1
potensi qurban mencapai proyeksi Rp 28,4 trilyun rupiah di tahun 2019. Dan
sempat menurun seiring dengan bertambahnya angka kemiskinan penduduk,
akibat terdampak Covid-19 di tahun 2020 yaitu Rp 20,5 triliun pada tahun 2021
berangsur-angusr naik sebesar Rp 22,3 triliun rupiah. Dan Pada tahun ini
diproyeksikan naik kembali menjadi 27,5 triliun rupiah. Ibadah qurban juga
berdimensi kesehatan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi masyarakat muslim.
Dari sini dapat disimpulkan, bahwa Ibadah qurban mempunyai dua dimensi
pokok, yaitu dimensi vertikal atau hubungan dengan Allah SWT sebagai landasan
iman dan takwa, serta dimensi horizontal atau hubungan dengan sesama manusia
sebagai bentuk nyata hubungan sosialnya.
Pengamalan qurban ini bersifat ta’abbudi dan harus sesuai dengan petunjuk Allah
dan rasul-Nya. Memang secara fisik yang disembelih adalah hewan qurbannya,
tetapi hakikatnya yang sampai pada-Nya adalah bentuk ketakwaan. Oleh
karenaya diatur dalam syariat tentang hewan2 yang diqurbankan dan syarat-
syarat yang harus dipenuhi
Para ulama sepakat bahwa semua hewan ternak boleh dijadikan untuk kurban.
Hewan ternak yang dimaksud di sini adalah kambing atau domba diperuntukkan
untuk satu orang, sedangkan unta, sapi dan kerbau diperuntukkan untuk
berkurban tujuh orang. Sebagaimana diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah, “Kami
telah menyembelih kurban bersama Rasulullah saw pada tahun Hudaibiyah
seekor unta untuk tujuh orang dan seekor sapi juga untuk tujuh orang.” (Hadits
Shahih, riwayat Muslim: 2322, Abu Dawud: 2426, al-Tirmidzi: 1422 dan Ibn
Majah: 3123).
Ada perbedaan pendapat mengenai mana yang lebih utama dari jenis-jenis hewan
tersebut. Imam Malik berpendapat bahwa yang paling utama adalah kambing atau
domba, kemudian sapi, lalu unta. Sedangkan Imam al-Syafi’i berpendapat
sebaliknya, yaitu yang paling utama adalah unta, disusul kemudian sapi, lalu
kambing.
Hewan-hewan tersebut juga harus memenuhi syarat kesehatan. Ada empat
macam hewan yang tidak sah dijadikan hewan kurban, “(1) yang (matanya) jelas-
jelas buta, (2) yang (fisiknya) jelas-jelas dalam keadaan sakit, (3) yang (kakinya)
jelas-jelas pincang, dan (4) yang (badannya) kurus lagi tak berlemak.” (Hadits
Hasan Shahih, riwayat al-Tirmidzi: 1417 dan Abu Dawud: 2420)
Wallahu a’lam bis-Showab