Anda di halaman 1dari 3

A.

Akun yang dipergunakan


Dalam Akuntansi untuk Istishna’ terdapat beberapa syarat yang menyimpan beberapa hak
dari si pembeli, yakni:
Pembeli mengakui aset istishna’ sebesar jumlah termin yang ditagih oleh penjual
dan sekaligus mengakui utang istishna’ maka si pembeli memakai dua akun untuk situasi
seperti ini, yakni Aset istishna’ dalam penyelesaian dengan saldo normal di debit dan juga
Utang kepada penjual dengan saldo normal dikredit. (Wasilah, 2013)
Lalu, pembeli juga mengakui adanya Beban istishna’ Tangguh yang diperoleh dari
selisih nilai perolehan barang dan biaya perolehan tunai. Sehingga akun Aset istishna’
dalam penyelesaian tetap diakui sebesar nilai perolehan barang awal. Kasus ini terjadi
jika pembayaran tangguhan lebih dari satu tahun. (Wasilah, 2013)
Selain itu, Akun Beban istishna’ Tangguh juga diamortisasi sesuai dengan
proporsi pelunasan utang yang terjadi, dimana akun tersebut diamortisasi ke dalam akun
Beban istishna’. (Wasilah, 2013)
Jika barang pesanan terlambat diserahkan dan menyebabkan kerugian yang tidak
tertutup oleh garansi, maka kerugiannya diakui ke dalam Akun Kerugian Aset istishna’
dalam penyelesaian dengan saldo normal dikredit, dan mengakui adanya Akun piutang
Jatuh Tempo kepada penjual didebit. (Wasilah, 2013)
Jika pembeli menolak barang pesanan karena tidak sesuai dengan akad, maka
jumlah uang boleh diminta kembali dan jika belum diterima maka mengakui adanya
Akun piutang Jatuh Tempo kepada penjual didebit dan Akun Aset istishna’ dalam
penyelesaian dikredit. (Wasilah, 2013)

B. Pembayaran yang dilakukan


Saat pembeli melakukan pembayaran kepada penjual sesuai dengan akad yang
ada, maka seperti pada umumnya, maka pembeli mengakui adanya kas keluar di sisi
kredit sebesar jumlah yang dibayarkan dan mengakui pengurangan utang kepada penjual
di sisi debit. Pembeli juga harus mengamortisasi beban Akun Beban istishna’ Tangguh di
sisi kredit dan Akun Beban istishna’ di sisi debit. Ilustrasinya sebagai berikut:
Pembayaran yang dilakukan sebesar xxx:
Utang Kepada Penjual xxx

Kas xxx

Dan seiring dengan proporsi pembayaran yang dilakukan, jika ada amortisasi Beban istishna’
Tangguh maka jurnalnya:

Beban istishna’ xxx

Beban istishna’ Tangguh xxx

C. Penerimaan barang

Pada saat penyerahan barang, bisa terdapat kasus-kasus penolakan dari pembeli karena
beberapa hal. Jika pembeli menolak barang pesanan karena tidak sesuai dengan akad, maka
jumlah uang boleh diminta kembali dan jika belum diterima maka mengakui adanya Akun
piutang Jatuh Tempo kepada penjual didebit dan Akun Aset istishna’ dalam penyelesaian
dikredit. Berikut ilustrasinya:

Piutang Jatuh Tempo xxx

Aset Istishna’ Dalam Penyelesaian xxx

Namun, jika pembeli tetap menerimanya walaupun tidak sesuai dengan akad, maka
barang yang diterima itu diukur dengan nilai yang lebih rendah antara nilai wajar dengan nilai
perolehannya. Selisihnya diakui sebagai kerugian pada periode berjalan. Kurang lebih seperti ini
ilustrasinya:

Aset Istishna’ Dalam Penyelesaian (Nilai Wajar) xxx

Kerugian xxx

Aset Istishna’ Dalam Penyelesaian (Biaya Perolehan) xxx


Referensi
Nurhayati, S., Wasilah. (2013). Akuntansi Syariah di Indonesia. Penerbit Salemba.

Anda mungkin juga menyukai