Anda di halaman 1dari 1

Bidan Paska BPJS, Masih Penting dan Perlu Difasilitasi

Bidan terus ditantang untuk menekan angka kematian ibu (AKI) melahirkan yang hingga kini
masih tinggi. Peran ini juga dipacu oleh masih besarnya angka persalinan yang ditangani bidan.

"Berdasarkan hasil statistik Riset Kesehatan Dasar (Riskesdaa) 2012, tercatat proses persalinan
yang ditangani tenaga bidan mencapai 75%, meningkat menjadi 76,6% pada 2013 dan 54,4%-
nya dilakukan praktek bidan mandiri," kata Emi Nurjasmi, Ketua Umum Ikatan Bidan Indonesia
(IBI), belum lama ini.

Emi mengakui, implementasi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan pada 1
Januari 2014 akan memacu menurunnya akses masyarakat terhadap pelayanan bidan mandiri.

"Sehingga diharapkan bidan mencari peluang. Pemerintah juga kami harapkan memberi
kesempatan bagi para bidan mandiri melayani peserta BPJS Kesehatan," katanya.

Salah satu peran yang bisa dijalai para bidan adalah berpartisipasi mengatasi permasalahan ibu
dan anak. "Kami sedang mengadvokasi, IBI duduk bersama Kementrian Kesehatan dan sejumlah
pihak terkait lainnya di tingkat nasional," kata Emi.

Emi mengingatkan, ibu yang sudah masuk dalam program Jaminan Persalinan (Jampersal) bisa
dilayani BJPS Kesehatan.

Dukungan pada peran bidan itu salah satunya datang dari Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau,
Zainal Arifin. "IBI memiliki peran besar dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
sehingga kami siap memfasilitasi dengan mencari formulasi bagi bidan praktek mandiri. Saat
membantu persalinan ibu melahirkan, bidan praktek mandiri dapat mengklaim pelayanannya
secara paket pada BPJS Kesehatan dan tidak melalui sistim kapitasi," kata Zainal yang
menargetkan pada 1 Januari 2018 seluruh penduduk Riau sudah masuk BPJS Kesehatan.

Fasilitas pada IBI ini, kata Zainal, mendesak karena tingginya AKI di
Riau yang mencapai 23 per seribu kelahiran, kendati masih di bawah
Sumatera Utara, Jambi dan Bangka Belitung.

Anda mungkin juga menyukai