Anda di halaman 1dari 2

Bidan Bingung Sistem Pembiayaan BPJS Kesehatan

Baru dua ribuan dari 14 ribuan bidan yang terjaring.


ADY
Dibaca: 2965 Tanggapan: 0

BPJS Kesehatan. Foto: RZK

BERITA TERKAIT

 Cegah Korupsi, Dana Kapitasi BPJS Perlu Dibenahi


 Capai Target, BPJS Kesehatan Diberi 'Nilai Hijau'
 Pemerintah Dinilai Tak Serius Implementasikan UU SJSN
 Masa Aktivasi Kartu BPJS Diperpanjang 1 Bulan
 Pengaturan Dokter Layanan Primer Dinilai Belum Jelas


Aduh! Bagaimana rasanya membayangkan semua warga negara ikut BPJS Kesehatan jika
petugas kesehatan saja tak terjaring dengan baik. Bahkan tak terlalu paham bagaimana
mekanismenya pembiayaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, terutama
pada masa-masa awal implementasi program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) itu.
 
Setidaknya, begitulah yang diungkapkan Emi Nurjasmi. Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI) ini
mengatakan kebingungan bidan terjadi karena sistem pembiayaan yang berubah dari program
sebelumnya yakni Jampersal/Jamkesmas.
 
Saat Jampersal, semua orang yang hamil dan ingin melahirkan bisa mendapat pembiayaan
pemerintah yang dikucurkan lewat Jamkesmas sehingga bidan praktik bisa mudah bekerjasama
dengan pemerintah. Alhasil, warga juga terlayani dengan baik.
 
Saat beralih ke BPJS Kesehatan, jeas Emi, terjadi perubahan sistem pembiayaan. Untuk bermitra
dengan BPJS Kesehatan, bidan harus berjejaring terlebih dulu dengan fasilitas kesehatan tingkat
pertama (FKTP) yang sudah bermitra dengan BPJS Kesehatan. Bidan yang berpraktik mandiri
saat ini belum bisa bekerjasama langsung dengan BPJS Kesehatan.

Akibatnya, dikatakan Emi, hanya ada 2 ribu bidan yang berjejaring dengan BPJS Kesehatan.
Padahal jumlah bidan praktik di seluruh Indonesia ada 47 ribu orang. Apalagi, peran bidan
sangat besar karena 80 persen persalinan di Indonesia ditangani bidan. Sayangnya, potensi itu
belum maksimal dimanfaatkan program JKN. Emi berharap ke depan BPJS Kesehatan bisa
bekerjasama langsung dengan bidan untuk mengoptimalkan pelayanan kepada peserta.

Emi mengusulkan Perpres No. 111 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan direvisi agar BPJS
Kesehatan bisa memperluas jaringannya dengan bidan praktik. “Karena memang sebelumnya
kami sangat mudah berjejaring dengan Jampersal/Jamkesmas,” katanya dalam acara MoU BPJS
Kesehatan dan IBI di Jakarta, Kamis (19/3) lalu.

Emi juga ada peningkatan tarif untuk biaya persalinan karena tarif saat ini belum memadai.
Misalnya, tarif persalinan pervaginam normal hanya Rp600 ribu. Besaran itupun sudah termasuk
makan tiga kali sehari. “Kami minta agar kelayakan tarif dipertimbangkan,” usulnya.
 
Direktur Utama BPJS Kesehatan, Fachmi Idris, mengakui apa yang dikeluhkan IBI sudah
dibahas panjang sebelum JKN bergulir 1 Januari 2014. Ia menjanjikan sistem JKN akan terus
diperbaiki agar sesuai dengan perkembangan, termasuk rencana kenaikan iuran BPJS Kesehatan.
“Kalau iuran naik maka tarif juga ikut naik,” ujarnya.

Fachmi menjelaskan tahun ini target BPJS Kesehatan mendorong pelayanan persalinan
dilakukan di FKTP. Saat ini 37 persen persalinan normal peserta masih ada yang dilayani di RS.
Untuk itu sebagaimana pembahasan dalam revisi Perpres 111 Tahun 2013, besaran tarif akan
dievaluasi. Presiden Joko Widodo juga mengisyaratkan agar besaran iuran ditingkatkan sehingga
tidak mengurangi pelayanan terhadap peserta.

Anda mungkin juga menyukai