Anda di halaman 1dari 2

Budaya di Indonesia

Pada dasarnya, budaya membentuk komentar dan kepercayaan pasien yang mempengaruhi
pandangan terhadap penyakit, penderitaan, kematian, kecenderungan dalam membuat keputusan,
menerima berita buruk,dan asuhan akhir hayat. Bentuk perbedaanbudaya ini dapat dilihat antara
negara-negaraBarat dengan Timur, termasuk negara di manamayoritas penduduknya adalah
muslim.14 Dinegara barat, apalagi amerika serikat 15 ,16 ,Inggris 17 , Kanada 18 , dan Finlandia 19,
prinsipetik otonomi lebih dipegang erat sehingga lebihtekanan pengungkapan yang jujur
terkaitprognosis dan diagnosis terminal kepada pasienterlebih dahulu. Hanya pasien yang
berhakmenentukan kepada siapa informasi tersebutakan ini.Sementara itu, negara-negara di Timur
lebihmemegang budaya patriarki yang mengusunghirarki dalam pembuatan keputusan
sehinggakeputusan tidak sepenuhnya berada di tanganpasien, melainkan pada keluarga.
Budayatersebut dapat dilihat pada negara-negara diAsia, seperti Jepang 8,19 , dan negara-
negaramayoritas muslim, seperti Turki 20 , Lebanon 21 ,Kuwait 22 , dan Arab Saudi 23 . Memang
budayakumpulan umum untuk ditemukan pada sejumlahnegara Asia dan negara mayoritas muslim.
Halini menyebabkan jebakan yang cenderungprinsip bahwa penyakit seseorangadalah masalah
keluarga sehingga tidak masalahjika keluarga menutupi kebenarannya demi “kebaikan” pasien. Tada
kekhawatiranbahwa apabila kebenaran diberitahukan kepadapasien maka harapan pasien akan
sirna, yangberujung pada keputusasaan, kesengsaraan fisik,kelelahan mental, dan mempercepat
kematian.Persepsi dalam budayaa Etiopia menunjukkanbahwa pasien bahkan ditakutkan
mungkinuntuk meninggal akibat syok terhadap beritaburuk. Di beberapa negara Eropa selatan
dantimur, serta sejumlah negara di Asia dan TimurTtengah, dipersepsikan bahwa tidak
memberikaninformasi medis yang buruk atau terminal lebihmanusiawi dan etis. Lagi-lagi, prinsip
kebaikan terhadap pasien lah yang melandasi perilakudan persepsi tersebut. 14 Wsangat penting
untuk menghormatiperbedaan kepercayaan kebudayaan pasien,prinsip etik otonomi dan keadilan
yang merupakanhak dasar setiap pasien tidak boleh diabaikan.Hal ini dapat berujung pada
pengobatan yang“sia-sia” dalam sistem perawatan yang memilikiKeterbatasan sumber daya karena
pada dasarnyaasuhan medis perlu untuk menjunjung prinsipperawatan yang berpusat pada pasien .
Perlu ingat bahwa tetappenting untuk mempertimbangkan preferensipasien terlebih dahulu dalam
penerimaaninformasi tersebut.

Indonesia masih kental dengan kebudayaanpatrilineal maupun matrilineal. Keduabudaya ini memiliki
andil dalam pengambilankeputusan masyarakat secara umum. 27,28 Sebelumnya, perlu diingat
makna kekerabatanyang melekat pada budaya ini, yakni hubungankekeluargaan seseorang dengan
orang lain yangmemiliki hubungan darah atau keturunandalam satu keluarga.Mempertimbangkan
budaya Indonesiayang masih kental asas patrilineal danmatrilineal di berbagai daerah dan
besarpengaruhnya pada keputusan pembuatanseorang individu, kami menyarankan bahwabisa saja
keluarga diberitahu terlebih dahulu,namun dalam waktu tidak lama (misalnyadalam beberapa
minggu), pasien kemudian diberitahu.Informasi yang disampaikan sebaiknya jugatidak sekedar
terkait aspek medis saja, namunjuga nasehat humanis poking kalbu pasiententang hakikat
kehidupan dan kematian.Dalam upaya luhur ini, kerjasama denganpemuka agama,
psikolog/psikiater, dan tokohmasyarakat menjadi penting dilakukan olehdokter maupun difasilitasi
oleh rumah sakit.Terlepas dari kekentalan budaya yangmempengaruhi keputusan pembuatan
padamasyarakat luas di Indonesia, edukasi yangmendalam terhadap persepsi otonomi pasientetap
perlu dilakukan. Menimbang jalanjangka panjang yang lebih signifikan, tekadmasyarakat terhadap
hak otonomi atas hidup dan matinya perlu dikuatkan, yakni merupakan hak pasien untuk
mengetahui secara penuh informasi atas kondisi medisnya, atau sebaliknya juga merupakan hak
pasien untuk acuh atas informasi yang dapat diberikan dan menyerahkan keputusan pada
keluarga---sesuai budaya yang berlaku. Kembali lagi pada peran penting dokter agar dapat cermat
dalam mengamati pasien yang dirawatnya untuk menilai kesiapan fisik dan mental pasien dalam
menerima informasi yang berpotensi melemahkan dirinya tersebut.

Anda mungkin juga menyukai