Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan panduan tentang Pelayanan
Imunisasi.
Panduan ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan panduan ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan panduan ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki panduan ini.
Akhir kata kami berharap semoga panduan tentang Pelayanan Imunisasi ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
BAB I
PENDAHULUHAN
a. Latar Belakang
Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum perlu diwujudkan sesuai
dengan cita-cita Bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945 melalui
pembangunan nasional yang berkesinambungan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat dipengaruhi oleh tersedianya sumber daya
manusia yang sehat, terampil dan ahli, serta disusun dalam satu program kesehatan dengan
perencanaan terpadu yang didukung oleh data dan informasi epidemiologi yang valid.
Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double
burden), yaitu beban masalah penyakit menular dan penyakit degeneratif. Pemberantasan
penyakit menular sangat sulit karena penyebarannya tidak mengenal batas wilayah
administrasi. Imunisasi merupakan salah satu tindakan pencegahan penyebaran penyakit ke
wilayah lain yang terbukti sangat cost effective. Dengan Imunisasi, penyakit cacar telah
berhasil dibasmi, dan Indonesia dinyatakan bebas dari penyakit cacar pada tahun 1974.
Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Imunisasi
merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya penyakit menular yang merupakan
salah satu kegiatan prioritas Kementerian Kesehatan sebagai salah satu bentuk nyata
komitmen pemerintah untuk mencapai Sustainable Development Goals (SDGs) khususnya
untuk menurunkan angka kematian pada anak.
Kegiatan Imunisasi diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956. Mulai tahun 1977
kegiatan Imunisasi diperluas menjadi Program Pengembangan Imunisasi (PPI) dalam rangka
pencegahan penularan terhadap beberapa Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
(PD3I) yaitu Tuberkulosis, Difteri, Pertusis, Campak, Polio, Tetanus serta Hepatitis B.
Beberapa penyakit yang saat ini menjadi perhatian dunia dan merupakan komitmen global
yang wajib diikuti oleh semua negara adalah eradikasi polio (ERAPO), eliminasi campak dan
rubela dan Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (ETMN).
Indonesia berkomitmen terhadap mutu pelayanan Imunisasi dengan menetapkan
standar pemberian suntikan yang aman (safe injection practices) bagi penerima suntikan,
petugas dan lingkungan terkait dengan pengelolaan limbah medis tajam yang aman (waste
disposal management).
Cakupan Imunisasi harus dipertahankan tinggi dan merata di seluruh wilayah. Hal ini
bertujuan untuk menghindarkan terjadinya daerah kantong yang akan mempermudah
terjadinya kejadian luar biasa (KLB). Untuk mendeteksi dini terjadinya peningkatan kasus
penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB, Imunisasi perlu didukung oleh upaya surveilans
epidemiologi.
Masalah lain yang harus dihadapi adalah munculnya kembali PD3I yang sebelumnya
telah berhasil ditekan (Reemerging Diseases), maupun penyakit menular baru (New Emerging
Diseases) yaitu penyakit-penyakit yang tadinya tidak dikenal (memang belum ada, atau sudah
ada tetapi penyebarannya sangat terbatas; atau sudah ada tetapi tidak menimbulkan gangguan
kesehatan yang serius pada manusia).
Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, penyelenggaraan Imunisasi
terus berkembang antara lain dengan pengembangan vaksin baru (Rotavirus, Japanese
Encephalitis, Pneumococcus, Dengue Fever dan lain-lain) serta penggabungan beberapa jenis
vaksin sebagai vaksin kombinasi misalnya DPT-HB-Hib.
Pelaksanaan imunisasi sangat menentukan kualitas pelayanan imunisasi oleh petugas
imunisasi di puskesmas. Panduan ini menjelaskan tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleh
petugas imunisasi Puskesmas untuk menjamin keberhasilan program imunisasi. Panduan ini
meliputi persiapan pelaksanaan imunisasi yang terdisi atas penyiapan logsitik, Sumber Daya
Manuasia (SDM), Tempat pelaksanaan, data sasaran, dan pelaksanaan imunisasi yang terdiri
dari skrining sasaran, pemberian imunisasi yang aman, penanganan limbah pasca pelayanan
imunisasi dan pemusnahan limbah imunisasi.
Panduan ini dirancang seperti bagan berikut :
b. Tujuan
Pelaksana Imunisasi mampu melakukan pelayanan imunisasi yang sesuai dengan standar
Tujuan Khusus
Pelaksana Imunisasi mampu
1. Melakukan persiapan pelaksanaan imunisasi
2. Melakukan Imunisasi yang sesuai standar
c. Sasaran
Panduan Pelayanan Imunisasi ini diperuntukkan untuk Pelaksana Imunisasi serta Koordinator
Imunisasi di Puskesmas
d. Ruang Lingkup
Panduan ini mengatur tentang pelayanan imunisasi : pemeriksaan sasaran, skrining
sasaran, pemberian imunisasi yang aman, penanganan limbah
Panduan ini diperuntukkan untuk puskesmas serta semua yang melakukan pelayanan
imunisasi
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
0 – 24 Jam Hepatitis B
1 BCG, OPV1
2 DPT-HB-Hib1, OPV2, PCV1
3 DPT-HB-Hib2, OPV3, PCV2
4 DPT-HB-Hib3, OPV4, IPV
9 MR
10 JE *
12 PCV3
18 DPT-HB-Hib4, MR 2
* hanya di daerah terpilih
Interval Minimal
Status Imunisasi Masa Perlindungan
Pemberiah
T1
T2 4 minggu setelah T1 3 tahun
T3 6 bulan setelah T2 5 tahun
T4 1 tahun setelah T3 10 tahun
T5 1 tahun setelah T4 >25 tahun
1. Menyiapkan Logistik
a. Vaccine carrier
c. Vaksin
f. Safety box
h. Formulir KIPI
o. Sabun dan wadah air mengalir untuk cuci tangan atau hand sanitizer
p. Anafilaktik kit
q. Pinset
r. Masker bedah
Beberapa prinsip dalam penyiapan logistik yang perlu diperhatikan antara lain:
1) Sebelum membuka pintu vaccine refrigerator, tentukan berapa banyak vial vaksin
yang dibutuhkan untuk pelayanan.
2) Buka vaccine refrigerator, periksa freeze tag dan alat pemantau suhu kontinyu
atau alat pemantau suhu lainnya untuk memastikan vaksin terjaga dalam suhu 2-8
C.
3) Pilih dan keluarkan vaksin sesuai kondisi VVM, tanggal kadaluarsa/ early expired
first out (EEFO) Prioritas dalam mengeluarkan vaksin mengacu kepada kondisi
VVM.
4) Pastikan pelarut yang akan digunakan telah disimpan dalam vaccine refrigerator
satu hari sebelumnya agar suhunya sama dengan vaksin
b. Memeriksa apakah vaksin aman diberikan
Sebelum memberikan vaksin, harus dipastikan bahwa vaksin yang akan diberikan
masih baik, dengan melakukan langkah-langkah berikut.
1) Periksa label vaksin dan pelarut. Jika label tidak ada, jangan gunakan vaksin atau
pelarut tersebut.
2) Periksa alat pemantau vaksin (Vaccine Vial Monitor/ VVM). Jika kondisi VVM
sudah berada pada kondisi C atau D, vaksin jangan digunakan (Gambar 1).
1) Pilih satu dari tiap tipe dan batch vaksin yang dicurigai pernah beku, utamakan yang
dekat dengan evaporator atau bagian vaccine refrigerator yang paling dingin. Beri
label “Tersangka Beku”. Bandingkan dengan vaksin dari tipe dan batch yang sama
yang sengaja dibekukan hingga beku padat seluruhnya dan beri label “Dibekukan”.
2) Biarkan contoh vaksin “Dibekukan” dan vaksin “Tersangka Beku” sampai mencair
seluruhnya.
3) Kocok contoh vaksin “Dibekukan” dan vaksin “Tersangka beku” secara bersamaan.
4) Kemudian taruh berdekatan, dan diamkan.
Jika di dalam gedung maka harus cukup luas, terang, cukup ventilasi dan tenang.
Jika di tempat terbuka, upayakan tempat itu terlindung sinar matahari langsung.
- Pintu masuk terpisah dari pintu keluar sehingga orang-orang dapat masuk dan
keluar tempat pelayanan dengan lebih cepat dan mudah
- Tempat menunggu haruslah bersih dan nyaman.
- Melaksanakan kegiatan dengan sistem 5 meja yaitu pelayanan terpadu yang lengkap
yang memberikan pelayanan 5 program (KB, KIA, Diare, Imunisasi, dan Gizi);
- Jumlah orang yang ada di tempat pelayanan imunisasi diatur sehingga tidak penuh
sesak.
- Segala sesuatu yang anda perlukan berada dalam jangkauan atau dekat dengan meja
imunisasi anda.
Pada masa pandemi COVID-19 perlu memperhatikan protokol kesehatan sesuai dengan
panduan yang berlaku (menjaga jarak, menggunakan masker dan mencuci tangan
dengan sabun dan air mengalir).
Petugas mengecek buku kohort dan menandai sasaran yang akan diimunisasi dan
menghitung kebutuhan vaksin yang dibutuhkan untuk pelayanan imunisasi.
B. Pelaksanaan Imunisasi
1. Pemeriksaan sasaran
Setiap sasaran baru yang datang ke tempat pelayanan imunisasi, sebaiknya diperiksa
sebelum diberikan pelayanan imunisasi. Tentukan usia dan status imunisasi terdahulu
sebelum diputuskan vaksin mana yang akan diberikan, dengan langkah sebagai
berikut:
a. Mengidentifikasi usia bayi
Keterangan
1) Hindari vaccine carrier yang berisi vaksin dari sinar matahari langsung.
2) Sebelum sasaran datang, vaksin dan pelarut harus disimpan dalam vaccine
carrier yang tertutup rapat.
3) Jika sasaran imunisasi sudah datang, maka vaksin dilarutkan dengan jenis
pelarut yang sesuai.
4) Pada saat melarutkan vaksin, suhu vaksin dan pelarut harus sama.
5) Vaksin yang sudah dilarutkan, ditulis tanggal dan waktu pelarutannya. Setelah
dilarutkan, vaksin BCG hanya boleh digunakan selama 3 jam, dan vaksin
campak/MR dan JE selama 6 jam.
6) Vaksin yang lainnya, setelah dibuka harus diberi label yang ditulis tanggal dan
waktu vaksin dibuka. Penggunaannya mengikuti standar penggunaan vaksin
multidose.
7) Selama pelayanan imunisasi, vaksin dan pelarut harus disimpan dalam
vaccine carrier dengan menggunakan cool pack, agar suhu vaksin dan pelarut
tetap terjaga
8) Tidak diperkenankan membuka vial baru sebelum vial yang sudah dibuka
habis.
9) Apabila sasaran selanjutnya belum datang, vaksin yang sudah dilarutkan
harus diletakkan di lubang busa yang terdapat di bagian atas vaccine carrier
(lihat gambar di bawah), dan dilindungi agar tidak terkena sinar matahari
langsung.
10) Setiap vaccine carrier sebaiknya dilengkapi dengan empat buah cool pack
11) Apabila vaksin yang sudah dilarutkan habis, pelarutan selanjutnya dilakukan
jika sasaran berikutnya telah datang.
Gambar 3
Gambar 4
- KIPI yang mungkin timbul setelah imunisasi dan cara mengatasinya dan tidak
perlu khawatir
- Jadwal imunisasi berikutnya dan pentingnya buku KIA disimpan secara aman
dan dibawa saat kunjungan berikutnya
- Jumlah kunjungan imunisasi lengkap dan tujuan memberikan imunisasi
lengkap
- Amati VVM dan masa kadaluarsa yang tertera pada vial vaksin
- Baca label pada botol pelarut, pastikan berasal dari pabrik yang sama dengan
vaksin dan tidak kadaluarsa
- Sedot cairan pelarut dengan menggunakan semprit pencampur. Suntikan
cairan pelarut ke dalam vial vaksin dengan menggunakan ADS. Kocok botol
vaksin sampai homogen.
- Buang semprit dan jarum pencampur yang telah digunakan ke dalam
safety box.
Catatan:
- Jika terjadi luka saat membuka botol pelarut, buang botol karena ada
kemungkinan isi botol telah terkontaminasi. Balut luka sebelum membuka
botol pelarut yang baru.
Ingat!
Selalu gunakan pelarut dari pabrik dan jenis yang sama dengan vaksin.
Sebelum dicampur, suhu vaksin dan pelarut harus sama.
Jangan mencampur vaksin dengan pelarut sebelum ada sasaran
Vaksin yang sudah dilarutkan mempunyai batas masa pakai, misalnya
campak/MR dan JE 6 jam serta BCG 3 jam.
- Tusukan jarum ke dalam vial vaksin, tepat di tengah tutup karet. Ujung
jarum harus berada di bagian terbawah botol.
- Jangan tekan piston ke depan sebelum mengisi vaksin.
- Tarik piston untuk mengisi alat suntik hingga garis takar: 0.5 ml untuk
hampir setiap jenis vaksin, 0.05 ml untuk BCG
- Tanpa mengeluarkan jarum dari botol vaksin, buang gelembung udara,
pegang alat suntik dengan tegak ke atas. Lalu dorong secara hati-hati hingga
garis takar.
- Untuk dosis terakhir dari botol vaksin multi dosis, pastikan agar ujung jarum
terletak pada titik paling bawah, tepat di tengah tutup karet, dan kosongkan
botol vaksin.
- Lanjutkan dengan proses penyuntikan di lokasi yang tepat sesuai jenis
vaksin
- Dorong piston dan suntikkan vaksin. Di awal atau di akhir penyuntikan,
pendorong akan terkunci secara otomatis sehingga alat suntik tidak dapat
digunakan kembali.
- Jangan menutup kembali jarum suntik setelah digunakan.
Prefilled injection device ini digunakan dalam vaksin Hepatitis B uniject. Setiap
peralatan injeksi prefilled AD disteril dan disegel dalam kemasan dari produsen.
Vaksin ada di dalam reservoir bubble jarum suntik. Untuk menggunakannya
diperlukan langkah- langkah dibawah ini:
- Siapkan atau aktifkan alat injeksi bubble-like prefilled dengan cara menekan
pelindung jarum (atau tutupnya). Ini akan membuka jalan cairan antara
jarum dengan reservoir bubble yang mengandung vaksin.
- Lepaskan pelindung jarum.
Rubella
DT 0,5 ml Intra muskuler Lengan kiri atas
Td 0,5 ml Intra muskuler Lengan kiri atas
PCV 0,5 ml Intra muskuler Paha kiri
HPV 0,5 ml Intra muskuler Lengan kiri atas
JE 0,5 ml Sub kutan Lengan kiri atas
Pilihan posisi anak untuk di imunisasi tergantung dari jumlah vaksin yang akan
diberikan, umur anak dan peralatan yang tersedia. Tujuan dari pengaturan posisi
ini adalah agar anak tidak bergerak dan orang tua serta petugas Imunisasi
merasa nyaman. Tabel 5.3 menjelaskan beberapa posisi untuk Imunisasi. Tiga
posisi yang pertama adalah untuk bayi sedangkan yang ke empat adalah untuk
umur 12 bulan ke atas dan yang ke lima untuk remaja/dewasa. Mengkaji posisi-
posisi ini dan memperhatikan pergerakan saat pemberian imunisasi akan
membantu anda lebih yakin saat pelaksanaan imunisasi yang sebenarnya. Anda
harus mencoba berbagai posisi berbeda dan mendapatkan posisi mana yang
menurut anda terbaik. Pastikan bahwa orang tua bersedia memegang anaknya
saat penyuntikan. Bila ia tidak bersedia, mintalah seseorang untuk membantunya.
Posisi Imunisasi, keuntungan dan kerugiannya
Petunjuk
Posisi Illustrasi Keuntungan Kerugian
untuk orang
tua
Duduk diatas
kursi
memangku
anak
menghadap ke
samping, satu
tangan
merangkul
punggung anak.
Selipkan
tangan bagian
dalam anak Tangan dan
kearah kaki anak aman Jeda antar
punggung tertahan oleh suntikan bila
ibu. Anak harus
Posisi
atau nyaman karena memberikan
dipangku
badan. kontak erat 2 suntikan
:
punggun secara fisik dan IM.
g pandangan Kemungkina
Setengah
bahu atas dengan ibu. n ketepatan
telentang
anak kearah dan
di
badan ibu. Suntikan pada kenyamanan
pangkuan
lengan dan posisi
orang tua
Rapatkan paha bisa penyuntikan
kedua kaki dilakukan tidak
anak dan tahan tanpa merubah terjamin
dengan tangan posisi. setelah posisi
ibu yang lain. berubah.
Petugas harus
berada di
posisi dimana
ia bisa
memberikan
imunisasi
dengan sudut
yang tepat.
menjauhi
Rangkul
dan
Baringkan
anak dengan
kedua kaki
telanjang pada
permukaan
Posisi tidur: datar.
Ibu berdiri di
Tidur sisi anak dan
telentang di memegang
atas tangan dan
permukaan lengan anak.
datar
Petugas
berdiri di
sekitar kaki
anak dan
tangan kiri
dengan halus
memegang
dengkul anak
yang
setengah
ditekuk dan
tangan kanan
Ibu duduk di
kursi
memangku
anak
menghadap ke
depan.
Punggung
anak
menempel ke
dada ibu.
Keamanan
Pegang/peluk
dari
bagian atas
penahanan
badan anak
Tangan dan kaki anak
dan tangannya
Posisi tegak: kaki anak tergantung
dengan satu
ditahan dengan pada si ibu.
tangan dan
Duduk tegak aman oleh ibu. Bila terlalu
gunakan
di pangkuan Bisa kuat bisa
tangan yang
ibu memberikan menimbulkan
lain atau lutut
menghadap lebih dari satu ketegangan
ibu untuk
ke depan suntikan tanpa otot. Bila
menahan kaki
merubah posisi terlalu longgar
anak (kaki
. anak bisa
anak
berontak.
menyilang
Tidak ada
dijepit di
kontak mata
antara lutut
dengan ibu.
ibu).
Petugas harus
berdiri di satu
sisi untuk
suntikan
pertama dan
pada
ketinggian
dimana ia bisa
menempatkan
suntikan
dengan sudut
90 derajat.
Ibu duduk
di atas
5) Teknik Penyuntikan
- Penyuntikan intramuskular
o Pegang batang alat suntik dengan jari-jari dan ibu jari dengan lubang
jarum menghadap ke atas.
o Regangkan dengan halus dan tahan kulit di bagian atas luar paha
dengan tangan yang lain dan segera tusukkan jarum dengan sudut 90
derajat lurus kedalam, menembus kulit dan menuju ke dalam otot.
o Tekan penekan suntikan dengan halus, jaga jangan sampai jarum di
bawah kulit bergerak-gerak.
o Cabut jarum dengan cepat dan halus dengan sudut yang sama dengan
saat menusukkannya.
o Ibu bayi bisa meletakkan kapas bersih di atas lokasi suntikan bila terjadi
perdarahan, tapi jangan digosok-gosok atau dipijit.
o Tenangkan dan alihkan perhatian si anak.
- Penyuntikan subkutan
o Pegang badan alat suntik dengan jari-jari dan ibu jari dengan lubang
pada jarum suntik menghadap ke atas.
o Segera tusukkan jarum ke dalam kulit yang dicubit ke atas; jarum harus
mengarah ke bahu dengan sudut 45 derajat.
o Tekan penekan suntikan dengan halus, jaga agar jarum yang menancap
tidak bergerak-gerak.
o Cabut jarum dengan cepat dan halus dengan tetap mempertahankan
sudut seperti saat menusukkannya.
o Ibu bayi bisa meletakkan kapas bersih di atas lokasi suntikan bila terjadi
perdarahan, tapi jangan digosok-gosok atau dipijit.
o Tenangkan dan alihkan perhatian si anak.
- Penyuntikan intradermal/Intrakutan
o Pegang alat suntik dengan jari-jari dan ibu jari dengan lubang suntik
(bevel) menghadap ke atas.
o Tempatkan alat suntik dan jarumnya hampir rata dengan kulit anak.
Dengan adanya beberapa vaksin yang diberikan pada jadwal yang sama, maka
pemberian imunisasi secara bersamaan merupakan strategi untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas. Pemberian vaksin anak secara bersamaan/suntikan ganda
didefinisikan sebagai pemberian lebih dari satu vaksin pada hari kunjungan yang
sama, di lokasi anatomi yang berbeda, dan tidak digabungkan dalam jarum suntik
yang sama (Zhao, et al, 2017).
5. Vaksin 1: Jika ada salah Anak usia paha kiri paha kanan
IPV satu
<18 bulan
Vaksin 2: atau lebih
vaksin
PCV* yang terlewat
dari
jadwal Anak usia >18 lengan kiri lengan kanan
imunisasi yang atas atas
bulan
seharusnya
1. Limbah Infeksius
Ada beberapa alternatif dalam melakukan pengelolaan limbah infeksius tajam, yaitu dengan
incinerator, bak beton, alternatif pengelolaan jarum, alternatif pengelolaan syringe.
a. Dengan Incinerator
2) Safety box adalah kotak tahan air dan tusukan jarum yang dipakai untuk menampung
limbah ADS sebelum dimusnahkan, terbuat dari kardus atau plastik.
3) Safety box maksimum diisi sampai 3⁄4 dari volume.
Pengelolaan limbah medis infeksius tajam dengan menggunakan pembuangan bak beton
dilakukan dengan Langkah-langkah sebagai berikut:
1) Tanpa melakukan penutupan jarum kembali (no recapping), jarum bekas langsung
dimasukkan kedalam safety box segera setelah melakukan penyuntikan.
2) Safety box beserta jarum bekas dimasukkan kedalam bak beton.
3) Model bak beton dengan ukuran lebar 2 x 2 meter minimal kedalaman mulai 1,5
meter, bak beton ini harus mempunyai penutup kuat dan aman
2. Limbah Infeksius non tajam
a. Pemusnahan limbah farmasi (sisa vaksin) dapat dilakukan dengan mengeluarkan cairan
vaksin dari dalam botol atau ampul, kemudian cairan vaksin tersebut didesinfeksi
terlebih dahulu dalam killing tank (tangki desinfeksi) untuk membunuh mikroorganisme
yang terlibat dalam produksi. Limbah yang telah didesinfeksi dikirim atau dialirkan ke
Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL).
b. Sedangkan botol atau ampul yang telah kosong dikumpulkan ke dalam tempat sampah
(kantong plastik) berwarna kuning selanjutnya diinsenerasi (dibakar dalam incinerator)
atau menggunakan metode non insenerasi (al. autoclaving, microwave)