Anda di halaman 1dari 5

Nama : CHANDRA

NIM : F430122777

Kelas : B - PGSD

Aksi Nyata – Manusia Indonesia bagi Saya

A. Observasi Simbol yang ada di Ekosistem Sekolah


Suasana di SDN 75 Pontianak Barat masih terasa sunyi dan asri karena
jauh dari jalan raya. Selain sunyi dan asri suasana sekolah yang ramah, tegur
sapa baik antarguru, antara guru dan peserta didik maupun antar sesama
peserta didik. Namun di SDN 75 Pontianak Barat masih kekurangan ruang
belajar sehingga ada peserta didik yang belajar menggunakan perpustakaan
dan ruang media. Walaupun begitu fasilitas sekolah sudah cukup lengkap
seperti proyektor, layar proyektor, wifi, dan beberapa buku paket. Sekolah
juga terdapat ruang kepala sekolah, ruang guru, halaman sekolah, water closet
(WC), lahan parkir, dan kantin sekolah.
Secara umum, profil pelajar Pancasila telah dihidupkan di SDN 75
Pontianak Barat. Pertama, perilaku beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa dapat dilihat setiap sebelum dan setelah pembelajaran
berlangsung peserta didik berdoa Bersama guru di kelasnya masing-masing.
Kedua, perilaku berkebhinekaan global dapat dilihat dari antusiasme para
guru dan peserta didik untuk berpartisipasi dalam kegiatan memperingati
HUT Kota Pontianak mulai dari menari Jepin, melaksanakan pawai
berkeliling di lingkungan sekolah, dan potong tumpeng bersama.
Ketiga, perilaku gotong royong terlihat ketika peserta didik Bersama-
sama melakukan piket lingkungan. Keempat, perilaku mandiri terlihat mulai
dari hal kecil seperti mengerjakan tugas individu secara mandiri. Kelima,
perilaku bernalar kritis terlihat ketika para peserta didik dan guru saling
bertanya jawab untuk memecahkan masalah dalam pembelajaran. Kelima,
perilaku kreatif terlihat melalui penugasan atau proyek seperti proyek
Menyusun membuat karya seni dari stik ice cream pada pembelajaran
tematik.
B. Penghayatan nilai-nilai Pancasila yang ada di sekolah menguatkan
identitas manusia Indonesia
Di SDN 75 Pontianak Barat, penghayatan nilai-nilai Pancasila sudah
cukup menguatkan identitas manusia Indonesia. Hal ini diterapkan mulai dari
budaya kelas. Budaya kelas dimulai dengan membuat kesepakatan kelas.
Dalam membuat kesepakatan kelas, guru melibatkan peserta didik. Guru
melakukan kesepakatan dengan peserta didik untuk membiasakan peserta
didik dalam menanamkan nilai kedisiplinan dan tanggung jawab di dalam
kelas dengan melaksanakan selain itu peserta didik piket kelas dan merapikan
kursinya sebelum pulang sekolah. Guru mengingatkan peserta didik mengenai
kesepakatan yang telah dibuat pada setiap pertemuan dan menegur siswa
yang melanggar kesepakatan. Guru memberikan nasihat-nasihat kepada para
peserta didik pada awal pembelajaran untuk memperbaiki sikap dan perilaku
baik dalam kegiatan pembelajaran maupun di luar kegiatan pembelajaran.
Dalam proses kegiatan pembelajaran guru secara aktif mengingatkan dan
menekankan peserta didik untuk berperilaku sesuai nilai-nilai profil pelajar
Pancasila dalam proses kegiatan pembelajaran.
Hasil dari kesepakatan kelas tersebut menjadikan peserta didik lebih
menyadari nilai-nilai sesuai dengan profil pelajar Pancasila. Dari hasil
pengamatan, terutama pada peserta didik kelas III, peserta didik sudah mulai
menghargai ketika ada guru memberikan penjelasan materi di depan kelas,
peserta didik menyimak dengan baik. Dalam kegiatan pembelajaran, peserta
didik cukup antusias mengikuti alur kegiatan pembelajaran. Semangat gotong
royong terbentuk ketika mereka mengerjakan tugas kelompok.
Dalam setiap kegiatan yang berkaitan dengan budaya lokal seperti
peringatan HUT Pontianak, guru dan peserta didik antusias mengikuti setiap
kegiatan yang diselenggarakan. Bahkan para orang tua/wali dari peserta didik
ikut berpartisipasi dengan menyumbangkan tumpeng kepada sekolah. Guru
dan pesrta didik menggunakan baju daerah seperti baju kurung dan baju teluk
belanga. Meskipun tidak semua warga sekolah mempunyai baju adat daerah
Pontianak, mereka diperbolehkan untuk mengenakan baju adat daerah lain.
Semua saling menghargai dan mengormati budaya masing-masing.
Kesimpulan nilai-nilai Pancasila di SDN 75 Pontianak Barat cukup
menguatkan identitas manusia Indonesia. Kesadaran akan nilai-nilai Pancasila
dibentuk sejak awal peserta didik duduk di kelas I (satu) sehingga selanjutnya
bukan hal sulit untuk mengubah karakter peserta didik dari yang buruk
menjadi baik berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Manusia Indonesia bagi saya
adalah manusia yang menyadari kemerdekaannya dalam berbudaya dan
bangga akan budaya yang dimiliki tanpa menyudutkan budaya lainnya dan
hidup dalam kebhinekatunggalikaan.
C. Pengamalan Pancasila di Lingkungan Sekolah
Berdasarkan pengalaman PPL di SDN 75 Pontianak Barat yang telah
saya lakukan, banyak pengetahuan dan pelajaran yang dapat saya terima. Dari
semua warga sekolah yang ada terdapat banyak keberagaman. Keberagaman
tersebut antara lain agama, suku, ekonomi, dan lain sebagainya. Namun
walaupun beragam, warga sekolah tampak harmonis hidup dalam lingkungan
ekosistem sekolah.
Pengamalan Pancasila sudah terlihat dalam ekosistem sekolah. Mulai
dari sila pertama sampai sila kelima sudah terlihat jelas penerapannya.
Pengamalan kelima sila Pancasila ini sesuai dengan pandangan Ki Hadjar
Dewantara yang berprinsip bahwa setiap manusia dalam tindakannya harus
berpedoman kepada Pancasila sebagai dasar negara. Di SDN 75 Pontianak
Barat pengamalan Pancasila dalam kegiatan sehari-hari tergambar seperti di
bawah ini:
1. Pengamalan sila pertama (Ketuhanan Yang Maha Esa)
Hal ini dapat dilihat dari peserta didik selalu melakukan doa Bersama
sebelum dan setelah pembelajaran selesai. Kegiatan ini dilakukan rutin
setiap hari dengan hapalan dan cara berdoa agama Islam.
2. Pengamalan sila kedua (Kemanusiaan yang adil dan beradab)
Hal ini dapat dilihat saat pembelajaran berlangsung di kelas maupun
di luar kelas. Guru tidak membeda-bedakan peserta didik di dalam proses
pembelajaran. Dengan mendengarkan dan menyimak penjelasan guru,
peserta didik sudah mengamalkan sila kedua karena sudah menghargai
orang yang sedang berbicara.
3. Pengamalan sila ketiga (Persatuan Indonesia)
Setiap pagi saat datang ke sekolah para guru menyambut peserta didik
dan peserta didik menyapa guru dengan mengucapkan selamat pagi dan
salim. Selain itu peserta didik juga mengucapkan salam sebelum dan
sesudah melaksanakan pembelajaran. Guru bersama peserta didik tetap
menjaga kerukunan dilingkungan sekolah. Dengan ini guru dan peserta
didik sudah menerapkan sila ke 3 yaitu persatuan Indonesia.
4. Pengamalan sila keempat (Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan)
Hal ini dapat dilihat dari kegiatan peserta didik di dalam kelas yaitu
berdiskusi kelompok. Sesuai dengan bunyi sila keempat, peserta didik
mengamalkannya dengan cara memberi pendapat, mendengarkan pendapat
irang lain, menghargai setiap perbedaan pendapat, dan menjalankan hasil
musyawarah/diskusi kelompok dengan mempresentasikannya di depan
kelas.
5. Pengamalan sila kelima (Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia)
Hal ini dapat dilihat saat peserta didik sebelum proses pembelajaran
berlangsung peserta didik membuang sampah yang ada disekita tempat
duduknya di kelas. Setelah jam pulang sekolah peserta didik juga
melaksanakan piket kelas secara bergotong royong bersama teman
sekelasnya. Pada kegiatan tersebut mahasiswa juga sekaligus dapat
mengajarkan peserta didik tentang nilai keadilan di mana setiap warga
Indonesia memiliki kewajiban yang sama (adil) untuk memelihara
kebersihan lingkungan. Nilai tersebut diajarkan melalui kegiatan gotong
royong membersihkan kelas sebelum mulai pembelajaran dan setelah
pulang sekolah. Dengan demikian, peserta didik dapat menerapkannya
Kembali di lingkungan yang lebih luas, yaitu lingkungan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai