Anda di halaman 1dari 42

Rencana Alokasi Ruang VIII-1

BAB 8
RENCANA ZONASI WILAYAH PESISIR &
PULAU-PULAU KECIL PROVINSI
KALIMANTAN UTARA

8.1 Tujuan, Kebijakan dan Strategi

8.1.1 Tujuan Pengelolaan WP3K

Tujuan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi Kalimantan Utara adalah:
(1) Membangun data potensi kondisi kelautan perikanan yang dinamis dan terintergrasi
serta dapat diakses publik
(2) Meningkatkan mutu SDM dan memperkuat kelembagaan pesisir dan pulau-pulau
kecildengan tujuan meningkatkan akses pendidikan dan pelatihan keterampilan kerja,
meningkatkan efektivitas dan sinergi program pemberdayaan masyarakat, memperkuat
kelembagaan dan kearifan lokal, meningkatkan kerjasama lintas agama, suku, ras,
swasta, perguruan tinggi, LSM dan antar pemerintah
(3) Menjadikan Sumberdaya WP3K sebagai pilar utama akselerasi pertumbuhan ekonomi
dengan meningkatkan stabilitas keamanan dan ketertiban di WP3K, meningkatkan
kegiatan ekonomi di desa pesisir dan pulau, meningkatkan mutu produksi dan efisiensi
usaha perikanan
(4) Membangun infrastruktur di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dengan
meningkatnya infrastruktur pendukung sektor penangkapan dan budidaya,
infrastruktur industri dan keamanan.
(5) Membangun kapasitas mitigasi dan adaptasi bencana dan pencemaran di WP3K dengan
meningkatkan pengawasan wilayah pesisir dan pulau berbasis masyarakat,
meningkatkan penegakan hukum, HAM, pengembangan tanggap darurat di WP3K, serta

DOKUMEN FINALRZWP3K PROVINSI KALIMANTAN UTARA


DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2017
Rencana Alokasi Ruang VIII-2

pengembangan teknologi perikanan ramah lingkungan. (4) Kebijakan pembangunan infrastruktur di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, meliputi:
a. Mendorong pembangunan pelabuhan perikanan dan pelabuhan rakyat di lokasi

8.1.2 Kebijakan Pengelolaan WP3K ekonomi strategis


b. Mendorong pembangunan rumah nelayan dan bedah rumah nelayan tradisional
Kebijakan pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Provinsi Kalimantan Utara,
(5) Kebijakan pembangunan kapasitas mitigasi dan adaptasi bencana dan pencemaran di
meliputi:
WP3K, meliputi:
(1) Kebijakan pembangunan data potensi kelautan kondisi kelautan perikanan yang dinamis
a. Mendorong terlaksananya rekcana kerja Pokmaswas dan KTB dalam pengawasan di
dan terintergrasiserta dapat diakses publik, meliputi:
WP3K
a. Peningkatan kapasitas sumberdaya masyarakat pesisir
b. Meningkatkan akses dan frekuensi informasi terhadap penyelenggaraan proses
b. Melakukan kerjasama dengan perguruan tinggi dan menyusun sistem
pembangunan
c. Peningkatan kapasitas DKP dalam pengetahuan informasi geospasial
c. Menyusun data base kebencana-an & daerah rawan bencana di WP3K
(2) Kebijakan peningkatan mutu SDM dan memperkuat kelembagaan pesisir dan pulau-
d. Meningkatkan kegiatan simulasi bencana kepada masyarakat yang bermukim di
pulau kecil, meliputi:
WP3K
a. Peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya melestarikan budaya, dan adat
e. Meningkatkan pelatihan/ pembinaan stakeholder penanggulangan bencana dan
istiadat masyarakat pesisir
perubahan iklim di WP3K
b. Peningkatan kualitas manajemen sekolah, termasuk sarana dan prasrana
f. Meningkatkan pelatihan/ pembinaan stakeholder penanggulangan bencana dan
(3) Kebijakan menjadikan sumberdaya WP3K sebagai pilar utama akselerasi pertumbuhan
perubahan iklim di WP3K
ekonomi, meliputi:
g. Penangulangan pencemaran di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
a. Menjalin sinergi program dgn swasta, BUMN & lembaga terkait lain untuk pengadaan
h. Merehabilitasi degradasi habitat wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
alat tangkap nelayan
i. Penanggulangan konflik pemanfaatan ruang antar pengguna ruang perairan pesisir
b. Mendorong peningkatan budidaya lobster
dan pulau-pulau kecil
c. Meningkatkan peran pemerin-tahan desa dalam mengeloa dan mengembangkan
j. Penanggulangan terjadinya illegal fishing di wilayah perairan pesisir
potensi wisata bahari
d. Melakukan kerjasama dgn perguruan tinggi dalam mengembangkan ekonomi nelayan
di WP3K 8.1.3 Strategi Pengelolaan WP3K
e. Mendorong di bangunnya gudang penyimpanan/ penampungan rumput laut. Strategi pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau kecil Provinsi Kalimantan Utara,
f. Meningkatkan hubungan industrial antara dengan industri kecil–besar, dang meliputi:
mendorong pihak swasta untuk berinvestasi di sektor perikanan 1. Strategi bidang ekologi dan lingkungan hidup, terdiri atas:
g. Mendorong pembangunan cold storage di lokasi ekonomi strategis a. Mengembangkan dan meningkatkan program pelestarian ekosistem berbasis
h. Melakukan kerjasama dengan lembaga terkait [PT, KKP, Lapan, BPPT] untuk masyarakat
mengembangkan system informasi fishing ground b. Meningkatkan peran serta masyarakat lokal dalam pengawasan dan pengelolaan
i. Pengadaan teknologi tepat guna di bidang perikanan tangkap lingkungan hidup di WP3K

DOKUMEN FINALRZWP3K PROVINSI KALIMANTAN UTARA


DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2017
Rencana Alokasi Ruang VIII-3

c. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan RKL-RPL dan AMDAL di setiap unit k. Merehabilitasi kawasan permukiman pesisir sesuai dengan standar permukiman
industri di WP3K yang sehat dan layak sesuai dengan kearifan lokal
d. Menyiapkan produk hukum dalam pembentukan dan pengembangan kawasan
konservasi 8.2 Rencana Alokasi Ruang
e. Melaksanakan pengelolaan dan pemanfaatan kawasan konservasi secara
Alokasi ruang rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Provinsi Kalimantan
proporsional
Utara terdiri dari alokasi ruang untuk Kawasan Pemanfaatan Umum, Kawasan Konservasi,
f. Mengkaji dan melakukan pemetaan potensi daerah rawan abrasi dan sedimentasi
dan Kawasan Strategis Nasional Tertentu. Luas total wilayah perencanaan RZWP3K Provinsi
g. Penanaman/penghijauan dan pengelolaan di hulu dan sepanjang DAS
Kalimantan Utara adalah sekitar 835.295,64 ha.
h. Terbangunnya sistem mitigasi bencana di WP3K
i. Peningkatan pemahaman masyarakat terhadap resiko dan sistem mitigasi bencana
8.2.1 Kawasan Pemanfaatan Umum (KPU)
j. Membangun sistem mitigasi bencana di kawasan pesisir sesuai dengan kebutuhan
Luas wilayah alokasi ruang RZWP3K Provinsi Kalimantan Utara untuk Kawasan Pemanfaatan
k. Mengendalikan kegiatan pelabuhan khusus yang berpotensi merusak lingkungan
Umum (KPU) adalah sekitar 665.082,59 ha.Rencana alokasi ruang Kawasan Pemanfaatan
l. Penerapan sistem pendekatan pengelolaan sumber daya alam berbasis masyarakat
Umum (KPU) tersebut terdiri dari zona pariwisata, zona permukiman, zona pelabuhan, zona
lokal
hutan mangrove, zona pertambangan, zona perikanan tangkap, zona perikanan budidaya,
2. Strategi bidang ekonomi dan sosial budaya, terdiri atas:
zona energi, dan zona pemanfaatan air laut selain energi.Kode dan luas masing-masing zona
a. Mengembangkan program pemeliharaan dan perawatan sarana dan prasarana sosial,
KPU tersebut disajikan secara lebih lengkap pada Tabel 8.1.
ekonomi dan hankam yang dibangun
Tabel 8.1 Tabel Zona Alokasi Ruang KPU, Kode Zona dan Luas RZWP3K Provinsi Kalimantan
b. Memperbaiki sarana dan prasarana perekonomian di WP3K
Utara
c. Memberikan pembinaan, bimbingan serta kemudahan mengakses permodalan UKM No Zona KPU Kode Zona Luas (ha)
1 Pariwisata KPU-W 4971,51
d. Pengembangan sarana dan prasarana wisata 2 Permukiman KPU-PRMK 106,46
e. Membangun sistem promosi pariwisata yang melibatkan pemerintah dan pemangku 3 Pelabuhan KPU-PL 36.049,28
4 Hutan Mangrove KPU-HM 49,29
kepentingan 5 Pertambangan KPU-PRT 8.909,70
6 Perikanan Tangkap KPU-PT 506.093,84
f. Meningkatkan kemampuan armada penangkapan ikan melalui peningkatan 7 Perikanan Budidaya KPU-PB 108.877,41
ketrampilan dan manajemen usaha 8 Energi KPU-ENG 13,61
9 Pemanfaatan Air Laut selain energi KPU-PAL 11,49
g. Membangun dan mengembangkan sarana dan prasarana transportasi di laut sesuai Total 665.082,59
Sumber: Hasil Analisis Spasial, 2017
dengan kebutuhan
h. Mengembangkan integrasi antar moda transportasi darat, laut, dan udara di WP3K
A. Zona Pariwisata (KPU-W)
i. Mengembangkan kemitraan dengan investordan masyarakat dalam mengelola
lingkungan di pulau-pulau kecil dan pulau terluar Rencana alokasi ruang kawasan pemanfaatan umum pariwisata di Provinsi Kalimantan Utara

j. Menumbuhkan aktifitas ekonomi yang berbasis sumber daya lokal di pulau-pulau adalah seluas 4971,51 ha. Alokasi ruang pariwisata diperuntukkan untuk wisata alam

kecil dan pulau terluar pantai/pesisir dan pulau-pulau kecil (KPU-W-P3K) dan wisata olahraga air (KPU-W-OR).

DOKUMEN FINALRZWP3K PROVINSI KALIMANTAN UTARA


DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2017
Rencana Alokasi Ruang VIII-4

Alokasi ruang untuk wisata alam pantai/pesisir dan pulau-pulau kecil (KPU-W-P3K) terdiri
dari 7 (enam) subzona yang berada di wilayah perairan Desa Tanah Kuning, Kecamatan
Tanjung Palas Timur Kabupaten Bulungan seluas 767,91 ha, di Bunyu Selatan Pulau Bunyu
seluas 14,44 ha, Pantai Limbung Pulau Bunyu seluas 105,09 ha, perairan Desa Mangkupadi
Kecamatan Tanjung Palas Timur Kabupaten Bulungan seluas 1950,57 ha, di perairan
Perairan Pantai Amal Tarakan seluas 278,31 ha dan di Pulau Burung seluas 138,33 ha.
Alokasi ruang Wisata olahraga air (KPU-W-OR) berada di perairan Desa Mangkupadi
Gambar 8.1 Pantai Amal (Tarakan)
Kecamatan Tanjung Palas Timur Kabupaten Bulungan seluas 1.716,85 ha.Untuk lebih
jelasnya lokasi dan luas alokasi ruang zona pariwisata disajikan pada Tabel 8.2, sedangkan Panorama pantai yang potensial untuk dikembangkan adalah pantai Tanah Kuning.Pantai ini
koordinat lokasi secara lengkap disajikan pada Lampiran 9. memiliki pasir putih serta vegetasi pantai yang beragam.Jejeran ombak yang pecah ke pantai
Tabel 8.2 Alokasi Ruang KPU Zona Pariwisata Wilayah Perencanaan RZWP3K Provinsi juga merupakan daya tarik untuk dinikmati.Sayangnya fasilitas pendukung belum banyak
Kalimantan Utara
dikembangkan di daerah ini.
Sub Zona / Kode Sub Zona Lokasi Luas (Ha)
Wisata Alam Pantai/Pesisir dan Pulau Pulau Kecil
KPU-W-P3K-01 Perairan Desa Tanah Kuning Kec.T.Palas Timur 767,91
KPU-W-P3K-02 Perairan Desa Mangkupadi Kec.T.Palas Timur 1161,59
KPU-W-P3K-03 Perairan Desa Mangkupadi Kec.T.Palas Timur 788,98
KPU-W-P3K-04 Perairan Pantai Amal 278,31
KPU-W-P3K-05 Pantai Limbung Pulau Bunyu 105,09
KPU-W-P3K-06 Bunyu Selatan Pulau Bunyu 14,44
KPU-W-P3K-07 Pulau Burung 138,33
Wisata Olahraga Air
KPU-W-OR-01 Perairan Desa Mangkupadi Kec.T.Palas Timur 1716,85
Total 4971,51
Gambar 8.2 Pantai Tanah Kuning

Jetski merupakan olah raga yang saat ini banyak diminati oleh kaum muda. Pantai Desa
Mangkupadi, Kecamatan Tanjung Palas Timur, Kabupaten Bulungan merupakan salah satu
Beberapa potensi pesisir bahari yang dapat dieksploitasi menjadi kawasan wisata dijumpai
lokasi yang cocok untuk dijadikan lokasi olahraga ini. Alokasi ruang untuk wisata olah raga
di Kota Tarakan diantaranya Pantai Amal Lama, terletak di Kelurahan Kampung Empat
air di Provinsi Kalimantan Utara terdapat di Kabupaten Bulungan di sekitar perairan Desa
sebelah timur.Mempunyai potensi laut dan pesisir yang menarik dengan beberapa fasilitas
Mangkupadi Kecamatan Tanjung Palas Timur seluas 1718,88 ha dan hanya terdiri dari satu
yang sudah tersedia, serta Pantai Amal Baru, terletak di Kelurahan Kampung Enam sebelah
subzonaKoordinat alokasi ruang wisata olahraga air (KPU-W-OR) di Provinsi Kalimantan
timur (Wiharyanto, 2007).
Utara.

DOKUMEN FINALRZWP3K PROVINSI KALIMANTAN UTARA


DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2017
Rencana Alokasi Ruang VIII-5

Gambar 8.3 Peta Rencana Alokasi Ruang WP3K Provinsi Kalimantan Utara

DOKUMEN FINALRZWP3K PROVINSI KALIMANTAN UTARA


DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2017
Rencana Alokasi Ruang VIII-6

Gambar 8.4 Peta Rencana Alokasi Ruang Kawasan Pemanfaatan Umum , Provinsi Kalimantan Utara

DOKUMEN FINALRZWP3K PROVINSI KALIMANTAN UTARA


DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2017
Rencana Alokasi Ruang VIII-7

Gambar 8.5 Peta Rencana Alokasi Ruang Kawasan Pemanfaatan Umum Zona Pariwisata, Provinsi Kalimantan Utara

DOKUMEN FINALRZWP3K PROVINSI KALIMANTAN UTARA


DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2017
Rencana Alokasi Ruang VIII-8

B. Zona Permukiman (KPU-PRMK-PN) (DLKr)adalah 36.041,24 ha, dengan luas DLKp dan DLkr (KPU-PL-DLK-01) di Tarakan

Alokasi Ruang untuk zona permukiman dalam wilayah perencanaan RZWP3K Provinsi adalah29.674,75 ha dan di Nunukan (KPU-PL-DLK-02) seluas 6.366,49 ha. Sedangkan Alokasi

Kalimantan Utara merupakan alokasi ruang untuk permukiman nelayan (PRMK-PN) yang ruang Wilayah Kerja Operasional Pelabuhan Perikanan (WKOPP) di Tarakan (KPU-PL-WKO-

hanya terdiri dari 1 zona dan 14 sub zona.Luas total alokasi ruang untuk permukiman 01) adalah 5,19 ha, di Nunukan(KPU-PL-WKO-02) sekitar 1,38 ha dan di Pulau Bunyu sekitar

nelayan yang masuk dalam wilayah perencanaan RZWP3K Provinsi Kalimantan Utara adalah 1,47 dengan total keseluruhan sekitar 8,04 ha. Untuk lebih jelasnya, pembagian DLKr dan

sekitar 106,46 ha yang terdiri di 9 lokasi yakni Juata Tarakan (14,33 ha), Karang DLKp, dan WKOPP di wilayah perencanaan RZWP3K disajikan pada Tabel 8.4, sementara

Harapan(9,19 ha), Liagu Bulungan (2,24 ha), Lingkas Ujung Tarakan (8,76 ha), koordinat lokasinya secara lengkap disajikan pada Lampiran 9.

Mamburungan Timur (23,42 ha), Perairan Nunukan (23,88 ha), Perairan Tarakan (0,81 ha) Tabel 8.4 Luas Alokasi Ruang KPU Pelabuhan di wilayah Perencanaan RZWP3K Provinsi
dan Selumit (5,54 ha). Kode subzona, lokasi dan luasan alokasi ruang permukiman nelayan di Kalimantan Utara
Sub Zona / Kode Sub Zona Lokasi Luas (ha)
wilayah perencanaan RZWP3K Provinsi Kalimantan Utara disajikan pada Tabel 8.3,
Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp)dan Daerah Lingkungan Kerja (DLKr)
sementara koordinat lokasinya secara lengkap disajikan pada Lampiran 9. KPU-PL-DLK-01 Tarakan 29.674,75
KPU-PL-DLK-02 Nunukan 6.366,49
Wilayah Kerja Operasional Pelabuhan Perikanan (WKOPP)
Tabel 8.3 Alokasi Ruang KPU Hutan mangrove di wilayah Perencanaan RZWP3K Provinsi
Kalimantan Utara KPU-PL-WKO-01 Tarakan 5,19
KPU-PL-WKO-02 Nunukan 1,38
Kode Sub Zona Lokasi Luas (ha)
KPU-PL-WKO-03 Pulau Bunyu Bulungan 1,47
KPU-PRMK-PN-01 Karang Harapan 8,28
Total 36.049,28
KPU-PRMK-PN-02 Karang Harapan 0,90
KPU-PRMK-PN-03 Selumit 5,54
KPU-PRMK-PN-04 Lingkas Ujung Tarakan 4,24
Prasarana perikanan tangkap yang memiliki peran besar untuk keberlangsungan kegiatan
KPU-PRMK-PN-05 Lingkas Ujung Tarakan 1,50
KPU-PRMK-PN-06 Lingkas Ujung Tarakan 3,02 penangkapan selain armada adalah pelabuhan perikanan.Keberadaan pelabuhan perikanan
KPU-PRMK-PN-07 Mamburungan Timur 3,49
ini memiliki pengaruh yang sangat besar bagi perekonomian masyarakat di sekitar
KPU-PRMK-PN-08 Mamburungan Timur 16,60
KPU-PRMK-PN-09 Mamburungan Timur 3,32 pelabuhan, beberapa kegiatan perekonomian yang banyak terdapat di sekitar maupun di
KPU-PRMK-PN-10 Perairan Tarakan 0,81 pelabuhan diantaranya bongkar muat kebutuhan kapal, penjualan ikan, penjualan sarana
KPU-PRMK-PN-11 Perairan Nunukan 23,88
KPU-PRMK-PN-12 Sungai Bolong 18,28
melaut, dan penjualan komponen pendukung kegiatan perikanan.
KPU-PRMK-PN-13 Juata Tarakan 14,33
KPU-PRMK-PN-14 Liagu Bulungan 2,24 Pelabuhan perikanan di Indonesia dikelompokkan menjadi 4 macam.Pengelompokkan
Total 106,46 pelabuhan ini didasarkan atas beberapa kriteria yaitu ukuran kapal (GT), armada
penangkapan, daerah penangkapan ikan, panjang darmaga, kedalaman kolam pelabuhan,
C. ZonaPelabuhan (KPU-PL)
keberadaan kawasan industri, daya tampung kolam pelabuhan dan daerah tujuan pemasaran
Alokasi ruang zona pelabuhan Provinsi Kalimantan Utara terdiri dari 2 zona yaitu Daerah hasil perikanan. Pembagian pelabuhan tersebut adalah Pelabuhan Perikanan Samudera
Lingkungan Kepentingan (DLKp) dan Daerah Lingkungan Kerja (DLKr), dan Wilayah Kerja (PPS), Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN), Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) dan
Operasional Pelabuhan Perikanan (WKOPP) dengan luas total sekitar 36.049,28 ha. Alokasi Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) (Departemen Kelautan dan Perikanan 2006).
ruang untuk Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) danDaerah Lingkungan Kerja
Persyaratan teknis pembagian pelabuhan perikanan secara rinci adalah sebagai berikut:

DOKUMEN FINALRZWP3K PROVINSI KALIMANTAN UTARA


DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2017
Rencana Alokasi Ruang VIII-9

1. Pelabuhan Perikanan Samudera atau PPS, memiliki persyaratan teknis sebagai berikut:
melayani kapal ikan > 60 GT, daerah penangkapannya di laut teritorial, ZEE Indonesia dan
laut lepas, panjang dermaga minimal 300 m dengan kedalaman kolam minimal minus 3 m,
memiliki daya tampung minimal 100 buah kapal atau 6000 GT sekaligus,
hasiltangkapannya untuk ekspor, memiliki kawasan industri.
2. Pelabuhan Perikanan Nusantara atau PPN, dicirikan dengan melayani kapal ikan 15-60 GT,
daerah penangkapannya di laut teritorial dan ZEE Indonesia, panjang dermaga minimal
150 m dengan kedalaman kolam minimal minus 3 m, memiliki daya tampung minimal 75
buah kapal atau 2250 GT sekaligus, memiliki kawasan industri.
3. Pelabuhan Perikanan Pantai atau PPP, dicirikan dengan melayani kapal ikan 5-15 GT,
daerah penangkapannya di perairan pedalaman, perairan kepulauan dan laut teritorial,
panjang dermaga minimal 100 m dengan kedalaman kolam minimal minus 2 m, memiliki
daya tampung minimal 30 buah kapal atau 300 GT sekaligus.
4. Pangkalan Pendaratan Ikan atau PPI, dicirikan dengan melayani kapal ikan < 5 GT, daerah
penangkapannya di di perairan pedalaman dan perairan kepulauan, panjang dermaga
minimal 50 m dengan kedalaman kolam minimal 2 m, memiliki daya tampung minimal 20
buah kapal atau 60 GT sekaligus.

D. Zona Hutan Mangrove (KPU-HM)

Alokasi ruang untuk zona hutan Mangrove yang masuk dalam wilayah perencanaan RZWP3K
Provinsi Kalimantan Utara hanya terdiri dari satu zona (KPU-HM-PT )dan satu subzona
(KPU-HM-PT-01) dengan luasan sekitar 49,29 ha. Kawasan Hutan Mangrove ini terdapat di
perairan Pulau Bunyu.Dari segi jenis pemanfaatannya, hutan mangrove yang masuk dalam
alokasi ruang ini termasuk dalam kategori hutan mangrove Pemanfaatan terbatas.Koordinat
lokasi zona hutan mangrove secara lengkap disajikan pada Lampiran 9.

DOKUMEN FINALRZWP3K PROVINSI KALIMANTAN UTARA


DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2017
Rencana Alokasi Ruang VIII-10

Gambar 8.6 Peta Rencana Alokasi Ruang Kawasan Pemanfaatan Umum Zona Pelabuhan, Provinsi Kalimantan Utara

DOKUMEN FINALRZWP3K PROVINSI KALIMANTAN UTARA


DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2017
Rencana Alokasi Ruang VIII-11

Gambar 8.7 Peta Rencana Alokasi Ruang Kawasan Pemanfaatan Umum Zona Permukiman Nelayan, Provinsi Kalimantan Utara

DOKUMEN FINALRZWP3K PROVINSI KALIMANTAN UTARA


DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2017
Rencana Alokasi Ruang VIII-12

Gambar 8.8 Peta Rencana Alokasi Ruang Kawasan Pemanfaatan Umum Zona Hutan Mangrove, Provinsi Kalimantan Utara

DOKUMEN FINALRZWP3K PROVINSI KALIMANTAN UTARA


DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2017
Rencana Alokasi Ruang VIII-13

E. Zona Pertambangan (KPU-PRT-PL)


Tabel 8.6 Lokasi, Luas dan Kode Zona/Sub-Zona KPU Perikanan Tangkap
Alokasi Ruang untuk KPU pertambangan umum di wilayah perencanaan RZWP3K Provinsi
Sub Zona / Kode Sub Zona Lokasi Luasan (ha)
Kalimantan Utara terdiri dari 3 (tiga zona) yakni zona alokasi ruang untuk pertambangan gas Demersal
bumi, pertambangan minyak bumi dan pertambangan pasir laut. KPU-PT-D-01 Tg. Bakis Nunukan 3.193,61
KPU-PT-D-02 P. Tinabasan Nunukan 1.202,83
Luas total alokasi ruang untuk Zona Pertambangan (KPU-TB) adalah 8.909,70 ha, terdiri dari KPU-PT-D-03 Sei Sebuku Nunukan 3.757,42
KPU-PT-D-04 Sungai Itai Nunukan 3.785,28
pertambangan gas bumi (KPU-TB-GB-01) seluas 960,91 ha di perairan Pulau KPU-PT-D-05 Sei Tanjung Keramat 2.593,23
Bunyu,pertambangan gas bumi (KPU-TB-GB-02) seluas 2.224,68 ha di perairan Pulau Bunyu, KPU-PT-D-06 Sei Merungan 815,03
KPU-PT-D-07 Sungai Sesayap Tana Tidung 37.234,56
pertambangan minyak bumi (KPU-TB-MB-01) seluas 960,87 ha di sekitar perairan Pulau
KPU-PT-D-08 Sungai Bebatu 4.910,09
Bunyu, dan pertambangan pasir laut (KPU-TB-PS-01) sekitar 2.010,77 hadi perairan P. KPU-PT-D-09 Sungai Liagu dan P.Payau 3.692,73
KPU-PT-D-10 Sekatak 2.519,84
Perumpung LumotKabupaten Nunukan dan pertambangan pasir laut (KPU-TB-PS-02) di
KPU-PT-D-11 Muara Sekatak 2.287,64
perairan Bulunganseluas 2.752,47 ha. KPU-PT-D-12 Sungai Ancam 551,42
KPU-PT-D-13 Perairan Sungai Bulungan 22.017,76
Kode sub zona, lokasi dan luas alokasi ruang untuk zona pertambangan secara lebih lengkap Pelagis
disajikan pada Tabel 8.5, sementara koordinat lokasinya secara lengkap disajikan pada KPU-PT-P-01 Perairan Kalimantan Utara 242.313,11
KPU-PT-P-02 Perairan Pantai Amal Kalimantan Utara 981,74
Lampiran 9. Pelagis Demersal
Tabel 8.5 Lokasi, Luas dan Kode Zona/Sub-Zona KPU Pertambangan KPU-PT-PD-01 Muara Sebuku 6.506,22
Sub Zona / Kode Sub Zona Lokasi Luas (ha) KPU-PT-PD-02 Perairan Nunukan 6.604,48
Gas Bumi KPU-PT-PD-03 Perairan Sembakung 26.963,07
KPU-TB-GB-01 Perairan Bunyu 960,91 KPU-PT-PD-04 Perairan Tana Lia Kab. Tana Tidung 25.427,65
KPU-TB-GB-02 Perairan Bunyu 2.224,68 KPU-PT-PD-05 Perairan antara Tarakan dan Bunyu 41.904,13
Minyak Bumi KPU-PT-PD-06 Ma Mengkudu 97,32
KPU-PRT-MB-01 Perairan Bunyu 960,87 KPU-PT-PD-07 Ma Mengkudu 59,64
Pasir Laut KPU-PT-PD-08 Perairan Bulungan 66.104,92
KPU-TB-PS-01 Perairan P. Perumpung Lumot Nunukan 2.010,77 KPU-PT-PD-09 Peraiaran Bulungan 358,05
KPU-TB-PS-02 Perairan Bulungan 2.752,47 KPU-PT-PD-10 Liang Bunyu Sebatik 104,89
Total 8.909,70 KPU-PT-PD-11 P. Tinabasan Nunukan 107,18
Total 506.093,84

F. Perikanan Tangkap (KPU-PT)


Alokasi ruang untuk zona perikanan tangkap terdiridari tiga zona yaitu pelagis (KPU-PT-P), 1. Demersal (KPU-PT-D)

demersal (KPU-PT-D) dan demersal pelagis (KPU-PT-PD) dengan luas total alokasi ruang Ikan demersal adalah jenis ikan yang habitatnya (hidup dan makan) berada di bagian dasar

sekitar506.093,84 ha.Kode sub zona, lokasi dan luas alokasi ruang untuk zona perikanan perairan, dan lingkungan hidupnya umumnya lumpur, pasir dan bebatuan atau karang. Alat

tangkap secara lebih lengkap disajikan pada Tabel 8.6, sementara koordinat lokasinya secara tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan demersal adalah trawl dasar atau pukat hela

lengkap disajikan pada Lampiran 9. (bottom trawl), jaring insang dasar (bottom gillnet), rawai dasar (bottom long line),
perangkap seperti bubu dan lain lain. Contoh Ikan demersal adalah: kakap
merah/bambangan (Lutjanus spp), peperek (Leiognatus spp), tiga waja (Epinephelus spp),

DOKUMEN FINALRZWP3K PROVINSI KALIMANTAN UTARA


DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2017
Rencana Alokasi Ruang VIII-14

bawal (Pampus spp) dan lain-lain. Beberapa karakteristik ekologi ikan dasar yaitu sebagai  Rajungan : kepiting rajungan mempunyai habitat utama yaitu pasir berlumpur dan
berikut: 1. Mempunyai kemampuan adaptasi dengan kedalaman perairan 2. Aktifitasnya banyak dijumpai di sekitar Tarakan, Pulau Bunyu dan Nunukan. Kepiting rajungan ini
relatif terbatas dan mempunyai daerah kisaran ruaya yang lebih sempit jika dibandingkan ditangkap tertutama dengan bubu lipat dan gill net (jaring insang).
dengan ikan pelagis 3.Umumnya bersifat soliter, tidak bergerombol 4.Habitat utamanya  Udang dan lobster : spasies ini mempunyai habitat utama pada substrat pasir
berada di dekat dasar laut meskipun berbagai jenis diantaranya berada di lapisan perairan berlumpur. Khusus untuk lobster, substrat pasir kasar pecahan karang juga merupakan
yang lebih atas. 5. Kecepatan pertumbuhannya rendah. habitatnya. Udang di perairan Kalimantan Utara berada pada area Tarakan, Tanjung
selor dan Tanah kuning. Sedangkan lobster daerah potensialnya lebih banyak
Alokasi ruang untuk KPU perikanan tangkap ikan demersal (KPU-PT-D) di wilayah
ditemukan di wilayah Tanah kuning. Alat tangkap untuk menangkap spesies tersebut
perencanaan RZWP3K Provinsi Kalimantan Utara adalah sekitar 88.561,45 ha tersebar di
adalah pukat tarik/pukat hela dan perangkap.
wilayah perairan Kalimantan Utara yang terbagi atas 13subzona KPU-PT-D-01 hingga KPU-
 Ikan gulama : ikan yg hidup bergerombol, zona potensialnya terdapat di sepanjang kota
PT-D-13. Tersebar di wilayah perairan Tanjung Bakis Kabupaten Nunukan(3.193,61 ha), P.
Tarakan. Ikan ini tertangkap dengan alat kelong, gillnet, pancing dan alat perangkap
Tinabasan Kabupaten Nunukan (1.202,83 ha), Sei Sebuku Kabupaten Nunukan (3.757,42 ha,
lainnya. Tipe substrat ikan ini adalah lumpur.
Sungai Itai Kabupaten Nunukan (3.785,28 ha), Sei Tanjung Keramat Kabupaten Nunukan
 Bawal putih : zona potensial penangkapan ikan ini umumnya di perairan Tarakan,
(2.593,23 ha), Sei Merungan (815,03 ha), Sei. Sesayap Kabupaten Tana Tidung (37.234,56
Nunukan, dan Tanah Kuning pada kedalaman 20-70 meter, dan hidup bergerombol.
ha), Sungai Bebatu (4.910,09 ha), sungai Liagu dan P. Payau (3.692,73 ha), Sekatak (2.519,84
Alat tangkap yang digunakan adalah sero, jaring insang tetap, dan jaring insang hanyut.
ha), Muara Sekatak (2.287,64 ha), Sungai Ancam (551,42 ha) dan perairan sungai Bulungan
Tipe substrat ikan ini yaitu pada area estuary dan berlumpur.
(22.017,76 ha).
 Bawal hitam sama seperti bawal putih, hidup di perairan Tarakan, Nunukan dan
Potensi sumberdaya ikan demersal di Perairan Kalimantan Utara dan sekitranya yang Bulungan pada kedalaman 20-70 m, hidup bergerombol. Alat tangkap yang diigunakan
termasuk WPP 761 diperkirakan sebesar 24,700 ton /tahun (Kepmen KP, 2011). Sementara untuk menangkap yaitu sero, pancing, jaring insang tetap, jaring hanyut. Tipe substrat
potensi udang penaeid, ikan karang konsumsi, lobster dan cumi-cumi masing-masing sebesar habitatnya adalah berlumpur.
11,000 ton/tahun, 6,500 ton/tahun, 200 ton/tahun dan 200 ton/tahun.  Ikan sebelah : ikan ini hidup soliter, daerah potensial penyebarannya pada daerah
Salah satu potensi sumberdaya ikan yang dominan di Kalimantan Utara yaitu ikan demersal. pantai berpasir sampai berlumpur sepanjang pantai Tarakan, jenis ikan ini tertangkap
Ikan ini sebar di hamper seluruh perairan pantai Kalimantan Utara. Di Perairan Kalimantan dengan alat tangkap pukat/jaring gondrong, pukat tarik/hela, jermal dan sero.
Utara, beberapa species ikan demersal yang dominan tertangkap antara lain:  Alu-alu, hidup di perairan pesisir pantai tarakan sampai ke atas pantai, jenis ini sangat

 Ikan nomei : ikan yang banyak tertangkap di perairan Sebatik, Nunukan, Pulau Bunyu soliter. Dan terkadang sering berada di permukaan perairan atau kadang di dasar

dan Tarakan. Ikan ini ditangkap biasanya dengan pukat hela. Tipe substrat dasar perairan yang berpasir. Ikan ini sering tertangkap dengan jarring insang dasar, rawai,

habitatnya antara pasir halus (liat) dan lumpur. dan pancing.

 Ikan kakap : ikan kakap merah lebih dominan tertangkap di sekitar Tarakan dan Pulau  Kerapu lumpur : berada disisi sepanjang pantai yang berlumpur dan pada muara

Bunyu. Ikan ini ditangkap dengan alat perangkap dan pancing. Habitat utama ikan sungai. Alat tangkap yang efektif untuk menangkap ikan ini adalah jaring insang dasar,

kakap merah adalah pasir, pasir kasar dekat perairan karang. rawai dan pancing. Daerah potensial penyebarannya umumnya di Perairan Tarakan
dan Tanjung Selor.

DOKUMEN FINALRZWP3K PROVINSI KALIMANTAN UTARA


DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2017
Rencana Alokasi Ruang VIII-15

 Sembilang penebarannya pada daerah lumpur dan pada muara sungai. Habitat ikan ini sumberdaya ikan ekonomis penting tersebut diperkiran mencapai musim puncak pada bulan
terutama di temukan di perairan Tarakan. Alat tangkap yang digunakan yaitu jaring Juni.Tetapi musim penangkapannya mulai bulan April hingga Juni dan November-Desember.
insang dasar, rawai, dan pancing.
Untuk spesies ikan tenggiri dan tongkol, daerah potensial penangkapannya juga menyebar
dari perairan Pulau Sebatik hingga Pulau Tarakan. Lokasi daerah potensialnya lebih banyak
terfokus pada bagian terluar Pulau Tarakan (10-30 mil). Musim penangkapan ikan tersebut
2. Pelagis (KPU-PT-P)
umumnya didapatkan pada bulan April hingga Oktober.Namum musim puncak terlihat pada
Ikan pelagis adalah ikan yang hidup di permukaan laut sampai kolom perairan kuartal III (Agustus-Oktober).Ikan pelagis besar umumnya ditangkap dengan alat tangkap
laut.Umumnya ikan ini menempati kedalaman pada zona neritik (0-200 m) terutama ikan purse seine atau pukat cincin dan pancing.Hanya beberapa yang tertangkap dengan alat
pelagis kecil.Ikan pelagis juga sebagian berada di zona batial (lebih 200 m) seperti ikan tuna tangkap jarring dan bagan perahu.
dan cakalang.Ikan pelagis biasanya membentuk gerombolan (schooling) dan melakukan
Ikan pelagis kecil di perairan Kalimantan Utara distribusi spasialnya lebih luas karena dapat
migrasi/ruaya sesuai dengan daerah migrasinya.Bentuk dari ikan pelagis umumnya bagian
memasuki wilayah peraiaran relatif mendekati pantai.Daerah distribusinya mulai perairan
punggungnya berwarna kehitam-hitaman, atau kebiruan bagian tengah keperakan dan
Sebatik hingga tanah kuning. Spesies yang banyak tertangkap antara ikan teri, kembung,
bagian bawah atau perut keputih-putihan.
selar dan layang. Namun ikan layang tertangkap relatif jauh dari pantai karena faktor
Di perairan Kalimantan Utara ikan pelagis kecil yang umumnya tertangkap seperti ikan salinitas yang jadi pembatas.Alat tangkap utama adalah purse seine, bagan dan jaring insang.
layang, kembung, selar dan sarden.Tetapi di perairan ini ikan pelagis besar mempunyai
Luas alokasi ruang untuk KPU perikanan tangkap ikan pelagis (KPU-PT-P) di wilayah
potensi yang besar dan prospek yang tinggi untuk dieksplorasi dan eksploitasi antara ikan
perencanaan RZWP3K Provinsi Kalimantan Utara adalah sekitar 243.294,85 ha.Terdiri atas 2
cakalang, ikan tuna, ikan tongkol dan ikan tenggiri.Wilayah Perairan Kalimantan Utara
subzona, KPU-PT-P-01 hingga KPU-PT-P-02. Tersebar di sekitar perairan Kalimantan Utara
termasuk dalam Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPP RI) 716.Potensi
(242.313,11 ha) dan di sekitar perairan Pantai Amal Tarakan (981,74 ha).
sumberdaya ikan pelagis di perairan ini dan wilayah sekitarnya yang terdiri dari ikan pelagis
besar diperkirakan 70,100.ton per tahun dan ikan pelagis kecil sekitar 230,900 ton per tahun
3. Pelagis dan Demersal (KPU-PT-PD)
(Kepmen KP, 2011). Secara khusus di Perairan Kalimantan Utara, analisis potensi
Zona penangkapan ikan demersal dialokasikan terutama pada area yang telah
sumberdaya menunjukkan bahwa potensi ikan pelagis besar diperkirakan 21,030
ditentukan.Zona tersebut umumnya berada pada lokasi 0 hingga 4 mil laut. Wilayah
ton/tahun.Sedangkan potensi ikan pelagis kecil di perairan tersebut sekitar 69,270
penangkapan ikan pelagis diarahkan pada zona II yaitu 4 hingga 12 mil laut, kecuali untuk
ton/tahun.
daerah penangkapan bagan dan pancing diperbolehkan bersamaan dengan (beririsan)
Secara spasial, distribusi potensi sumberdaya ikan pelagis di Perairan Kalimantan Utara dengan zona demersal. Zona penangkapan ikan pelagis yang potensial juga berada di luar
menyebar sepanjang perairan terutama di sekitar Pulau Sebatik, Nunukan, Pulau Bunyu, wilayah 12 mil, sehingga dimungkinkan untuk beroperasi di wilayah tersebut sesuai dengan
Tarakan dan Tanah Kuning. Komoditi strategis seperti ikan tuna dan cakalang zona potensi habitat ikan target seperti ikan pelagis besar.
penangkapannya berada pada lokasi mulai Perairan Sebatik, Nunukan hingga lepas pantai
Luas alokasi ruang untuk KPU Perikanan Tangkap Pelagis demersal adalah sekitar
Pulai Bunyu dan Tarakan (10 hingga 30 mil dari gars pantai).Konsentrasi daerah
174.237,55 ha.Terdiri atas 11 subzona, KPU-PT-PD-01 hingga KPU-PT-PD-11. Tersebar di
penangkapannya utamanya di perairan terluar Pulau Bunyu dan Tarakan.Potensi
Muara Sebuku (6.506,22 ha), perairan Nunukan (6.604,48 ha), perairan Sembakung

DOKUMEN FINALRZWP3K PROVINSI KALIMANTAN UTARA


DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2017
Rencana Alokasi Ruang VIII-16

(26.963,07 ha), perairan Tana Lia Kabupaten Tana Tidung (25.427,65 ha), perairan antara
Tarakan dan P. Bunyu (41.904,13 ha), dua subzona di Ma Mengkudu (97,32 ha dan 59,64 ha),
dua subzona di perairan Bulungan (66.104,92 ha dan 358,05 ha), Liang Bunyu Sebatik
(104,89 ha) dan P. Tinabasan Nunukan (107,18 ha).

DOKUMEN FINALRZWP3K PROVINSI KALIMANTAN UTARA


DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2017
Rencana Alokasi Ruang VIII-17

Gambar 8.9 Peta Rencana Alokasi Ruang Kawasan Pemanfaatan Umum Zona Perikanan Tangkap, Provinsi Kalimantan Utara

DOKUMEN FINALRZWP3K PROVINSI KALIMANTAN UTARA


DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2017
Rencana Alokasi Ruang VIII-18

G. Perikanan Budidaya(KPU-PB) Sub Zona / Kode Sub Zona Lokasi Luas (ha)
Alokasi ruang untuk kawasan perikanan budidaya laut yang masuk dalam wilayah KPU-BD-BL-36 Sungai Bebatu 39,79
KPU-BD-BL-37 Sungai Bebatu 53,48
perencanaan RZWP3K Provinsi Kalimantan Utara adalah sekitar 108.877,41 ha. Luas total ini
KPU-BD-BL-38 Sungai Bebatu 116,63
terdiri dari berbagai jenis alokasi untuk budidaya laut, yakni budidaya kerang, budidaya KPU-BD-BL-39 P. Payau 65,39
tiram, budidaya rumput laut, budidaya teripang dan budidaya kerapu. Alokasi perikanan KPU-BD-BL-40 P. Payau 265,85
KPU-BD-BL-41 Sungai Liagu 199,10
budidaya tersebar hampir merata di wilayah perairan Provinsi Kalimantan Utara.Kode sub KPU-BD-BL-42 Sungai Sinarab 171,75
zona, lokasi dan luas alokasi ruang untuk zona perikanan budidaya secara lebih lengkap KPU-BD-BL-43 Sungai Sinorob 55,16
KPU-BD-BL-44 Tg. Simaya Juata Laut 3107,10
disajikan pada Tabel 8.7, sementara koordinat lokasinya secara lengkap disajikan pada
KPU-BD-BL-46 Muara Sekatak 695,91
Lampiran 9. KPU-BD-BL-48 P. Agis Muara Sekatak 55,34
KPU-BD-BL-49 Sungai Sekatak 16,76
KPU-BD-BL-50 Muara Bara 1486,73
Tabel 8.7 Kode Sub ZonaLokasi dan LuasAlokasi Ruang Zona Perikanan Budidayadi KPU-BD-BL-52 P. Cermin Kecil 23446,73
Wilayah Perencanaan RZWP3K Provinsi Kalimantan Utara KPU-BD-BL-53 P. Berai 35,93
Sub Zona / Kode Sub Zona Lokasi Luas (ha) KPU-BD-BL-54 Muara Makapan 365,14
Kerang KPU-BD-BL-55 P. Linta 121,94
KPU-BD-BL-02 Perairan Seimenggaris 989,86 KPU-BD-BL-56 Sungai Kayan Bulungan 42,33
KPU-BD-BL-17 Sambungan Tana Lia 899,19 KPU-BD-BL-58 P. Kelambu 36,90
KPU-BD-BL-47 P. Sikang Sekatak 724,22 KPU-BD-BL-59 P. Baru 56,31
KPU-BD-BL-57 Muara Klambu Tanjung Palas 90,75 KPU-BD-BL-60 Muara Selor 904,27
Kerapu KPU-BD-BL-61 Muara Selor 133,03
KPU-BD-BL-06 Perairan Kec.Nunukan Wilayah III 2260,83 KPU-BD-BL-63 Perairan Kec.T.Palas Timur 1554,01
KPU-BD-BL-10 Tana Lia 10909,11 KPU-BD-BL-64 Perairan Kec.T.Palas Timur 3837,23
KPU-BD-BL-14 Bunyu Selatan. P. Bunyu 854,09
Rumput Laut
KPU-BD-BL-15 P. Bunyu 989,60 KPU-BD-BL-01 Perairan P.Sekapal Kec. Seimenggaris Nunukan 47,07
KPU-BD-BL-16 P. Bunyu 3703,86 KPU-BD-BL-04 Perairan Kec.Nunukan Wilayah III 601,35
KPU-BD-BL-18 Muara Serban 113,41 KPU-BD-BL-05 Perairan Kec. Nunukan Kab. Nunukan 3986,93
KPU-BD-BL-19 Sungai Sesayap 557,33 KPU-BD-BL-07 Perairan P.Pukat Kec.Nunukan 2210,12
KPU-BD-BL-20 Sungai Sesayap 966,28 KPU-BD-BL-08 Tanjung Harapan Kec.Nunukan Selatan 9879,85
KPU-BD-BL-21 Mangkudullis Kecil 276,16 KPU-BD-BL-09 P.Ahus Sembakung 7630,49
KPU-BD-BL-22 Mangkudulis Kecil 453,37 KPU-BD-BL-11 P. Bunyu 4688,06
KPU-BD-BL-23 Mangkudulis Besar 238,12 KPU-BD-BL-45 Pantai Amal Tarakan 7780,30
KPU-BD-BL-24 Sungai Sesayap 1196,02
Tiram
KPU-BD-BL-25 Sungai Sesayap 272,18
KPU-BD-BL-03 P. Tinabasan Seimenggaris 172,43
KPU-BD-BL-26 Sungai Sesayap 124,10
Teripang
KPU-BD-BL-27 P. Baru 1173,70 KPU-BD-BL-12 P. Bunyu 450,73
KPU-BD-BL-28 P. Baru 289,29 KPU-BD-BL-13 P. Bunyu 448,10
KPU-BD-BL-29 P. Papa 1527,46 KPU-BD-BL-30 P. Batok Kec. Bunyu 431,47
KPU-BD-BL-31 Tg. Tibi 91,38 KPU-BD-BL-51 Muara Sebengawang Tanjung Palas Tengah 1051,25
KPU-BD-BL-32 Muara Mengkudu 99,48 KPU-BD-BL-62 Muara Selor Bulungan 3480,58
KPU-BD-BL-33 Muara Mengkudu 115,80
Total 108.989,41
KPU-BD-BL-34 Muara Mengkudu 40,38
KPU-BD-BL-35 Sungai Bebatu 199,87

DOKUMEN FINALRZWP3K PROVINSI KALIMANTAN UTARA


DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2017
Rencana Alokasi Ruang VIII-19

Gambar 8.10 Peta Rencana Alokasi Ruang Kawasan Pemanfaatan Umum Zona Perikanan Budidaya, Provinsi Kalimantan Utara

DOKUMEN FINALRZWP3K PROVINSI KALIMANTAN UTARA


DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2017
Rencana Alokasi Ruang VIII-20

H. Energi (KPU-ENG) Berdasarkan kondisi morfologi pesisir dan dasar laut dan distribusi nilai kecepatan arus dari

Pemanfaatan air laut sebagai sumber energi di Provinsi Kalimantan Utara antara lain berupa hasil pengukuran arus dan model hidrodinamikan pola arus maka ruang laut Provinsi

pemanfaatan arus (KPU-EN-AR) dan gelombang (KPU-EN-GL) dengan luas total alokasi ruang Kalimantan Utara yang potensi untuk pemanfaatan energi arus laut adalah Sekitar Tanjung

sekitar 13,61 ha. Pemanfaatan berupa arus berada di sekitar sebelah barat P. Bunyu (KPU- Karis, Perairan Juata Kota Tarakan dan Sebelah barat P. Bunyu. Lokasi lokasi tersebut selain

EN-AR-01) sekitar 2,72 ha dan di perairan Juata Kota Tarakan (KPU-EN-AR-02) sekitar 2,07 memiliki kecepatan arus yang cukup kuat baik pada saat pasang maupun surut juga karena

ha sehingga total alokasi ruang khusus untuk pemanfaatan arus sebagai sumber energi memiliki morfologi relatif landai dengan kedalaman kurang dari 20 meter, dan jarak dari

adalah 4,79 ha. Sementara untuk pemanfaatan gelombang terdapat di Tanjung Batu Tarakan, lokasi ke perumahan penduduk tidak terlalu jauh.

Kota Tarakan (KPU-EN-GL-03) seluas 1,50 ha, di Bunyu Selatan, Kecamatan Bunyu (KPU-EN- Selain arus laut, gelombang juga berpotensi menghasilkan energi listrik.Sifat kontinyuitasnya
GL-02) seluas 1,22 ha dan di Tg. Haus Nunukan, Kecamatan Tanjung Haus (KPU-EN-GL-01) yang tersedia terus setiap waktu menjadikan gelombang baik untuk dijadikan sebagai
seluas 6,10 ha, sehingga luas total alokasi ruang pemanfaatan gelombang sebagai energi pembangkit tenaga listrik Melalui pembangkit listrik ini, energi besar yang dimiliki
adalah sekitar 8,82 ha.Kode sub zona, lokasi dan luas alokasi ruang untuk zona energi secara gelombang dapat diubah menjadi tenaga listrik.Listrik dari tenaga ombak ini diharapkan
lebih lengkap disajikan pada Tabel 8.9, sementara koordinat lokasinya secara lengkap dapat menjadi solusi bagi krisis energi yang terjadi di beberapa wilayah pesisir dan pulau
disajikan pada Lampiran 9. pulau kecil Kalimantan Utara.

Tabel 8.8 Alokasi Ruang Pemanfaatan Laut sebagai Sumber Energi di Provinsi Kalimantan Berdasarkan kondisi morfologi pesisir dan dasar laut dan distribusi tinggi gelombang dari
Utara
Energi Lokasi Luas (ha) hasil model hidrodinamikan pola perambatan gelombang maka ruang laut Provinsi
Arus Kalimantan Utara yang potensi untuk pemanfaatan energi gelombang laut adalah Bunyu
KPU-EN-AR-01 Sebelah Barat P. Bunyu 2,72
Selatan, Tanjung Karang (Kecamatan Sebatik), Tanjung Aru (Kec. Sebatik Timur), Tanjung
KPU-EN-AR-02 Perairan Juata Kota Tarakan 2,07
Gelombang Haus (Pulau Ahus), dan Tanjung Batu (Tarakan Timur).
KPU-EN-GL-01 Tg. Haus Nunukan 6,10
KPU-EN-GL-02 Bunyu Selatan di Pulau Bunyu 1,22 Selain arus dan gelombang, energi pasang surut juga potensial untuk dimanfaatkan di
KPU-EN-GL-03 Tg. Batu Tarakan 1,50
perairan laut wilayah Indonesia karena cukup banyak selat sempit yang membatasinya
Total 13,61
maupun teluk yang dimiliki masing-masing pulau.Saat laut pasang dan saat laut surut aliran
airnya dapat menggerakkan turbin untuk membangkitkan listrik. Perairan laut yang
Salah satu langkah kebijakan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) dalam
potensial untuk pengembangan energi pasang surut adalah perairan yang kisaran pasang
menjawab isu nasional mengenai energi dengan diversifikasi energi adalah
surut (tidal range) nya lebih besar dari 5 m. Kisaran pasang surut wilayah perairan
penganekaragaman penyediaan dan pemanfaatan berbagai sumber energi baru, salah
Kalimantan Utara bervariasi anatara 2,67 m sampai dengan 3,50 m. Berdasarkan data pasang
satunya adalah sumber energi kelautan (DESDM, 2005).
surut tersebut, perairan laut Kalimantan Utara tidak potensial untuk pengembangan energi
Energi arus laut sebagai energi terbarukan adalah energi yang cukup potensial di wilayah pasang surut karena kisaran pasang surut nya kurang dari 5 m.
pesisir terutama pulau-pulau kecil di Provinsi Kalimantan Utara karena memiliki selat-selat
Sumber energi lain yang potensial dimanfaatkan dari perairan laut Indonesia adalah konversi
sempit diantara dua gugusan pulau, serta penduduknya mayoritas hidup dari hasil laut yang
energi panas laut atau biasa biasa dikenal OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion) karena
memerlukan energi.
perairan indonesia yang terletak di khatulistiwa. Di daerah khatulistiwa, suhu permukaan

DOKUMEN FINALRZWP3K PROVINSI KALIMANTAN UTARA


DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2017
Rencana Alokasi Ruang VIII-21

laut berkisar antara 25-30°C, sedangkan suhu di bawah laut turun 5-7°C pada kedalaman dari 10 °C.Hal ini berarti bahwa perairan Kalimantan Utara kurang potensial untuk
lebih dari 500 meter sepanjang tahunnya. pengembangan OTEC.

Konversi energi panas laut adalah sistem konversi energi yang terjadi akibat perbedaan suhu
di permukaan dan di bawah laut menjadi energi listrik.Berdasarkan peta batimetri,
kedalaman perairan Kalimantan Utara pada umumnya kurang dari 100 m sehinggah
perbedaan suhu antara permukaan dan dasar perairan tidak besar atau perbedaanya kurang

DOKUMEN FINALRZWP3K PROVINSI KALIMANTAN UTARA


DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2017
Rencana Alokasi Ruang VIII-22

Gambar 8.11 Peta Rencana Alokasi Ruang Kawasan Pemanfaatan Umum Energi Budidaya, Provinsi Kalimantan Utara

DOKUMEN FINALRZWP3K PROVINSI KALIMANTAN UTARA


DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2017
Rencana Alokasi Ruang VIII-23

I. Pemanfaatan Air Laut Selain Energi/Pemanfaatan Lainnya Sesuai Dengan temperatur, sebelum dibuang kembali ke laut, air pendingin dialirkan melalui suatu
Karakteristik Biogeofisik Lingkungannya (KPU-PAL)
kanal pendingin (cooling channel). Berdasarkan analisis morfologi pantai dan batimeteri
Alokasi ruang untuk pemanfaatan air laut selain sebagai sumber energi di wilayah perairan maka alokasi ruang untuk pemanfaatan air laut sebagai mesin pendingin PLTU
perencanaan terdiri dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan Desalinasi (proses adalah Nunukan Kecamatan Nunukan, Sungai Buaya Kabupaten Bulungan, Juata Laut Kota
pengolahan air laut menjadi air tawar) dengan luas total alokasi ruang 11,49 ha. Tarakan, dan Apung Kabupaten Bulungan.
Luas alokasi ruang untuk pemanfaatan air laut untuk PLTU (KPU-LN-PLTU) yang masuk Selain dimanfaatakan sebagai pendingin mesin PLTU, air laut juga bisa dimanfaatkan sebagai
dalam wilayah perencanaan adalah sekitar 10,27 ha dan terdiri dari 4 sub zona. Luas alokasi sumber tawar melalui proses desalinasi air laut. Pengembangan desalinisasi air laut menjadi
ruang untuk Desalinasi yang masuk dalam wilayah perencanaan adalah sekitar 1,22 ha yang air tawar dapat menyelesaikan masalah krisis air di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
terdiri dari 3 sub zona. Alokasi ruang untuk PLTU tersebar di 4 sub zona yakni KPU-LN- Kalimantan Utara. Desalinasi air laut dapat dilakukan dengan metode-metode seperti
PLTU-01 di Juata Laut Tarakan seluas 3,27 ha, KPU-LN-PLTU-02 di Perairan Nunukan seluas multistages flash (MSF) distillation, Multi effect evaporastion (MEE), dan desalinasi
3,29, KPU-LN-PLTU-03 di perairan Tanjung Selor seluas 2,43 dan KPU-LN-PLTU-04 di berbasis membran.
perairan Tanjung Selor seluas 1,28 ha. Pemanfaatan lainnya adalah pemanfaatn laut sebagai kawasan militer. Jika melihat
perkembangan pemerintahan Indonesia dengan program poros maritim, maka Indonesia
Alokasi ruang untuk Desalinasi tersebar di 3 sub zona yakni KPU-LN-DS-01 (0,43 ha) di
berupaya membangun kekuatan laut dengan jalan penguatan armada pertahanan di laut.
perairan Bunyu, KPU-LN-DS-02 (0,31 ha) di Perairan Mansapa Nunukan, dan KPU-LN-DS-03
Wilayah perairan bagian utara seperti Pulau Sebatik Kalimantan Utara merupakan wilayah
(0,49 ha) di perairan Binusan Kabupaten Nunukan.Kode sub zona, lokasi dan luas alokasi
yang potensial untuk pemenfaatan kawasan militer karena berbatasan langsung dengan
ruang untuk zona pemanfaatan air laut selain energi secara lebih lengkap disajikan pada
Malaysia sekaligus wilayah laut nya menjadi jalur utama pelayaran global. Penguatan armada
Tabel 8.9, sementara koordinat lokasinya secara lengkap disajikan pada Lampiran 9.
pertahanan laut di Pulau Sebatik dan sekitarnya perlu dilakukan karena karena perairan
Tabel 8.9 Lokasi, Kode dan Luasan Alokasi Ruang KPU Pemanfaatan air Laut selain
tersebut merupakan jalur perairan strategis dan juga untuk memantau keamanan di
Energi/Pemanfaatan Lainnya (KPU-PAL)
Zona / Kode Sub Zona Lokasi Luasan (ha perbatasan Indonesia.
Desalinasi
KPU-LN-DS-01 Perairan Bunyu 0,43
KPU-LN-DS-02 Perairan Mansapa Nunukan 0,31
KPU-LN-DS-03 Perairan Binusan Nunukan 0,49
PLTU
KPU-LN-PLTU-01 Juata Laut Tarakan 3,27
KPU-LN-PLTU-02 Perairan Nunukan 3,29
KPU-LN-PLTU-03 Perairan tanjung Selor 2,43
KPU-LN-PLTU-04 Perairan tanjung Selor 1,28
Total 11,49

Salah satu pemanfaatan air laut selain energi adalah air laut sebagai pendingin mesin
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).Pengoperasian suatu instalasi PLTU yang berbahan
bakar batubara umumnya menggunakan air laut sebagai pendingin. Air laut yang telah
digunakan sebagai pendingin ini dibuang kembali ke laut. Untuk menurunkan

DOKUMEN FINALRZWP3K PROVINSI KALIMANTAN UTARA


DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2017
Rencana Alokasi Ruang VIII-24

Gambar 8.12 Peta Rencana Alokasi Ruang Kawasan Pemanfaatan Umum Pemanfaatan Air Laut Selain Energi, Provinsi Kalimantan Utara

DOKUMEN FINALRZWP3K PROVINSI KALIMANTAN UTARA


DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2017
Rencana Alokasi Ruang VIII-25

8.2.2 Alokas Ruang Kawasan Konservasi Zona Pemanfaatan (ZP) terdiri dari 3 subzona yakni KKP-ZP-01 (4.494,02 ha) di perairan
A. Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KK-P3K) Kecamatan Tanjung Palas Timur, KKP-ZP-02 (1.071,05 ha) dan KKP-ZP-03 (447,61 ha) di
Alokasi ruang kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil (KKP3K) di Provinsi perairan Sungai Bebatu, Kecamatan Sesayap Hilir, Kabupaten Tana Tidung.
Kalimantan Utara terdapat di Kabupaten Nunukan, Kabupaten Bulungan, Kabupaten Tana
Zona Lainnya (ZL) terdiri dari 3 subzona yakni KKP-ZL-01 (3.141,24 ha) di perairan
Tidung dan juga Kota Tarakan. Luas total alokasi ruang untuk KKP3K di Provinsi Kalimantan
Kecamatan Tanjung Palas Timur,KKP-ZL-02 (721,23 ha) dan KKP-ZL-03 (233,36 ha) di
Utara adalah sekitar 817,09 ha. Keseluruhan kawasan konservasi P3K di Provinsi Kalimantan
perairan Sungai Bebatu, Kecamatan Sesayap Hilir, Kabupaten Tana Tidung.
Utara ini masuk dalam wilayah zona pemanfaatan terbatas.Kode sub zona, lokasi dan luas
alokasi ruang untuk kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil secara lebih lengkap Tabel 8.11 Alokasi Ruang Kawasan Konservasi Perairan di Wilayah Perencanaan RZWP3K
Provinsi Kalimantan Utara
disajikan pada Tabel 8.10, sementara koordinat lokasinya secara lengkap disajikan pada
Sub Zona / Kode Sub ZOna Lokasi Luas (ha)
Lampiran 9. Zona Inti
KKP-ZI-01 Perairan Kec.T.Palas Timur 8.970,47
Tabel 8.10 Alokasi Ruang KKWP3K Provinsi Kalimantan Utara (KK-P3K) KKP-ZI-02 Perairan Sungai Bebatu 775,61
Alokasi Ruang Sub Zona Lokasi Luas (ha) KKP-ZI-03 Perairan Sungai Bebatu 413,75
Zona Berkelanjutan
KKP3K-01 Binusan, Kabupaten Nunukan 84,20 KKP-ZPB-01 Perairan Kec.T.Palas Timur 7.976,24
Zona Pemanfaatan
KKP3K-02 Pulau Sinelak 526,71
Terbatas (ZPT) KKP3K-03 Pulau Sebidai 206,18 KKP-ZPB-02 Perairan Sungai Bebatu 860,92
Total 817,09 KKP-ZPB-03 Perairan Sungai Bebatu 265,29
Zona Pemanfaatan
KKP-ZP-01 Perairan Kec.T.Palas Timur 4.494,02
KKP-ZP-02 Perairan Sungai Bebatu 1.071,05
KKP-ZP-03 Perairan Sungai Bebatu 447,61
B. Kawasan Konservasi Perairan (KKP)
Zona Lainnya
Alokasi ruang untuk KKP perairan di wilayah perencanaan RZWP3K Provinsi Kalimantan KKP-ZL-01 Perairan Kec.T.Palas Timur 3.141,24
Utara adalah sekitar 29.370,80 ha. Luas total ini terdiri dari alokasi untuk zona inti, zona KKP-ZL-02 Perairan Sungai Bebatu 721,23
KKP-ZL-03 Perairan Sungai Bebatu 233,36
berkelanjutan, zona pemanfaan lainnya dan zona lainnya. Kode sub zona, lokasi dan luas Total 29.370.80
alokasi ruang untuk kawasan konservasi perairan secara lebih lengkap disajikan pada Tabel
8.12, sementara koordinat lokasinya secara lengkap disajikan pada Lampiran 9.

Zona Inti (ZI) KKP terdiri dari 3 subzona yakni KKP-ZI-01 (8.970,47 ha) di perairan Zona Inti

Kecamatan Tanjung Palas Timur, KKP-ZI-02 (775,61 ha) dan KKP-ZI-03 (413,75 ha) di Zona diperlukan untuk kepentingan perlindungan kawasan (melindungi habitat dan populasi
perairan Sungai Bebatu, Kecamatan Sesayap Hilir, Kabupaten Tana Tidung, biota laut dan pesisir).Pada zona ini tidak diperkenankan adanya pengembangan fisik kecuali
dalam rangka pengamanan kawasan.Kegiatan pada zona perlindungan laut ini sangat
Zona Berkelanjutan (ZB) terdiri dari 3 subzona yakni KKP-ZPB-01 (7.976,24 ha) di perairan
terbatas seperti untuk penelitian dan pendidikan.Pada kawasan ini dapat berupa ekosistem
Kecamatan Tanjung Palas Timur, KKP-ZPB-02 (860,92 ha) dan KKP-ZPB-03 (265,29 ha) di
terumbu karang yang merupakan daerah rehabilitasi terumbu karang dan jalur lintasan
perairan Sungai Bebatu, Kecamatan Sesayap Hilir, Kabupaten Tana Tidung.
migrasi ikan dan hewan yang dilindungi seperti penyu.

DOKUMEN FINALRZWP3K PROVINSI KALIMANTAN UTARA


DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2017
Rencana Alokasi Ruang VIII-26

Zona Pemanfaatan Terbatas

Zona ini dimaksudkan untuk mendukung aktivitas masyarakat lokal dalam rangka
memanfaatkan biota laut, khususnya aktivitas penangkapan ikan dengan pancing dan
melakukan kegiatan budidaya.Daerah ini merupakan wilayah perikanan tradisional yang
potensial yang diupayakan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat
setempat.Di kawasan ini tidak diperbolehkan melakukan upaya penangkapan komersial dan
mengoperasikan alat tangkap besar seperti purse seine dan jarring tarik.Wilayah ini juga
berfungsi sebagai penyangga kawasan konservasi.Zona diharapkan menjadi daerah
pembesaran ikan dan tempat pemijahan ikan demersal ekonomis penting.

DOKUMEN FINALRZWP3K PROVINSI KALIMANTAN UTARA


DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2017
Rencana Alokasi Ruang VIII-27

Gambar 8.13 Peta Rencana Alokasi Ruang Kawasan Konservasi, Provinsi Kalimantan Utara

DOKUMEN FINALRZWP3K PROVINSI KALIMANTAN UTARA


DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2017
Rencana Alokasi Ruang VIII-28

8.2.3 Alokasi Ruang Alur Laut Malinau, Tarakan-Nunukan-Sebatik, Tarakan-Sebatik, Tarakan Sesayap, Tarakan-Tana
Alur laut di Provinsi Kalimantan Utara diperuntukkan bagi perairan yang wilayahnya Lia-Sembakung, dan Tarakan-Tanjung Selor
merupakan jalur lalu lintas khusus untuk pelayaran, pipa dan kabel bawah laut, dan migrasi
biota laut yang perlu dilindungi.Alokasi ruang alur laut yang terdapat dalam wilayah Kriteria yang dijadikan pedoman dalam menentukan alur pelayaran adalah sebagai berikut:
perencanaan RZWP3K Provinsi Kalimantan Utara adalah sekitar 56.375,48 ha. Alokasi ruang  Pada kawasan di sekitar pantai, penentuan alur pelayaran lebih ditujukan kepada alur
ini terdiri dari alur pelayaran (54717.25 ha) dan pipa/kabel bawah laut (1658,23 ha). pelayaran dari laut ke arah pelabuhan, pada kawasan dimana terdapat pulau kecil dan
Tabel 8.12 Alokasi Ruang Alur Laut Provinsi Kalimantan Utara kawasan terumbu di laut.
Alur Pelayaran Panjang (km)
 Dimensi alur pelayaran, yaitu kedalaman dan lebar alur, tergantung dari ukuran kapal
Alur Internasional 187
Alur Khusus 430 terbesar yang dilayani, jumlah arus lalu lintas kapal yang diharapkan dan jenis alur
Alur Lokal 966 (laut dalam atau dibatasi oleh perairan dangkal). Pada umumnya alur lebarnya 1,5 - 2
Alur Nasional 296
Alur Regional 187 kali lebar kapal terbesar yang direncanakan mempergunakan alur tersebut.
Alur Migrasi 474 Kedalaman alur minimal 0,9 meter lebih dalam dari badan kapal terdalam yang
terendam pada saat air surut terendah.
 Alur pelayaran harus bebas dari kegiatan perikanan budidaya (KJA, budidaya rumput
A. Alur Pelayaran
laut) dan perikanan tangkap (penangkapan ikan dengan jaring, bagan perahu, dan lain
Total alokasi ruang kawasan pemanfaatan umum untuk alur pelayaran di Provinsi adalah
sebagainya).
sepanjang 2.066 km. Alur laut adalah koridor alur laut yang berhubungan dengan pelabuhan
yang diperuntukkan bagi lalu lintas pelayaran kapal-kapal penumpang, barang maupun kapal
B. Pipa/Kabel Bawah Laut
perikanan, industri atau dengan pemahaman sederhana bahwa koridor ini dipergunakan
Pipa/kabel bawah laut merupakan instalasi yang dapat dibangun di perairan laut dengan
untuk menunjang aktifitas pelayaran. Alokasi ruang alur pelayaran di Pronvinsi Kalimantan
beberapa persyaratan yang diantaranya adalah (a) memperhatikan persyaratan penempatan,
Utara terdiri dari:
pemendaman, dan penandaan, (b) tidak menimbulkan kerusakan terhadap bangunan atau
1) Alur pelayaran Internasional,meliputi alur pelayaran di sekitar wilayah perairan
instalasi sarana bantu navigasi pelayaran dan fasilitas telekomunikasi-pelayaran, (c) berada
Sebatik-Tawau (Malaysia), Nunukan-Tawau (Malaysia), Tarakan-Tawau (Malaysia);
di luar perairan wajib pandu, (d) memperhatikan wilayah perikanan masyarakat, (e)
2) Alur Pelayaran Nasional, meliputi alur pelayaran disekitar wilayah perairan Tarakan-
memperhatikan ruang penghidupan nelayan kecil, nelayan tradisional, dan pembudidaya
Sulawesi, Sebatik-Surabaya, dan Nunukan-Sulawesi;
ikan kecil, (f) memperhatikan ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu karang, (g)
3) Alur pelayaran Regional, meliputialur pelayaran di sekitar wilayah perairan Tarakan-
memperhatikan lokasi pemijahan ikan (spawning ground); dan pembesaran ikan (nursery
Kalimantan Timur, Tanah Kuning-Kalimantan Timur, Tanjung Selor-Surabaya, dan
ground), dan (h)memperhatikan tempat latihan militer.
Juata Laut-Tarakan-Kalimantan Timur;
4) Alur Pelayaran Khusus, meliputi alur pelayaran Tambang; Pemasangan pipa/kabel bawah laut harus diatur dengan baik agar tidak mudah rusak,
5) Alur Pelayaran Lokal, meliputi alur pelayaran Ferry antara Nunukan-Ancam, menimbulkan kerugian, dan mengganggu transportasi laut.Selain itu, pemasangan
Nunukan-Seimenggaris, dan Nunukan-Tarakan; alur pelayaran Kapal Cepat (Speed pipa/kabel bawah laut harus disesuaikan dengan wilayah penangkapan ikan serta kawasan
Boat), meliputi: alur pelayaran Nunukan-Sebatik, Tarakan-Bunyu, Tarakan–KTT- alur migrasi ikan sehingga tidak ada tumpang tindih.

DOKUMEN FINALRZWP3K PROVINSI KALIMANTAN UTARA


DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2017
Rencana Alokasi Ruang VIII-29

Alokasi ruang kabel/pipa bawah laut di Pronvinsi Kalimantan Utara terdiri dari: Secara umum pengertian biota laut meliputi semua makhluk hidup yang ada di laut baik
a. Sambungan pipa bawahlaut untuk distribusi air tawar dari Sungai Sekatak ke Kota
hewan maupun tumbuhan atau karang.Biota laut dibagi menjadi tiga kelompok besar yaitu
Tarakan;
plankton, nekton dan Bentos. Dalam kegiatan ini migrasi biota laut akan berfokus pada
b. Alur pipa bawah laut di bawah sungai Tanjung Keramat dari Tanah Merah ke Nunukan;
kelompok nekton yang merupakan hewan-hewan laut yang dapat bergerak sendiri ke sana
c. Alur pipa minyak dan gas bawah laut di bawah sungai Tanjung Keramat dari Tanah
ke mari seperti ikan pelagis, penyu dan mamalia laut yang kesemuannya termasuk vertebrata
Merah ke Nunukan, dan Tarakan-Pulau Bunyu;
dan juga kelompok mollusca seperti cumi-cumi. Ikan pelagis adalah kelompok ikan yang
d. Alur kabel listrik bawah laut dari Sekatak ke Juata-Kota Tarakan;
berada pada lapisan permukaan hingga kolom air dan mempunyai ciri khas utama, yaitu
e. Alur kabel listrik bawah laut dari Sembakung ke Pulau Sebatik melalui melewati Pulau
dalam beraktivitas selalu membentuk gerombolan (schooling) dan melakukan migrasi untuk
Bukat, Sei Lincang Pulau Nunukan, Sedadap Lama, dan Sedadap Baru Pulau Nunukan.
berbagai kebutuhan hidupnya. Ikan pelagis tersebar secara horisontal dan vertikal pada
sebagian wilayah perairan. Pola distribusi ikansecara horizontal cenderung berbeda pada
Tabel 8.13 Koordinat Lokasi Pipa Bawah Sungai Tanjung Keramak, Provinsi Kalimantan
setiap lintang dan bujur, hal yang sama juga pada pola distribusi vertikal berdasarkan
Utara
Panjang kedalaman renang ikan. Alasan utama spesies ikan berkumpul dan mempunyai pola
Pipa/Kabel bawah Laut Lokasi
(km)
distribusi dan migrasi pada suatu area tertentu disebabkan beberapa hal sebagai berikut:
Kabel listrik Perairan Nunukan 36,16
Pipa minyak dan gas Perairan Tarakan dan Bunyu 30,59 • Ikan akan memilih lingkungan hidupnya sesuai dengan kondisi tubuh
Total 66,75 • Ikan akan mencari sumber makanan yang melimpah
• Ikan akan mencari tempat yang cocok untuk pemijahan dan perkembangbiakan.

C. Migrasi Biota Laut


Wilayah Provinsi Kalimantan Utara merupakan salah satu jalur migrasi biota penyu.Penyu Nakamura (1969) dan Humston et al. (2000) menjelaskan bahwa ada dua pola pergerakan
hijau merupakan penyu laut besar yang termasuk dalam keluarga Cheloniidae.Hewan ini migrasi ikan tuna yaitu pola pergerakan pasif dimana pergerakan ikan dalam suatu habitat
adalah satu-satunya spesies dalam golongan Chelonia. Penyu ini hidup di semua laut tropis untuk merespon kondisi biotic dan abiotik lokal.Yang kedua adalah pola pergerakan aktif
dan sub tropis, terutama di Samudera Atlantik dan Samudera Pasifik. Salah satu Jalur migrasi yaitu pergerakan ikan dalam suatu habitat yang mengikuti sebuah perubahan ontogenetik
penyu hijau di Provinsi Kalimantan Utara adalah berasal dari Filipina melewati Pulau dalam kebutuhan bologisnya.Tingkah laku migrasi distimulasi oleh kebutuhan mencari
Sebatik, Bunyu, Tanah Kuning.Pulau Sebatik merupakan salah satu pulau yang menjadi makan dan reproduksi.
tempat bertelur penyu.Dari Tanah kuning alur migrasi biota laut penyu lanjut ke Provinsi
Di Perairan Kalimantan Utara, beberapa spesies ikan pelagis termasuk ikan tenggiri, tuna-
Kalimantan Timur.Diperkirakan penyu tersebut melanjutkan perjalanan dari Kalimantan
cakalang, layang dan penyu melakukan migrasi pada skala spasial dan temporal tertentu.
Timur menuju ke Kalimantan Selatan dan terakhir ke Kabupaten Pangkep Sulawesi Selatan.
Migrasi ini dapat dimulai di perairan sekitar Tanah Kuning menuju ke arah utara Perairan
Selain penyu, Provinsi Kalimantan Utara juga merupakan salah satu jalur migrasi lumba- Sebatik atau sebaliknya dari arah berlawanan.Jalur migrasi ini merupakan lintasan dimana
lumba.Salah satu lokasi migrasi (ruaya) lumba-lumba adalah di perairan Sungai Sesayap bersesuaian dengan dengan garis front klorofil-a.Biota laut memiliki kecenderungan memilih
Tana Tidung mulai dari perairan Tarakan sampai ke Sesayap dan alur migrasi lumba-lumba lintasan perairan dengan yang mempunyai tingkat produktifitas yang tinggi. Sedangkan
lainnya dari Bunyu ke Sesayap. skenario kedua, migrasi biota laut khususnya bagi spesies penyu dan ikan pelagis besar

DOKUMEN FINALRZWP3K PROVINSI KALIMANTAN UTARA


DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2017
Rencana Alokasi Ruang VIII-30

seperti tenggiiri, tuna dan cakalang adalah pada jarak 25 hingga 30 mil dari pantai Sebatik,
Pulau Bunyu dan menedekati ke arah perairan sekitar Tanah Kuning.

8.2.4 Kawasan Strategi Nasional Tertentu(KSNT)

Kawasan Strategis Nasional Tertentu adalah kawasan yang terkait dengan kedaulatan
negara,pengendalian lingkungan hidup, dan/atau situs warisan dunia, yang
pengembangannya diprioritaskan bagi kepentingan nasional.Alokasi ruang KSNT di wilayah
perencanaan RZWP3K Provinsi Kalimantan Utara adalah seluas 140.025,15 ha, yang
terdapatdi Pulau Sebatik. Kode sub zona, koordinat lokasi dan luas alokasi ruang untuk
Kawasan Strategis Nasional Tertentu disajikan pada Lampiran 9.

DOKUMEN FINALRZWP3K PROVINSI KALIMANTAN UTARA


DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2017
Rencana Alokasi Ruang VIII-31

Gambar 8.14 Peta Rencana Alokasi Ruang Alur Laut, Provinsi Kalimantan Utara

DOKUMEN FINALRZWP3K PROVINSI KALIMANTAN UTARA


DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2017
Rencana Alokasi Ruang VIII-32

Gambar 8.15 Peta Rencana Alokasi Kawasan Strategis Nasional Tertentu, Provinsi Kalimantan Utara

DOKUMEN FINALRZWP3K PROVINSI KALIMANTAN UTARA


DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2017
Rencana Alokasi Ruang VIII-33

8.3 Arahan, Pernyataan dan Peraturan Pemanfaatan Ruang Ketentuan umum pernyataan pemanfaatan kawasan/zona/sub zona adalah penjabaran
Peraturan pemanfaatan ruang WP3K Provinsi Kalimantan Utara merupakan upaya secara umum ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang
perwujudan RZWP3K, yang terdiri atas: dan ketentuan pengendaliannya yang mencakup seluruh wilayah administratif. Ketentuan
a. Aktivitas yang diperbolehkan, yaitu: umum pernyataan pemanfaatan kawasan/zona/sub zona, terdiri dari:
segala kegiatan yang akan dialokasikan pada suatu ruang, tidak mempunyai pengaruh a. Penjelasan/deskripsi/definisi alokasi ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang
dan dampak sehingga tidak mempunyai pembatasan dalam implementasinya, karena telah ditetapkan dalam rencana alokasi ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil;
baik secara fisik dasar ruang maupun fungsi ruang sekitar saling mendukung dan terkait b. Ketentuan umum kegiatan yang boleh dilakukan dan kegiatan yang tidak boleh
b. Aktivitas yang tidak diperbolehkan yaitu: dilakukan serta kegiatan yang hanya dapat dilakukan setelah memperoleh ijin;
kegiatan yang sama sekali tidak diperbolehkan pada suatu ruang, karena dapat merusak c. Ketentuan tentang prasarana minimum yang dipersyaratkan terkait dengan
lingkungan dan mengganggu kegiatan lain yang ada disekitarnya. pemanfaatan ruang WP3K; dan
c. Aktivitas yang diperbolehkan setelah memperoleh izin, yaitu d. Ketentuan khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan untuk
setiap kegiatan yang diizinkan dialokasi pada suatu ruang, namun mempunyai mengendalikan pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, seperti
pembatasan, sehingga pengalokasiannya bersyarat. kawasan konservasi dan kawasan strategis nasional tertentu.

Peraturan pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil adalah ketentuan yang
Ketentuan umum pernyataan pemanfaatan kawasan/zona/sub zona berfungsi sebagai:
diperuntukkan sebagai alat pengaturan pengalokasian ruang WP3K meliputi:
a. Landasan bagi penyusunan peraturan zonasi pada tingkatan operasional pengendalian
a. Ketentuan umum pernyataan pemanfaatan kawasan/ zona/ sub zona;
pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di setiap zona/ subzona;
b. Ketentuan perizinan;
b. Dasar pemberian izin pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil; dan
c. Ketentuan pemberian insentif;
c. Salah satu pertimbangan dalam pengendalian pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan
d. Ketentuan pemberian disinsentif; dan
pulau-pulau kecil.
e. Arahan pengenaan sanksi.

Ketentuan peraturan pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil berfungsi:
8.4 Ketentuan Umum Kawasan Pemanfaatan Umum (KPU)
a. Sebagai alat pengendali pengembangan kawasan;
Kawasan Pemanfaatan Umum (KPU) RZWP3K Provinsi Kalimantan Utara terdiri dari: zona
b. Menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dengan
pariwisata, zona permukiman, zona pelabuhan, zona energi, zona hutan mangrove, zona
rencana tata ruang wilayah;
pertambangan, zona perikanan tangkap, zona perikanan budidaya, zona energi dan zona
c. Menjamin agar pembangunan baru tidak mengganggu pemanfaatan ruang wilayah
pemanfaatan air laut selain energy atau pemanfaatan lainnya.
pesisir dan pulau-pulau kecil yang telah sesuai dengan rencana tata ruang wilayah;
d. Meminimalkan penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang 8.4.1 Zona Pariwisata (KPU-W)
wilayah; dan Sub zona wisata alam pantai/pesisir dan pulau-pulau kecil (P3K) dimanfaatkan untuk
e. Mencegah dampak pembangunan yang merugikan. rekreasi pantai dan air seperti mandi, berenang, berkano, berjemur, dan permainan pantai.
sedangkan sub zona wisata olah raga air wisata dimanfaatkan untuk olah raga banana boat,
jetski, memancing dan dayung.

DOKUMEN FINALRZWP3K PROVINSI KALIMANTAN UTARA


DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2017
Rencana Alokasi Ruang VIII-34

Kegiatan yang boleh dilakukan di zona pariwisata/sub zona wisata alam pantai/pesisir dan Prasarana minimum yang dipersyaratkan terkait dengan pemanfaatan ruang di zona
pulau-pulau kecil, dan wisata olah raga air, yaitu; pariwisata/ sub zona wisata alam pantai/pesisir dan pulau-pulau kecil, dan wisata olah raga
a. Mengembangkan sarana penunjang kegiatan pariwisata yang tetap memperhatikan air,yaitu:
keasrian lingkungan pantai dan tatasan sosial budaya masyarakat setempat; a. Tersedia pantai sebagai ruang terbuka untuk umum; dan
b. Penyediaan sarana dan prasarana pariwisata yang tidak berdampak pada kerusakan b. Tersedia fasilitas dan infrastruktur pendukung kegiatan wisata, tempat parkir,
lingkungan tanda batas zona, tambat kapal/perahu dan fasilitas umum lainnya.
c. Kegiatan penangkapan ikan dengan alat pancing tangan pada saat tidak ada
kegiatan pariwisata; Ketentuan khusus di zona pariwisata/sub zona wisata alam pantai/pesisir dan pulau-pulau
d. Kegiatan penangkapan ikan dengan jumlah terbatas; dan kecil, dan wisata olah raga air, yaitu;
e. Kegiatan pendidikan dan penelitian. a. Pengendalian kegiatan yang berpotensi mencemari lingkungan di daratan
maupun perairan;
Kegiatan yang tidak boleh dilakukan di zona pariwisata/ sub zona wisata alam b. Melakukan mitigasi bencana di WP3K; dan
pantai/pesisir dan pulau-pulau kecil, dan wisata olah raga air, yaitu; c. Tersedia tim keamanan dan penyelamatan wisatawan.
a. Kegiatan pertambangan;
b. Semua jenis kegiatan perikanan budidaya laut; 8.4.2 Zona Permukiman (KPU-PRMK-PN)
c. Semua jenis kegiatan penangkapan ikan pada saat berlangsung kegiatan Zona Permukiman berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan
pariwisata; tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan beserta prasarana dan
d. Penangkapan ikan yang menggunakan bahan peledak, bius dan atau bahan sarana lingkungan.Permukiman nelayan merupakan kawasan permukiman yang sebagian
beracun, serta menggunakan alat tangkap yang bersifat merusak ekosistem di besar penghuninya merupakan masyarakat nelayan.Kegiatan yang boleh dilakukan adalah
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil; membangun rumah tempat tinggal atau hunian sesuai peraturan perundang-undangan di
e. Pemasangan alat bantu penangkapan ikan seperti rumpon; bidang perumahan dan permukiman nelayan. Kegiatan yang tidak boleh dilakukan adalah
f. Pembangunan infrastruktur yang bukan untuk pengembangan pariwisata; dan membuang sampah, limbah, dan kegiatan lain yang dapat mengganggu dan merusak
g. Pembuangan sampah dan limbah; lingkungan tempat tinggal dan hunian sesuai peraturan perundang-undangan.

Kegiatan yang boleh dilakukan setelah mendapatkan izin di zona pariwisata/ sub zona 8.4.3 Zona Pelabuhan (KPU-PL)
wisata alam pantai/pesisir dan pulau-pulau kecil, dan wisata olah raga air, yaitu: Zona pelabuhan merupakan ruang yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan batas-
a. Melakukan kegiatan pendidikan dan penelitian; dan batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan pengusahaan yang
b. Membangun sarana dan prasarana wisata sesuai dengan kategori kegiatan atau dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun penumpang, dan/atau bongkar
jenis wisatanya. muat barang, berupa terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas
keselamatan dan keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai
tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi.

DOKUMEN FINALRZWP3K PROVINSI KALIMANTAN UTARA


DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2017
Rencana Alokasi Ruang VIII-35

Kegiatan yang boleh dilakukan di zona pelabuhan, yaitu: d. Perairan tempat alih muat kapal;
a. Kegiatan bongkar muat barang dan penumpang; e. Perairan untuk kapal yang mengangkut Bahan/Barang Berbahaya dan Beracun
b. Kegiatan pengembangan pelabuhan dan pengembangan ekonomi masyarakat sesuai (B3);
dengan konsep kegiatan pelabuhan;pembanguan fasilitas pokok dan fasilitas f. Perairan untuk kegiatan karantina;
penunjang yang sudah tercantum dalam rencana induk pelabuhan. g. Perairan alur penghubung intrapelabuhan;
c. Kegiatan penambatan kapal dan perahu; dan h. Perairan pandu;
d. Kegiatan kepelabuhanan lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan i. Perairan untuk kapal pemerintah; dan
yang berlaku. j. Tanda batas sesuai dengan batas yang telah ditetapkan;

Kegiatan yang tidak boleh dilakukan di zona pelabuhan yaitu: Ketentuan khusus di zona pelabuhan yaitu:
a. Penangkapan ikan dengan alat menetap dan/atau bergerak yang mengganggu a. Kegiatan kepelabuhanan harus menjamin kelestarian lingkungan; dan
kegiatan kepelabuhanan; b. Kegiatan kepelabuhanan harus mempertimbangkan pengendalian pencemaran dan
b. Penangkapan ikan yangmenggunakan alat tangkap yang bersifat merusak mitigasi bencana.
ekosistem di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil;
c. Semua jenis kegiatan perikanan budidaya;
8.4.4 Zona Hutan Mangrove (KPU-HM)
d. Pemasangan rumah ikan dan alat bantu penangkapan ikan seperti rumpon serta
Hutan mangrove merupakan hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau yang terletak
terumbu karang buatan;
di garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut yang berada di daerah pantai dan
e. Pembuangan sampah dan limbah; dan
disekitar muara sungai.
f. Kegiatan yang mengganggu kegiatan kepelabuhanan.
Kegiatan yang boleh dilakukan di zona hutan mangrove, yaitu:
a. Perlindungan hutan mangrove;
Kegiatan yang boleh dilakukan setelah mendapatkan izin di zona pelabuhan,yaitu:
b. Rehabilitasi hutan mangrove;
a. Penelitian dan pendidikan;
c. Penelitian, pendidikan; dan/atau
b. Wisata bahari; dan
d. Ekowisata
c. Pengerukan alur pelabuhan; dan
d. Kegiatan pemanfaatan zona sesuai dengan peraturan perundang-undangan,
Kegiatan yang tidak boleh dilakukan di zona hutan mangrove yaitu:
kapasitas, sarana dan prasarana, dan pendukung pelabuhan lainnya.
a. Menebang pohon mangrove;
b. Membakar dan mencemari hutan mangrove;
Ketentuan tentang prasarana minimum yang dipersyaratkan terkait dengan pemanfaatan
c. Memanfaatkan hasil hutan mangrove untuk kepentingan ekonomi; dan
ruang di zona pelabuhan,yaitu:
d. Kegiatan lain yang menyebabkan terdegradasinya hutan mangrove.
a. Alur-pelayaran;
b. Perairan tempat labuh;
c. Kolam pelabuhan untuk kebutuhan sandar dan olah gerak kapal;

DOKUMEN FINALRZWP3K PROVINSI KALIMANTAN UTARA


DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2017
Rencana Alokasi Ruang VIII-36

Kegiatan yang boleh dilakukan setelah memperoleh izin, yaitu: b. Kawasan suaka alam, yang terdiri dari cagar alam dan suaka margasatwa;
a. Kegiatan ekowisata; c. Perairan dengan jarak kurang dari atau sama dengan 2 (dua) mil laut yang diukur
b. Kegiatan penelitian; dari garis pantai kearah kepulauan atau laut lepas pada saat surut terendah;
c. Kegiatan pengamanan hutan; dan d. Perairan dengan kedalaman kurang dari atau sama dengan 10 meter dan
d. Kegiatan lain yang berhubungan dengan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil berbatasan langsung dengan garis pantai, yang diukur dari permukaan air laut pada
yang tidak bertentangan dengan upaya pelestarian hutan mangrove. saat surut terendah;
e. Instalasi kabel/pipa bawah laut serta zona keselamatan selebar 500 meter pada sisi
8.4.5 Zona Pertambangan (KPU-PRT-PL) kiri dan sisi kanan dari instalasi;
Zona pertambangan merupakan ruang yang penggunaannya untuk kegiatan pertambangan f. Zona keselamatan sarana bantu navigasi pelayaran
mineral non logam yaitu pertambangan pasir laut, dan pertambangan minyak dan gas.
Ketentuan umum kegiatan yang boleh dilakukan dalam melakukan penambangan harus 8.4.6 Zona Perikanan Tangkap (KPU-PT)
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Zona perikanan tangkap adalah ruang wilayah laut yang dialokasikan untuk kegiatan
Ketentuan umum kegiatan yang tidak boleh dilakukan, yaitu: penangkapan ikan.Zona perikanan tangkap dengan jarak lebih kecil atau sama dengan 2 mil
a. Menambang pasir laut pada area pemijahan, perlindungan, pembesaran, dan laut dari garis pantai surut terendah diprioritaskan bagi nelayan kecil dan/atau nelayan
tempat mencari biota laut; tradisional.
b. Penambangan pasir laut yang dapat menimbulkan pencemaran pada air laut,
air sungai, dan udara dengan zat yang mengandung racun, dan bahan
Kegiatan yang boleh dilakukan di Zona Perikanan Tangkap/sub zona ikan pelagis adalah:
radioaktif;
a. Perikanan tangkap dengan ukuran armada dibawah 10 GT dengan alat tangkap
c. Aktivitas pariwisata saat eksploitasi berlangsung; dan
yang diperbolehkan sesuai peraturan perundang-undangan;
d. Aktivitas perikanan budidaya laut dan penangkapan ikan saat eksplorasi dan
b. Pemanfaatan yang tidak melebihi potensi lestarinya atau jumlah tangkapan yang
eksploitasi berlangsung; dan
diperbolehkan (JTB);
e. Kegiatan yang mengganggu fungsi zona pertambangan.
c. Penggunaan alat tangkap yang ramah lingkungan;

Kegiatan yang boleh dilakukan setelah mendapatkan izin di zona pertambangan pasir laut,
yaitu: Kegiatan yang tidak boleh dilakukan di Zona Perikanan Tangkap/sub zona ikan pelagis

a. Penelitian dan pendidikan; adalah:

b. Wisata bahari; dan a. Menempatkan alat tangkap yang bersifat statis pada alur pelayaran; dan

c. Kegiatan lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. b. Menggunakan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan.
c. Menangkap ikan dengan ukuran kecil (tidak layak tangkap); dan

Ketentuan khusus di zona pertambangan adalah dikecualikan pada: d. Kegiatan pertambangan.

a. Kawasan pelestarian alam, yang terdiri dari Taman Nasional dan Taman Wisata
Alam;

DOKUMEN FINALRZWP3K PROVINSI KALIMANTAN UTARA


DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2017
Rencana Alokasi Ruang VIII-37

Kegiatan yang boleh dilakukan setelah mendapatkan izin di Zona Perikanan Tangkap/sub d. Memasang rumah ikan dan terumbu karang buatan;
zona ikan pelagisaadalah: e. Pariwisata; dan
a. Pendidikan dan penelitian; f. Penenggelaman kapal.
b. Penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap dan ukuran kapal di atas 10
GT; Prasarana minimum yang dipersyaratkan dalam pemanfaatan ruang pada zona perikanan
c. Memasang alat bantu penangkapan ikan berupa rumpon; tangkap/sub zona ikan pelagis, berupa tempat tambat kapal dan/atau perahu.
d. Pariwisata; dan
e. Penenggelaman kapal. 8.4.7 Zona Perikanan Budidaya (KPU-PB)
Zona perikanan budidaya adalah zona di wilayah perairan pesisir yang dipergunakan
Prasarana minimum yang dipersyaratkan dalam pemanfaatan ruang pada zona perikanan untuk kegiatan memelihara, membesarkan, dan/atau membiakkan ikan serta

tangkap/sub zona ikan pelagis, berupa tempat tambat kapal dan/atau perahu. memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol, termasuk kegiatan yang
menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan,
menangani, mengolah, dan/atau mengawetkannnya.
Kegiatan yang boleh dilakukan di Zona Perikanan Tangkap/sub zona ikan demersal adalah:
a. Perikanan tangkap dengan ukuran armada dibawah 10 GT dengan alat tangkap yang
Kegiatan yang boleh dilakukan di zona perikanan budidaya adalah:
diperbolehkan sesuai peraturan perundang-undangan;
a. Budidaya laut skala kecil dengan metode, alat dan teknologi yang tidak
b. Pemanfaatan yang tidak melebihi potensi lestarinya atau jumlah tangkapan yang
merusak ekosistem di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil; dan
diperbolehkan (JTB);
b. Kegiatan penangkapan ikan skala kecil pada saat tidak terdapat kegiatan
c. Penggunaan alat tangkap yang ramah lingkungan
budidaya.
c. Kegiatan masyarakat non nelayan yang tidak mempunyai akses untuk
Kegiatan yang tidak boleh dilakukan di Zona Perikanan Tangkap/sub zona ikan demersal mengembangkan budidaya laut;
adalah: d. Kegiatan budidaya laut dengan teknologi tradisional dan semi intensif; dan
a. Menempatkan alat tangkap yang sifatnya statis; dan e. Kegiatan budidaya dengan menggunakan keramba jaring apung.
b. Menggunakan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan.
c. Menangkap ikan dengan ukuran kecil (tidak layak tangkap); Kegiatan yang tidak boleh dilakukan di zona perikanan budidaya adalah:
d. Kegiatan pertambangan a. Kegiatan budidaya yang menggunakan metode, alat dan teknologi yang dapat
merusak ekosistem di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil;
Kegiatan yang boleh dilakukan setelah mendapatkan izin di Zona Perikanan Tangkap/sub b. Menempatkan rumah ikan dan alat bantu penangkapan ikan seperti rumpon serta
zona ikan demersal adalah: terumbu karang buatan;
a. Pendidikan dan penelitian; c. Menangkap ikan dengan alat menetap dan/atau bergerak yang mengganggu
b. Penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap dan ukuran kapal di atas 10 kegiatan budidaya laut;
GT;
c. Memasang alat bantu penangkapan ikan berupa rumpon; dan

DOKUMEN FINALRZWP3K PROVINSI KALIMANTAN UTARA


DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2017
Rencana Alokasi Ruang VIII-38

d. Menangkap ikan yang menggunakan bahan peledak, bius dan atau bahan beracun, energi adalah adalah kegiatan yang tidak mengganggu fungsi pembangkit energi
serta menggunakan alat tangkap yang bersifat merusak ekosistem di wilayah gelombang dan arus laut.. Kegiatan yang tidak boleh dilakukan di zona energi adalah:
pesisir dan pulau-pulau kecil; a. Kegiatan budidaya laut;
e. Kegiatan pertambangan; b. Kegiatan menempatkan alat bantu menangkap ikan, seperti rumpon;
f. Kegiatan non perikanan serta lintas kapal yang dapat mengganggu kegiatan c. Aktivitas pertambangan; dan
budidaya; d. Setiap pemanfaatan ruang lainnya yang dapat menggangu aktivitaspemanfaatan
g. Penggunaan pakan biota budidaya secara berlebihan pada zona pemanfaatan ruang untuk energi.
umum dan zona perikanan berkelanjutan; dan Ketentuan umum kegiatan yang boleh dilakukan setelah mendapatkan izin di zona energi
h. pembuangan sampah dan limbah. adalah kegiatan yang tidak mengganggu fungsi pembangkit energi gelombang dan arus laut.

Kegiatan yang boleh dilakukan setelah mendapatkan izin di zona perikanan budidaya adalah:
8.4.9 Zona Pemanfaatan Air Laut Selain Energi (KPU-PAL)
a. Budidaya laut skala menengah sampai besar dengan metode, alat dan teknologi
Zona Pemanfaatan Air Laut selain Energi merupakan ruang perairan yang penggunaannya
yang tidak merusak ekosistem di wilayah pesisir;
dengan mengkonversi air laut menjadi air yang layak untuk kebutuhan rumah tangga dan/atau
b. Kegiatan penelitian dan pendidikan; dan
sebagai pendingin pembangkit listrik tenaga uap.
c. Kegiatan pengembangan pariwisata dan rekreasi.
Kegiatan yang boleh dilakukan adalah:
a. Kegiatan pendidikan dan penelitian;
Ketentuan tentang prasarana minimum yang dipersyaratkan terkait dengan pemanfaatan
b. Kegiatan menangkap ikan dengan menggunakan alat tangkap ramah lingkungan;
ruang di zona perikanan budidaya adalah:
c. Kegiatan pelayaran
a. Koefisien pemanfaatan perairan untuk budidaya laut adalah 80%, dimana
Kegiatan yang tidak boleh dilakukan adalah:
terdapat ruang sebesar 20% untuk alur-alur/lalu lintas perahu yang
a. Kegiatan budi daya laut;
mendukung kegiatan budidaya, dan alur pelayaran nelayan tradisional/nelayan
b. Kegiatan penangkapan ikan dengan menggunakan alat pengakapan ikan statis;
kecil; dan
c. Aktivitas pertambangan.
b. Prasarana budidaya laut tidak bersifat permanen.
Ketentuan umum kegiatan yang boleh dilakukan setelah mendapatkan izin adalah kegiatan
yang tidak mengganggu fungsi pemanfaatan air laut selain energi.
Ketentuan khusus sebagaimana zona perikanan budidaya adalah:
a. Kegiatan pembudidayaan harus menghindari areal terumbu karang; dan
b. Pengembangan budidaya laut disertai dengan kegiatan pengembangan/peremajaan
8.5 Ketentuan Umum Kawasan Konservasi
bibit.
Kawasan konservasi merupakan ruang yang berada di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil
dengan ciri khas tertentu yang dilindungi untuk mewujudkan pengelolaan wilayah pesisir
8.4.8 Zona Energi (KPU-ENG)
dan pulau-pulau kecil secara berkelanjutan.
Zona Energi merupakan ruang perairan yang penggunaannya untuk memperoleh energi yang
berasal dari gelombang air laut dan/atau arus laut. Kegiatan yang boleh dilakukan di zona

DOKUMEN FINALRZWP3K PROVINSI KALIMANTAN UTARA


DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2017
Rencana Alokasi Ruang VIII-39

Kegiatan yang boleh dilakukan kawasan konservasi, yaitu: e. Penangkapan ikan yang menggunakan bahan peledak, bius dan atau bahan
a. Perlindungan mutlak habitat dan populasi ikan, serta alur migrasi biota laut; beracun, serta menggunakan alat tangkap yang bersifat merusak ekosistem di
b. Perlindungan ekosistem pesisir yang unik dan/atau rentan terhadap perubahan; wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil;
c. Perlindungan situs budaya/adat tradisional; f. Semua jenis kegiatan penambangan;
d. Penelitian, pengembangan dan/atau pendidikan; g. Melakukan kegiatan menambang terumbu karang yang dapat menyebabkan abrasi;
e. Pariwisata dan rekreasi dengan pariwisata minat khusus, perahu pariwisata, h. Mengambil terumbu karang di kawasan konservasi, menggunakan bahanpeledak
pariwisata pancing, dan pembuatan foto, video, dan film; dan bahan beracun, dan/atau cara lain yang mengakibatkan rusaknya ekosistem
f. Perlindungan vegetasi pantai; terumbu karang; dan
g. Penangkapan ikan skala kecil dengan alat penangkapan ikan aktif; i. Kegiatan membuang jangkar/berlabuh; dan
h. Rehabilitasi mangrove, terumbu karang, dan lamun; j. Pembuangan sampah dan limbah.
i. Penelitian dan pengembangan barupa penelitan dasar untuk kepentingan
perikanan berkelanjutan dan konservasi, penelitian terapan untuk kepentingan Kegiatan yang boleh dilakukan setelah mendapatkan izin di kawasan konservasi, yaitu:
perikana berkelanjutan; a. Penelitian dan pendidikan pariwisata khusus, dengan alat dan cara yang ramah
j. Penelitian terapan menggunakan metode survei untuk tujuan monitoring kondisi lingkungan;
biologi dan ekologi dan/atau pengembangan untuk utujuan rehabilitasi; b. Kegiatan budidaya yang ramah lingkungan;
k. Perlindungan proses ekologis yang menunjang kelangsungan hidup dari suatu jenis c. Kegiatan pariwisata dan rekreasi;
atau sumber daya pemulihan dan rehabilitasi ekosistemnya; d. Kegiatan penelitian dan pengembangan;
l. Penangkapan ikan dengan alat dan cara yang ramah lingkungan berupa alat e. Kegiatan pendidikan, dan
penangkapan ikan yang sifatnya statis;dan f. Kegiatan penangkapan ikan dengan alat dan cara yang ramah lingkungan.
m. Budidaya ramah lingkungan dengan mempertimbangkan ikan yang dibudidayakan, Ketentuan tentang prasarana minimum yang dipersyaratkan terkait dengan pemanfaatan
jenis pakan, teknologi, jumlah unit usaha, dan daya dukung dan kondisi lingkungan ruang di kawasan konservasi merupakan pemasangan tanda batas yang mudah dikenali
sumber daya ikan; dengan bahan, bentuk dan warna sesuai peraturan perundang-undangan. Ketentuan khusus
di kawasan konservasi merupakan pengendalian kegiatan yang berpotensi merusak kawasan
Kegiatan yang tidak boleh dilakukan di kawasan konservasi, yaitu: konservasi.
a. Kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan keutuhan potensi kawasan dan
perubahan fungsi kawasan; 8.6 Alokasi Ruang Alur Laut
b. Kegiatan yang dapat mengganggu pengelolaan jenis sumber daya ikan beserta Alur Laut merupakan perairan yang dimanfaatkan untuk alur pelayaran, pipa/kabel bawah
habitantnya untuk menghasilkan keseimbangan antara populasi dan habitatnya; laut, dan migrasi biota laut pesisir dan pulau-pulau kecil secara berkelanjutan bagi berbagai
c. Kegiatan yang dapat mengganggu alur migrasi biota laut dan pemulihan sektor kegiatan.
ekosistemnya;
d. Kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan fungsi kawasan;

DOKUMEN FINALRZWP3K PROVINSI KALIMANTAN UTARA


DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2017
Rencana Alokasi Ruang VIII-40

8.6.1 Alur Pelayaran Kegiatan yang boleh dilakukan di Alur Kabel/Pipa bawah laut yaitu:
Alur pelayaran merupakan ruang di wilayah perairan pesisir yang dipergunakan bagi a. Transportasi dengan perahu kecil berupa sandeq, dan perahu penangkapan ikan
kegiatan pelayaran dan perlintasan. sejenis lainnya.
b. Penangkapan ikan pelagis; dan
Kegiatan yang boleh dilakukan di alur pelayaran, yaitu: c. Kegiatan pariwisata bahari.
a. Kegiatan pelayaran;
b. Penempatan sarana bantu navigasi/pelayaran Kegiatan yang tidak boleh dilakukan di Alur Kabel/Pipa Bawah laut, yaitu:
c. Penetapan rute kapal tertentu (ship routeing system) a. Kegiatan pertambangan;
d. Penangkapan ikan pelagis dan demersal yang menggunakan alat tangkap yang b. Membuang jangkar;
bergerak; dan c. Kegiatan pengkapan ikan demersal yang bergerak atau ditarik;
e. Wisata bahari atraktif. d. Pemasangan rumah ikan dan alat bantu penangkapan ikan seperti rumpon serta
terumbu karang buatan;
Kegiatan yang tidak boleh dilakukan di alur pelayaran, yaitu:
a. Semua jenis kegiatan perikanan budidaya; Kegiatan yang boleh dilakukan setelah mendapatkan izin di Alur Kabel/Pipa Bawah laut,
b. Kegiatan pertambangan; yaitu:
c. Penangkapan ikan dengan alat tangkap statis. a. Kegiatan penangkapan ikan demersal yang tidak menetap;
b. Kegiatan budidaya laut;
Kegiatan yang boleh dilakukan setelah mendapatkan izin di Alur pelayaran, yaitu: c. Kegiatanpenyelaman komersil;
a. Penangkapan ikan baik ikan pelagis maupun demersal dengan skala besar; dan d. Kegiatan mendirikan bangunan laut yang merubah struktur dasar laut disekitar
b. Kegiatannya lainnya yang sifatnya tidak permanen. kabel/pipa bawah laut; dan
e. Kegiatan lainnya yang tidak mengganggu fungsi alur pipa/kabel bawah laut.
Ketentuan tentang prasarana minimum yang dipersyaratkan terkait dengan pemanfaatan
ruang di alur pelayaran merupakan pemasangan rambu pelayaran yang mudah dikenali
dengan bahan, bentuk dan warna sesuai peraturan perundang-undangan. Ketentuan 8.6.3 Migrasi Biota Laut
khusus di Alur pelayaran merupakan pengendalian kegiatan yang berpotensi merusak Kegiatan yang boleh dilakukan di Alur migrasi biota laut, yaitu:
sumber daya dan ekosistemnya. a. Kegiatan penelitian yang tidak mengganggu keberlangsungan migrasi biota laut;
b. Lalu lintas kapal dengan menurunkan kecepatan kapal yang dapat mengganggu
8.6.2 Pipa/Kabel Bawah Laut jalur migrasi biota laut;
Alur kabel/pipa bawah laut merupakan ruang di wilayah perairan pesisir yang c. Kegiatan penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap yang bergerak;
dipergunakan sebagai tempat pemasangan pipa/kabel bawah laut. d. Kegiatan pariwisata melihat biota laut dengan tidak mengganggu tingkah laku biota
laut di alam;

DOKUMEN FINALRZWP3K PROVINSI KALIMANTAN UTARA


DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2017
Rencana Alokasi Ruang VIII-41

Kegiatan yang tidak boleh dilakukan di Alur migrasi biota lautyaitu: Standar dan pedoman pemberian insentif mencakup:
a. Semua jenis kegiatan perikanan budidaya; a. Relevansi isu prioritas;
b. Penempatan alat bantu penangkapan ikan statis; dan b. Proses konsultasi publik;
c. Mengalihfungsikan alur migrasi biota laut untukkegiatan lain; c. Dampak positif terhadap pelestarian lingkungan;
d. Dampak terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat
Ketentuan umum kegiatan yang boleh dilakukan setelah mendapatkan izin di Alur Biota Laut, e. Kemampuan implementasi yang memadai; dan
yaitu: f. Dukungan kebijakan dan program pemerintah.
a. Kegiatan pariwisata dengan tidak mengganggu tingkah laku biota laut di alam;
b. Kegiatan penangkapan ikan yang ramah lingkungan; dan Ketentuan mengenai bentuk, dan tata cara pemberian insentif diatur lebih lanjut dengan
c. Kegiatan Penelitian dan pendidikan yang ekstraktif. Peraturan Gubernur.
d. Kegiatan lainnya yang tidak mengganggu fungsi alur migrasi biota laut.

8.9 Ketentuan Pemberian Disinsentif


8.7 Ketentuan Perizinan
Ketentuan disinsentif merupakan ketentuan yang mengatur tentang pengenaan bentuk-
Ketentuan perizinan merupakan alat pengendali pemanfaatan ruang yang menjadi
bentuk kompensasi dalam pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, yang
kewenangan pemerintah daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan melalui
berfungsi sebagai perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan atau mengurangi
proses administrasi dan teknis yang harus dipenuhi sebelum kegiatan pemanfaatan
kegiatan yang tidak sejalan dengan pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dilaksanakan, untuk menjamin kesesuaian
Tata cara dan mekanisme pemberian disinsentif diatur dengan Peraturan Gubernur.
pemanfaatan ruang WP3K yang ditetapkan dalam peraturan daerah ini. Setiap pemanfaatan
Ketentuan disinsentif disusun berdasarkan:
ruang pesisir dan pulau-pulau kecil harus mendapatkan izin dari Menteri atau Gubernur
a. Rencana pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil;
sesuai kewenangannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Ketentuan umum pernyataan pemanfaatan kawasan/zona/ subzone; dan
c. Peraturan perundang-undangan sektor terkait lainnya.
8.8 Ketentuan Pemberian Insentif
Ketentuan insentif merupakan ketentuan yang mengatur tentang pemberian imbalan 8.10 Arahan Pengenaan Sanksi
terhadap pelaksanaan kegiatan yang sesuai dengan kegiatan yang didorong perwujudannya Arahan pengenaan sanksi adalah tindakan penertiban yang dilakukan terhadap setiap orang
dalam rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Ketentuan insentif sebagaimana yang melakukan pelanggaran pemanfaatan ruang WP3K yang berupa sanksi administratif
berdasarkan: dan/atau sanksi pidana. Pelanggaran pemanfaatan ruang WP3K meliputi:
a. Rencana pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil; a. Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan RZWP3K;
b. Retentuan umum pernyataan pemanfaatan kawasan/zona/sub-zona; b. Pemanfaatan ruang WP3K yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang
c. Kriteria pemberian akreditasi; dan WP3K yang diberikan oleh Pejabat yang berwenang; dan
d. Peraturan perundang-undangan sektor terkait lainnya. c. Menghalangi akses terhadap kawasan yang dinyatakan oleh peraturan
perundang-undangan sebagai milik umum.

DOKUMEN FINALRZWP3K PROVINSI KALIMANTAN UTARA


DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2017
Rencana Alokasi Ruang VIII-42

Pengenaan sanksi diberikan kepada pemanfaat ruang WP3K yang tidak sesuai dengan menyesuaikan pemanfaatan ruangnya dengan RZWP-3-K dan/atau ketentuan
ketentuan perizinan pemanfaatan` ruang WP3K dan kepada pejabat pemerintah yang teknis pemanfaatan ruang yang berlaku.
berwenang menerbitkan izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana zonasi. Denda administratif dapat dikenakan secara tersendiri atau bersama-sama dengan
Arahan pengenaan sanksi administratif ditetapkan berdasarkan: pengenaan sanksi administratif. Pencabutan izin dilakukan melalui langkah-langkah sebagai
a. Hasil pengawasan pemanfaatan ruang WP3K; berikut:
b. Tingkat simpangan implementasi RZWP3K; a. Penerbitan surat perintah penghentian kegiatan sementara dari Gubernur atau
c. Kajian antar instansi yang berwenang; dan pejabat yang ditunjuk;
d. Peraturan perundang-undangan sektor terkait lainnya. b. Apabila pelanggar mengabaikan surat perintah penghentian yang disampaikan,
Gubernur atau pejabat yang ditunjuk menerbitkan surat keputusan pengenaan
Setiap orang yang melanggar ketentuan dikenai sanksi administratif berupa: sanksi pencabutan izin pemanfaatan ruang;
a. Peringatan tertulis; c. Gubernur atau pejabat yang ditunjuk memberitahukan kepada pelanggar mengenai
b. Penghentian sementara; pengenaan sanksi pencabutan izin;
c. Denda administratif; dan d. Gubernur atau pejabat yang ditunjuk menerbitkan keputusan pencabutan izin;
d. Pencabutan izin. e. Memberitahukan kepada pemanfaat ruang mengenai status izin yang telah dicabut,
sekaligus perintah untuk menghentikan kegiatan pemanfaatan ruang secara
Peringatan diberikan oleh Gubernur atau pejabat yang ditunjuk melalui penerbitan surat permanen yang telah dicabut izinnya; dan
peringatan tertulis sebanyak-banyaknya 3 (tiga) kali.Penghentian sementara dilakukan f. Apabila pelanggar mengabaikan perintah untuk menghentikan kegiatan
melalui langkah-langkah sebagai berikut: pemanfaatan yang telah dicabut izinnya, Gubernur atau pejabat yang ditunjuk
a. Penerbitan surat perintah penghentian kegiatan sementara dari Gubernur atau melakukan penertiban kegiatan tanpa izin sesuai peraturan perundang-undangan
pejabat yang ditunjuk; yang berlaku.
b. Apabila pelanggar mengabaikan perintah penghentian kegiatan sementara,
Gubernur atau pejabat yang ditunjuk, menerbitkan surat keputusan pengenaan
sanksi penghentian sementara secara paksa terhadap kegiatan pemanfaatan ruang;
c. Gubernur atau pejabat yang ditunjuk, memberitahukan kepada pelanggar mengenai
pengenaan sanksi penghentian kegiatan pemanfaatan ruang dan akan segera
dilakukan tindakan penertiban oleh aparat penertiban;
d. Berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi, Gubernur atau pejabat yang
ditunjuk, dengan bantuan aparat penertiban melakukan penghentian kegiatan
pemanfaatan ruang secara paksa; dan
e. Setelah kegiatan pemanfaatan ruang dihentikan, Gubernur atau pejabat yang
ditunjuk melakukan pengawasan agar kegiatan pemanfaatan ruang yang dihentikan
tidak beroperasi kembali sampai dengan terpenuhinyakewajibanpelanggaruntuk

DOKUMEN FINALRZWP3K PROVINSI KALIMANTAN UTARA


DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2017

Anda mungkin juga menyukai