di susun :
O
L
E
H
Nama : Indrianti Anjelina Hikon
Kelas/program : XII/IBB
2022/2023
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Ilmiah ini telah disetujui dan sudah diujikan pada :
Mengetahui
Kepala Sekolah
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan penyertaan-
Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul : “Pentingnya
Etika Guru dan Siswa dalam Proses Belajar Mengajar di SMA PGRI
Gelekat Lewo Boru” dengan tepat waktu.
Dalam karya ini, penulis akan menjelaskan tentang bagaimana bentuk dan
apa pentingnya etika guru dan siswa dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul.......................................................................................................i
Hal Pengesahan......................................................................................................ii
Kata Pengantar.......................................................................................................iii
Daftar Isi................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................19
3.2 Saran................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
2.1.2 Etika secara khusus dibagi menjadi dua bagian yaitu sebagai berikut :
A. Etika Individual, yaitu menyangkut kewajiban dan sikap manusia
terhadap dirinya sendiri.
B. Etika Sosial, yaitu berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola
perilaku manusia sebagai anggota umat manusia. Perlu diperhatikan
bahwa etika individual dan etika sosial tidak dapat dipisahkan satu sama
lain dengan tajam karena kewajiban manusia terhadap diri sendiri sebagai
anggota umat manusia saling berkaitan.
Etika selalu berhubungan dengan hal-hal baik dan buruk, antara hal-hal
yang susila dan tidak susila, ataupun antara hal-hal yang tidak boleh dilakukan.
Ada beberapa mazhab (aliran) dalam etika antara lain sebagai berikut :
Egoisme, adalah tindakan atau perbuatan memberi hasil atau manfaat
bagi diri sendiri untuk jangka waktu selama diperlukan atau dalam waktu
yang lama. Egoisme secara praktis tampak dalam aliran berikut :
hedonisme, eudaemonisme.
Deontologisme, berpendapat bahwa baik-burukbya atau benar-salahnya
suatu tindakan tidak diukur berdasarkan akibat yang ditimbulkannya,
tetapi berdasarkan sifat-sifat tertentu dari tindakan dan perbuatan yang
dilakukan. Bentuk deontologisme ada dua, yaitu : deontologisme
tindakan dan deontologisme peraturan.
Utilitarianisme, adalah jabaran dari kata latin utilis, yang berarti
bermanfaat. Utilisme mengatakan bahwa ciri pengenal kesusilaan adalah
manfaat suatu perbuatan. Ada dua bentuk utilitarianisme, yaitu :
Utilitarianisme tindakan dan utilitarianisme peraturan.
Theonom, aliran ini berpendapat bahwa kehendak Allah merupakan
ukuran baik-buruknya suatu tindakan yang terbagi dua, yaitu : teori
theonom murni dan teori umum kodrat.
Salah satu tokoh terkenal yang memiliki gagasan atau kosepsi mengenai
filsafat etika adalah Immanuel Kant, seorang filosof besar Jerman. Dalam
ruanglingkup filsafat etika, Kant termasuk pada filsafat etika aliran deontologi,
yaitu suatu aliran filsafat yang menilai setiap perbuatan orang dan memandang
bahwa kewajiban moral dapat diketahui dengan intuitif dengan tidak
memperhatikan konsep yang baik. Aliran lainnya adalah teologi, yaitu suatu
faham dimana perbuatan seseorang dapat diketahui dengan kata hati. Bagi Kant,
melakukan kewajiban merupakan norma perbuatan baik. Ia mengambil contoh,
perbudakan merupakan perbuatan buruk karena memakai manusia sebagai alat.
Mempekerjakan pembantu rumah tangga dengan kasar merupakan perbuatan
buruk pula, karena menjadikan manusia sebagai hewan.
Etika pada hakikatnya mengamati realitas moral secara kritis. Etika tidak
memberikan ajaran melainkan memeriksa kebiasaan, nilai, norma, dan
pandangan-pandangan moral secara kritis. Etika menuntut pertanggungjawaban
dan mau menyingkatkan kekacauan. Etika tidak memembiarkan pendapat-
pendapat moral yang dikemukakan dipertanggungjawabkan. Etika berusaha untuk
menjernihkan permasalahan moral, sedangkan kata moral selalu mengacu pada
baik-buruknya manusia sebagai manusia. Bidang moral adalah bidang kehidupan
manusia dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia. Norma-norma moral
adalah tolak ukur untuk menentukan benar-salahnya sikap dan tindakan manusia
dilihat dari segi baik-buruknya sebagai manusia dan bukan sebagai pelaku peran
tertentu dan terbatas.
2.4 Bentuk Etika Guru dan Siswa dalam Proses Belajar Mengajar di
Sekolah.
Untuk dapat menyelenggarakan proses pembelajaran yang efektif, maka
guru harus menciptakan sebuah hubungan atau interaksi baik dengan siswanya.
Dengan interaksi yang baik, maka proses membimbing siswa untuk mengikuti dan
selanjutnya menguasai materi pelajaran yang diberikan dapat maksimal.
Tugas utama guru adalah berusaha mengembangkan segenap potensi
siswanya secara optimal, agar mereka dapat mandiri dan berkembang menjadi
manusia-manusia yang cerdas, baik cerdas secara fisik, intelektual, sosial,
emosional, moral dan spiritual. Sebagai konsekuensi logis dari tugas yang
diembannya, guru senantiasa berinteraksi dan berkomunikasi dengan siswanya.
Dalam konteks tugas, hubungan diantara keduanya adalah hubungan profesional,
yang diikat oleh kode etik.
Dalam kultur indonesia, hubungan guru dengan siswa sesungguhnya tidak
hanya terjadi pada saat sedang melaksanakan tugas atau selama berlangsungnya
pemberian pelayanan pendidikan. Meski seorang guru dalam keadaan tidak
menjalankan tugas, atau sudah lama meninggalkan tugas, hubungan dengan
siswanya (mantan siswa) relatif masih terjaga. Bahkan dikalangan masyarakat
tertentu masih terbangun “sikap patuh pada guru” yang dalam bahasa psikologi,
guru hadir sebagai reference group. Meski secara formal, tidak lagi menjalankan
tugas-tugas keguruannya, tetapi hubungan batiniah antara guru dengan siswanya
masih relatif kuat, dan sang siswa pun tetap berusaha menjalankan segala sesuatu
yang diajarkan gurunya.
Keberhasilan proses pembelajaran pada dasarnya tergantung pada situasi
yang tercipta atau diciptakan diantara pembelajaran dan pelajar atau pendidik dan
anak didiknya. Hal ini terkait dengan konsep dasar pembelajaran yang sangat
membutuhkan sebuah kondisi yang kondusif. Kondisi kondusif dapat tercipta jika
diantara kedua pihak mempunyai persepsi yang sama terhadap tujuan proses yang
mereka jalani. Jika tidak, tentunya kondisi tersebut hanya kamuflase atas tujuan
semu semata.
Hal ini berarti bahwa tanpa interaksi edukasi yang baik, tentunya akan
terjadi perekayasaan sikap terhadap proses yang mereka lakukan. Dan, jika telah
terjadi perekayasaan tentunya hal tersebut sudah merupakan pertanda kondisi
negatif. Untuk mecapai keberhasilan didalam proses pembelajaran maka seorang
guru harus mampu menerapkan metode interaksi edukasi yang sesuai dengan
kondisi saat prose berlangsung.
Untuk membina etika hubungan baik antara guru dan siswa, nilai-nilai
etika menjadi sangat penting untuk dijadikan landasannya, sebab dengan etikalah
manusia memiliki nilai dan derajat. “Hubungan guru dan siswa adalah dekat, yang
berlaku atas dasar saling memberi dan menerima, akan tetapi kedekatan tersebut
juga bukan kedekatan tanpa batas, yang mengabaikan nilai-nilai etika dan
kesopanan dalam hubungan sosialnya, sehingga dapat menjadikan hilangnya nilai
kewibawaan guru didepan siswa dan lunturnya rasa hormat siswa terhadap guru”.
Dari uraian diatas dapat disimpulkanbahwa kontekstualisasi mengenai
pola hubungan guru dan siswa adalah sebagai hubungan yang bersifat sama-sama
dalam mecapai kehidupan pendidikan, dimana tidak ada otoritas guru terhadap
siswa, melainkan hubungan yang bersifat demokratis. Dengan kata lain, etika
sangat penting dalam melakukan hubungan antara guru dan siswa, dan tujuan
utama dari metode mengajar adalah bagaimana membuat hubungan adanya saling
pengertian yang baik antara guru dan siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa peningkatan kualitas hasil proses pembelajaran memang tergantung pada
sikap para pelaku pembelajaran dan pelajar pada saat mengikuti proses
pembelajarannya. Hal ini karena pada prinsipnya proses pembelajaran merupakan
interaksi antara dua orang atau lebih untuk melakukan perubahan tersistematis
pada satu sisi, yaitu anak didik. Jika tidak terjadi interaksi edukasi yang baik,
tentunya proses pembelajaran tidak dapat berlangsung maksimal.
Pembahasan :
Dunia pendidikan dalam beberapa aspeknya tidak dapat lepas dari
adanya proses belajar mengajar yang tidak mungkin bisa berjalan tanpa
adanya relasi antara guru dan siswa. Pada saat ini pendidik pada umumnya
dan pendidikan agama pada khususnya telah mengalami krisis dan pergeseran
dalam pelaksanaannya. Pola pendidikan pada umumnya telah mengabaikan
pendidikan yang banyak bersentuhan dengan hati nurani yang mengarah pada
pembentukan etika dan karakter siswa. Sekarang ini, pendidikan cendrung
diarahkan pada pencapaian keunggulan materi, kekayaan, kedudukan, dan
kesenangan dunia semata, sehingga apa yang menjadi hakikat dari tujuan
pendidikan itu sendiri telah terabaikan.
Bentuk Etika Hubungan Guru dan Siswa dalam Proses Pembelajaran.
Keberhasilan proses pembelajaran pada dasarnya tergantung
pada situasi yang tercipta atau diciptakan diantara pembelajaran dan
pelajar atau pendidik dan siswanya. Konsep dasar pembelajaran
sangat membutuhkan sebuah kondisi yang kondusif dan kondisi
tersebut dapat tercipta jika diantara keduanya mempunyai persepsi
yang sama terhadap tujuan proses yang mereka jalani.
Kontekstualisasi pola hubungan guru dan siswa adalah sebagai
hubungan yang bersifat sama-sama dalam mecapai tujuan pendidikan,
dimana tidak ada otoritas guru terhadap siswa, melainkan hubungan
yang bersifat demokratis, atau dengan kata lain tujuan utama metode
mengajar adalah bagaimana membuat hubungan adanya saling
pengertian yang baik antara guru dan siswa.
2.5 Pentingnya Etika Guru dan Siswa dalam Proses Belajar Mengajar di
Sekolah.
Guru dan murid merupakan komponen yang tidak dapat dipisahkan dalam
kajian ilmu pendidikan. Dimana dalam prakteknya aspek etika atau perilaku guru
khususnya dalam proses pendidikan baik di sekolah atau diluar sekolah
(masyarakat) selalu menjadi sorotan.
Peran guru dalam proses belajar mengajar sangatlah penting, karena dalam
pribadi guru terdapat nilai-nilai dan cermin kepribadian yang berpengaruh sekali
bagi kepribadian siswa atau peserta didiknya. Sebab interaksi keseharian yang
bersifat kontinue membawa konsekuensi sikap tersendiri serta berperannya fungsi
akal yang memposisikannya dalam derajat yang lebih tinggi.
Guru yang didalam undang-undang disebut sebagai orang yang memangku
jabatan profesional merupakan orang yang paling bertanggungjawab dalam
pembentukan etika dan karakter peserta didik. Untuk itu, guru dituntut untuk
memiliki kepribadian, etika dan karakter yang baik, selain itu guru juga disebut
sebagai orang yang berjasa dalam memberikan santapan jiwa anak didik dengan
ilmu.
Dalam keseluruhan proses pendidikan, khususnya proses pembelajaran,
guru memegang peran utama dan sangat penting. Oleh karenanya etika atau
perilaku guru yang merupakan bagian dari kepribadiannya dalam proses belajar
mengajar, akan memberikan corak yang kuat bagi pembinaan perilaku dan
kepribadian anak didik (siswa).
Dari kode etik yang telah disampaikan diatas, memperlihatkan bahwa kode
etik tersebut sangat erat kaitannya dengan pendidikan dan otomatis mengikat pada
orang yang memilih guru sebagai profesinya. Profesi guru memang tidak dapat
dipisahkan dari dunia pendidikan. Tanpa adanya guru maka pendidikan tidak akan
dapat dijalankan. Profesi guru harus mampu menyeimbangkan dan tahu mana
yang harus didahulukan diantaranya banyak hal yang harus diemban sebagai hak
dan kewajiban profesi guru.
2.5.2 Etika Siswa
Murid juga seharusnya memiliki etika tertentu terhadap guru di sekolah.
Diantaranya adalah :
1. Menghormati guru sebagaimana menghormati kedua orang tua.
Guru adalah pengganti orang tua di sekolah. Untuk itu, sudah
sepantasnya seorang murid menghormati guru sebagaimana kita
menghormati orang tua kita. Dengan berbicara sopan, bersikap baik
serta menyayangi mereka.
2. Tidak memotong pembicaraan.
Seorang murid tidak boleh memotong pembicaraan guru begitu saja.
Jika memang ingin menyatakan ketidak setujuan ataupun menanyakan
sesuatu, sebaiknya murid menunggu guru selesai berbicara. Kemudian
menyampaikan keinginannya dengan cara yang sesuai dan sopan.
3. Memberi salam.
Selain sebagai bentuk kesopanan, memberikan salam juga merupakan
salah satu cara untuk mempererat hubungan antara murid dan guru sama
halnya dengan senyum, salam, sapa, sopan, santun, atau biasa kita kenal
sengan 5S.
4. Mengambil Teladan.
Ada banyak teladan yang dapat siswa lihat dari setiap guru, misalnya
sifat sabar dan tegar yang selalu dimiliki guru dalam menghadapi
siswanya, optimis dalam mengajar yakin bahwa apa yang diajarkan
kelak akan bermanfaat, penuh semangat dalam mendidik.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Bentuk Etika Hubungan Guru dan Siswa dalam Proses Belajar Mengajar
di SMA PGRI Gelekat Lewo Boru adalah sebagai hubungan yang
bersifat kerjasama atau interaksi yang baik dalam mencapai efektifitas
pembelajaran, dimana tidak ada otoritas guru terhadap siswa, melainkan
hubungan yang bersifat demokratis. Dengan kata lain, etika sangat
penting dalam melakukan hubungan antara guru dan siswa, dan tujuan
utama dari metode mengajar adalah bagaimana membuat hubungan
adanya saling pengertian yang baik antara guru dan siswa.
2. Adapun etika hubungan guru dan siswa dalam proses belajar mengajar di
sekolah dinilai sangat berpengaruh serta memiliki konsekuensi bagi
proses interaksi guru dan siswa baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
3.2 Saran
Mengakhiri penulisan karya ilmiah ini, penulis memberikan saran yang
dapat dijadikan bahan pertimbangan, yaitu :
1. Etika hubungan guru dan siswa dalam kegiatan pendidikan utamanya
dalam proses belajar mengajar harus lebih ditingkatkan agar memperoleh
hasil yang maksimal dari segi kualitas akhlak, dan dilaksanakan secara
baik sesuai dengan aturan dalam kegiatan belajar mengajar yang
berdasarkan pada akhlak untuk mencapai keberhasilan dalam kegiatan
pendidikan.
2. Sebagai seorang pendidik, guru harus memiliki tanggung jawab etika
yang mesti berlaku bagi diri sendiri, maupun terhadap orang lain
utamanya bagi peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
https://stekom.ac.id
http://repository.iainpalopo.ac.id
https://e-jurnal.iainsorong.ac.id
https://www.academia.edu
https://digilibadmin.unismuh.ac.id
http://eprints.umg.ac.id
https://www.ideapers.com
http://e-campus.iainbukittinggi.ac.id