Aksi brutal para suporter sepak bola yang sering terjadi akhir-
akhir ini merupakan bukti bahwa masyarakat kita sedang
‘sakit’. Masyarakat lelah dengan tuntutan kehidupan yang
keras. Sepak bola yang seharusnya menjadi ajang untuk
menumbuhkan sportivitas dan menjalin persatuan,justru
menjadi pelampiasan rasa ‘tidak puas’ rakyat terhadap
kehidupan. Imbauan pemimpin dan tindakan tegas dari
kepolisian terbukti tidak sanggup menghentikan aksi brutal
para suporter sepak bola di tanah air. Tewasnya dua suporter
bola dalam laga Piala TNI baru-baru ini makin menguatkan
dugaan bahwa masyarakat kita sedang ‘sakit’.
Di era globalisasi yang serba internet ini, banyak generasi muda
yang fasih berbahasa asing. Bahkan tidak jarang dari mereka
yang berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris atau bahasa
lain daripada bahasa negara sendiri. Ini disebabkan oleh
lamanya mereka berselancar di media sosial, sehingga media
sosial mempengaruhi pola pikir generasi abad-21. Melihat
kasus ini, banyak anak muda yang berkomunikasi
menggunakan bahasa slank atau campuran. Contohnya pada
kolom postingan dan komentar di media sosial yang berisi
caption berbahasa Inggris dan Indonesia. Hal inilah yang
membuat generasi abad-21 ini kurang dalam mencintai bangsa
dan bahasa negara sendiri. Tindakan yang melemahkan bahasa
Indonesia harus dihindarkan karena dapat membuat bahasa
Indonesia kehilangan identitasnya sebagai bahasa kebanggaan
negara. Bahasa asing dapat menghilangkan identitas bangsa
sebagai bahasa negara dan juga bahasa kesatuan republik
Indonesia sebagai alat pemersatu bangsa yang perlahan akan
dilupakan oleh masyarakat Indonesia.