Anda di halaman 1dari 3

،‫لحمْ ُد هَّللا ُ َأ ْك َب ُر َك ِبيرً ا‬ ‫هّٰلِل‬

َ ‫) َو ِ ْا‬٣×( ‫) هللاُ َأ ْك َب ُر‬٣×( ‫) هللاُ َأ ْك َب ُر‬٣×( ‫هللاُ َأ ْك َب ُر‬ "Tak ada tanda-tanda keceriaan
‫ َو َن ْش َه ُد َأنْ اَل ِإلَ َه ِإاَّل‬، ‫ان هَّللا ِ َو ِب َح ْم ِد ِه ُب ْك َر ًة َوَأصِ ياًل‬ َ ‫ َو ُسب َْح‬،‫َو ْال َحمْ ُد هَّلِل ِ َكثِيرً ا‬ sedikitpun di wajahmu, padahal sebentar
‫ َو َرحْ َم ُت ُه‬،ِ ‫ َو َن ْش َه ُد َأنَّ َس ِّي َد َنا َو َن ِب َّي َنا م َُح َّم ًدا َرسُو ُل هَّللا‬،ُ‫ َواَل َنعْ ُب ُد ِإاَّل ِإيَّاه‬،ُ ‫هَّللا‬
lagi kita akan menyambut hari
‫ َو َعلَى آلِ ِه‬،‫ْن‬ ِ ‫ك َعلَى َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد اَأل ِمي‬ َ ‫ار‬َ ‫صلَّى هَّللا ُ َو َسلَّ َم َو َب‬
َ ،ُ‫ْال ُم ْه َداة‬
ِّ‫العلِي‬ َ ِ ‫ َفُأوصِ ْي ُك ْم َو َن ْفسِ ي ِب َت ْق َوى هَّللا‬،ُ‫ َأمَّا َبعْ د‬.‫الطاه ِِري َْن‬ َّ ‫َوَأصْ َح ِاب ِه‬
َّ ‫الطي ِِّبي َْن‬ kemenangan?” Ali hanya terdiam lesu,
‫ك َف ْل َي ْف َرحُوا‬ َ ِ‫ قُ ْل ِب َفضْ ِل هَّللا ِ َو ِب َرحْ َم ِت ِه َف ِب َذل‬:‫اِئل فِي ِك َت ِاب ِه ال َك ِري ِْم‬
ِ ‫ ال َق‬،‫العظِ ي ِْم‬ َ tak berapa lama kemudian ia minta
َ ‫ ه َُو َخ ْي ٌر ِممَّا َيجْ َمع‬ 
‫ُون‬ pertimbangan sang istri untuk
mensedekahkan semua simpanan
TANGGAL 31/03/2023 IMSAK 4:31 pangannya kepada fakir miskin. "Hampir
SUBUH 4:41 DZUHUR 12:00 ASHAR sebulan kita mendapat pendidikan dari
15:14 MAGHRIB 18:02 ISYA 19:10 Ramadhan, bahwa lapar dan haus itu
Home Hikmah Kisah Keluarga Nabi di teramat pedih. Segala puji bagi Allah,
Hari Raya Idul Fitri Rusman Siregar yang sering memberi hari-hari kita
Selasa, 12 Juni 2018 - 16:52 WIB Kisah dengan perut sering terisi." Sore itu juga,
Keluarga Nabi di Hari Raya Idul Fitri A A beberapa jam sebelum takbir
A Ada sebuah kisah mengharukan berkumandang, Ali ibn Abi Thalib terlihat
tentang keteladanan keluarga Rasulullah sibuk mendorong pedatinya, yang terdiri
SAW, yaitu Sayyidina Ali bin Abi Thalib. dari tiga karung gandum dan dua karung
Kisah ini bisa menjadi pelajaran penting, kurma hasil dari panen kebunnya. Ia
terlebih umat Islam akan merayakan Hari berkeliling dari pojok kota dan
Raya Idul Fitri.Keteladanan Ali bin Abi perkempungan untuk membagi-bagikan
Thalib ini disaksikan dua karibnya; Ibnu gandum dan kurma itu kepada fakir
Rafi’i dan Abu Al Aswad Ad Du’ali. miskin dan yatim/piatu. Sementara
Keduanya pernah ikut perang Jamal istrinya, Sayyidah Fathimah az-Zahra,
bersama beliau dan termasuk pembesar sambil menuntun dua putranya Hasan
kelompok pendukung Ali sampai akhir dan Husein (cucu Nabi), nampak di
hayatnya. Kisah ini juga termaktub pada tangannya memegang kantong plastik
dua Kitab Sirrah Ashabu an-Nabi, karya yang besar. Mereka sekeluarga, kompak
Syekh Mahmud al-Misri dan Syiar A’lam mendatangi kaum fakir miskin untuk
An-Nubala’, karya Imam Adz-Dzahabi. disantuni. Begitu mereka berjalan sampai
Dikisahkan, usai salat Asar, setelah larut malam, tangannya membagikan
seharian merasa sedih, karena bulan santunan, bibirnya bertakbir kepada
Ramadhan akan segera berakhir, Ali Allah. Esok harinya tiba salat Idul Fitri,
kemudian pulang dari masjid. Sayyidina Ali naik mimbar dan berkutbah
Sesampainya di rumah, ia disambut sang di Masjid Qiblatain, potongan isi khutbah
istri tercinta Fathimah Az-Zahra dengan itu di antaranya tentang beberapa tanda-
pertanyaan penuh perhatian. "Kenapa tanda orang yang mendapatkan "taqwa"
engkau terlihat pucat, kekasihku,” dari puasanya yang sebulan penuh,
demikianlah sapa Sayyidah Fatimah. "Yaitu mereka yang peka hati nuraninya,
sehingga menggerakkan tangannya sepanjang jalan, kecamuk dalam
untuk peduli kepada sesama, berbagi dadanya sangat kuat, setengah lari ia
rezeki, berbagi kebahagiaan, berbagi pun bergegas menghadap Rasulullah
senyuman yang hangat, sebab kita SAW. Tiba di depan Rasulullah, ia pun
semua sudah merasakan, bahwa lapar mengadu, “Ya Rasulullah. Putra baginda,
dan dahaga itu sesuatu yang berat" putri baginda dan cucu baginda,” ujar Ad
Begitulah Sayyidina Ali, beliau tak akan Du’ali terbata-bata. “Tenangkan dirimu,
pernah mengucapkan, sebelum ia sendiri ada apa wahai sahabatku?” kata
sudah melakukan dan memberi Rasulullah menenangkan. “Segeralah ke
keteladanan. Setelah Salat 'Id selesai rumah menantu dan putri baginda, Ya
dan hari masih sangat pagi, sahabat Rasulullah. Saya khawatir cucu baginda
beliau, Ibnu Rafi’i dan Abu Al Aswad Ad Hasan dan Husein akan sakit.” “Ada apa
Du’ali berkunjung dan bermaksud dengan cucuku dan keluargaku?” “Saya
mengucapkan selamat ‘Idul Fitri kepada tak kuat menceritakan itu sekarang, lebih
keluarga Rasulullah SAW tersebut. Saat baik menengoknya...” Tak berpikir lama,
pintu terbuka, alangkah kagetnya mereka Rasulullah pun segera menuju rumah
berdua, kedua hidung dua karib ini putrinya. Tiba sampai di halaman rumah,
mencium aroma tak sedap, dari nampan tak ada apa-apa yang dikhawatirkan oleh
yang berisi gandum dan roti kering yang Ad Du’ali. Justru tawa bahagia mengisi
sudah basi dan disantapnya makanan percakapan antara Sayyidina Ali,
yang tak layak konsumsi itu dengan Sayyidatuna Fathimah dan kedua
lahapnya. Seketika itu Ibnu Rafi’i dan anaknya. Bahkan, yang sedikit aneh,
dan Al Aswad Ad-Du’ali berucap mata Ad-Du’ali sendiri menyaksikan,
istighfar, sambil berpelukan dan ternyata keluarga itu masih menyimpan
menangis, karena kedua dada sahabat sedikit kurma yang layak dikonsumsi
ini ada yang nyeri di sana. Merasa tak untuk menyambut tamu yang datang.
kuat melihat pemandangan itu, mereka Mata Rasulullah pun sembab, beliau
kemudian berpamitan sebelum terharu, sebab ia sendiri melihat bekas-
berpelukan. Mereka pun pergi menjauh bekas makanan basi yang sudah
dari pemandangan menggetarkan itu. Di disantap keluarga itu dan bau basinya
sepanjang jalan mata Ibnu Rafi’i masih menyengat. Tak terbendung juga
berlinang air mata, perlahan butiran itu butiran mutiara bening menghiasi wajah
menetes di pipinya dan jatuh ke tanah Rasulullah SAW nan bersih. “Ya Allah,
seperti mengukir sebuah jejak kesedihan Allahumma Isyhad. Ya Allah saksikanlah,
sampai ke kediamannya. Idul Fitri yang saksikanlah," demikian bibir Rasulullah
seharusnya penuh suka cita, tapi pagi itu berbisik lembut. Sayyidatuna Fathimah
mereka bersedih. Sementara Abu Al tersadar kalau di luar pintu rumah,
Aswad Ad Du’ali, terus bertakbir di ayahnya sedang berdiri tegak. Gandum
basi yang dipegangnya terjatuh ke lantai. segenap kaum Muslimin untuk benar-
“Abah, kenapa engkau biarkan dirimu benar bisa mengambil hikmah dari
berdiri di situ, tanpa memberi tahu kami, madrasah Ramadhan.” (Musnad Imam
oh, relakah abah menjadikan kami anak Ahmad, jilid 2
yang tak berbakti?" Berondong Fathimah
spontan, lalu mencium tangan Abahnya
dan abahnya ke ruang tamu. "Kenapa
Abah menangis? Kenapa pula sahabat
ad-Duali mengikuti di belakang Abah,”
Rasulullah tak tahan mendengar
pertanyaan itu. Setengah berlari ia
memeluk putri kesayangannya sambil
berujar, “Semoga kelak surga tempatmu
Nak. Surga untukmu.” Mereka yang ada
di situ lalu menjawab bersama-sama,
"Allahuma Aaamin". Air mata Rasulullah
tiba-tiba mengucur deras, saat melihat
sendiri dengan matanya akan
kesederhanaan dan kebersahajaan
puteri beliau bersama keluarganya. Di
hari Idul Fitri, di saat semua orang
berkumpul, berbahagia dengan hidangan
aneka macam kuliner, keluarga
Rasulullah cukup tersenyum bahagia
dengan gandum dan sepotong roti basi
yang baunya tercium tak sedap.
Demikianlah kesaksikan ad-Duali dan
Ibnu Rafi’i atas keluarga Rasulullah SAW
pada hari ‘Idul Fitri. Ibnu Rafi’i berkata,
“Itulah salah satu dampak pendidikan
Ramadhan bagi keluarga Nabi, dan aku
diperintahkan oleh Rasulullah SAW agar
tidak menceritakan tradisi keluarganya
setiap ‘Idul Fitri. Aku pun simpan kisah
itu dalam hatiku. Namun, setelah
Rasulullah wafat, aku takut dituduh
menyembunyikan hadis, maka terpaksa
aku ceritakan agar jadi pelajaran bagi

Anda mungkin juga menyukai