Anda di halaman 1dari 4

Nama : Pearly Laurencia

NIM : 04011282227167
Kelas : Gamma 2022 (Beta)
Absen : 42

LAPORAN SKENARIO C BLOK 6

SINTESIS
Learning Issue 6b : Fisiologi Cairan : Tekanan Hidrostatik dan Onkotik
Tekanan hidrostatik adalah tekanan yang diberikan oleh cairan kepada dinding pembuluh
darah, sedangkan tekanan onkotik adalah tekanan osmotik yang diberikan oleh protein-protein dalam
cairan karena adanya perbedaan konsentrasi koloid (protein) antara plasma darah dan cairan
interstitial sehingga menarik cairan ke daerah yang memilliki tekanan osmotik yang lebih tinggi.
Jika cairan tidak bergerak, maka tekanan yang dihasilkan dari cairan tersebut disebut dengan
tekanan hidrostatik, dan gaya yang diberikan tersebar ke segala arah. Dalam sistem di mana cairan
sedang mengalir, tekanan akan semakin berkurang jika semakin jauh karena energi semakin habis
oleh karena adanya gesekan. Selain itu, tekanan yang dihasilkan oleh cairan yang bergerak
mempunyai dua komponen, yaitu dinamis (komponen yang mengalir dan mewakilkan energi kinetik
dari sistem dan komponen lateral, yang mewakilkan energi hidrostatik (energi potensial) diberikan
oleh dinding-dinding pada sistem. Tekanan dalam sistem kardiovaskular biasanya dinamakan tekanan
hidrostatis walaupun cairan darah yang mengalir bergerak. Oleh karena itu, beberapa textbooks sudah
mulai mengganti istilah tekanan hidrostatis menjadi tekanan hidrolik. Hidrolik memperlajari tentang
cairan yang bergerak.

Sumber : Dee Unglaub Silverthorn


Tekanan hidrostatik adalah tekanan pada dinding tabung yang ditekan oleh cairan dan
proporsional dengan tinggi cairan dalam kolum-kolumnya. Ketika cairan mulai mengalir keluar dari
tabung, tekanan turun oleh karena gesekan. Keadaan inilah yang terjadi pada sistem kardiovaskular
kita.
Sumber : Dee Unglaub Silverthorn
Arus aliran hanya akan terjadi apabila terdapat perbedaan antara tekanan hidrostatik dari satu
ujung tabung ke ujung yang lainnya. Untuk menghitung laju aliran, maka tekanan hidrostatik dari
ujung yang memiliki tekanan lebih besar dikurangi dengan tekanan hidrostatik yang lebih kecil di
ujung yang lain. Dalam gambar di atas kanan, walaupun tekanan hidrostatik awal 100 mmHg lebih
besar daripada 40 mmHg, tetapi laju aliran kedua tabung sama karena ketika dikurangkan hasilnya
25 mmHg. Berbeda dengan tekanan hidrostatik, tekanan onkotik bernilai sama di seluruh bagian
pembuluh darah kita karena protein akan didistribusikan secara merata di dalam darah.
Aliran darah bergantung pada Starling forces, yaitu tekanan hidrostatik dan tekanan osmotik
koloid (tekanan onkotik). Jika aliran darah adalah dari cairan interstitial menuju kapiler, maka hal ini
dinamakan absorpsi. Sedangkan, jika aliran darah adalah dari kapiler menuju cairan interstitial maka
hal ini dinamakan filtrasi. Filtrasi disebabkan oleh tekanan hidrostatik yang lebih besar pada darah
dalam kapiler daripada tekanan hidrostatik dalam cairan interstitial, sehingga cairan mengalir dari
pembuluh darah ke cairan interstisial. Sedangkan, absorpsi disebabkan oleh tekanan onkotik yang
lebih besar di dalam darah kapiler daripada tekanan onkotik dalam cairan interstisial, yang berarti
lebih banyak zat terlarut di darah yang akan menarik air dari cairan interstisial ke dalam darah di
kapiler. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tekanan hidrostatik berlawanan dengan tekanan
onkotik.
Pada sistem dalam tubuh kita, tekanan hidrostatis dan juga tekanan onkotik harus lebih besar
pada darah kapiler dari pada tekanan yang berada di dalam cairan interstisial. Ini terjadi agar tidak
terjadi edema (keadaan di mana cairan interstisial berlebihan sehingga terjadi bengkak). Oleh karena
tekanan hidrostatis dan tekanan onkotik pasti lebih besar keduanya di darah kapiler, berarti aliran
darah bergantung pada perbedaan jumlah tekanan hidrostatis dan tekanan onkotiknya. Jika tekanan
hidrostatis lebih besar daripada tekanan onkotik, dalam kapiler darah, maka akan terjadi filtrasi, yaitu
net flow menuju ke cairan interstisial. Sebaliknya, jika tekanan onkotik lebih besar dari pada tekanan
hidrostatis, maka net flow menuju darah kapiler dan terjadilah absorbsi. Contoh terjadi filtrasi adalah
pada pembuluh arteri, di mana tekanan hidrostatisnya lebih besar daripada tekanan onkotik agar dapat
mensuplai glukosa dan oksigen menuju sel-sel di sekitarnya, selain itu, contoh lain dari filtrasi adalah
pada glomerulus, di mana darah harus difiltrasi, plasma darah akan mengalir menuju Capsula
Bowmann dan ke tubulus kontortus proksimal. Contoh terjadinya absorpsi adalah pada pembuluh
darah vena sistemik dan pada saluran gastrointestinal di mana zat makanan akan terus diabsorpsi dari
sel-sel epitel menuju pembuluh darah kapiler. Selain itu, kapiler peritubular juga terjadi reabsorpsi,
sehingga pada sistem-sistem ini tekanan hidrostatik kapiler harus lebih kecil daripada tekanan onkotik
kapilernya.
Jika tekanan hidrostatik dan tekanan onkotik harus ada yang lebih besar pada suatu tempat,
dan terjadi secara tetap, maka harus ada sistem yang terus menciptakan gradien perbedaan kedua
tekanan tersebut. Hal ini dilakukan oleh sistem limfatik kita. Pada suatu bagian pembuluh darah kita,
misalnya pada arteriole, cairan mengalir dari dalam pembuluh darah ke interstisial, kemudian cairan
yang di interstisial ini akan memiliki tekanan yang lebih meninggi, sehingga akan mengalir ke dalam
pembuluh limfatik, untuk kemudian dialirkan lagi balik ke dalam pembuluh darah. Jika terjadi
masalah dalam sistem limfatik, maka bisa terjadi edema, di mana cairan akan menumpuk di ruang
interstisial. Jika tidak terjadi masalah pada sistem limfatik, maka ada kemungkinan bahwa edema
terjadi karena tekanan hidrostatik yang teralu tinggi, melebihi kecepatan pembuluh darah limfatik
untuk membalikan keadaan tekanan, sehingga terjadi edema. Hal inilah yang terjadi pada kasus
edema pada pasien dengan penyakit jantung kongestif, di mana bilik kanannya lebih lemah namun
bilik kirinya bekerja dengan keras, sehingga aliran darah menumpuk di sistemik, dan terjadi tekanan
hidrostatik yang sangat tinggi, sehingga terjadi edema di kakinya. Edema lebih cenderung terjadi di
kaki dan ketika ia menaiki tangga dari pada ketika ia berbaring oleh karena gravitasi yang membuat
darah lebih menumpuk di bawah, yaitu di kakinya, sedangkan ketika ia berbaring maka aliran darah
lebih merata dimana gravitasi terjadi merata di tubuhnya.
Ketika tekanan hidrostatik kapiler meningkat, lebih banyak filtrasi cairan keluar dari kapiler.
Jika filtrasi meningkat terlalu banyak, limfatik tidak dapat membuang semua cairan, dan kelebihan
cairan terakumulasi di ruang interstisial paru, menyebabkan edema paru. Pada kasus yang parah, jika
edema melebihi kemampuan jaringan untuk menahannya, cairan bocor dari ruang interstisial ke ruang
udara alveolar, membanjiri alveoli. Biasanya bagian dalam alveoli adalah permukaan lembab yang
dilapisi oleh lapisan cairan yang sangat tipis (sekitar 295 mm) dengan surfaktan. Dengan banjir
alveolar, lapisan cairan ini bisa menjadi lebih tebal dan sangat mengganggu pertukaran gas. Hal ini
yang mungkin terjadi pada pasien dengan gagal jantung kongestif di mana ketika ia berbaring, aliran
darah menuju ke paru-paru juga akan menjadi lebih deras dan bertekanan hidrostatis lebih tinggi,
kemudian terjadi penebalan dinding alveoli sehingga ia sesak napas dan mengalami orthopneu.
DAFTAR PUSTAKA

Ganong, W.F. et al. (2015) Review of Medical Physiology. New York: McGraw-Hill Medical.

Mulroney (2016) Netter's Essential Physiology. Elsevier.

Silverthorn, D.U. et al. (2019) Human physiology: An integrated approach. Harlow: Pearson.

W., E.J.D. (2015) Cardiovascular system. Edinburgh: Mosby/Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai