Anda di halaman 1dari 11

MEKANISME PENULARAN PENYAKIT

Dosen Pengampu: Nikmatisni Arsad S.KM, M.Kes

Di Susun Oleh:

Putri Julistia Nakoda

811421036

Kelas B

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2023
MEKANISME PENULARAN PENYAKIT

A. Pengertian

Aspek sentral penyebaran penyakit menular dalam masyarakat adalah


mekanisme penularan atau mode of transmition yakni berbagai mekanisme
dimana unsur penyebab penyakit dapat mencapai manusia sebagai pejamu yang
potensial. Mekanisme tersebut meliputi cara unsur penyebab atau agent
meninggalkan reservoir cara penularan untuk mencapai pejamu potensial serta
cara masuknya ke pejamu potensial tersebut. Seseorang yang sehat sebagai
salah satu orang pejamu potensial dalam masyarakat mungkin akan ketularan
suatu penyakit menular tertentu sesuai dengan posisinya dalam masyarakat
serta pengaruh berbagai reservoir yang ada di sekitarnya. Kemungkinan tersebut
sangat dipengaruhi pula oleh berbagai faktor antara lain:

1. Faktor lingkungan fisik sekitarnya yang merupakan media yang ikut


mempengaruhi kualitas maupun kuantitas unsur penyebab.
2. Faktor lingkungan biologis yang menentukan jenis vektor dan reservoir
penyakit serta unsur biologis yang hidup dan berada di sekitar manusia.
3. Faktor lingkungan sosial yakni kedudukan setiap orang dalam masyarakat
termasuk kebiasaan hidup serta kegiatan sehari-hari dan lain sebagainya.

1. Cara Unsur Penyebab Keluar dari Pejamu (Reservoir)

Pada umumnya selama unsur penyebab atau mikroorganisme


penyebab masih mempunyai kesempatan untuk hidup dan berkembang biak
dalam tubuh pejamu maka ia akan tetap tinggal di tempat yang potensial
tersebut. Namun dilain pihak tiap individu pejamu memiliki usaha perlawanan
terhadap setiap unsur penyebab patogen yang mengganggu dan mencoba
merusak keadaan keseimbangan dalam tubuh pejamu. Unsur penyebab yang
akan meninggalkan pejamu dimana ia berada dan berkembang biak biasanya
keluar dengan cara sendiri yang cukup beraneka ragam sesuai dengan jenis
dan sifat masing-masing. Secara garis besarnya maka cara keluar unsur
penyebab dari tubuh pejamu dapat dibagi dalam beberapa bentuk walaupun
ada diantara unsur penyebab yang dapat menggunakan lebih dari satu cara,
antara lain:

 Melalui Conjuntive

Yang biasanya hanya dijumpai pada beberapa penyakit mata


tertentu seperti trakon dan lainnya.

 Melalui Saluran Napas (Hidung dan Tenggorokan)

Dalam bentuk droplet sewaktu reservoir atau penderita bicara,


bersin atau batuk, atau melalui udara pernapasan. Cara ini sering
dijumpai pada penyakit-penyakit TB, covid-19, difteria,iInfluenza, campak,
dan lain sebagainya.

 Melalui Pencernaan

Baik bersama luda, muntah, maupun bersama dengan tinja


umpamanya pada penyakit kolera, tifus, abdominalis, pada beberapa jenis
cacing dan lain-lain.

 Melalui Saluran Urogenitalia

Yang biasanya bersama-sama dengan urine atau zat lain yang


keluar melalui saluran tersebut umpamanya pada penyakit hepatitis.

 Melalui Luka

Pada kulit ataupun mukosa seperti pada penyakit sifilis, frambusia,


dan lainnya.

 Secara Mekanik

Seperti suntikan atau gigitan pada beberapa penyakit tertentu


antara lain malaria, filariasis, hepatitis serum, dan lain sebagainya.
Peristiwa keluarnya unsur penyebab penyakit dari pejamu tidak semudah
dan sesederhana seperti apa yang sering diperkirakan orang pada umumnya.
Sebagai contoh pada penyakit sifilis spirochaeta pada umumnya keluar
melalui alat kelamin hanya pada saat kontak langsung, kecuali bila terjadi
proses dialogis tertentu. Demikian pula unsur penyebab lainnya hanya
mampu keluar dari pejamu potensial sangat erat hubungannya dengan cara
penularan yang terjadi. Walaupun pada sejumlah penyakit menular tertentu
menggunakan cara yang sama dengan cara keluarnya dari pejamu.

2. Cara Penularan (Mode Of Transmission)

Setelah unsur penyebab telah meninggalkan reservoir maka untuk


mendapatkan potensial yang baru harus berjalan melalui suatu lingkaran
perjalanan khusus atau suatu jalur khusus yang disebut jalur penularan. Tiap
kelompok penyakit memiliki jalur penularan tersendiri dan pada garis
besarnya dapat dibagi dalam dua bagian utama yakni:

1. Penularan Langsung (Direct Transmission)

Penularan langsung yakni perpindahan sejumlah unsur penyebab


dari reservoir langsung ke pejamu potensial melalui pintu masuk atau
portal of entrance yang sesuai. Dalam pengertian penularan langsung ini
tidaklah berarti bahwa harus terjadi persentuhan antara sumber dengan
pejamu tetapi dapat saja dalam bentuk berada pada jarak yang dekat
umpamanya pada penularan dengan droplet nuclei atau juga pada
persentuhan dengan sumber penularan seperti tanah pada cacing
tambang atau pada berbagai spora dan jamur pada benda maupun pada
tumbuhan. Penyakit-penyakit yang dikategorikan dalam penularan
langsung dapat terjadi karena bersentuhan langsung dengan penderita,
sebagai reservoir manusia ataupun hewan dengan tumbuhan atau benda
lain yang mengalami kontaminasi serta melalui droplet nuclei. Adapun
penularan langsung tersebut dapat dikelompokkan menjadi:
a. Penularan Langsung dari Orang ke Oraang

Dalam kelompok ini termasuk semua penyakit yang hanya dapat


menyerang manusia dimana reservoir satu-satunya adalah manusia
semata. Kelompok terbesar dalam penularan langsung dari orang ke
orang adalah berbagai penyakit kelamin yang ditularkan secara
seksual .

Dalam kelompok ini selain penyakit kelamin tradisional seperti


sifilis, gonore, lymphogranuloma venereum, dan granuloma inguinale
dikenal pula sejumlah penyakit kelamin bentuk baru seperti chlamydia
trachomatis, trikomonas vaginalis, herper simplex tipe satu dan dua.
Disamping itu dengan semakin berkembangnya praktik seksual yang
ubnormal seperti kontak oral genilatil serta anainterkos disertai dengan
kehidupan kebebasan seksual dan kebebasan pasangan seks dalam
mendukung peningkatan penularan secara seksual dari penyakit
Hepatitis B, herpes simplex tipe dua, giardiasis, amobiasis,
salmonialasis, serta dialosis.

Adapun penyakit AIDS kemungkinan besar termasuk dalam


kategori ini dimana pada masyarakat tertentu menunjukkan bahwa
kelompok lelaki homo seks menunjukkan adanya risiko tinggi yang
khusus terhadap penyakit ini. Risiko AIDS yang tinggi pada pria homo
seks mungkin sekali karena seringnya hubungan seksual dengan
berbagai pasangaan yang berbeda-beda.

Namun demikian penyakit ini tidak terbatas hanya pada pria yang
homo seks, tetapi juga pada mereka yang hetero seks termasuk
wanita dan anak-anak. Adapun faktor risiko tambahan untuk penyakit
AIDS termasuk pemberian obat intravenous, transfusi darah, serta
berbagai faktor tambahan lainnya.

Sedang anak-anak yang terserang penyakit ini pada umumnya


dari orang tua dengan risiko yang tinggi. Sampai saat ini belum
dijumpai pengobatan yang memuaskan terhadap AIDS. Sedangkan
pencegahan hanya dengan menghindari kontak maupun menghindari
hubungan seksual yang multipatnar.

Selain itu usaha pengurangan risiko termasuk berhati-hati dalam


menggunakan obat intravenous mencegah kelompok risiko tinggi
untuk menjadi donor darah serta mendorong usaha untuk penyaringan
atau skrining yang lebih sering dan terarah untuk mendeteksi penyakit
tersebut dalam masyarakat.

b. Penularan Langsung dari Binatang ke Orang

Penyakit yang dapat menular langsung dari binatang ke orang


dalam kelompok ini dimaksudkan penyakit yang pada umumnya hanya
dijumpai pada binatang tetapi dapat menular dan menjangkit orang lain
secara langsung. Penyakit kelompok ini terutama yang termasuk
kelompok penyakit zoonosis. Cara penularan langsung dalam hal ini
dimaksudkan secara bersentuhan melalui dua cara:

 Bersentuhan langsung dengan binatang yang menderita


termasuk melalui gigitan atau bagian-bagian binatang yang mati
karena penyakit tersebut, contoh rabies brucellosis.
 Sumber penyakit dari binatang yang menderita atau membawa
kuman tetapi cara penularannya melalui benda lain ataupun alat
perantara lain yang terkontaminasi, contohnya antraks.

c. Penularan dari Tumbuhan ke Orang

Dalam kelompok ini termasuk penyakit yang disebabkan oleh


jamur yang selain penularannya dapat melalui kontak langsung
dengan tumbuhan maupun dengan tanah yang mengandung jamur.
Juga ada yang menular melalui udara juga dapat terjadi dari orang ke
orang.
d. Penularan dari Orang ke Orang Melalui Kontak Benda Lain

Penularan ini lebih bersifat kontak dengan benda yang


terkontaminasi seperti tanah maupun benda lainnya seperti penyakit
cacing tambang, cacing kremi/ tricruris dan berbagai penyakit lainnya.
Jenis penyakit lain yang penularannya melalui kontak dengan air dan
masuk melalui kulit adalah penyakit schistosomiasis yang
penularannya sangat kompleks baik sumber manusia maupun sumber
binatang dengan proses pendewasaan melalui vektor dapat pula
digolongkan dalam penularan melalui vektor.

2. Penularan Melalui Udara (Air Borne)

Penularan melalui udara dimaksudkan adalah cara penularan yang


terjadi tanpa kontak dengan penderita maupun dengan benda yang
terkontaminasi. Sebagian besar penularan melalui udara dapat pula
menular melalui kontak langsung, namun tidak jarang penyakit yang
sebagian besar penularannya adalah karena mengisap udara yang
mengandung unsur penyebab atau mikroorganisme penyebab.

Penularan penyakit melalui udara dapat terjadi dalam bentuk


droplet nuclei maupun dalam bentuk gas. Droplet nuclei yang keluar
melalui mulut atau hidung baik waktu batuk atau bersin maupun waktu
bicara atau bernfas mempunyai ukuran yang berbeda-beda. Droplet nuclei
merupakan partikel yang sangat kecil sebagai sisa droplet yang
mengering.

Pembentukannya dapat melalui berbagai cara antara lain dengan


melalui evaporasi droplet yang dibatukkan atau yang dibersikan ke udara.
Droplet nuclei juga dapat terbentuk dari airolisasi materi-materi penyebab
infeksi di dalam laboratorium. Karena ukurannya yang sangat kecil bentuk
ini dapat tetap berada di udara untuk waktu yang cukup lama dan dapat
diisap pada waktu bernapas dan masuk ke alat pernapasan.
Das adalah bentuk vertikal dengan berbaagai ukuran sebagai hasil
dari resispensi partikel yang terdapat di lantai, di tempat tidur, serta yang
tertiup angin bersama debu lantai atau tanah. Ukuran besarnya droplet
nuclei maupun das yang sangat menentukan kemungkinan terjadinya
penularan atau tidak.

Pada droplet nuclei dengan ukuran yang besar akan tersangkut


pada jalan napas dan dapat dibuang ke luar oleh mekanisme yang terjadi
dalam saluran napas. Penularan melalui udara (air bone) memegang
peranan yang cukup penting pada beberapa penyakit menular tertentu,
umpamanya batuk dari seseorang penderita penyakit TB terbuka akan
menghasilkan vormasi droplet yang dapat berpindah pada orang lain yang
rentan atau pejamu potensial dalam jarak dekat sehingga dapat bersifat
penularan kontak langsung. Namun demikian droplet tersebut mungkin
jatuh ke lantai dalam bentuk droplet nuclei dan kemudian terisap orang
lain bersama debu dan terjadi penularan. Dari kedua bentuk tersebut di
atas diperkirakan penyakit TB dapat menular dalam masyarakat.

Perbedaan antara penyebaran langsung dengan penyebaran


melalui udara sangat penting artinya dalam usaha penanggulangan
penyakit menular tertentu. Dalam hal penyakit ditularkan secara langsung
atau kontak langsung maka usaha penanggulangannya tergantung pada
ketepatan penanggulangan sumber penularan. Penanganannya harus
diarahkan pada upaya menghilangkan semua sumber penularan yang ada
umpamanya pengobatan penderita atau usaha lain mencegaah proses
penularan. Sedangkan untuk penyakit yang penularannya melalui udara
penaranan konstruksi bangunan terutama ventilasi dan pertukaran udara
sangat penting. Kedua bentuk penularan melalui udara hanya mungkin
pada unsur penyebab penyakit yang mempunyai daya tahan yang kuat
terhadap lingkungan dan kekeringan, seperti pada base TBC, virus
smallpox, streptococu hemolitikus, dan lain sebagainya. Penularan melalui
udara pada umumnya terjadi di dalam ruangan yang tertutup, seperti pada
gedung rumah sakit atau pada laboratorium.

3. Penularan Melalui Makanan/Minuman dan Benda Lain

Penularan penyakit melalui makanan /minuman dan benda lainnya


atau facial born adalah penularan kontak tidak langsung melalui benda
mati atau fomites, seperti makanan, minuman, susu, perlengkapan dapur,
perlengkapan bedah, mainan anak-anak, dan lain sebagainya. Dalam hal
ini maka penyakit-penyakit saluran pencernaan termasuk penyakit dimana
penularannya kebanyakan melalui cara ini.

Perlu diperhatikan bahwa benda-benda yang mengandung unsur


penyebab dan berfungsi sebagai penyalur dalam proses penularan ini
tidak dapa disebut terinfeksi karena tidak mengalami proses infeksi dan
hanya terkontaminasi. Pada waktu yang lalu banyak pendapat yang
menganggap bahwa benda-benda yang mengalami kontaminasi
merupakan alat penularan yang baik, tetapi khusus benda-benda yang
bersifat alat seperti pakaian, tempat tidur, alat-alat dapur, dan alat-alat
makan tidaklah besar peranannya karena banyak diantara
mikroorganisme penyebab tidak dapat bertahan lama pada keadaan
kering.

Dilain pihak semua benda-benda seperti air, makanan atau


minuman, susu, dan tumbuhan merupakan media yang cukup berperan di
dalam penularan penyakit karena berbagai mikroorganisme dapat
bertahan lama dalam media ini. Penularan penyakit melalui makanan,
minuman, serta benda-benda lainnya dapat bersumber dari manusia
tetapi dapat pula bersumber dari bintang atau sumber lain. Tetapi pada
umumnya termasuk dalam golongan penyakit menular yang masuk dalam
tubuh melalui mulut. Berdasarkan media utama penularan maka kelompok
penyakit ini dapat kita bagi dalam beberapa kelompok utama antara lain:
a. Melalui Air (Water Borne Disease)

Penyakit yang penularannya melalui air pada umumnya masuk


ke dalam tubuh melalui mulut atau oral penetration. Tetapi ada pula
diantaranya yang masuk ke dalam tubuh melalui kulit atau kontak
penetration seperti schistosomiasis yang dapat pula digolongkan
dalam penyakit kontak langsung.

Adapun penyakit yang penularannya terutama melalui air dan


masuk ke dalam tubuh melalui mulut merupakan golongan penyakit
yang cukup penting karena masih seringnya dijumpai kejadian dalam
masyarakat. Bahkaan beberapa diantaranya dapat mewabah atau
water born epidemics.

Penyakit kelompok ini masih cukup banyak memakan korban


jiwa dan harta terutama pada daerah dengan sumber air minum yang
tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan serta keadaan sanitasi
lingkungannya masih jelek. Keadaan ini lebih sering dijumpai pada
Negara-negara yang sedang berkembang sedangkan.pada Negara
maju masalah kelompok penyakit ini sudah tidak merupakan masalah
kesehatan masyarakat. Beberapa penyakit utama yang termasuk di
dalam kelompok ini antara lain kolera dan parakolera eltor, tifus
abdominalis, disentri amoeba dan basiler, infeksi hepatitis, beberapa
jenis infeksi virus lainnya, dan lain-lain.

b. Melalui Makanan (Food Borne Disease)

Sebenarnya kelompok ini tidak jauh berbeda dengan yang


pertama di atas atau melalui air, hanya ada diantaranya yang secara
langsung berada dalam zat makanan atau unsur makanan yang
dimakan. Adapun penyakit-penyakit yang berasal dari manusia dan
penularannya dapat terjadi melalui makanan antara lain:
 Organisme khusus yang meliputi tifus abdominalis
 Organisme yang masuk ke dalam makanan melalui droplet nuclei
seperti pada penyakit TB dan streptococcus
 Berbagai jenis infeksi pada kulit oleh streptococcus maupun
stapilococus yang dapat menimbulkan keracunan makanan
 Bebrapa jenis parasit seperti ascaries, amoebiasis, dan lain-lain

Selain itu, sejumlah penyakit menular tertentu yang berasal dari


binatang ke manusia dengan jalur makanan atau bahan makanan
antara lain:

 Melalui daging hewan seperti tricinosis dan taenia solium atau


daging babi, taenea saginata atau sapi, dan diphyllobothrium ikan
melalui telur pada peternakan unggas seperti salmonelosis.
 Melalui kontaminasi pada makanan dengan binatang tertentu
seperti leptospirosis atau tifus, hidatidosis anjing dan salmonelosisi
tikus dan anjing.

c. Melalui Susu (Milk Borne Disease)

Susu sebagai salah satu bahan makanan merupakan media


yang cukup baik untuk penularan penyakit tertentu karena sifat susu
itu sendiri. Susu merupakan media yang paling baik untuk
pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme penyebab. Juga
susu sering diminum dalam keadaan segar tanpa dimasak atau
dispasturisasi. Sedangkan susu yang mengalami kontaminasi oleh
bakteri tidak memperlihatkan tanda-tanda tertentu ataupun gejala yang
berbahaya. Juga mengingat bahwa susu merupakan minuman bagi
bayi dan anak usia muda yang pada umumnya memiliki tingkat
resistensi yang masih rendah. Cukup banyak jenis penyakit yang
dapat ditularkan melalui media susu.

Anda mungkin juga menyukai