif maupun negatif.
3. Menanamkan nilai pada siswa secara rasional sehingga mampu diterima
siswa ke dalam pribadinya.
2.1.4.3.Manfaat Model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT)

Simon (dalam Adisusilo, 2014: 155) menyebutkan beberapa manfaat


dengan diterapkannya model pembelajaran VCT maka kita dapat meningkatkan
kemampuan siswa untuk. (1) Memilih, memutuskan, mengomunikasikan,
mengungkapkan gagasan, keyakinan, nilai-nilai dan perasaannya; (2) berempati
(memahami perasaan orang lain, memilih dari sudut pandang orang lain); (3)
Memecahkan masalah; (4) Menyatakan sikap setuju, tidak setuju, menolak dan
menerima pendapat orang lain; (5) Mengambil keputusan; (6) mempunyai
pendirian tertentu, menginternalisasikan dan bertingkah laku sesuai dengan nilai
yang telah dipilih dan diyakini.
Manfaat model klarifikasi nilai yaitu memberikan penghargaan yang tinggi
kepada siswa sebagai individu yang mempunyai hak untuk memilih, menghargai,
dan bertindak berdasarkan dengan nilainya sendiri (Komalasati, 2010: 97).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
VCT memiliki manfaat untuk meningkatkan kemampuan serta keberanian dalam
mengungkapkan gagasan, berempati dan memecahkan masalah, menyatakan sikap
dan mengambil keputusan serta bertingkah laku sesuai dengan nilai yang dipilih,
dengan demikian maka akan tercipta proses pembelajaran yang interaktif sehingga
pembelajaran lebih bermakna.
24

2.1.4.4.Kriteria Penggunaan Model pembelajaran Value Clarification


Technique (VCT)
Adisusilo (2014: 147) menjelaskan kriteria penggunaan model
pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) sebagai berikut:
1. Tipe materi, pada setiap materi pembelajaran tidak semua dapat
dijelaskan dengan menggunakan model pembelajaran Value
Clarification Technique (VCT), misalnya materi yang berupa
menunjukkan hasil-hasil amandemen UUD 1945, materi ini akan lebih
baik diserap siswa apabila lebih menekankan pada hafalan.
2. Durasi waktu, model Value Clarification Technique (VCT) berbeda
dengan model lainnya yang berdurasi cukup lama, Value Clarification
Technique (VCT) pada dasarnya memahami sebuah kasus, yang
ditampilkan baik berupa video maupun cerita berdilema. Setelah itu
pemanfaatan waktu yang ada digunakan untuk memahami dan
mengidentifikasikan nilai-nilai yang terkandung dalam cerita tersebut.
3. Tipe sajian Value Clarification Technique (VCT), model VCT
mengutamakan pada pemahaman suatu nilai dan serta kejelasan materi
yang sesuai dengan kurikulum. Adapun tipe VCT yang cocok untuk
pembelajaran adalah tipe reportase/liputan, analisis secara akurat,
analisis tulisan, cerita tidak selesai.
4. Penyampaian materi, guru dalam menyampaikan model Value
Clarification Technique (VCT) peserta didik tidak disuruh menghafal
dan “disuapi” dengan nilai-nilai yang sudah dipilih guru melainkan
dibantu untuk menemukan, menganalisis, mempertanggungjawabkan,
mengembangkan, memilih, mengambil sikap dan mengamalkan nilai-
nilai hidupnya sendiri.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kriteria dalam penerapan


model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) terletak pada tipe
materi, durasi waktu, tipe sajian VCT serta penyampaian materi oleh guru
sehingga dapat diketahui sejauh mana berhasil tidaknya penanaman nilai dalam
diri siswa.
2.1.4.5.Upaya Dalam Pelaksanaan Model pembelajaran Value Clarification
Technique (VCT)
Djahiri (1985: 42-44) merumuskan sejumlah hal yang penting dan patut
selalu diupayakan dalam pelaksanaan pengajaran afektif (VCT), yaitu:
1. Bahwa dalam pengajaran afekktif (VCT) sejumlah keterampilan
belajar (keterampilan akademik) perlu dibina dan dilatih serta
dibakukan pada siswa. Yang paling utama ialah
kemampuan/keterampilan: mengidentifikasi nilai/sikap/moral,
25

mengklarifikasi diri dan menilai (valueing) serta mengambil


kesimpulan/keputusan.
2. Bahwa VCT hanya akan berhasil baik apabila ada keterbukaan dan
kesediaan/kesiapan (setting) para siswa dan juga guru.
3. Bahwa dalam VCT, hati, emosi, fikiran dan kemauan serta keseluruhan
diri (individuality) dan minat anak harus terpanggil/terundang serta
terlibat dalam apa yang sedang berlangsung di kelas.
4. Bahwa VCT menuntut sang guru memiliki, menyadari dan selalu patuh
akan target-target nilai (means/spirit/values dari TIK) dari pokok
belajarnya.

Dari rumusan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan


pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) kita harus mengupayakan
melatih sejumlah keterampilan belajar siswa, adanya keterbukaan para siswa dan
guru, siswa terlibat dalam pembelajaran yang berlangsung, dan menuntut guru
untuk memiliki serta patuh akan target nilai pada pokok belajar yang akan
menuntun proses atau kegiatan belajar mengajar.

2.1.4.6.Proses Pelaksanaan Model pembelajaran Value Clarification


Technique (VCT)
Model klarifikasi nilai menekankan pada proses pemilihan dan penentuan
nilai (the proses of valueing) serta sikap terhadapnya. Model klarifikasi nilai juga
tidak melatih siswa untuk menilai salah benarnya suatu nilai, tetapi melatih siswa
untuk berproses menghargai dan melaksanakan nilai-nilai yang dipilih secara
bebas. Berdasarkan uraian ini dapat diketahui bahwa fokus dalam proses
pelaksanaan model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) adalah
bagaimana orang sampai pada pemilikan nilai-nilai tertentu dan
menginternalisasikannya dalam tingkah laku serta sikap.
Hall menggolongkan tiga kategori proses penentuan nilai dan sikap yang
mencakup tujuh sub proses atau aspek dalam Adisusilo, (2014: 147). Ketujuh sub
proses atau aspek penentuan nilai akan dipaparkan pada tabel 2.1 di bawah ini.
26

Tabel 2.2: Proses Pelaksanaan Model Pembelajaran Value Clarification


Technique (VCT)
1. Memilih 1) Memilih dengan bebas
2) Memilih dari berbagai alternatif
3) Memilih dari berbagai alternatif setelah
mengadakan pertimbangan tentang berbagai
akibat
2. Menghargai/menjunjung 4) Menghargai dan merasa bahagia dengan
tinggi pilihannya
5) Bersedia mengakui/menegaskan pilihannya
itu di depan umum
3. Bertindak 6) Berbuat/berperilaku sesuatu sesuai dengan
pilihannya
7) Berulang-ulang bertindak sesuai dengan
pilihannya itu hingga akhirnya merupakan
pola hidupnya
Sumber: Adisusilo (2014: 147)
2.1.4.7.Kelebihan dan Kelemahan Model pembelajaran Value Clarification
Technique (VCT)
Kelebihan model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT)
menurut Djahiri (dalam Taniredja, 2011: 91) keunggulan VCT adalah:
1. Mampu membina dan menanamkan nilai dan moral pada ranah internal
side.
2. Mampu mengklarifikasi/menggali dan mengungkapkan isi pesan
materi yang disampaikan selanjutnya akan memudahkan bagi guru
untuk menyampaikan makna/pesan nilai/moral.
3. Mampu mengklarifikasi dan menilai kualitas nilai moral diri siswa,
melihat nilai yang ada pada orang lain dan memahami nilai moral yang
ada dalam kehidupan nyata.
4. Mampu mengundang, melibatkan, membina dan mengembangkan
potensi diri siswa terutama mengembangkan potensi sikap.
5. Mampu memberikan sejumlah pengalaman belajar dari berbagai
kehidupan.
6. Mampu menangkal, meniadakan, mengintervensi dan memadukan
berbagai nilai moral dalam sistem nilai dan moral yang ada dalam diri
seseorang.
7. Memberi gambaran bilai koral yang patut diterima dan menuntun serta
memotivasi untuk hidup layak dan bermoral tinggi.
27

Kelemahan model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT)


menurut Djahiri (dalam Tanitedja, 2011: 92) adalah :
1. Apabila guru/dosen tidak memiliki kemampuan melibatkan peserta
didik dengan keterbukaan, saling pengertian dan penuh kehangatan
maka siswa akan memunculkan sikap semu atau imitasi/palsu. Siswa
akan bersikap sangat baik, ideal, patuh dan penurut namun hanya
bertujuan untuk menyenangkan guru agar memperoleh nilai yang baik.
2. Sistem nilai yang dimiliki dan tertanam guru/dosen, peserta didik dan
masyarakat yang kurang atau tidak baku dapat mengganggu
tercapainya target nilai baku yang ingin dicapai/nilai etik.
3. Sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru/dosen dalam mengajar
terutama memerlukan kemampuan/keterampilan bertanya tingkat
tinggi yang mampu mengungkap dan menggali nilai yang ada dalam
diri peserta didik.
4. Memerlukan kreativitas guru/dosen dalam menggunakan media yang
tersedia di lingkungan terutama yang menggunakan media yang
tersedia di lingkungan terutama yang aktual dan faktual sehingga dekat
dengan kehidupan sehari-hari peserta didik.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kelebihan model
pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) yaitu VCT memberikan cara
yang lebih mudah dalam menanamkan nilai pada peserta didik, sedangkan
kelemahan model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) yaitu VCT
lebih sulit melakukan evaluasi sebagai hasil dari penanaman nilai.

2.1.4.8.Komponen Model Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT)


Joyce, Weil dan Calhoun (2009:104-106) menyebutkan bahwa sebuah
model pembelajaran terdiri dari komponen sintaks atau struktur suatu model,
komponen prinsip reaksi atau peran guru, komponen sistem sosial atau situasi
kelas pada saat model berlangsung, daya dukung yang terdiri dari bahan dan alat
yang diperlukan untuk melaksanakan model, serta dampak instruksional yaitu
hasil belajar siswa sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dan dampak
pengiring sebagai akibat dari terciptanya suasana belajar dalam model tertentu.
Komponen-komponen dari model pembelajaran Value Clarification Technique
(VCT) yaitu sebagai berikut.
28

a. Sintakmatik / Langkah-Langkah Model Pembelajaran Value


Clarification Technique (VCT)
Model pembelajaran VCT mempunyai langkah-langkah pembelajaran
yang berbeda dengan model pembelajaran lainnya. Adisusilo (2012:160)
menyatakan langkah-langkah pembelajaran VCT yaitu tahap pertama, penyajian
dilemma, tahapan ini meliputi: pemahaman suatu topik, penjelasan istilah,
mengelompokkan fakta, menyampaikan pertanyaan yang memberikan
rangsangan. Tahap kedua memberikan tugas mandiri, tahapan ini meliputi:
mendalami dilemma, menjawab pertanyaan, memilih nilai dan alasan, menyusun
nilai-nilai, memilih prioritas nilai. Tahap ketiga membentuk kelompok diskusi
kecil, tahapan ini meliputi: memikirkan dan menentukan dilemma, menentukan
tindakan dan alasan, mengurutkan alasan-alasan, menyusun dan mengurutkan
nilai-nilai dan mengambil sikap, menyusun laporan kelompok. Tahap keempat
diskusi pleno kelas, terdapat dua tahap yaitu ; Tahap pertama terdiri dari laporan
kelompok, tanggapan pleno, laporan kelompok berikutnya, tanggapan pleno
berikutnya. Tahap kedua terdiri dari menentukan nilai dan norma, menyusun
hierarki norma, menyusun hierarki nilai dan alasannya serta mengambil sikap,
menentukan pelaksanaan nilai (internalisasi nilai). Tahap kelima penutup diskusi
kelas, terdiri dari dua tahap yaitu : Tahap pertama di dalam kelas: Memberi
tanggapan, merangkum alasan, merangkum nilai moral, menyimpulkan nilai
utama, memberi penguatan. Tahap kedua di luar kelas: memperdalam jawaban
atas pertanyaan, mencari/menentukan dilemma dalam topik, menulis dilemma
moral sesuai topik dan penyelesaiannya, presentasi dilemma moral, bentuk
aplikasi nilai pilihan.
b. Prinsip reaksi
Prinsip reaksi berkaitan dengan pola kegiatan yang menggambarkan
bagaimana seharusnya guru memberikan respon terhadap siswa. Prinsip reaksi
dalam model pembelajaran VCT adalah guru sebagai pembimbing dalam
pembelajaran dan guru memberi fasilitas agar proses pembelajaran berlangsung
optimal.
29

Model pembelajaran VCT menekankan bagaimana sebenarnya seseorang


membangun nilai yang menurut anggapannya baik, yang pada gilirannya nilai-
nilai tersebut akan mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari di
masyarakat. Dalam praktik pembelajaran, model pembelajaran VCT
dikembangkan melalui proses dialog antara guru dan siswa. Proses tersebut
hendaknya berlangsung dalam suasana santai dan terbuka, sehingga setiap siswa
dapat mengungkapkan secara bebas perasaannya.
c. Sistem Sosial
Sistem sosial adalah pola hubungan guru dengan siswa pada saat terjadinya
proses pembelajaran. Sistem sosial pada model pembelajaran VCT adalah
kegiatan kelas berorientasi pada pemecahan masalah, guru dan siswa mengenal
dan menganalisis masalah secara rinci serta peranan guru dan siswa sederajat,
walaupun dalam hal ini berbeda peran.
d. Daya Dukung
Daya dukung adalah penunjang keberhasilan pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar di kelas. Sistem pendukung yang diperlukan untuk melaksanakan model
pembelajaran VCT yaitu tersedianya perpustakaan yang dapat mendukung proses
pembelajaran, adanya sumber belajar yang lain dan narasumber yang dapat
dimanfaatkan oleh siswa misalnya laptop, proyektor, video pembelajaran dan lain-
lain yang menunjang proses pembelajaran.
e. Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring
Dampak instruksional adalah dampak atau hasil belajar yang dicapai langsung
dengan cara mengarahkan para siswa pada tujuan yang diharapkan.
Secara khusus dampak instruksional yang terdapat dalam pembelajaran PKn
dengan materi Menghargai nilai-nilai juang dalam proses perumusan Pancasila
sebagai Dasar Negara melalui model pembelajaran Value Clarification Technique
(VCT) adalah meningkatkan kesadaran nilai menghargai jasa Pahlawan dengan
mampu mendeskripsikan nilai-nilai juang dalam proses perumusan Pancasila
sebagai Dasar Negara, menceritakan secara singkat nilai kebersamaan dalam
proses perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara, meneladani nilai-nilai juang
30

para tokoh yang berperan dalam proses perumusan Pancasila sebagai Dasar
Negara dalam kehidupan sehari-hari.
Dampak pengiring adalah hasil belajar lainnya yang dihasilkan oleh suatu
proses pembelajaran, sebagai akibat terciptanya suasana belajar yang dialami
langsung oleh para siswa tanpa pengarahan langsung dari pengajar. Dari segi
dampak pengiring melalui model pembelajaran Value Clarification Technique
(VCT) diharapkan dapat terbentuk sikap.
SIKAP MENJAGA
Toleransi KEUTUHAN NKRI

- Mengikuti upacara dengan


Tenggang rasa khidmat
- Mematuhi peraturan yang
berlaku
Kekompakan MODEL
- Menghargai pendapat
PEMBELAJA
orang lain
RAN VCT
- Membina persatuan dan
Menahan emosi
kesatuan
- Tolong menolong sesama
Cinta tanah air teman
- Menghargai teman yang
Nasionalisme
berbeda suku bangsa,
agama dan adat istiadat
Keterangan:
Dampak Instruksional :
Dampak Pengiring :

Gambar 2.1
Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring Model Pembelajaran
VCT
31

2.1.4.9.Implementasi Model Pembelajaran Value Clarification Technique


(VCT)

Tabel 2.3. Implementasi Model Pembelajaran Value Clarification Technique


(VCT)
KEGIATAN GURU SINTAK KEGIATAN SISWA
1. Guru melontarkan / Pengajian Dilema 1. Siswa menyimak
menyampaikan media dengan baik video
stimulus video tentang yang ditayangkan guru
suatu konflik yang ada di 2. Siswa menjawab
daerah atau masyarakat. pertanyaan guru
2. Guru menanyakan apakah
semua siswa sudah dapat
memahami video yang
ditayangkan, seandainya
belum guru akan
mengulangi menayangkan
video tersebut
1. Guru memberikan Memberikan Tugas 1. Siswa melaksanakan
kesempatan ± 3 menit Mandiri dialog dengan diri
kepada siswa untuk sendiri dan sesama
berdialog dengan diri teman sebangku, muka,
sendiri maupun sesama belakang, samping kiri
teman sebangku, muka, atau kanan sehubungan
belakang, samping kiri atau dengan video yang
kanan sehubungan dengan ditayangkan guru.
video keributan sidang 2. Siswa menyampaikan
DPR. hasil dialognya yang
2. Disaat ini guru bertugas dilakukan dengan
mengamati raut wajah dan teman-temannya.
komentar siswa sebagai
masukan sikap dari siswa
bagi guru sebelum guru
membina siswa untuk dapat
mengenal pentingnya hidup
saling berbagi dan
melaksanakan hidip saling
berbagi di sekolah, di
rumah, dan sikap
menghargai keputusan
bersama.
3. Kemudian guru mencatat
masukan siswa diantaranya
tentu ada yang amat baik,
baik, cukup, kurang.
32

KEGIATAN GURU SINTAK KEGIATAN SISWA


1. Guru membagi siswa Membentuk 1. Siswa duduk bersama
menjadi 5 kelompok Kelompok Kecil kelompok yang telah
diskusi. Masing-masing Diskusi dibagi orang guru.
kelompok beranggotakan 4-
5 siswa.
1. Guru melakukan dialog Diskusi Pleno 1. Siswa menjawab
terpimpin dengan siswa Kelas pertanyaan-pertanyaan
melalui pertanyaan yang sesuai yang telah
skenarionya telah disiapkan diberikan oleh guru
sesuai dengan video yang 2. Siswa secara
telah ditayangkan telah individual menyatakan
dipersiapkan argumen/ pendapat
2. Guru meminta siswa untuk dan klarifikasi
menentukan argumen/ pendirian sehubungan
pendapat dan klarifikasi dengan pertanyaan
pendirian melalui guru
pertanyaan guru yang 3. Selanjutnya siswa
bersifat individual, secara kelompok
kelompok dan kelasikal menyatakan argumen/
pendapat dan
klarifikasi pendirian
sehubungan dengan
pertanyaan guru
1. Guru mulai menanamkan Penutup Diskusi 1. Siswa mendengarkan
jarum target nilai dan Kelas penjelasan guru
konsep pelajaran sesuai tentang hasil diskusi
meteri pembelajaran yang telah dilakukan
2. Guru bersama siswa bersama.
menyimpulkan pelajaran 2. Siswa bersama guru
menyimpulkan
pelajaran.

2.2. Kajian hasil Penelitian yang Relevan


Penelitian yang relevan merupakan hasil penelitian orang lain ynag
dijadikan titik tolak penelitian dalam mencoba melakukan pengulangan, revisi,
modifikasi, dan sebagainya. Penelitian yang relevan dengan judul penelitian yang
diambil peneliti yaitu, penelitian Umi Purwanti (2015) telah melakukan penelitian
dengan judul “Penerapan Model Value Cralification Technique (VCT) Dengan
Media Video Dalam Peningkatan Pembelajaran PKn Tentang Menghargai
Keputusan Bersama Pada Siswa Kelas V SDN I Karanggadung Tahun Ajaran
2014/2015”. Dari hasil penelitian didapat informasi bahwa pada siklus I
33

persentase ketuntasan hasil tes tertulis siswa mencapai 66,66%, kemudian pada
siklus II mengalami peningkatan yang cukup signifikan hingga mencapai 80,95%
dan sudah mencapai target pada indikator kinerja penelitian yaitu 80% tetapi hasil
tersebut belum memuaskan, sehingga perlu diperbaiki pada siklus selanjutnya.
Pada siklus III persentase ketuntasan hasil belajar siswa telah mencapai 92,86%
sehingga dapat mencapai target pada indikator kinerja penelitian.
Sutaryanto (2013) dengan judul “Penerapan Model Value Clarification
Technique (VCT) Berbantuan Film Dokumenter Dalam Menanamkan Nilai
Nasionalisme Dan Meningkatkan Hasil Belajar Pada Siswa Sekolah Dasar”. Hasil
penelitian didapat skor rata-rata post test kelas kontrol di SDN Jetak 2 diperoleh
skor rata-rata 79 dan skor rata-rata post test kelas eksperimen 1 SDN Duyungan 1
diperoleh skor rata-rata 88 sedangkan skor rata-rata post test kelas eksperimen 2
SDN Sidoharjo 2 diperoleh skor rata-rata 89. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan skor rata-rata dari nilai post test antara kelompok yang menggunakan
model Value Clarification technique (VCT) berbantuan film dokumenter dengan
kelompok kontrol. Kelompok yang menggunakan model Value Clarification
technique (VCT) berbantuan film dokumenter mendapatkan skor rata-rata lebih
tinggi dibandingkan dengan kelompok yang menggunakan pembelajaran
konvensional.
Penelitian Putra Wahyu Perdana (2012) dengan judul “Peningkatan Hasil
Belajar Pkn Melalui Model Pembelajaran Value Clarification Technique (Vct)
Pada Siswa Kelas Va Sd Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta Tahun Pelajaran
2011/2012”. Dari hasil penelitian tersebut diketahui pada pelaksanaan siklus I
pertemuan 1, siswa yang mengalami ketuntasan belajar adalah 16 siswa dari 28
siswa yang hadir (57,14%). Pada pelaksanaan siklus I pertemuan 2, siswa yang
mengalami ketuntasan belajar adalah 17 siswa dari 28 siswa yang hadir (60,71%),
dan pada pelaksanaan siklus II, siswa yang mengalami ketuntasan belajar adalah
23 siswa dari 28 siswa yang hadir (82,14%). Jadi dapat disimpulkan bahwa
adanya peningkatan hasil belajar PKn melalui model pembelajaran Value
Clarification Technique (VCT) pada siswa kelas Va SD Muhammadiyah 10 Tipes
Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012.
34

Penelitian Andriyani (2015) dengan judul “Pengaruh Penggunaan Model


Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) Terhadap Sikap Nasionalisme
Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Siswa kelas V MI. Jamiyyatul
Khair Ciputat”. Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa pembelajaran
IPS dengan menggunakan model pembelajaran Value Clarification Technique
(VCT) berpengaruh terhadap sikap nasionalisme siswa. Hal ini tampak dari hasil
angket mengenai sikap nasionalisme yang diberikan guru kepada siswa
menunjukkan bahwa pada indikator mampu menghormati orang lain, kelompok
eksperimen memperoleh rata-rata persentase sebesar 86% sedangkan kelas
kelompok kontrol memperoleh rata-rata persentase sebesar 81%, selanjutnya pada
indikator disiplin kelas eksperimen memperoleh rata-rata persentase sebesar 90%
sedangkan kelas kontrol memperoleh rata-rata persentase sebesar 81%,
selanjutnya pada indikator senang dan bangga menjadi warga negara Indonesia
kelas eksperimen memperoleh rata-rata persentase sebesar 92% sedangkan kelas
kontrol memeproleh rata-rata persentase sebesar 82%, lalu pada indikator giat
belajar kelas eksperimen memperoleh rata-rata persentase sebesar 85% sedangkan
kelas kontrol meeperoleh rata-rata persentase sebesar 82%.
Penelitian Herniawati (2011) dengan judul “Menanamkan Nilai
nasionalisme Melalui Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
PTK Pada Siswa Kelas VI SDN 88 Perumnas Unib Bentiring”. Penelitian ini
menunjukkan terjadi peningkatan mutu dan ketuntasan pembelajaran PKn.
Penananman nilai nasionalisme siswa melalui pembelajaran dengan menggunakan
metode VCT semakin baik, yaitu ketuntasan belajar dari 23 siswa pada siklus I,
ada 17 orang atau 74,7% yang telah mencapai nilai 6,5 ke atas. Pada siklus II ada
19 orang siswa atau 82,6% yang telah mencapai nilai 6,5 ke atas. Pada siklus III,
ada 21 orang siswa atau 91,3% yang telah mencapai nilai 6,5 ke atas.
Penelitian Fairizah Haris (2013) dengan judul “Penerapan Model
Pembelajaran VCT (Value Clarification Technique) Untuk Meningkatkan
Kesadaran Nilai Menghargai Jasa Pahlawan Pada Siswa Sekolah Dasar”.
Penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas guru, siswa, kesadaran nilai
menghargai, dan respon siswa selama pembelajaran mengalami peningkatan yang
35

signifikan selama tiga siklus dengan masing-masing prosentase ketuntasan. Skor


yang dicapai siswa pada siklus I adalah sebesar 64,5%. Pada siklus II aktivitas
siswa mengalami peningkatan dengan dicapainya skor sebesar 85% dikategorikan
sangat baik dan sudah memenuhi indikator keberhasilan penelitian. Aktivitas
siswa pada siklus III kembali mengalami peningkatan mencapai skor 89,5% dan
dikategorikan sangat baik.
Penelitian Gustin Indra Setiana (2012) dengan judul “Penerapan Model
Pembelajaran Value Clarification Technique Permainan Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Pkn Pada Siswa Kelas Ii Sd Negeri Kemandungan 3 Kota Tegal”.
Hasil penelitiannya adalah Model pembelajaran VCT Permainan yang diterapkan
di kelas II pada mata pelajaran PKn materi Mengenal Nilai Kejujuran,
Kedisiplinan, dan Senang Bekerja dapat meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman siswa mengenai materi tersebut. Terbukti dari hasil belajar siswa
kelas II SD Negeri Kemandungan 3 Kota Tegal yang mengalami peningkatan
pada siklus II jika dibandingkan dengan perolehan hasil belajar pada siklus I.
Rata-rata hasil belajar siswa yang diperoleh pada siklus I yaitu 75,33 dengan
ketuntasan hasil belajar siswa sebesar 73,33%. Pada siklus II, rata-rata hasil
belajar siswa yang diperoleh yaitu sebesar 84,50 dan ketuntasan hasil belajar
siswa sebesar 93,55%. Berdasarkan hasil tersebut, dapat peneliti simpulkan bahwa
terjadi peningkatan rata-rata hasil belajar siswa pada siklus II sebesar 9,17 dan
peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa sebesar 20,22%.
Penelitian Vety Fitriani (2015) dengan judul “Penerapan Model VCT
(Value Clarification Technique) Dengan Menggunakan Media Cerita Daerah
Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Meningkatkan
Karakter Peserta Didik” terlihat hasilnya bahwa Berdasarkan hasil temuan
penelitian di lapangan dengan instrumen wawancara maupun pengamatan
langsung bahwa pembentukan karakter peserta didik melalui model VCT pada
SMPN 1 Kersamanah berdampak positif terhadap efektifitas pembelajaran PKn
yakni guru dapat mengidentifikasi perilaku peserta didik, serta peserta didik bisa
menganalisis dan mengungkapkan pendapatnya mengenai media cerita daerah.
Selain itu model VCT juga sangat mempengaruhi interaksi antara guru dan peserta
36

didik, peserta didik memahami materi yang disampaikan oleh guru di kelas.
Model VCT yang berdampak terhadap munculnya sikap religiusitas, kejujuran,
kecerdasan, ketangguhan, kepedulian, demokrasi. Peserta didik juga merespon
dengan baik model tersebut karena menyenangkan bagi peserta didik, peserta
didik serius dalam menanyakan hal-hal yang belum diketahui.
Persamaan antara penelitian yang telah dilakukan dengan penelitian yang
akan penulis lakukan yaitu sama-sama menggunakan model pembelajaran Value
Clarification Technique (VCT), sedangkan perbedaannya terletak pada variabel
terikatnya. Penulis melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan variabel terikat
Sikap menjaga keutuhan NKRI yang selama ini belum pernah dilakukan oleh
peneliti yang lain.
Berdasarkan persamaan dan perbedaan penelitian di atas, maka penulis
akan menerapkan, mengembangkan dan melakukan inovasi terhadap
pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Value Clarification
Technique (VCT) untuk mengembangkan sikap menjaga keutuhan NKRI pada
siswa kelas V SD 3 Golantepus.

2.3. Kerangka Pikir


Sikap menjaga keutuhan NKRI dalam pembelajaran PKn masih rendah.
Dengan menerapkan model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT)
diperkiran dapat mengembangkan sikap menjaga keutuhan NKRI. Kerangka pikir
ini dapat digambarkan pada gambar berikut.
37

Nilai tes
meningkat
PEMBELAJARAN DI KELAS
Siswa dalam
Guru
diskusi Hasil belajar siswa
memberikan
Sumber kelompok berupa sikap:
pengantar
materi: dan
sesuai memotivasi - Mengikuti upacara
dengan 3 tingkatan dengan khidmat
siswa
- Mematuhi peraturan
materi pembelajaran:
yang berlaku
menjaga Model
- Menghargai pendapat
keutuhan Pembelajaran 1. Kebebasan
orang lain
NKRI Value memilih - Membina persatuan
Clarification 2. Menghargai dan kesatuan
Technique 3. Berbuat - Tolong menolong
sesama teman
- Menghargai teman
yang berbeda suku
bangsa, agama dan
adat istiadat
-
Gambar 2.2. Kerangka Berfikir
Dari skema kerangka pikir di atas menggambarkan bahwa peneliti
melaksanakan penelitian pada siswa kelas 5 SD 3 Golantepus Kecamatan Mejobo
Kabupaten Kudus. Peneliti menemukan masalah yaitu sikap siswa kurang dalan
menjaga keutuhan NKRI dan tujuan pembelajaran hanya dari aspek kognitif,
aspek afektif kurang diperhatikan, akibatnya kesadaran sikap menjaga keutuhan
NKRI pada siswa kelas 5 masih rendah. Kemudian peneliti melakukan penelitian
melalui dua siklus.
Siklus I peneliti menerapkan model pembelajaran VCT dalam
pembelajaran PKn materi mengenal Negara Kesatuan republik Indonesia (NKRI
dan pentingnya keutuhan NKRI. Setelah itu, peneliti mengumpulkan dan
mengamati perubahan sikap siswa dan hasil belajar dengan diterapkannya model
pembelajaran VCT. Tindakan selanjutnya yaitu peneliti mengadakan refleksi.
Setelah melaksanakan siklus I, peneliti akan melakukan siklus II dengan
penerapan model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) pada materi
usaha menjaga keutuhan NKRI dan contoh perilaku menjaga keutuhan NKRI.
38

Selanjutnya peneliti akan mengamati perubahan sikap siswa dan hasil belajar
dengan diterapkannya model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT)
dilaksanakan. Setelah itu peneliti akan mengadakan refleksi. Ketika peneliti
selesai melakukan penelitian siklus I dan siklus II, maka kondisi akhir penelitian
diduda penerapan model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT)
dapat mengembangkan sikap menjaga keutuhan NKRI pada mata pelajaran PKn
siswa kelas 5 SD 3 Golantepus.

2.4. Hipotesis Tindakan


Berdasarkan uraian teori, hasil penelitian yang relevan, dan kerangka
berfikir di atas, maka hiporesis tindakan dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Ada perkembangan sikap menjaga keutuhan NKRI yang signifikan dengan
diterapkannya model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT)
pada pembelajaran PKn siswa kelas 5 SD 3 Golantepustahun pelajaran
2016/2017.
2. Ada peningkatan hasil belajar yang signifikan dengan diterapkannya model
pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) pada pembelajaran PKn
siswa kelas 5 SD 3 Golantepus tahun pelajaran 2016/2017.

Anda mungkin juga menyukai