Suasana di SDN 75 Pontianak Barat masih terasa sunyi dan asri karena jauh dari jalan raya. Selain sunyi dan asri suasana sekolah yang ramah, tegur sapa baik antarguru, antara guru dan peserta didik maupun antar sesama peserta didik. Namun di SDN 75 Pontianak Barat masih kekurangan ruang belajar sehingga ada peserta didik yang belajar menggunakan perpustakaan dan ruang media. Walaupun begitu fasilitas sekolah sudah cukup lengkap seperti proyektor, layar proyektor, wifi, dan beberapa buku paket. Sekolah juga terdapat ruang kepala sekolah, ruang guru, halaman sekolah, water closet (WC), lahan parkir, dan kantin sekolah. Secara umum, profil pelajar Pancasila telah dihidupkan di SDN 75 Pontianak Barat. Pertama, perilaku beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dapat dilihat setiap sebelum dan setelah pembelajaran berlangsung peserta didik berdoa Bersama guru di kelasnya masing-masing. Kedua, perilaku berkebhinekaan global dapat dilihat dari antusiasme para guru dan peserta didik untuk berpartisipasi dalam kegiatan memperingati HUT Kota Pontianak mulai dari menari Jepin, melaksanakan pawai berkeliling di lingkungan sekolah, dan potong tumpeng bersama. Ketiga, perilaku gotong royong terlihat ketika peserta didik Bersama- sama melakukan piket lingkungan. Keempat, perilaku mandiri terlihat mulai dari hal kecil seperti mengerjakan tugas individu secara mandiri. Kelima, perilaku bernalar kritis terlihat ketika para peserta didik dan guru saling bertanya jawab untuk memecahkan masalah dalam pembelajaran. Kelima, perilaku kreatif terlihat melalui penugasan atau proyek seperti proyek Menyusun membuat karya seni dari stik ice cream pada pembelajaran tematik. B. Penghayatan nilai-nilai Pancasila yang ada di sekolah menguatkan identitas manusia Indonesia Di SDN 75 Pontianak Barat, penghayatan nilai-nilai Pancasila sudah cukup menguatkan identitas manusia Indonesia. Hal ini diterapkan mulai dari budaya kelas. Budaya kelas dimulai dengan membuat kesepakatan kelas. Dalam membuat kesepakatan kelas, guru melibatkan peserta didik. Guru melakukan kesepakatan dengan peserta didik untuk membiasakan peserta didik dalam menanamkan nilai kedisiplinan dan tanggung jawab di dalam kelas dengan melaksanakan selain itu peserta didik piket kelas dan merapikan kursinya sebelum pulang sekolah. Guru mengingatkan peserta didik mengenai kesepakatan yang telah dibuat pada setiap pertemuan dan menegur siswa yang melanggar kesepakatan. Guru memberikan nasihat-nasihat kepada para peserta didik pada awal pembelajaran untuk memperbaiki sikap dan perilaku baik dalam kegiatan pembelajaran maupun di luar kegiatan pembelajaran. Dalam proses kegiatan pembelajaran guru secara aktif mengingatkan dan menekankan peserta didik untuk berperilaku sesuai nilai-nilai profil pelajar Pancasila dalam proses kegiatan pembelajaran. Hasil dari kesepakatan kelas tersebut menjadikan peserta didik lebih menyadari nilai-nilai sesuai dengan profil pelajar Pancasila. Dari hasil pengamatan, terutama pada peserta didik kelas III, peserta didik sudah mulai menghargai ketika ada guru memberikan penjelasan materi di depan kelas, peserta didik menyimak dengan baik. Dalam kegiatan pembelajaran, peserta didik cukup antusias mengikuti alur kegiatan pembelajaran. Semangat gotong royong terbentuk ketika mereka mengerjakan tugas kelompok. Dalam setiap kegiatan yang berkaitan dengan budaya lokal seperti peringatan HUT Pontianak, guru dan peserta didik antusias mengikuti setiap kegiatan yang diselenggarakan. Bahkan para orang tua/wali dari peserta didik ikut berpartisipasi dengan menyumbangkan tumpeng kepada sekolah. Guru dan pesrta didik menggunakan baju daerah seperti baju kurung dan baju teluk belanga. Meskipun tidak semua warga sekolah mempunyai baju adat daerah Pontianak, mereka diperbolehkan untuk mengenakan baju adat daerah lain. Semua saling menghargai dan mengormati budaya masing-masing. Kesimpulan nilai-nilai Pancasila di SDN 75 Pontianak Barat cukup menguatkan identitas manusia Indonesia. Kesadaran akan nilai-nilai Pancasila dibentuk sejak awal peserta didik duduk di kelas I (satu) sehingga selanjutnya bukan hal sulit untuk mengubah karakter peserta didik dari yang buruk menjadi baik berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Manusia Indonesia bagi saya adalah manusia yang menyadari kemerdekaannya dalam berbudaya dan bangga akan budaya yang dimiliki tanpa menyudutkan budaya lainnya dan hidup dalam kebhinekatunggalikaan. C. Pengamalan Pancasila di Lingkungan Sekolah Berdasarkan pengalaman PPL di SDN 75 Pontianak Barat yang telah saya lakukan, banyak pengetahuan dan pelajaran yang dapat saya terima. Dari semua warga sekolah yang ada terdapat banyak keberagaman. Keberagaman tersebut antara lain agama, suku, ekonomi, dan lain sebagainya. Namun walaupun beragam, warga sekolah tampak harmonis hidup dalam lingkungan ekosistem sekolah. Pengamalan Pancasila sudah terlihat dalam ekosistem sekolah. Mulai dari sila pertama sampai sila kelima sudah terlihat jelas penerapannya. Pengamalan kelima sila Pancasila ini sesuai dengan pandangan Ki Hadjar Dewantara yang berprinsip bahwa setiap manusia dalam tindakannya harus berpedoman kepada Pancasila sebagai dasar negara. Di SDN 75 Pontianak Barat pengamalan Pancasila dalam kegiatan sehari-hari tergambar seperti di bawah ini: 1. Pengamalan sila pertama (Ketuhanan Yang Maha Esa) Hal ini dapat dilihat dari peserta didik selalu melakukan doa Bersama sebelum dan setelah pembelajaran selesai. Kegiatan ini dilakukan rutin setiap hari dengan hapalan dan cara berdoa agama Islam. 2. Pengamalan sila kedua (Kemanusiaan yang adil dan beradab) Hal ini dapat dilihat saat pembelajaran berlangsung di kelas maupun di luar kelas. Guru tidak membeda-bedakan peserta didik di dalam proses pembelajaran. Dengan mendengarkan dan menyimak penjelasan guru, peserta didik sudah mengamalkan sila kedua karena sudah menghargai orang yang sedang berbicara. 3. Pengamalan sila ketiga (Persatuan Indonesia) Setiap pagi saat datang ke sekolah para guru menyambut peserta didik dan peserta didik menyapa guru dengan mengucapkan selamat pagi dan salim. Selain itu peserta didik juga mengucapkan salam sebelum dan sesudah melaksanakan pembelajaran. Guru bersama peserta didik tetap menjaga kerukunan dilingkungan sekolah. Dengan ini guru dan peserta didik sudah menerapkan sila ke 3 yaitu persatuan Indonesia. 4. Pengamalan sila keempat (Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan) Hal ini dapat dilihat dari kegiatan peserta didik di dalam kelas yaitu berdiskusi kelompok. Sesuai dengan bunyi sila keempat, peserta didik mengamalkannya dengan cara memberi pendapat, mendengarkan pendapat irang lain, menghargai setiap perbedaan pendapat, dan menjalankan hasil musyawarah/diskusi kelompok dengan mempresentasikannya di depan kelas. 5. Pengamalan sila kelima (Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia) Hal ini dapat dilihat saat peserta didik sebelum proses pembelajaran berlangsung peserta didik membuang sampah yang ada disekita tempat duduknya di kelas. Setelah jam pulang sekolah peserta didik juga melaksanakan piket kelas secara bergotong royong bersama teman sekelasnya. Pada kegiatan tersebut mahasiswa juga sekaligus dapat mengajarkan peserta didik tentang nilai keadilan di mana setiap warga Indonesia memiliki kewajiban yang sama (adil) untuk memelihara kebersihan lingkungan. Nilai tersebut diajarkan melalui kegiatan gotong royong membersihkan kelas sebelum mulai pembelajaran dan setelah pulang sekolah. Dengan demikian, peserta didik dapat menerapkannya Kembali di lingkungan yang lebih luas, yaitu lingkungan masyarakat.