Anda di halaman 1dari 31

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan panduan tentang Pelayanan
Imunisasi.

Panduan ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan panduan ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan panduan ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki panduan ini.

Akhir kata kami berharap semoga panduan tentang Pelayanan Imunisasi ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
BAB I

PENDAHULUHAN

a. Latar Belakang
Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum perlu diwujudkan sesuai
dengan cita-cita Bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945 melalui
pembangunan nasional yang berkesinambungan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat dipengaruhi oleh tersedianya sumber daya
manusia yang sehat, terampil dan ahli, serta disusun dalam satu program kesehatan dengan
perencanaan terpadu yang didukung oleh data dan informasi epidemiologi yang valid.
Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double
burden), yaitu beban masalah penyakit menular dan penyakit degeneratif. Pemberantasan
penyakit menular sangat sulit karena penyebarannya tidak mengenal batas wilayah
administrasi. Imunisasi merupakan salah satu tindakan pencegahan penyebaran penyakit ke
wilayah lain yang terbukti sangat cost effective. Dengan Imunisasi, penyakit cacar telah
berhasil dibasmi, dan Indonesia dinyatakan bebas dari penyakit cacar pada tahun 1974.
Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Imunisasi
merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya penyakit menular yang merupakan
salah satu kegiatan prioritas Kementerian Kesehatan sebagai salah satu bentuk nyata
komitmen pemerintah untuk mencapai Sustainable Development Goals (SDGs) khususnya
untuk menurunkan angka kematian pada anak.
Kegiatan Imunisasi diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956. Mulai tahun 1977
kegiatan Imunisasi diperluas menjadi Program Pengembangan Imunisasi (PPI) dalam rangka
pencegahan penularan terhadap beberapa Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
(PD3I) yaitu Tuberkulosis, Difteri, Pertusis, Campak, Polio, Tetanus serta Hepatitis B.
Beberapa penyakit yang saat ini menjadi perhatian dunia dan merupakan komitmen global
yang wajib diikuti oleh semua negara adalah eradikasi polio (ERAPO), eliminasi campak dan
rubela dan Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (ETMN).
Indonesia berkomitmen terhadap mutu pelayanan Imunisasi dengan menetapkan
standar pemberian suntikan yang aman (safe injection practices) bagi penerima suntikan,
petugas dan lingkungan terkait dengan pengelolaan limbah medis tajam yang aman (waste
disposal management).
Cakupan Imunisasi harus dipertahankan tinggi dan merata di seluruh wilayah. Hal ini
bertujuan untuk menghindarkan terjadinya daerah kantong yang akan mempermudah
terjadinya kejadian luar biasa (KLB). Untuk mendeteksi dini terjadinya peningkatan kasus
penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB, Imunisasi perlu didukung oleh upaya surveilans
epidemiologi.
Masalah lain yang harus dihadapi adalah munculnya kembali PD3I yang sebelumnya
telah berhasil ditekan (Reemerging Diseases), maupun penyakit menular baru (New Emerging
Diseases) yaitu penyakit-penyakit yang tadinya tidak dikenal (memang belum ada, atau sudah
ada tetapi penyebarannya sangat terbatas; atau sudah ada tetapi tidak menimbulkan gangguan
kesehatan yang serius pada manusia).
Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, penyelenggaraan Imunisasi
terus berkembang antara lain dengan pengembangan vaksin baru (Rotavirus, Japanese
Encephalitis, Pneumococcus, Dengue Fever dan lain-lain) serta penggabungan beberapa jenis
vaksin sebagai vaksin kombinasi misalnya DPT-HB-Hib.
Pelaksanaan imunisasi sangat menentukan kualitas pelayanan imunisasi oleh petugas
imunisasi di puskesmas. Panduan ini menjelaskan tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleh
petugas imunisasi Puskesmas untuk menjamin keberhasilan program imunisasi. Panduan ini
meliputi persiapan pelaksanaan imunisasi yang terdisi atas penyiapan logsitik, Sumber Daya
Manuasia (SDM), Tempat pelaksanaan, data sasaran, dan pelaksanaan imunisasi yang terdiri
dari skrining sasaran, pemberian imunisasi yang aman, penanganan limbah pasca pelayanan
imunisasi dan pemusnahan limbah imunisasi.
Panduan ini dirancang seperti bagan berikut :

Persiapan pelaksanaan Pelaksanaan Imunisasi


imunisasi
 Logistik  Screening sasaran
 SDM  Pemberian imunisasi yang aman
 Tempat Pelayanan  Penanganan limbah pasca
 Sasaran pelaksanaan imunisasi
 Pemusnahan limbah pelaksanaan
imunisasi

b. Tujuan
Pelaksana Imunisasi mampu melakukan pelayanan imunisasi yang sesuai dengan standar
Tujuan Khusus
Pelaksana Imunisasi mampu
1. Melakukan persiapan pelaksanaan imunisasi
2. Melakukan Imunisasi yang sesuai standar
c. Sasaran
Panduan Pelayanan Imunisasi ini diperuntukkan untuk Pelaksana Imunisasi serta Koordinator
Imunisasi di Puskesmas
d. Ruang Lingkup
 Panduan ini mengatur tentang pelayanan imunisasi : pemeriksaan sasaran, skrining
sasaran, pemberian imunisasi yang aman, penanganan limbah
 Panduan ini diperuntukkan untuk puskesmas serta semua yang melakukan pelayanan
imunisasi
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

a. Sumber Daya Manusia


Sumber Daya Manusia (SDM) pengelola imunisasi terdiri atas pengelola program dan pengelola
logistik. Tenaga pengelola imunisasi harus memenuhi kualifikasi dan kompetensi tertentu yang
diperoleh dari pendidikan dan pelatihan. Setiap jenjang administrasi dan unit pelayanan dari
tingkat pusat sampai tingkat puskesmas, harus memiliki jumlah dan jenis ketenagaan yang
sesuai dengan standar antara lain :
1. Puskesmas
 Pengelola program imunisasi dan KIPI
 Pengelola logistik imunisasi
 Pelaksana imunisasi
2. Puskesmas Pembantu
 Pelaksana imunisasi
3. Polindes/ Poskesdes di Desa Siaga
 Pelaksana imunisasi
4. Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta, Rumah Sakit Bersalin Klinik dan Praktik Swasta
 Pelaksana imunisasi dan KIPI
 Pengelola logistik imunisasi
5. Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
 Pengelola program imunisasi dan KIPI
 Pengelola logistik imunisasi
6. Dinas Kesehatan Provinsi
 Pengelola program imunisasi dan KIPI
 Pengelola logistik imunisasi

b. Jenis dan Jadwal Imunisasi


Imunisasi Program adalah imunisasi yang diwajibkan kepada seseorang sebagai bagian dari
masyarakat dalam rangka melindungi yang bersangkutan dan masyarakat sekitarnya dari
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Imunisasi program terdiri dari Imunisasi rutin,
Imunisasi tambahan.
Pemerintah dapat menetapkan jenis imunisasi Program selain yang diatur dalam Peraturan
Menteri ini dengan mempertimbangkan rekomendasi dari Komite Penasehat Ahli Imunisasi
Nasional (Indonesian Technical Advisory Group on Immunization). Introduksi imunisasi baru
ke dalam imunisasi program dapat diawali dengan kampanye atau demonstrasi program di
lokasi terpilih sesuai dengan epidemiologi penyakit.
1. Imunisasi rutin
a. Jadwal Pemberian Imunisasi Bayi dan Lanjutan

Umur (Bulan) Jenis Imunisasi

0 – 24 Jam Hepatitis B
1 BCG, OPV1
2 DPT-HB-Hib1, OPV2, PCV1
3 DPT-HB-Hib2, OPV3, PCV2
4 DPT-HB-Hib3, OPV4, IPV
9 MR
10 JE *
12 PCV3
18 DPT-HB-Hib4, MR 2
* hanya di daerah terpilih

b. Jadwal Imunissi Lanjutan Pada Wus (Harus melalui skrining)

Interval Minimal
Status Imunisasi Masa Perlindungan
Pemberiah
T1
T2 4 minggu setelah T1 3 tahun
T3 6 bulan setelah T2 5 tahun
T4 1 tahun setelah T3 10 tahun
T5 1 tahun setelah T4 >25 tahun

c. Jadwal Imunisasi Lanjutan Pada Anak Sekolah

Sasaran Imunisasi Waktu Pelaksanaan


MR Agustus
Kelas 1 SD
DT November
Kelas 2 SD Td November
Kelas 5 SD Td November
Kelas 5 SD Perempuan HPV Agustus
Kelas 6 SD Perempuan HPV Agustus
2. Imunisasi Tambahan
Yang termasuk dalam kegiatan imunisasi tambahan adalah :
a. Backlog fighting
Merupakan upaya aktif di tingkat Puskesmas untuk melengkapi imunisasi dasar pada
anak yang berumur di bawah tiga tahun.
b. Crash program
Kegiatan ini dilaksanakan di tingkat Puskesmas yang ditujukan untuk wilayah yang
memerlukan intervensi secara cepat untuk mencegah KLB.
c. Pekan Imunisasi Nasional (PIN)
Merupakan kegiatan imunisasi massal yang dilaksanakan secara serentak di suatu
negara dalam waktu yang singkat.
d. Cath Up Campaign (Kampanye)
e. Merupakan kegiatan imunisasi tamahan massal yang dilaksanakan serentak pada
sasaran kelompok umur dan wilayah tertentu dalam upaya memutuskan transmisi
penularan agent (virus atau bakteri) penyebab PD3I.
f. Sub PIN
Merupakan kegiatan serupa dengan Pin tetapi dilaksanakan pada wilayah terbatas
(beberapa provinsi atau kabupaten/ kota).
g. Imunisasi dalam Penanggulangan KLB (Outbreak Response Immunization/ ORI)
Pedoman pelaksanaan imunisasi dalam penanganan KLb disesuaikan dengan situasi
epidemiologis penyakit masing-masing.
BAB III

TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Persiapan Pelaksanaan Imunisasi

1. Menyiapkan Logistik

Jumlah peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan pelayanan imunisasi tergantung


pada perkiraan jumlah sasaran yang akan diimunisasi. Perkiraan dasar untuk vaksin, alat
suntik, alat suntik untuk mencampur, dan kotak pengaman (safety box) terdapat pada
modul sebelumnya.
Jenis peralatan yang diperlukan untuk pelayanan:

a. Vaccine carrier

b. Cool Pack/ kotak dingin cair

c. Vaksin

d. Pelarut dan penetes (dropper)

e. Alat suntik (Auto Dysable Syringes/ADS)

f. Safety box

g. Pemotong/ kikir ampul pelarut

h. Formulir KIPI

i. Kapas dan wadahnya

j. Bahan penyuluhan (poster, leaflet, dll)

k. Alat tulis (kertas, pensil, dan pena)

l. Catatan imunisasi (buku KIA atau kartu imunisasi lain)

m. Buku register (kohort) bayi dan ibu

n. Tempat sampah/kantong untuk limbah medis selain alat suntik

o. Sabun dan wadah air mengalir untuk cuci tangan atau hand sanitizer

p. Anafilaktik kit

q. Pinset

r. Masker bedah
Beberapa prinsip dalam penyiapan logistik yang perlu diperhatikan antara lain:

a. Mengeluarkan vaksin dan pelarut dari vaccine refrigerator

1) Sebelum membuka pintu vaccine refrigerator, tentukan berapa banyak vial vaksin
yang dibutuhkan untuk pelayanan.
2) Buka vaccine refrigerator, periksa freeze tag dan alat pemantau suhu kontinyu
atau alat pemantau suhu lainnya untuk memastikan vaksin terjaga dalam suhu 2-8
C.
3) Pilih dan keluarkan vaksin sesuai kondisi VVM, tanggal kadaluarsa/ early expired
first out (EEFO) Prioritas dalam mengeluarkan vaksin mengacu kepada kondisi
VVM.
4) Pastikan pelarut yang akan digunakan telah disimpan dalam vaccine refrigerator
satu hari sebelumnya agar suhunya sama dengan vaksin
b. Memeriksa apakah vaksin aman diberikan

Sebelum memberikan vaksin, harus dipastikan bahwa vaksin yang akan diberikan
masih baik, dengan melakukan langkah-langkah berikut.
1) Periksa label vaksin dan pelarut. Jika label tidak ada, jangan gunakan vaksin atau
pelarut tersebut.
2) Periksa alat pemantau vaksin (Vaccine Vial Monitor/ VVM). Jika kondisi VVM
sudah berada pada kondisi C atau D, vaksin jangan digunakan (Gambar 1).

Gambar 1: Alat pemantau vaksin (VVM) yang menunjukkan menunjukkan


kondisi yang berbeda

Kondisi A : Vaksin dapat digunakan Kondisi


B : Vaksin segera digunakan

Kondisi C : Vaksin tidak boleh digunakan

Kondisi D : Vaksin tidak boleh digunakan


3) Periksa tanggal kadaluarsa, jangan gunakan vaksin dan pelarut jika telah melewati
tanggal kadaluarsa.
4) Periksa alat pemantau suhu beku (freeze tag) dalam vaccine refrigerator. Jika
freeze tag menunjukkan tanda silang (X), berarti pernah terjadi penyimpangan
suhu (dibawah 2°C) selama lebih dari 60 menit.
5) Pada kondisi tersebut, diduga pernah terjadi pembekuan pada vaksin yang sensitif
beku seperti DT, Td, Hepatitis B, DPT/HB/Hib dan IPV. Untuk memastikan vaksin
dalam kondisi baik atau rusak, maka sebaiknya dilakukan shake test (uji kocok),
kecuali untuk vaksin IPV

Langkah-Langkah uji kocok:

1) Pilih satu dari tiap tipe dan batch vaksin yang dicurigai pernah beku, utamakan yang
dekat dengan evaporator atau bagian vaccine refrigerator yang paling dingin. Beri
label “Tersangka Beku”. Bandingkan dengan vaksin dari tipe dan batch yang sama
yang sengaja dibekukan hingga beku padat seluruhnya dan beri label “Dibekukan”.
2) Biarkan contoh vaksin “Dibekukan” dan vaksin “Tersangka Beku” sampai mencair
seluruhnya.
3) Kocok contoh vaksin “Dibekukan” dan vaksin “Tersangka beku” secara bersamaan.
4) Kemudian taruh berdekatan, dan diamkan.

5) Amati contoh vaksin “Dibekukan” dan vaksin “Tersangka beku”, untuk


membandingkan lamanya waktu pengendapan (biasanya 5 s.d 30 menit).
6) Jika:

 Pengendapan vaksin “Tersangka beku” lebih lambat dari contoh vaksin


“Dibekukan”, maka vaksin boleh digunakan.
 Pengendapan vaksin “Tersangka beku” sama atau lebih cepat dari pada contoh
vaksin “Dibekukan”, maka vaksin tidak boleh digunakan (vaksin sudah
rusak).
7) Anda harus melakukan uji kocok untuk tiap vaksin yang berbeda batch dan jenis
vaksinnya dengan kontrol “Dibekukan” yang sesuai.
Gambar 2. Uji kocok untuk vaksin sensitif beku

Pastikan vaccine carrier yang digunakan dalam kondisi baik, yaitu

 Kering, tidak berjamur

 Dapat ditutup dengan sempurna

 Tidak ada keretakan di dinding dan tutupnya

 Memiliki busa pembatas untuk meletakan vaksin selama pelayanan imunisasi

2. Menyiapkan Tempat Pelayanan Imunisasi

a. Pelayanan imunisasi di fasilitas kesehatan

Ruangan yang ditetapkan untuk pelayanan imunisasi harus:

 Mudah dijangkau oleh sasaran

 Tidak terkena sinar matahari, hujan atau debu;

 Cukup luas, terang, cukup ventilasi, dan tenang.

b. Pelayanan imunisasi di lapangan

 Mudah dijangkau oleh sasaran

 Jika di dalam gedung maka harus cukup luas, terang, cukup ventilasi dan tenang.
 Jika di tempat terbuka, upayakan tempat itu terlindung sinar matahari langsung.

Dalam mengatur tempat imunisasi, pastikan bahwa:

- Pintu masuk terpisah dari pintu keluar sehingga orang-orang dapat masuk dan
keluar tempat pelayanan dengan lebih cepat dan mudah
- Tempat menunggu haruslah bersih dan nyaman.

- Mengatur letak meja dan menyiapkan perlengkapan yang diperlukan

- Melaksanakan kegiatan dengan sistem 5 meja yaitu pelayanan terpadu yang lengkap
yang memberikan pelayanan 5 program (KB, KIA, Diare, Imunisasi, dan Gizi);
- Jumlah orang yang ada di tempat pelayanan imunisasi diatur sehingga tidak penuh
sesak.
- Segala sesuatu yang anda perlukan berada dalam jangkauan atau dekat dengan meja
imunisasi anda.

Pada masa pandemi COVID-19 perlu memperhatikan protokol kesehatan sesuai dengan
panduan yang berlaku (menjaga jarak, menggunakan masker dan mencuci tangan
dengan sabun dan air mengalir).

3. Menyiapkan Data Sasaran

Petugas mengecek buku kohort dan menandai sasaran yang akan diimunisasi dan
menghitung kebutuhan vaksin yang dibutuhkan untuk pelayanan imunisasi.

B. Pelaksanaan Imunisasi

1. Pemeriksaan sasaran

Setiap sasaran baru yang datang ke tempat pelayanan imunisasi, sebaiknya diperiksa
sebelum diberikan pelayanan imunisasi. Tentukan usia dan status imunisasi terdahulu
sebelum diputuskan vaksin mana yang akan diberikan, dengan langkah sebagai
berikut:
a. Mengidentifikasi usia bayi

b. Mengidentifikasi vaksin-vaksin mana yang telah diterima oleh bayi

c. Menentukan jenis vaksin yang harus diberikan

d. Kontra indikasi terhadap imunisasi


Pada umumnya tidak terdapat kontra indikasi terhadap imunisasi. Semua bayi
sebaiknya diimunisasi kecuali dalam tiga situasi yang jarang terjadi berikut ini:
a. Anafilaksis atau reaksi hipersensitivitas yang hebat, merupakan kontra indikasi
mutlak terhadap dosis vaksin berikutnya.
b. Reaksi berlebihan, seperti suhu tinggi diatas 38,5ºC dengan kejang, penurunan
kesadaran, shock atau reaksi anafilaktik lainnya setelah imunisasi DPT/HB/Hib1
merupakan kontra indikasi untuk pemberian DPT/HB/Hib2 atau DPT/HB/Hib3.
c. Dalam keadaan kejang demam dan panas diatas 38,5ºC merupakan kontra indikasi
sementara pemberian sampai anak sudah sembuh.

Beberapa kondisi berikut bukan merupakan kontra indikasi.:

Alergi atau asma(kecuali jika


Tanda-tanda dan gejala AIDS, kecuali seperti
diketahuiadaalergiterhadap
yang disebutkan di atas;
Anak diberi ASI;
komponen khusus dari vaksin yang
disebutkan di atas); Sakit kronis seperti penyakit jantung kronis,

Sakit ringan seperti infeksi saluran paru-paru, ginjal atau liver;
Kondisi syaraf labil seperti kelumpuhan
pernafasan atau diare dengan suhu
otak, karena luka atau Down’s Syndrome;
dibawah 38,50C;
 Prematur atauberatlahirrendah
Riwayat keluarga tentang peristiwa
(vaksinasi sebaiknya tidak ditunda);
- peristiwa yang membahayakan
Pembedahan baru atau direncanakan dengan
 setelah imunisasi;
Pengobatan antibiotik; segera
 Kurang gizi; dan
Dugaan infeksi HIV atau positif
terinfeksiHIVdengantidak Riwayat sakit kuning pada kelahiran.
menunjukkan tanda-tanda dan
gejala AIDS;
2. 6. Apakah saat ini anak anda sedang meminum
obat-obatan untuk pengobatan? (jika Ya
sebutkan minum obat apa)
7. Apakah anak anda pernah menderita
kanker/gangguan pembekuan darah/ gangguan
ginjal/ gangguan jantung/ penyakit gula?
8. Apakah anak anda pernah mengalami kejang?
9. Apakah anak sedang dalam masa karantina
No. Pertanyaan Ya Tidak
mandiri atau perawatan terkait COVID-19?
1. Apakah anak anda sedang demam dalam tujuh
10. Apakah anak anda memiliki kontak atau tinggal
hari terakhir?
serumah dengan orang kategori kasus kontak
2. Apakah anak anda sedang batuk/pilek/sesak
erat/suspek/ probable/konfirmasi/ COVID-19
atau salah satu penyakit pernafasan dalam tujuh
dalam 14 hari terakhir?
hari terakhir?
11. Apakah anak anda memiliki riwayat perjalanan
3. Apakah anak anda sedang diare atau alergi
ke daerah yang melaporkan transmisi lokal
dalam tujuh hari terakhir?
COVID-19
4. Apakah anak anda sedang sakit lain dalam
beberapa tujuh hari terakhir?(jika Ya sebutkan
sakit atau gejalanya)
5. Apakah anak anda sedang dalam pengobatan
dokter? (jika Ya sebutkan sakit atau gejalanya)

Melakukan skrining sasaran

a. Bayi, baduta dan anak sekolah

Setiap petugas yang melaksanakan imunisasi, harus melakukan skrining mengenai


kondisi sasaran, riwayat penyakit, dan kontra indikasi sebelum pemberian tiap
dosis vaksin. Skrining dapat dilaksanakan dengan menanyakan beberapa
pertanyaan berikut ini

Keterangan

1) Jika terdapat jawaban ya pada nomor 1 – 5, maka imunisasi ditunda sampai


anak dinyatakan sehat kembali oleh dokter.
2) Jika terdapat jawaban ya pada nomor 6 – 8 maka sebaiknya anak
dikonsultasikan kepada dokter ahli dan pemberian imunsiasi dilakukan oleh
dokter ahli.
3) Jika terdapat jawaban ya pada nomor 9 – 10 maka imunisasi pada anak ditunda
dan dapat diberikan kembali sesuai dengan kriteria pada bab III.
4) Jika jawaban ya pada nomor 11 maka imunisasi ditunda dan dapat diberikan
kembali sampai anak selesai melakukan karantina mandiri.

b. Pemeriksaan sasaran WUS

Ketentuan WUS untuk menerima imunisasi Td:

- Jika sasaran memiliki kartu Td, berikan imunisasi lanjutan berdasarkan


status yang tercantum, sesuai dengan jadual pemberian.
- Jika sasaran tidak memiliki kartu Td, lakukan skrining untuk
menentukan statusnya. Kemudian berikan imunisasi sesuai ketentuan.
- Tidak terdapat bukti tentang risiko terhadap janin akibat pemberian
imunisasi tetanus toksoid (Td) kepada perempuan hamil.

3. Pemberian imunisasi yang aman

a. Memastikan Vaksin Berkualitas selama pelaksanaan imunisasi

1) Hindari vaccine carrier yang berisi vaksin dari sinar matahari langsung.

2) Sebelum sasaran datang, vaksin dan pelarut harus disimpan dalam vaccine
carrier yang tertutup rapat.

3) Jika sasaran imunisasi sudah datang, maka vaksin dilarutkan dengan jenis
pelarut yang sesuai.
4) Pada saat melarutkan vaksin, suhu vaksin dan pelarut harus sama.

5) Vaksin yang sudah dilarutkan, ditulis tanggal dan waktu pelarutannya. Setelah
dilarutkan, vaksin BCG hanya boleh digunakan selama 3 jam, dan vaksin
campak/MR dan JE selama 6 jam.
6) Vaksin yang lainnya, setelah dibuka harus diberi label yang ditulis tanggal dan
waktu vaksin dibuka. Penggunaannya mengikuti standar penggunaan vaksin
multidose.
7) Selama pelayanan imunisasi, vaksin dan pelarut harus disimpan dalam
vaccine carrier dengan menggunakan cool pack, agar suhu vaksin dan pelarut
tetap terjaga
8) Tidak diperkenankan membuka vial baru sebelum vial yang sudah dibuka
habis.
9) Apabila sasaran selanjutnya belum datang, vaksin yang sudah dilarutkan
harus diletakkan di lubang busa yang terdapat di bagian atas vaccine carrier
(lihat gambar di bawah), dan dilindungi agar tidak terkena sinar matahari
langsung.
10) Setiap vaccine carrier sebaiknya dilengkapi dengan empat buah cool pack

(disesuaikan dengan tipe/jenis vaccine carrier)

11) Apabila vaksin yang sudah dilarutkan habis, pelarutan selanjutnya dilakukan
jika sasaran berikutnya telah datang.

Gambar 3

Penyimpanan vaksin selama pelayanan imunisasi di lapangan

Gambar 4

Penyimpanan vaksin selama pelayanan imunisasi di lapangan


b. Memberikan penyuluhan sebelum dan sesudah pelayanan imunisasi Petugas
kesehatan menyampaikan kepada orangtua beberapa hal sebagai berikut:
- Jenis vaksin yang diberikan dan manfaat imunisasi

- KIPI yang mungkin timbul setelah imunisasi dan cara mengatasinya dan tidak
perlu khawatir
- Jadwal imunisasi berikutnya dan pentingnya buku KIA disimpan secara aman
dan dibawa saat kunjungan berikutnya
- Jumlah kunjungan imunisasi lengkap dan tujuan memberikan imunisasi
lengkap

c. Memberikan Penyuntikan yang Aman

1) Melarutkan vaksin dengan pelarut

Beberapa ketentuan yang harus dilakukan dalam melarutkan vaksin:

- Cuci tangan anda

- Amati VVM dan masa kadaluarsa yang tertera pada vial vaksin

- Gunakan semprit pencampur sekali buang (disposable mixing syringe)

yang baru, setiap kali melarutkan vaksin

- Pastikan suhu vaksin dan pelarut sama (2 sd 80C) saat pelarutan


- Amati botol pelarut, dan pastikan tidak retak

- Baca label pada botol pelarut, pastikan berasal dari pabrik yang sama dengan
vaksin dan tidak kadaluarsa
- Sedot cairan pelarut dengan menggunakan semprit pencampur. Suntikan
cairan pelarut ke dalam vial vaksin dengan menggunakan ADS. Kocok botol
vaksin sampai homogen.
- Buang semprit dan jarum pencampur yang telah digunakan ke dalam

safety box.

- Selama pelayanan, vaksin yang telah dilarutkan, disimpan di atas bantalan


busa yang terdapat pada vaccine carrier.

Catatan:

- Jika terjadi luka saat membuka botol pelarut, buang botol karena ada
kemungkinan isi botol telah terkontaminasi. Balut luka sebelum membuka
botol pelarut yang baru.

Ingat!

 Selalu gunakan pelarut dari pabrik dan jenis yang sama dengan vaksin.
 Sebelum dicampur, suhu vaksin dan pelarut harus sama.
 Jangan mencampur vaksin dengan pelarut sebelum ada sasaran
 Vaksin yang sudah dilarutkan mempunyai batas masa pakai, misalnya
campak/MR dan JE 6 jam serta BCG 3 jam.

2) Menggunakan alat suntik auto-disable (ADS) atau Prefilled injection


device(PID)
Alat suntik yang dipergunakan dalam pemberian Imunisasi adalah
alat suntik yang akan mengalami kerusakan setelah sekali pemakaian
(Auto Disable Syringe/ADS). Ukuran ADS beserta penggunaannya terlihat
seperti tabel berikut:
No Ukuran ADS Penggunaan
1 0,05 ml Pemberian imunisasi BCG
2 0,5 ml Pemberian imunisasi DPT-HB-Hib,
Campak Rubela, DT, Td, IPV, PCV, HPV
dan JE
3 5 ml Untuk melarutkan vaksin BCG dan
Campak Rubela

Penyuntikan menggunakan Auto Disable Syringe

Alat suntik auto-disable adalah pilihan yang disarankan untuk pelaksanaan


imunisasi. Berikut adalah langkah-langkah penyuntikan yang aman
menggunakan alat suntik auto-disable:
- Keluarkan alat suntik dari kemasannya

- Buka penutup jarum tanpa menyentuh jarumnya.

- Tusukan jarum ke dalam vial vaksin, tepat di tengah tutup karet. Ujung
jarum harus berada di bagian terbawah botol.
- Jangan tekan piston ke depan sebelum mengisi vaksin.

- Tarik piston untuk mengisi alat suntik hingga garis takar: 0.5 ml untuk
hampir setiap jenis vaksin, 0.05 ml untuk BCG
- Tanpa mengeluarkan jarum dari botol vaksin, buang gelembung udara,
pegang alat suntik dengan tegak ke atas. Lalu dorong secara hati-hati hingga
garis takar.
- Untuk dosis terakhir dari botol vaksin multi dosis, pastikan agar ujung jarum
terletak pada titik paling bawah, tepat di tengah tutup karet, dan kosongkan
botol vaksin.
- Lanjutkan dengan proses penyuntikan di lokasi yang tepat sesuai jenis
vaksin
- Dorong piston dan suntikkan vaksin. Di awal atau di akhir penyuntikan,
pendorong akan terkunci secara otomatis sehingga alat suntik tidak dapat
digunakan kembali.
- Jangan menutup kembali jarum suntik setelah digunakan.

- Buang jarum dan alat suntik di dalam safety box.

Penyuntikan menggunakan peralatan injeksi prefilled (prefilled injection


device/PID)

Prefilled injection device ini digunakan dalam vaksin Hepatitis B uniject. Setiap
peralatan injeksi prefilled AD disteril dan disegel dalam kemasan dari produsen.
Vaksin ada di dalam reservoir bubble jarum suntik. Untuk menggunakannya
diperlukan langkah- langkah dibawah ini:

- Siapkan atau aktifkan alat injeksi bubble-like prefilled dengan cara menekan
pelindung jarum (atau tutupnya). Ini akan membuka jalan cairan antara
jarum dengan reservoir bubble yang mengandung vaksin.
- Lepaskan pelindung jarum.

- Suntikkan vaksin pada lokasi suntikan

- Berikan dosis dengan cara menekan reservoir bubble hingga kosong.

- Buang peralatan AD yang telah terpakai ke safety box.


3) Dosis dan Cara pemberian Imunisasi

Jenis dosis Cara Pemberian Tempat


Hepatitis B 0,5 ml Intra muskuler Paha
BCG 0,05 Intra kutan Lengan kanan atas
Polio (OPV) 2 tetes Oral Mulut
IPV 0,5 ml Intra muskuler Paha kiri
DPT-HB- 0,5 ml Intra muskuler Paha kanan untuk bayi;
lengan kanan
Hib
untuk
baduta
Campak 0,5 ml Sub Kutan Lengan kiri atas

Rubella
DT 0,5 ml Intra muskuler Lengan kiri atas
Td 0,5 ml Intra muskuler Lengan kiri atas
PCV 0,5 ml Intra muskuler Paha kiri
HPV 0,5 ml Intra muskuler Lengan kiri atas
JE 0,5 ml Sub kutan Lengan kiri atas

4) Memposisikan anak untuk penyuntikan

Pilihan posisi anak untuk di imunisasi tergantung dari jumlah vaksin yang akan
diberikan, umur anak dan peralatan yang tersedia. Tujuan dari pengaturan posisi
ini adalah agar anak tidak bergerak dan orang tua serta petugas Imunisasi
merasa nyaman. Tabel 5.3 menjelaskan beberapa posisi untuk Imunisasi. Tiga
posisi yang pertama adalah untuk bayi sedangkan yang ke empat adalah untuk
umur 12 bulan ke atas dan yang ke lima untuk remaja/dewasa. Mengkaji posisi-
posisi ini dan memperhatikan pergerakan saat pemberian imunisasi akan
membantu anda lebih yakin saat pelaksanaan imunisasi yang sebenarnya. Anda
harus mencoba berbagai posisi berbeda dan mendapatkan posisi mana yang
menurut anda terbaik. Pastikan bahwa orang tua bersedia memegang anaknya
saat penyuntikan. Bila ia tidak bersedia, mintalah seseorang untuk membantunya.
Posisi Imunisasi, keuntungan dan kerugiannya

Petunjuk
Posisi Illustrasi Keuntungan Kerugian
untuk orang
tua
Duduk diatas
kursi
memangku
anak
menghadap ke
samping, satu
tangan
merangkul
punggung anak.
Selipkan
tangan bagian
dalam anak Tangan dan
kearah kaki anak aman Jeda antar
punggung tertahan oleh suntikan bila
ibu. Anak harus
Posisi
atau nyaman karena memberikan
dipangku
badan. kontak erat 2 suntikan
:
punggun secara fisik dan IM.
g pandangan Kemungkina
Setengah
bahu atas dengan ibu. n ketepatan
telentang
anak kearah dan
di
badan ibu. Suntikan pada kenyamanan
pangkuan
lengan dan posisi
orang tua
Rapatkan paha bisa penyuntikan
kedua kaki dilakukan tidak
anak dan tahan tanpa merubah terjamin
dengan tangan posisi. setelah posisi
ibu yang lain. berubah.
Petugas harus
berada di
posisi dimana
ia bisa
memberikan
imunisasi
dengan sudut
yang tepat.
menjauhi
Rangkul
dan
Baringkan
anak dengan
kedua kaki
telanjang pada
permukaan
Posisi tidur: datar.
Ibu berdiri di
Tidur sisi anak dan
telentang di memegang
atas tangan dan
permukaan lengan anak.
datar
Petugas
berdiri di
sekitar kaki
anak dan
tangan kiri
dengan halus
memegang
dengkul anak
yang
setengah
ditekuk dan
tangan kanan
Ibu duduk di
kursi
memangku
anak
menghadap ke
depan.
Punggung
anak
menempel ke
dada ibu.
Keamanan
Pegang/peluk
dari
bagian atas
penahanan
badan anak
Tangan dan kaki anak
dan tangannya
Posisi tegak: kaki anak tergantung
dengan satu
ditahan dengan pada si ibu.
tangan dan
Duduk tegak aman oleh ibu. Bila terlalu
gunakan
di pangkuan Bisa kuat bisa
tangan yang
ibu memberikan menimbulkan
lain atau lutut
menghadap lebih dari satu ketegangan
ibu untuk
ke depan suntikan tanpa otot. Bila
menahan kaki
merubah posisi terlalu longgar
anak (kaki
. anak bisa
anak
berontak.
menyilang
Tidak ada
dijepit di
kontak mata
antara lutut
dengan ibu.
ibu).
Petugas harus
berdiri di satu
sisi untuk
suntikan
pertama dan
pada
ketinggian
dimana ia bisa
menempatkan
suntikan
dengan sudut
90 derajat.
Ibu duduk
di atas

Posisi kurs Tangan anak


mengangkang i aman ditahan
: ana dibawah
Otot paha
Anak >12 k ke lengan ibu.
anak bisa
bulan duduk dengan kaki Anak nyaman
tegang.
tegak pada anak karena kontak
Petugas
pangkuan ibu mengangkang dengan ibu.
harus
menghadap ke di atas paha Memungkinka
menahan
perut ibu ibu. n beberapa
kaki anak
dengan kaki suntikan
(kecuali
mengangkang memegang tanpa
dibantu oleh
diatas paha menghadap merubah
ibu ibu).
perutnya posisi
.
.
Peluk bagian
atas tubuh
dan tangan
anak.
Bila perlu,
gunakan satu
tangan lain
untuk
menahan kaki
anak.
Petugas
berdiri di sisi
bagian yang
akan disuntik

Posisi mandiri: Bila perlu


Akses baik ke
anak
Lihat Bagian daerah
Dewasa/ dipegangi,
4.11 dari deltoids.
remaja duduk tergantung
modul ini.
di kursi yang pada
tersedia vaksinator.

5) Teknik Penyuntikan

- Penyuntikan intramuskular

o Pegang batang alat suntik dengan jari-jari dan ibu jari dengan lubang
jarum menghadap ke atas.
o Regangkan dengan halus dan tahan kulit di bagian atas luar paha
dengan tangan yang lain dan segera tusukkan jarum dengan sudut 90
derajat lurus kedalam, menembus kulit dan menuju ke dalam otot.
o Tekan penekan suntikan dengan halus, jaga jangan sampai jarum di
bawah kulit bergerak-gerak.
o Cabut jarum dengan cepat dan halus dengan sudut yang sama dengan
saat menusukkannya.
o Ibu bayi bisa meletakkan kapas bersih di atas lokasi suntikan bila terjadi
perdarahan, tapi jangan digosok-gosok atau dipijit.
o Tenangkan dan alihkan perhatian si anak.

- Penyuntikan subkutan
o Pegang badan alat suntik dengan jari-jari dan ibu jari dengan lubang
pada jarum suntik menghadap ke atas.
o Segera tusukkan jarum ke dalam kulit yang dicubit ke atas; jarum harus
mengarah ke bahu dengan sudut 45 derajat.
o Tekan penekan suntikan dengan halus, jaga agar jarum yang menancap
tidak bergerak-gerak.
o Cabut jarum dengan cepat dan halus dengan tetap mempertahankan
sudut seperti saat menusukkannya.
o Ibu bayi bisa meletakkan kapas bersih di atas lokasi suntikan bila terjadi
perdarahan, tapi jangan digosok-gosok atau dipijit.
o Tenangkan dan alihkan perhatian si anak.

- Penyuntikan intradermal/Intrakutan
o Pegang alat suntik dengan jari-jari dan ibu jari dengan lubang suntik
(bevel) menghadap ke atas.
o Tempatkan alat suntik dan jarumnya hampir rata dengan kulit anak.

o Tusukkan ujung jarum ke bawah permukaan kulit hanya sampai lubang


jarum sedikit terlampaui.
o Jaga agar jarum tetap dekat dengan kulit dengan sudut yang sama
seperti saat ditusukkan.
o Tempatkan ibu jari yang lain pada bagian bawah alat suntik di dekat
jarum untuk menjaga jarum tetap di posisinya, tapi jangan sampai
menyentuh jarumnya.
o Pegang bagian pangkal alat suntik dengan jari telunjuk dan jari tengah.
Tekan penekan suntikan dengan ibu jari. Bila anda merasakan tidak ada
hambatan saat menekan, berarti posisi penyuntikan belum benar dan
perlu direposisi (lihat di bawah).
o Bila benar, di atas kulit yang disuntik akan terjadi suatu pembengkakan
kecil berwarna pucat dengan puncak mendatar dan lubang-lubang kecil
seperti kulit jeruk.
o Tarik keluar jarum dengan halus dengan sudut yang sama seperti saat
menusukkan.
o Ibu boleh menempelkan dan menekan dengan halus kapas bersih di atas
tempat suntikan bila terjadi perdarahan setelah penyuntikan. Jangan
menggosok-gosok atau memijit-mijit tempat suntikan.
o Tenangkan si anak.

Pemberian Suntikan Ganda (Multiple Injection)

Dengan adanya beberapa vaksin yang diberikan pada jadwal yang sama, maka
pemberian imunisasi secara bersamaan merupakan strategi untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas. Pemberian vaksin anak secara bersamaan/suntikan ganda
didefinisikan sebagai pemberian lebih dari satu vaksin pada hari kunjungan yang
sama, di lokasi anatomi yang berbeda, dan tidak digabungkan dalam jarum suntik
yang sama (Zhao, et al, 2017).

Manfaat yang diperoleh dengan melakukan imunisasi secara bersamaan sebagai


berikut (GPEI, 2014) :

1. Melindungi anak-anak: Imunisasi anak-anak sesegera mungkin memberikan


perlindungan selama bulan-bulan awal kehidupan mereka yang rentan.
Seringkali, penyakit lebih parah pada bayi.
2. Lebih sedikit kunjungan untuk imunisasi: Memberikan beberapa vaksinasi pada
saat yang sama berarti orang tua dan pengasuh tidak perlu melakukan terlalu
banyak kunjungan untuk imunisasi
3. Meningkatkan efisiensi: Penyedia layanan kesehatan dapat lebih efisien
menyediakan dan memberikan layanan kesehatan lainnya dengan mengurangi
waktu yang mereka perlukan untuk menyediakan layanan imunisasi
Apabila ada imunisasi yang terlewat sebelumnya, maka dapat diberikan imunisasi
lebih dari satu jenis antigen (suntikan ganda) di tempat penyuntikan yang berbeda
(misalnya paha kanan dan paha kiri)
Jenis Lokasi Lokasi
No Waktu Sasaran
Vaksin Vaksin 1 Vaksin 2

1. Vaksin 1: Sesuai jadwal Anak Usia paha kanan paha kiri

DPT-HB- imunisasi <18 bulan


Hib atau apabila
Vaksin terlewat
2: IPV dari jadwal lengan lengan kiri
Anak Usia
imunisasi yang kanan atas atas
>18 bulan
seharusnya

2. Vaksin 1: Jika ada Anak usia paha kanan paha kiri


salah satu
DPT-HB- <18 bulan
Hib
atau lebih
Vaksin
vaksin
2: MR
yang terlewat
dari
jadwal Anak usia >18 lengan lengan kiri
imunisasi yang kanan atas atas
bulan
seharusnya

3. Vaksin Jika ada Anak usia paha kanan Paha kiri


1: IPV salah satu
<18 bulan
Vaksin atau lebih
2: MR vaksin
yang terlewat
dari
jadwal Anak usia >18 lengan lengan kiri
imunisasi yang kanan atas atas
bulan
seharusnya

4. Vaksin 1: Sesuai jadwal Anak usia Paha kanan Paha kiri

DPT-HB- imunisasi <18 bulan


Hib atau apabila
Vaksin terlewat
2: PCV dari jadwal lengan lengan kiri
Anak usia >18
imunisasi yang kanan atas atas
bulan
seharusnya

5. Vaksin 1: Jika ada salah Anak usia paha kiri paha kanan
IPV satu
<18 bulan
Vaksin 2: atau lebih
vaksin
PCV* yang terlewat
dari
jadwal Anak usia >18 lengan kiri lengan kanan
imunisasi yang atas atas
bulan
seharusnya

4. Penanganan limbah pasca pelaksanaan imunisasi

Pelayanan Imunisasi harus dapat menjamin bahwa sasaran memperoleh kekebalan


spesifik terhadap penyakit tertentu serta tidak terjadi penularan penyakit kepada
petugas dan masyarakat sekitar akibat limbah
Limbah dari penyelenggaraan Imunisasi diluar gedung harus dibawa kembali ke
puskesmas untuk kemudian dimusnakan bersama dengan limbah Imunisasi yang
dilaksanakan didalam gedung
Limbah Imunisasi dibagi menjadi 2 (dua), yaitu limbah infeksius dan non infeksius.

1. Limbah Infeksius

Limbah Infeksius kegiatan Imunisasi merupakan limbah yang ditimbulkan setelah


pelayanan Imunisasi yang mempunyai potensi menularkan penyakit kepada orang
lain, yaitu:
a. Limbah medis tajam berupa alat suntik ADS yang telah dipakai, alat suntik
untuk pencampur vaksin, alat suntik yang telah kadaluwarsa.
b. Limbah farmasi berupa sisa vaksin dalam botol atau ampul, kapas
pembersih/usap, vaksin dalam botol atau ampul yang telah rusak karena suhu
atau yang telah kadaluarsa.

2. Limbah non Infeksius

Limbah non Infeksius kegiatan Imunisasi merupakan limbah yang ditimbulkan


setelah pelayanan Imunisasi yang tidak berpotensi menularkan penyakit kepada
orang lain, misalnya kertas pembungkus alat suntik serta kardus pembungkus
vaksin.
Penanganan limbah yang tidak benar akan mengakibatkan berbagai dampak terhadap
kesehatan baik langsung maupun tidak langsung.
1. Dampak langsung

Limbah kegiatan Imunisasi mengandung berbagai macam mikroorganisme


patogen, yang dapat memasuki tubuh manusia melalui tusukan, lecet, atau luka di
kulit. Tenaga pelaksana Imunisasi adalah kelompok yang berisiko paling besar
terkena infeksi akibat limbah kegiatan Imunisasi seperti Infeksi virus antara lain:
HIV/AIDS, Hepatitis B dan Hepatitis C. Risiko serupa juga bisa dihadapi oleh tenaga
kesehatan lain dan pelaksana pengelolaan limbah di luar tempat pelayanan
Imunisasi termasuk para pemulung di lokasi pembuangan akhir.
2. Dampak tidak langsung
Sisa vaksin yang terbuang bisa mencemari dan menimbulkan mikroorganisme lain
yang dapat menimbulkan risiko tidak langsung terhadap lingkungan. Berbagai
risiko yang mungkin timbul akibat pengelolaan limbah Imunisasi yang tidak agar
dihindari.

Pengelolaan limbah medis infeksius

1. Limbah infeksius tajam

Ada beberapa alternatif dalam melakukan pengelolaan limbah infeksius tajam, yaitu dengan
incinerator, bak beton, alternatif pengelolaan jarum, alternatif pengelolaan syringe.
a. Dengan Incinerator

Pengelolaan limbah medis infeksius tajam dengan menggunakan Incinerator dapat


dilakukan dengan Langkah-langkah sebagai berikut:
1) Tanpa melakukan penutupan jarum kembali, alat suntik bekas dimasukan kedalam

safety box segera setelah melakukan penyuntikan.

2) Safety box adalah kotak tahan air dan tusukan jarum yang dipakai untuk menampung
limbah ADS sebelum dimusnahkan, terbuat dari kardus atau plastik.
3) Safety box maksimum diisi sampai 3⁄4 dari volume.

4) Pembakaran dengan menggunakan Incinerator yang sudah berizin, persyaratan


teknis insinerator mengacu pada Peraturan perundang-undangan yang terkait .
b. Alternatif dengan Bak Beton

Pengelolaan limbah medis infeksius tajam dengan menggunakan pembuangan bak beton
dilakukan dengan Langkah-langkah sebagai berikut:
1) Tanpa melakukan penutupan jarum kembali (no recapping), jarum bekas langsung
dimasukkan kedalam safety box segera setelah melakukan penyuntikan.
2) Safety box beserta jarum bekas dimasukkan kedalam bak beton.

3) Model bak beton dengan ukuran lebar 2 x 2 meter minimal kedalaman mulai 1,5
meter, bak beton ini harus mempunyai penutup kuat dan aman
2. Limbah Infeksius non tajam

a. Pemusnahan limbah farmasi (sisa vaksin) dapat dilakukan dengan mengeluarkan cairan
vaksin dari dalam botol atau ampul, kemudian cairan vaksin tersebut didesinfeksi
terlebih dahulu dalam killing tank (tangki desinfeksi) untuk membunuh mikroorganisme
yang terlibat dalam produksi. Limbah yang telah didesinfeksi dikirim atau dialirkan ke
Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL).
b. Sedangkan botol atau ampul yang telah kosong dikumpulkan ke dalam tempat sampah
(kantong plastik) berwarna kuning selanjutnya diinsenerasi (dibakar dalam incinerator)
atau menggunakan metode non insenerasi (al. autoclaving, microwave)

Anda mungkin juga menyukai