LATAR BELAKANG
Pendidikan di era globalisasi, bukanlah hal yang baru, sebab pendidikan adalah bagian yang tak
dapat dipisahkan seiring dengan perkembangan zaman, bahkan merupakan suatu kebutuhan primer,
dimana setiap orang akan berjuang, berkompetisi untuk dapat menikmati pendidikan setinggi
mungkin. Hal ini dilakukan agar dapat menghadapi dan sekaligus membentengi diri di tengah tengah
derasnya pengaruh globalisasi.
Dengan berpendidikan, seseorang maupun masyarakat Indonesia akan semakin cerdas dan terhindar
dari ketidakmampuan baik secara moril maupun materil. Itulah sebabnya, seseorang yang telah
menikmati jenjang pendidikan yang tinggi sama halnya dengan ia telah menginvestasikan masa
depan yang baik, budi pekerti yang luhur dalam dirinya.
Berdasarkan Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan penurunan trend angka putus sekolah
jenjang Pendidikan SMA dari 7,01% pada tahun 2015 menjadi 1,97% pada tahun 2020 (Renstra
Kemendikbud, 2020). Jumlah siswa putus sekolah pada tahun 2020 tersebut diperkirakan sebesar
87.000 siswa. Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh Direktorat SMA, dalam skala mikro
dengan sampel 30 SMA tersebar di 10 provinsi (Bali, Banten, DI Yogyakarta, DKI Jakarta, Jawa Barat,
Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur)
memperlihatkan angka putus sekolah yang relatif besar, yaitu 689 siswa (Triyanto et al., 2020).
Terlepas dari banyak atau sedikitnya angka siswa putus sekolah tersebut, pada gilirannya akan
meningkatkan ATS (Anak Tidak sekolah) dan berdampak negatif terhadap pertumbuhan APK (Angka
Partisipasi Kasar) SMA atau proporsi jumlah anak sekolah pada jenjang SMA.
Di masa-masa sulit seperti saat pandemi Covid-19 ini, siswa yang menarik diri dari sekolah, atau
mereka yang menunjukkan tanda-tanda untuk berhenti melanjutkan pendidikannya, kemungkinan
memerlukan perhatian khusus. Tidak adanya kegiatan sekolah yang berkepanjangan karena Covid-19
akan mempersulit beberapa anak-anak untuk kembali lagi ke sekolah. Oleh karena itu, penting bagi
sekolah untuk memikirkan cara agar sekolah dapat terus terhubung dengan siswa di masa pandemi
ini dan mendukung siswa untuk kembali lagi ke sekolah.
Kondisi yang sama juga terjadi di lingkungan SMA Negeri 6 kota Tangerang selatan, jika di amati
berdasarkan data 3 tahun terakhir terlihat bahwa angka siswa rentan putus sekolah di sekolah ini
meningkat terus dengan berbagai hal yang melatar belakanginya. Di tahun 2020 berdasarkan data
yang ada jumlah siswa rentan putus sekolah berjumlah …. Siswa, kemudian meningkat di tahun 2021
menjadi … siswa dan di tahun 2022 menajdi 276 siswa rentan putus sekolah karena faktor ekonomi
keluarga, disamping faktor ekonomi, dua tahun terakhir dimasa covid-19 kondisi siswa rentan putus
sekolah juga bertambah karena faktor persoalan dalam keluarga juga kurangnya motivasi berprestasi
dari dalam diri siswa itu sendiri yang muncul dalam bentuk kemalasan dalam belajar, ketidakhadiran
tanpa alasan dalam proses pembelajaran online, tidak mengerjakan tugas dan pada akhirnya muncul
perilaku membangkang terhadap guru serta menolak untuk melanjtkan sekolah pada jenjang
tersebut.
Alasan alasan siswa putus sekolah di atas perlu mendapatkan perhatian yang serius dari seluruh
tenaga pendidik di SMAN 6 Tangsel dan diperlukan upaya upaya yang strategis dan tepat sasaran
untuk mengurangi angka putus sekolah , apabila tidak di tanggapi dengan serius akan
mengakibatkan kemunduran bagi perkembangan sekolah yang sudah semakin baik dari tahun
ketahun, disamping juga akan meningkatkan angka ATS bahkan menambah jumlah pengangguran di
lingkungan wilayah kota Tangerang selatan.
Maksud dan tujuan di lakukannya serangkaian layanan terhadap siswa rentan putus sekolah ini
antara lain adalah :
Mengurangi angka anak tidak sekolah (ATS) yang ada di SMAN 6 Tangsel
Memeberikan layanan yang maksimal bagi siswa rentan putus sekolah sehingga mereka bisa
tetap melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi
Membuka peluang seluas luasnya bagi siswa sman 6 tangsel untuk bisa melanjutkan sekolah
ke jenjang berikutnya
Berkolaborasi dengan semua pihak terkait untuk menuntaskan persoalan siswa rentan putus
sekolah yang ada di linkungan sman 6 tangsel
Berdasarkan hasil angket atau hasil need assasment yang dilakukan oleh tim BK setiap awal tahun
ajaran di peroleh gambaran umum siswa di sman 6 tangerang selatan sebagai berikut :
Berdasarkan data diatas dapat dilihat Kondisi siswa yang memungkinkan untuk muncul nya profil
profil siswa yang rentan putus sekolah dengan berbagai latar belakangnya. Dari data tersebut
sebagian besar dapat di tangani atau di berikan layanan yang tepat sehingga bisa tetap melanjutkan
ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan sebagian kecil terpaksa harus putus sekolah. Siswa yang
putus sekolah ini sebagian besar ada yang bekerja, kursus dan adapula yang menganggur dalam
artian tidak melakukan aktivitas produktif lainnya.
B. Home Visite
Bagi siswa kelas X, XI dan XII yang terindikasi mengalami kondisi rentan putus sekolah, tim Bk
dan wali kelas akan bertindak cepat berkoordinasi dengan orang tua, apabila orang tua sulit di
hadirkan di sekolah kami juga melakukan serangkaian kegiatan home visiste secara berkala
agar kami dapat berkomunikasi langsung dengan pihak keluarga serta dapat melihat secara
langsung kondisi yang di alami siswa sehingga dapat merumuskan bantuan yang tepat sesuai
kebutuhan siswa.
C. Reveral
Beberapa kasus siswa rentan putus sekolah karena persoalan psikologis, kami reveral kepada
pihak yang lebih berwenang menuntaskan hal tersebut, seperti psikolog atau therapis
sehingga siswa mendapatkan bantuan yang tepat dan bisa tetap melanjutkan pendidikannya
a. Tahun 2020
S (Alumni 2020) – Penerima KIP-K di Univ Al azhar Indonesia
b. Tahun 2021
NY (Alumni 2021) – Penerima beasiswa full scholarship di UPJ
AR (Alumni 2021) – Tidak Kuliah/ Bekerja
AZ (Alumni 2021) – Penerima beasiswa full scholarship di UPJ
RAW (Alumni 2021) – Dibantu Banding UKT di UPN Jakarta
EP (Alumni 2021) – Tidak melanjutkan kuliah karena biaya
c. Tahun 2022
YAN (Alumni 2022) – Penerima beasiswa KIP-K di PNJ
ISF (Aluni 2022) – Hampir DO karena persoalan psikologis
MI (Alumni 2022) – hamper DO karena persoalan motivasi yang rendah
KENDALA YANG MUNCUL
a. Kendala Internal
b. Kendala eksternal
DUKUNGAN SISTEM
a. Dukungan Internal
b. Dukungan Eksternal
Menyetujui persyaratan
kontak dengan siswa termasuk
frekuensi dan platform untuk
kontak.
Memastikan kesejahteraan
siswa, bagaimana perasaan
mereka bisa berkumpul
kembali dengan rekan-rekan
mereka secara langsung,
dukungan apa yang diperlukan
untuk meyakinkan siswa?
Memantau transisi siswa Memantau reintegrasi siswa
ke sekolah:
Apakah ada indikator yang
menunjukkan keterlibatan
mereka beresiko? Tinjau
kehadiran, keterlibatan
perilaku siswa, dan lain-lain
PENUTUP
Demikian implementasi layanan bagi siswa rentan putus sekolah yang di lakukan oleh SMA Negeri 6
kota Tangerang Selatan. Layanan ini tidak sebatas pada siswa yang terkendala secara ekonomi
namun juga yang mengalami kendala secara fisik, psikologis , dll. Bantuan ini juga tidak hanya
sebatas saat siswa menjadi siswa dari SMAN 6 Tangsel, tetapi juga sampai di pastikan siswa dapat
melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi baik PTN maupun PTS. Semoga data yang kami sajikan
dapat menjadikan bahan pertimbangan untuk menentukan langkah selanjutnya dalam melakukan
layanan terhadap siswa rentan putus sekolah yang ada di SMA N 6 Tangerang selatan.