PENDAHULUAN
1 Universitas Sriwijaya
2
industri tekstil dan industri kertas yang dapat meningkatkan nilai ekonomi dari
limbah daun nanas (Zawawi et al, 2013). Hasil penelitian dari Pusat penelitian dan
pengembangan Peternakan (2009) menyebutkan bahwa limbah nanas sangat
disukai oleh ternak sapi perah, sapi potong, kambing dan domba dengan
menggunakan tambahan ransum dapat mencapai 75%, sedangkan pada ternak
unggas mencapai 20%. Beberapa penelitian pernah dilakukan untuk melihat
kualitas serat nanas sebagai komposisi utama dalam pembuatan kertas seperti
Yusof et al. (2012) melakukan penelitian untuk melihat pengaruh komposisi serat
daun nanas dan kertas koran daur ulang terhadap karakteristik mekanis kertas
sedangkan Nayan et al. (2013) melakukan penelitian untuk mengamati bagaimana
pengaruh konsentrasi pelarut terhadap karakteristik kertas yang dihasilkan dari
serat daun nanas.
Serat alam merupakan serat yang dihasilkan oleh hewan, tumbuhan dan
proses geologis (Boeman dan Johnson, 2002). Menurut Adhi Kusumawati (2009)
Serat alam merupakan alternatif filler komposit untuk berbagai komposit polimer
karena keunggulannya dibandingkan serat sintetis. Serat alam diambil dari serat
tumbuhan. Selulosa, hemiselulosa dan lignin bersinergi membentuk serat
tumbuhan harus dipisahkan satu sama lainnya yang dijadikan sebagai inti
komposit berasal dari alam.
Salah satu jenis serat alam yang bisa dimanfaatkan namun masih belum
dikembangkan secara optimal adalah serat daun nanas. Letak serat daun yang
berada di antara permukaan daun yang tipis dan jaringan hemiselulosa dan lignin
menjadikan serat nanas sedikit sulit untuk diambil. Penggunaan serat alam
menjadi alternative pemilihan bahan dan semakin diminati. Selain harganya yang
murah, serat alam juga mudah didapat, mudah diproses, ramah lingkungan dan
dapat diuraikan secara biologi.
Natasha (2012) membagi metode pemisahan serat atau selulosa dengan
hemiselulosa dan lignin menjadi beberapa metode yaitu biologi, fisika dan
mekanik serta metode yang mengkombinasikan ketiganya. Pengambilan serat
secara biologi memanfaatkan jamur miselium dalam teknologi bioproses untuk
mereduksi selulosa. Pemisahan serat secara fisika telah dilakukan dengan
menggunakan variabel perbedaan suhu untuk perebuasan daun pinus sekrup
Universitas Sriwijaya
3
(Abral et al, 2011). Sedangkan pemisahan serat secara mekanik dilakukan dengan
proses manual seperti metode penghancuran pada pemisahan serat enceng gondok
yang menggunakan sikat baja pada pengambilan serat sagu, metode tarik searah
pada pengambilan serat sabut kelapa, dan metode pengirisan pada pengambilan
serat sabut kelapa (Elfendri, 2015).
Hidayat Pratikno (2008) menyebutkan bahwa teknologi mekanik yang
dipakai dalam pengambilan serat daun nanas disebut mesin decorticator.
Pemisahan serat secara mekanik ini memanfaatkan tegangan geser. Kinerja serat
bervariasi dengan bagian dari tanaman yang digunakan untuk ekstraksi serat,
seperti batang kulit, daun, biji-bijian dari tanaman dalam bentuk bundel yang juga
disebut dengan bundel serat, serta faktor-faktor lain yang berkaitan dengan proses
ekstraksi serat yang meliputi umur tanaman dan proses ekstraksi serat (Rowell et
al, 2000). Serat strip bundel diekstrak dari batang dan daun dalam hal ini teknik
decorticator dianjurkan. Mesin decorticator memiliki silinder dengan bilah pisau
yang halus dipermukaannya dan diputar menggunakan motor listrik. Daun nanas
dimasukkan diantara dua silinder yang saling berputar, tekanan yang kuat
menyebabkan daun nanas terkelupas (crushing) sehingga kulit daun dan zat
perekat terpisah dari seratnya. Daun yang telah diserut ditarik kembali dan
bergantian dengan daun yang belum diserut.
Kelayakan adalah penelitian yang dilakukan secara mendalam untuk
menentukan apakah usaha yang dijalankan akan memberikan manfaat yang lebih
besar dibandingkan dengan biaya yang akan dikeluarkan (Kasmir dan Jakfar,
2008). Tahun 1999 Kadariah et al menuliskan bahwa analisis kelayakan finansial
merupakan suatu analisis terhadap suatu proyek dimana proyek dilihat dari sudut
bahan-bahan atau orang-orang yang menanamkan modalnya dalam suatu proyek,
seperti rancang bangun mesin penyerut daun nanas ini yang menyangkut
perbandingan antara pengeluaran uang dengan keuntungan pendapatan (revenue
earning) proyek.
Husnan Suswarsono (2000) berpendapat bahwa analisis finansial
merupakan suatu analisis yang membandingkan antara biaya dan manfaat untuk
menentukan suatu usaha dapat menguntungkan atau tidak selama masa bisnis.
Analisis finansial merupakan bagian dari perencanaan usaha. Perencanaan usaha
Universitas Sriwijaya
4
1.2. Tujuan
Universitas Sriwijaya
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Universitas Sriwijaya
6
banyak unsur besar dan kecil juga menjadi sumber senyawa bioaktif, khususnya
enzim proteolitik. Nanas sangat kaya sumber bromelain dan sumber lainnya yang
hadir dalam bagian yang berbeda dan terus meningkatkan produksinya (Ketnawa
et al, 2010). Selain itu pemanfaatan bromelain juga telah dikembangkan kebidang
komersial yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti industri
makanan, kosmetik, dan suplemen makanan (Asim et al, 2015).
Universitas Sriwijaya
7
didapat bahwa Serat (fiber) adalah suatu jenis bahan berupa potongan-potongan
komponen yang membentuk jaringan memanjang yang utuh. Contoh serat yang
paling sering dijumpai adalah serat pada kain. Manusia menggunakan serat dalam
banyak hal antara lain untuk membuat tali, kain, atau kertas. Serat dapat
digolongkan menjadi dua yaitu serat alami dan serat sintetis (serat buatan
manusia). Serat alami dari tumbuhan sangat mudah ditemukan. Serat alami dari
tumbuhan memiliki kepadatan dan sifat yang ramah lingkungan. Selain serat
tanaman juga terdapat serat hewan sebagai bahan utama yang banyak diproduksi
untuk wol, sutra, bulu, serat burung, dan rambut hewan lainnya. Serat buah
diambil dari buah-buahan seperti seperti serat kelapa (coir). Serat tangkai
dikumpulkan dari sekam dan jerami tanaman seperti gandum, beras, barley, dan
sebagainya. Kayu dari pohon juga dapat dimanfaatkan sebagai serat (fibre). Serat
alam telah digunakan dari sejak dahulu dibanyak negara berkembang sebagai
bahan baku semen (Asim et al, 2015).
Serat alami meliputi hasil produksi dari hewan, tumbuhan dan proses
geologis yang dapat mengalami pelapukan. Serat sintetis adalah serat buatan
manusia pada umumnya berasal dari bahan petrokimia, namun ada juga serat
sintetis yang dibuat dari bahan alami seperti rayon. Namun walaupun demikian,
serat alami memiliki berbagai kelebihan khususnya dalam hal kenyamanan.
Sekitar 30 juta ton serat alami diproduksi setiap tahun dan digunakan sebagai
komponen dari banyak proses manufaktur seperti pakaian, kemasan, pembuatan
kertas, mobil, bahan bangunan, serta peralatan olahraga (Jawaid et al, 2011).
Kekuatan spesifik serat alami mendukung didalam meningkatkan kekuatan fisik
dan mekanik matriks polimer tanpa menggunakan pengolahan tambahan. Sifat
fisik mekanis dari serat alami bergantung pada adhesi serat-matriks, fraksi volume
serat, rasio aspek, orientasi, dan efesiensi transfer tegangan pada tiap permukaan
(Asim et al, 2015).
Universitas Sriwijaya
8
Universitas Sriwijaya
9
Universitas Sriwijaya
10
penarikan (crushing, beating, and pulling action). Selama perputaran kulit daun
dan zat-zat perekat (gummy subtance) yang melekat pada serat akan terkelupas
dan terpisah dengan seratnya. Saat proses dekortikasi telah berjalan setengahnya,
dengan pelan daun nanas yang sudah selesai ditarik kembali dan dengan cara yang
sama bagian ujung daun yang belum terdekortikasi disuapkan kembali kesilinder
dan pasangan rol penyuap. Kualitas serat yang dihasilkan dan keberhasilan
dipengaruhi oleh kecepatan perputaran silinder, jarak setting antara rol dan blades,
bentuk jarum atau plat. Daun nanas yang akan didekortikasi sebaiknya dalam
kondisi segar dan basah (wet condition) untuk memudahkan pemisahan zat-zat
yang ada disekitar serat serta menghindari kerusakan serat. Selanjutnya daun-daun
yang telah mengalami proses dekortikasi dikeringkan yaitu dengan menjemurnya
dibawah sinar matahari atau juga bisa menggunakan cara-cara yang lain.
Universitas Sriwijaya
11
Universitas Sriwijaya
12
1. Keunggulan
a) Memperhitungkan nilai uang yang terdapat fungsi waktu (time value of
money)
b) Sebagai tolak ukur yang digunakan dalam pengambilan keputusan apabila
tingkat bunga modal atau tingkat bunga yang diisyaratkan (required rate
of return) telah diketahui.
2. Kelemahan
a) Berdasarkan asumsi dalam perhitungan IRR, hasil dari kas bersih pada
setiap tahun diinvestasikan kembali dengan tingkat bunga yang sama
dengan IRR sedangkan pada kenyataannya tidaklah benar karena tingkat
bunga selalu berubah atau tidak tetap setiap tahunnya.
b) Perhitungan IRR cukup rumit karena dilakukan dengan metode trial and
error atau dengan cara coba-coba. Namun jika perhitungan dilakukan
dengan menggunakan computer maka perhitungan tersebut akan lebih
mudah.
Universitas Sriwijaya
13
keuntungan yang diperoleh proyek tersebut. Metode Payback period (Pp) ini
merupakan teknik penilaian terhadap suatu usaha (Sukma et al, 2014).
Universitas Sriwijaya
14
e. Beban gedung
Biaya sewa bangunan dikeluarkan untuk menyewa bangunan yang
digunakan untuk kegiatan suatu usaha. Besarnya biaya tergantung pada luas
bangunan dan letak bangunan tersebut (Kadariah, 2001). Adanya gedung atau
garasi menyebabkan biaya perbaikan menjadi lebih kecil dibandingkan tidak
adanya gedung atau garasi untuk mesin atau alat pertanian.
b. Biaya perawatan
Biaya perawatan diperuntukan agar bisa memberikan kondisi kerja yang baik
bagi mesin dan peralatan meliputi biaya minyak pelumas, gilter, gemuk dan lain
sebagainya. Minyak pelumas terdiri dari oli mesin, oli transmisi, oli final drive,
serta oli hidrolik.
Universitas Sriwijaya
15
c. Biaya operator
Biaya operator termasuk biaya tak tetap karena biaya operator perjam
tergantung pada keadaan lokal. Besar biaya operator per jam dapat diambil dari
gaji operator bulanan atau jumlah pertahun dibagi dengan total per jam.
Universitas Sriwijaya
16
Universitas Sriwijaya
17
BAB 3
PELAKSANAAN PENELITIAN
Universitas Sriwijaya
18
3.3.1.1. Kapasitas
Kapasitas dari alat penyerut daun nanas dibagi menjadi dua yaitu kapasitas
teoritis dan kapasitas efektif.
a) Kapasitas Teoritis
Menurut Lubis et al (1987) kapasitas teoritis adalah daya tampung
maksimum dari suatu alat dengan faktor-faktor maksimum yang berpengaruh
terhadap alat. Kapasitas teoritis alat penyerut serat daun nanas dapat diperoleh
dengan menggunakan persamaan :
KT = ρ x V ..................................................................................................(3.1)
Keterangan :
KT = Kapasitas Teoritis (Kg)
ρ = Massa Jenis (Kg/m3)
V = Volume tempat penampungan (m3).
b) Kapasitas Efektif
Kapasitas efektif adalah daya tampung alat setelah dicoba dilapangan.
Data yang didapat merupakan hasil pengujian alat penyerut daun nanas
dilapangan (Lubis et al, 1987). Kapasitas efektif dapat ditentukan dengan
persamaan berikut :
m
KE = ……………………………………………………………………(3.2)
t
Keterangan :
KE = Kapasitas efektif (Kg/jam)
m = berat bahan (Kg)
t = waktu yang digunakan (jam)
Universitas Sriwijaya
19
c) Efesiensi Alat
efesiensi alat dapat ditentukan dengan membandingkan antara kapasitas
efektif alat setelah diuji cobakan dilapangan dengan kapasitas teoritis dan hasilnya
dinyatakan dalam persen. Efesiensi alat dapat ditentukan dengan persamaan 3.
KE
EA =
KT
x 100% .....................................................................................(3.3)
Keterangan :
EA = Efesiensi Alat (%)
KE = Kapasitas Efektif (Kg)
KT = Kapasitas Toritis (Kg).
b. Utilitas
Data yang dianalisis yaitu kebutuhan listrik yang dibutuhkan termasuk
biaya-biaya yang berhubungan dengan kebutuhan utilitas serta bahan bakar untuk
keperluan transportasi. Kebutuhan listrik dihitung dari jumlah daya yang
digunakan oleh peralatan dan mesin selama proses.
d. Pemilihan Lokasi
Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan lokasi adalah
sebagai berikut :
- Jarak antar lokasi dengan bahan baku dan bahan tambahan
- Jarak lokasi dengan pasar mudah dijangkau
- Kemudahan dalam akses dan sarana transportasi
Universitas Sriwijaya
20
e. Kapasitas Produksi
Kapasitas produksi ditentukan berdasarkan perhitungan permintaan
potensial serat daun nanas di pasaran. Metode yang digunakan untuk menghitung
permintaan adalah metode konsumsi perkapita dan metode indeks bulanan.
Universitas Sriwijaya
21
Fp ............................................................................(3.7)
Keterangan :
F = Biaya bahan bakar (Rp)
Universitas Sriwijaya
22
Untuk menjaga agar mesin dapat terus berkerja secara efektif maka
diperlukan perwatan secara berkala. .Biaya perawatan menurut Rika (2017) dapat
dihitung dengan pendekatan berikut :
m
M =
100
.P .............................................................................................(3.8)
Keterangan :
M = Biaya perawatan (Rp)
m = Nilai perawatan dan perbaikan yang besarnya 5%
Menurut Rika (2017) Biaya pelumas secara sistematis dapat dihitung
dengan pendekatan berikut :
¿
O = 0,40< hp .100 jam ¿Pm . Op ....................................................................
(3.9)
Keterangan :
O = Biaya pelumas
Op = Harga oli atau pelumas
Pm = Daya mesin (horse power)
Universitas Sriwijaya
23
Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun nanas. Harga
bahan baku ditentukan berdasarkan harga ditingkat agen daun nanas.
Universitas Sriwijaya
24
Universitas Sriwijaya
25
Keterangan :
Bt = Manfaat (benefit) pada tahun ke-i
Ct = Biaya (cost) pada tahun ke-i
n = Umur proyek (8 tahun)
t = tahun 1,2,3 dst
i = Discount rate (10,75%)
PVb = Nilai benefit yang telah di-discount
PVc = Nilai cost yang telah di-discount
Indikator kelayakan Net Benefit Cost Rasio (Net B/C) yaitu jika (Net B/C)
lebih dari 1 maka proyek layak dilaksanakan jika (Net B/C) kurang dari 1 maka
proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan.
( ) ........................................................................(3.16)
n
Bt−Ct
∑ (1+i)t
t =1
Gross B/C =
∑ ( Bt−Ct
(1+i) )
n
t
t =1
Keterangan :
Universitas Sriwijaya
26
Indikator kelayakan Payback periode (Pp) yaitu :jika Pp lebih pendek dari
umur ekonomis usaha, maka proyek tersebut layak untuk dijalankan. Jika Pp lebih
lama dari umur ekonomis usaha maka proyek tersebut tidak layak untuk
dilaksanakan
Universitas Sriwijaya
27
Xi− Xo
X 100 %
Laju kepekaan =
Yi−Yo
x 100 %
...................................................(3.19)
Y
Keterangan :
Xi = Gross B/C/ Net B/C/ NPV IRR/PP setelah perubahan
Xo = Gross B/C/ Net B/C/ NPV IRR/PP sebelum perubahan
X = rata-rata perubahan Gross B/C/ Net B/C/ NPV IRR/PP
Yi = biaya produksi /harga jual setelah perubahan
Yo = biaya produksi/harga jual sebelum perubahan
Y = rata-rata perubahan biaya produksi/harga jual
Kriteria atau indikator laju kepekaan jika laju kepekaan lebih dari satu,
maka usaha sensitif terhadap perubahan. Jika laju kepekaan kurang dari satu,
maka usaha tidak sensitif terhadap perubahan.
Universitas Sriwijaya
28
3.5. Asumsi
Asumsi-asumsi yang disajikan didapat dari survei atau wawancara
langsung dilapangan dengan para teknisi dan pemodifikasi mesin penyerut daun
nanas. Berdasarkan survey serta wawancara tersebut diperoleh asumsi sebagai
berikut :
Tingkat suku bunga yang digunakan merupakan tingkat suku bunga deposito
dalam jangka waktu satu tahun pada bank pemerintahan.
Biaya penyusutan alat yang digunakan yaitu metode garis lurus (MGL).
Mesin yang digunakan adalah mesin penyerut daun nanas.
Universitas Sriwijaya
29
Tarif listrik untuk periode November 2018 yaitu 900 VA non subsidi adalah
Rp1.352 per kWh
Biaya operasional untuk 1 operator Rp. 50.000,00 per hari
BAB 4
SISTEMATIKA PENULISAN
SUMMARY
RINGKASAN
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
PERNYATAAN
RIWAYAT HIDUP
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
BAB 1. PENDAHULUAN
Universitas Sriwijaya
30
4.1. Hasil
4.2. Pembahasan
5.1.Kesimpulan
5.2.Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Universitas Sriwijaya
31
DAFTAR PUSTAKA
A. Rahman. 2011. Study on Modified Pineapple Leaf Fiber, Journal of Textile and
Apparel, Technology and Management. Vol. 2, No. 2, pp. 1-16.
A. Schiber, F. C. Stintzing, and R. Carle. 2001. By Products of Plant Food
Processing as a Source of Functional Compounds-recent Development,
Trends in Food Science and Technology, Vol. 12, No. 11, pp. 401-413.
A. van Tran. 2006. Chemical Analysis and Pulping Study of Pineapple Crown
Leaves, Industrial Crops and Products, Vol. 24, No. 1, pp. 66-74.
Agustina. Rika. 2017. Analisis Kelayakan Finansial Mesin Pemanen Tebu Cane
Harvester. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Asanti, Henning Pury. 2011. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pengolahan
Buah. Skripsi. Jurusan Agribisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah. Jakarta.
Asim, M. Abdan, K. Jawaid, M. Nasir, M. Dashtizadeh, Z. Ishak, MR. dan
Enamul, M. 2015. Tinjauan Pada Serat Daun Nanas dan Kompositnya.
Universitas Putra Malaysia. Malaysia
B. Cherian, A. L. Leao, S. F. de Souza. 2011. Cellulose Nanocomposites with
Nanofibres Isolated from Pineapple Leaf Fibers for Medical
Applications,Carbohydrate Polymers, Vol. 86, No. 4, pp. 1790-1798.
Badan Pusat Statistik dan Kementerian Pertanian Direktorat Jenderal Holtikultura.
2015. Statistik Produksi Holtikultura Tahun 2014. Kementerian Pertanian
Direktorat Jenderal Holtikultura. Jakarta.
Universitas Sriwijaya
32
Universitas Sriwijaya
33
Lubis, R., H.A. Wibowo., Z. Akhirudin,. Hersyamsi,. dan E.A. Kuncoro. 1987.
Pengantar Mekanisasi Pertanian. UNSRI. PPalembang
M. Bengtsson, P. Gatenholm, and K. Oksman. 2005. The Effect of Crosslinking
on The Properties of Polyethylene/wood Flour Composites, "Composites
Science and Technology. Vol. 65, No. 10, pp. 1468 - 1479.
M. Jawaid and H. P. S. Abdul Khalil. 2011. Cellulosic/Synthetic Fibre Reinforced
Polymer Hybrid Composites : a Review, Carbohydrate Polymers, Vol. 86,
No. 1, pp. 1-18.
Nayan, NHM. Razak, SIAbd. Rahman, WA. and Majid, RAbd. 2013. Effect of
Maserization On The Properties of Paper Produced from Malaysian
Pineapple Leaf Fibre. IJET-IJENS. 13 : 1 - 6.
Pasaribu, Ali Musa. 2012. Perencanaan dan Evaluasi Proyek. Lily Publicsher.
Jakarta.
Py C, Lacoeuilhe JJ and Teisson, C. 1987. The Pineapple, Cultivation and Uses.
Edition G. -P. Maisonneuve. Paris.
Rowell, R. M. Han J. S., and Rowell, J. S. 2014. Characterization and Factors
Effecting Fiber Properties, in Natural Polymers and Agrofibers Based
Composites. (Editor : E. Fronlini, L. H. C. Matasso, A. L., Leao). Brazil.
RNAM. 1983. Test Codes and Procedures for Farm Machinery. UNDP. Pasay
City. Philippines.
S. Ketnawa, S. Rawdkuen, and P. Chaiwut. 2010. Two Phase Partitioning and
Collagen Hydrolysis of Bromelain from Peneapple peelNang Lae
Cultivar, Biochemical Engineering Journal, Vol. 52, No. 23, pp. 205-211.
Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian Republik Indonesia. 2015.
Outlook Komoditas Pertanian Subsektor Holtikultura Nenas.
http://epublikasi.setjen.pertanian.go.id/. [Desember 2015].
Suad, Husnan dan Suswarsono. 2000. Manajemen Keuangan Teori dan
Penerapan, Edisi Ketiga. Yogyakarta : UPP AMP YKPN.
Umar, Husein. 2005. Studi Kelayakan Bisnis, Edisi 3 Revisi. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Universitas Sriwijaya
34
Yusof, Y. Ahmad, MR. Wahab, MdS. Mustafa, MS. and Tahar, MS. 2012.
Producing Paper Using Pineapple Leaf Fibres. Advanced Material
Research. 383 - 390/www.scientific.net/ AMR.383-390.3382.
Zawawi, D. Zainuri, M. Hatta, M. Sari, A. Kassim, M. Awang, H. and Arifin,
AM. 2014. Agro Waste as Alternative Fiber. Bioresources. Vol. 9, No. 1,
spp. 872 -880.
Universitas Sriwijaya