Anda di halaman 1dari 13

BANGUNAN

HUKUM ISLAM DI INDONESIA

Filsafat Hukum Islam


Hukum Tata Negara Dan Hukum Keluarga Islam
Oleh : Hervin Yoki Pradikta, M.H.I.
Devine Law dan Man-Made Law Sebagai
Teori Hukum
Hukum Islam dikategorikan sebagai devine
law karena aturan-atuiran yang ada didalamnya
dibuat langsung oleh tuhan untuk mengatur
kehidupan manusia di dunia.
Bila kita perhatikan pengertian di atas betrul-
betul menempatkan hukum Islam sebagai entitas
yang murni bersifat top down dan melepaskan
aspek-aspek historis sosiologisnya.
Sebagaimana yang dapat kita pahami pula dari kutipan di
bawah ini :
“konsep hukum menurut ushul fiqh pada dasarnya terletak di
atas pandangan bahwa hukum itu bersifat keagamaan.
Sejak periode paling awal sejarah Islam, hukum telah
dipandang sebagai keluar dan merupakan bagian dari
syariah. Adapun syariah sebagaimana telah dijelaskan,
adalah pola tingkah laku menusia yang diatur oleh Allah
SWT. Konsep hukum seperti itu sejalan dengan pandangan
bahwa hukum itu harus bersumber langsung atau tidak
langsung dari wahyu Tuhan yaitu Al-Qur’an dan
penjelasannya dari Nabi Muhammad SAW, yang disebut
sunnah”.
Bila kutipan diatas dikaitkan dengan politik, maka
itulah yang disebut dengan nomokrasi Negara Islam.
Sifat nomokrasi Negara Islam menunjukkan
kepercayaan terhadap supremasi hukum suci yang
menjadi “sumber otoritas pemerintahan”.
Peraturan suci seperti secara inheren memiliki karakter
supranatural dan yang luar biasa (supranatural and
extraordinary character).
Ikatan-ikatan penyatuan antara agama dan negara,
dan supremasi hukum suci berasal dari kehendak
Tuhan secara bersama-sama menegaskan kembali
kewajiban setiap hamba untuk taat kepada-Nya.
Menurut Khadduri :
“warga negara Islam adalah hamba Allah dan hukum-
hukum nya adalah hukum suci, karena ia berasal dari
Allah SWT, tidak diterapkan oleh manusia. Hukum
suci seperti itu adalah pasti benar dan manusia
hanya bisa mematuhi karena Allah SWT lebih
mengetahui dari otoritas maupun terhadap
kebutuhan-kebutuhan hamba-Nya. Dalam usaha
dalam menataati hukum, manusia menyadari akan
tujuan-tujuan agamanya. Karena hukum dalam
Islam memiliki karakter sebagai sebuah kewajiban
religius. Pada waktu yang sama, ia juga memberikan
dukungan politik bagi agama Islam”.
Pada kenyataannya, hukum Islam merupakan perintah
Tuhan dan karenanya bersifat mengikat sebagai
sebuah cita-cita agama yang berbeda dengan
hukum buatan manusia (man-made law) dan
dianggap sebagai fenomena sosial yang tunduk
pada kebutuhan manusia dan nilai-nilai. Karena
alasan itulah, hukum, dalam pandangan pemikir-
pemikir Muslim pada kenyataannya bukanlah
termasuk kajian yang independen dan empiris.
Sebagai implikasi dari kedua faktor tersebut, yakni
sifat sucinya dan ikatan yang kuat dengan tradisi-
tradisi lama, hukum Islam berkembang menjadi
sebuah hukum yang statis yang bisa dianggap
menjadi penghalang bagi terjadinya perubahan.
Perkembangan Hukum Islam di Indonesia

Pada bagian ini kita akan mendiskusikan relavansi


epistimologi hukum Islam Indonesia dengan
pembangunan hukum Islam Indonesia dengan
pembangunan nasional.
Namun, sebelum kita lebih jauh membahs persoalan
tersebut terlebih dahulu sebaiknya mengetahui apa
yang dimaksud dengan hukum nasional, mengapa kita
membutuhkan hukum nasional dan bagaimana
caranya kita mewujuidkan hukum nasional tersebut.
Melalui pernjelasan terhadap aspek-aspek inilah kita
akan mengetahui relevansi epistimologi hukum Islam
dengan pembangunan hukum nasional.
Pembangunan hukum di Indonesia

Dalam rangka membangun sistem hukum nasional


pemerintah menerapkan kebijaksanaan untuk
memanfaatkan tiga sistem yang eksis (living law) di
Indonesia, yaitu sistem hukum adat, Islam dan
Barat (Belanda) sebagai bahan bakunya,
Ketiga sistem hukum sangat berkontribusi dalam
pembangunan hukum nasional .
Tatanan hukum nasional Indonesia harus mengandung ciri :
1. Berwawasan kebangsaan dan berwawasan nusantara
2. Mampu mengakomodasi kesadaran hukum kelompok
etnis kedaerahan dan keyakinan agama
3. Sejauh mungkin berbentuk tertulis dan ter-univikasi
4. Bersifat rasional yang mencakup rasionalitas efisiensi,
rasionalitas kewajaran, rasional kaidah dan nilai.
5. Responsif terhadap perkembangan aspirasi dan
ekspektasi masyarakat.
Perkembangan Hukum Islam Indonesia :
Sarana dan Prasarana
Berdasarkan penjelasan di atas, tampak sekali
dalam hal penetapan kebijakan hukum di Indonesia
pemerintah telah menjadikan hukum Islam sebagai
bagian dari hukum nasional.
Kondisi seperti ini tidak semata-mata terjadi di
Indonesia, tetapi terjadi pula di negara-negara
berpenduduk Muslim, baik yang memilki konstitusi
Islam maupun yang tidak memilkinya.
Sebagai sebuah sistem hukum atau bagian dari
sebuah sietem hukum, ia mempunyai teks tertulis
dalam bidang-bidang yang dicakupkan, memiliki
lembaga peradilan sesuai tingkatan-tingkatan
yang diperlukan, dan mempunyai alat penegak
hukum untuk mernjalankannya.
Silahkan kerjakan tugas:
Buat video presentasi menggunakan materi diatas
“BANGUNAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA”
Upload di youtube Anda…
setelah upload, silahkan kirimkan “link” video
Youtube nya ke E-learning mata Kuliah FHI pada
kolom
“Penyerahan Tugas” pertemuan 12”
Trims

Anda mungkin juga menyukai