Anda di halaman 1dari 3

“Mengingat kasus AICE yang tak semanis Ice Cream nya”

Tema : Pekerja perempuan Indonesia


Karya Annisa Diana Putri

Perusahaan produsen es krim PT. Alpen Food Industry (AFI) atau Aice adalah
perusahaan ice cream manis yang cukup terkenal di Indonesia karena produknya yang banyak
diminati konsumen semua kalangan. Pada Febuari 2020 memiliki skandal yang cukup
memprihatinkan terutama untuk kalangan perempuan, pasalnya diindikasi adanya pekerja
perempuan yang dipekerjakan tanpa adanya kesetaraan gender.

Perusahaan ini di nilai melupakan hak-hak atas pekerja perempuan yang harusnya
memiliki kewajaran terhadap suatu pekerjan. Sehingga banyak masyarakat yang meminta AICE
untuk di boikot, pada 2020 lalu banyak sekali hashtag boikot AICE serta banyaknya demonstran
serikat buruh yang menyuarakan pemboikotan perusahaan ini.

Salah satu hak yang tidak dipenuhi AICE dari penuturan salah satu buruh perempuan
AICE (Elitha Tri) adalah ketika ia yang mengaku sedang memiliki penyakit endometriosis atau
kelainan dalam rahimnya karena sedang mengandung, sehingga tidak bisa bekerja melakukan
pekerjaan kasar seperti mengangkat barang dan beban, ia mengajukan pemindahan divisi,
namuntidak ada respon dari pihak AICE. Elitha terdesak dan tidak punya pilihan sehinggga
memutuskan untuk tetap bekerja

Akhirnya, dia mengalami pendarahan hebat akibat bobot pekerjaannya yang berlebihan.
Elitha terpaksa melakukan operasi kuret pada Februari lalu, yang berarti jaringan dari dalam
rahimnya diangkat. Sarinah, Juru Bicara Federasi Serikat Buruh Demokratik Kerakyatan (F-
SEDAR), yang mewakili serikat buruh Aice, menyatakan bahwa sejak tahun 2019 hingga saat ini
sudah terdapat 15 kasus keguguran dan enam kasus bayi yang dilahirkan dalam kondisi tak
bernyawa dialami oleh buruh perempuan Aice.

Belum lagi kasus dari Dini Yulianti yang juga merupakan buruh permpuan pada AICE
yang mengalami keguguran karena saat usia kandungannya berjalan lima bulan. Saat itu, Dini
dipacu bekerja pada bagian produksi. Mulai dari sakit pinggang, hingga Dini harus dilarikan ke
IGD Rumah Sakit Kartika Husada, Setu, Kabupaten Bekasi.
Dini menganggap kegugurannya dikarenakan pihak AICE yang tidak mengijinkan adanya non
shift. Banyaknya buruh perempuan yang bekerja shift malam sampai begadang. Padahal, hasil
konsultasinya bersama dokter kandungan, Dini diminta untuk tidak melulu
bergadang.Perusahaan tidak memikirkan kondisi perempuan yang hamil memiliki resiko tingkat
kelemahan yang lebih cepat dan tubuhnya yang rentan.

Para pengamat buruh mengaggap adanya praktik penindasan hak buruh perempuan
merupakan akibat dari pelanggengan budaya patriarki di sektor ketenagakerjaan di Indonesia.
Buruh perempuan dipaksa mengangkat beban hamper 10 kg dengan mengangkat beban 10 rol
gulungan plastik, buruh yang hamil tetap ditempatkan dibagian produksi yang menggunakan
bahan kimia berbahaya sehingga mengganggu kesehatan ibu hamil

Pihak AICE bersikeras telah memberikan hak-hak buruh perempuan dan kesetaraan
gender di lingkungan pekerjaan , terutama pihak AICE mengklaim sangat memperhatikan
buruhnya yang sedang hamil dengan memberikan susu tiap harinya dan pemberian cuti. Hal
tersebut dirasa hanya janji manis AICE yang diberikan untuk menarik banyaknya buruh dan
perempuan yang mau bekerja memproduksi manisnya ice cream produknya.

Namun banyak buruh perempuan yang menolak klaim tersebut, para buruh menyatakan
sulitnya pengajuan cuti karena kalau terjadi apa-apa sampai orangtua atau bayi meninggal itu
tidak boleh nuntut ke perusahaan. Itu perjanjian di atas materai sebelum diberikan surat cuti oleh
perusahaan, lalu tidak adanya jaminan kesehatan.

Perkembangan perindustrian di Indonesia tidak lepas dari peran para buruh perempuan,
tetapi pihak petinggi industri kurang mengedepankan kepentingan hak-hak dan kewajiban yang
dimiliki oleh buruh perempuan tersebut. Selain itu buruh perempuan juga dianggap memiliki
banyak resiko dibandingkan buruh laki-laki, seperti resiko kehamilan, resiko kekerasan verbal,
resiko kekerasan seksual dan sebagainya.Kasus seperti ini harusnya menjadi perhatian besar
bahwa adanya perampasan atas hak perempuan di dunia pekerja Indonesia, perempuan memiliki
beberapa kondisi yang membuat kondisinya tidak sekuat hari lainnya, mulai dari haid, hamil dll.
Pihak perusahaan harus memiliki kesehatan para pekerja perempuan tersebut apalagi yang
sedang hamil karena tubuhnya lebih rentan dan tidak kuat secara fisik.
Kasus tersebut menunjukkan adanya ketidaksetaraan gender yang disebabkan oleh faktor-
faktor tertentu yang menyangkut persepsi masyarakat mengenai seorang perempuan. Perempuan
dianggap lebih lemah dari laki-laki yang menjadikan alasan perusahaan mempekerjakan
perempuan hanya sebagai pelengkap kaum laki-laki, sehingga perempuan dilakukan secara
semena-mena.

Kasus ketidaksetaraan gender yang terjadi pada buruh perempuan di perusahaan Aice ini,
menunjukkan bahwa perusahaan telah lalai dalam mematuhi peraturan-peraturan terkait hak asasi
manusia dan ketenagakerjaan perempuan. Banyaknya hak-hak perempuan seperti cuti hamil dan
cuti haid yang tidak diberikan oleh buruh perempuannya.

Pihak AICE menganggap perbuatan yang semena-mena terhadap perempuan akan


diterima perempuan tanpa adanya perlawanan . Bahkan diskriminasi terlihat jelas dengan
dipekerjakaannya buruh perempuan yang sedang hamil untuk bekerja lembur bahkan tanpa
dibayar uang lembur.

Perlu adanya tindakan protektif dilakukan untuk melindungi pekerja perempuan yang
dianggap rentan serta perempuan yang sedang hamil dan menyusui dengan memperketat
peraturan atau kebijakan. Sedangkan tindakan afirmatif merupakan tindakan khusus yang
dirancang untuk mengatasi dampak diskriminasi.

Anda mungkin juga menyukai