Kurban (arabnya udlhiyah) ialah binatang yang disembelih pada hari raya Kurban (Idul
Adha). Dalam ilmu fiqh, Kurban berarti penyembelihan hewan tertentu dengan niat mendekatkan
diri kepada Allah SWT. (kurban) pada hari raya haji (Idul Adha) dan atau hari Tasriq (tanggal
10,11,12 dan 13 dzulhijjah), namun demikian terdapat pula orang yang melakukan jual beli
Tujuan penelitian ini adalah 1) Untuk mengetahui praktik jual beli Daging Kurban, 2)
Untuk mengetahui tinjauan fiqih muamalah terhadap jual beli Daging Kurban. Penelitian ini
merupakan penelitian lapangan yang bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan normatif.
Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah para panitia kurban dan juga dengan tokoh
agama sebagai petunjuk sejauh mana aplikasi hukum Islam dilaksanakan di masyarakat. Teknik
pengumpulan data penelitian ini adalah wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian
Hal ini berdasarkan kesepakatan tokoh agama dan para panitia, karena penjualan daging
hewan kurban sendiri dilakukan setelah proses pembagian daging kurban selesai dan memiliki
kelebihan sehingga lebih bermanfaat di bandingkan ditumpuk. Penjualan yang dilakukan telah
sesuai dengan hukum Islam karena hal ini lebih bermanfaat. Namun demikian, penggunaan uang
hasil penjualan daging hewan kurban masih kurang tepat, karena hasil penjualan daging hewan
karakteristik yang bersifat pluralism yaitu aturan Tuhan yang tidak pernah berubah,
sehingga tidak mungkin dilawan ataupun diingkari. Islam juga merupakan agama yang
kitab sucinya dengan tegas mengakui hak agama-agama lain dengan sendirinya
merupakan dasar paham kemajemukan sosial budaya dan agama sebagai ketetapan Tuhan
Buah dari suatu ibadah bisa terlihat dari sikap dan keperibadian seseorang yang
menjalankannya, sikap dan karakter seseorang yang taat dalam menjalankan ibadah akan
tampak dari pergaulannya di dalam masyarakat, karena ibadah memiliki fungsi untuk
memperbaiki dan merubah karakter seseorang menjadi lebih baik. Di dalam Islam
seseorang tidak hanya dituntut untuk senantiasa menjaga hubungannya dengan Allah
akan tetapi di sisi lain juga menuntut umatnya untuk menjaga hubungannya dengan
sesama, karena agama Islam diturunkan sebagai rahmat untuk alam semesta,
Islam menuntut seluruh umatnya untuk tidak berlaku semena-mena dan senantiasa
menjaga hubungan baik dengan sesama makhluk ciptaan Allah, untuk merealisasikan hal
tersebut Allah telah mensyari’atkan ibadah yang memiliki fungsi sosial, sehingga buah
dari ibadah tersebut bisa dirasakan secara langsung, ibadah tersebut di dalam Islam
dikenal dengan istilah muamalat. Muamalat adalah pergaulan hidup tempat setiap orang
manusia.
Salah satu ibadah yang memiliki fungsi sosial di dalamnya adalah ibadah kurban,
ibadah kurban menuntut seseorang untuk senatiasa peka terhadap keadaan lingkungan
sekitar sehingga akan tercipta rasa kepedulian yang tinggi dalam jiwa seseorang untuk
merupakan ibadah māliyyah ijtimā’iyyah yang memiliki posisi yang sangat penting,
strategis, dan menentukan, baik dilihat dari sisi ajaran Islam maupun dari sisi
sebagai ma’lūm min ad-dīn bi aḍ-ḍarūrah atau diketahui secara otomatis adanya dan
Qurban disembahkan sebagai bentuk taqarrub pada Allah yaitu mendekatkan diri
pada-Nya sehingga tidak boleh diperjualbelikan. Sama halnya dengan zakat. Jika harta
zakat kita telah mencapai nishab (ukuran minimal dikeluarkan zakat) dan telah
memenuhi haul (masa satu tahun), maka kita harus serahkan kepada orang yang berhak
menerima tanpa harus menjual padanya. Jika zakat tidak boleh demikian, maka begitu
pula dengan qurban karena sama-sama bentuk taqarrub pada Allah. Alasan lainnya lagi
adalah kita tidak diperkenankan memberikan upah kepada jagal dari hasil sembelihan
qurban.
Berkurban merupakan bagian dari syariat Islam yang sudah ada semenjak
manusia ada. Ketika putra-putra Nabi Adam as diperintahkan berkurban, maka Allah
SWT menerima kurban yang baik dan diiringi ketaqwaan dan menolak kurban yang
buruk. Sebagaimana firman Allah dalam al-Qur‟an surat al-Ma’idah ayat 27, yang
berbunyi:
Artinya: “Dan ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan
diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang
"Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa.” (QS.
al-Ma’idah: 27)
Dalam bahasa Arab hewan qurban disebut juga udhhiyah atau adh-dhahiyah
dengan bentuk jamaknya al-adhaahi. Kata ini diambil dari kata dhuha. Seakan kata itu
berasal dari kata yang menunjukkan waktu disyariatkannya penyembelian qurban, dan
dengan kata itu, hari penyembelihan dinamakan yaumul adhha ( hari penyembelihan).
Qurban (udlhiyah) ialah binatang yang disembelih pada hari raya Qurban (Idul
Adha). Dalam ilmu fiqh, kurban berarti penyembelihan hewan tertentu dengan niat
mendekatkan diri kepada Allah SWT. (Qurban) pada hari raya haji (Idul Adha) dan atau
Qurban adalah hewan (berupa Unta, Sapi, atau Kambing). yang disembelih pada
hari raya Idul Adha dan hari-hari tasyriq dengan niat mendekatkan diri dengan Allah
SWT. Binatang yang dijadikan qurban harus tidak mempunyai cacat tidak boleh buta
sebelah matanya, pincang dan yang tidak besar yang diperkirakan tidak mempunyai otak
menurut kesepakatan ulama. Hanya saja para ulama berbeda pendapat tentang binatang
yang dikebiri tidak mempunyai tanduk tidak mempunyai kuping atau hanya memiliki
pisau baru digesekkan pada leher hewan itu, sebelum darahnya membasahi tanah. Hal itu
merupakan balasan atas ketaatan orang yang ber-qurban dalam memenuhi seruan Allah
SWT. Mereka telah mengorbankan hartanya agar terhindar dari cengkeraman sikap
bakhil yang pada dasarnya merupakan tabiat asli manusia. Bukti nyata Islam adalah
agama yang kaffah dan sangat memperhatikan hubungan sosial, salah satunya adalah
dengan disyariatkannya qurban. Qurban sebagai bagian dari rasa syukur seorang hamba
atas nikmat yang telah diberikan Allah kepadanya dan dengan Ikhlas dia melaksanakan
Ditinjau dari segi sosial, ibadah kurban merupakan buah dari rasa syukur kepada
Allah atas nikmat yang telah diberikannya dan sebagai bentuk ibadah sosial dalam Islam.
Adanya kurban akan memberikan kelapangan dada, kesenangan, dan kebahagian bagi
fakir dan miskin sehingga mereka dapat merasakan kegembiraan pada hari raya kurban,
dengan adanya syariat kurban kita senantiasa diingatkan untuk senantiasa peka dan selalu
Bagian yang menjadi bentuk kegiatan sosial atau ibadah sosial di dalam Islam
adalah pendistribusian daging hewan kurban untuk dibagi- bagikan kepada masyarakat
terutama fakir dan miskin di lingkungan tempat tinggal pemilik hewan kurban, hal inilah
yang menjadi puncak dari kegiatan ibadah sosial tersebut karena pembagian daging
kurban tersebut adalah sebagai bentuk kepedulian kepada fakir dan miskin, dengan
adanya pendistribusian daging kurban kepada fakir dan miskin maka mereka akan
Pendistribusian hewan kurban telah diatur secara jelas dan lengkap di dalam
adalah apakah dalam pendistribusian hewan kurban tersebut seluruh bagian dari hewan
kurban harus didistribusikan atau tidak terutama pada bagian daging hewan kurban
tersebut, apakah dibolehkan daging hewan kurban untuk diperjualbelikan atau tidak.
Sebagian ulama menetapkan secara mutlak seluruh bagian dari hewan kurban harus
didistribusikan termasuk di dalamnya daging hewan kurban dan melarang secara mutlak
hewan kurban. Kenyataannya tidak sesuai dari ajaran Islam, banyak ditemukan
dikalangan masyarakat muslim dalam membagikan hewan qurban apabila seorang tukang
jagal maka ia mendapatkan bagian lebih banyak dari hasil penyembelihan hewan qurban.
sembelihan qurban, namun hasil penjualannya disedekahkan. Akan tetapi, yang lebih
selamat dan lebih tepat, hal ini tidak diperbolehkan berdasarkan larangan dalam hadits di
atas dan alasan yang telah disampaikan. Pembolehan menjual hasil sembelihan qurban
oleh Abu Hanifah adalah ditukar dengan barang karena seperti ini masuk kategori
pemanfaatan hewan qurban menurut beliau. Jadi beliau tidak memaksudkan jual beli
disini adalah karena menukar dengan uang secara jelas merupakan penjualan yang nyata.
Sehingga tidak tepat menjual daging atau bagian lainnya, lalu mendapatkan uang
sebagaimana yang dipraktekan sebagian panitia qurban saat ini. Mereka sengaja menjual
Desa biru kecamatan Majalaya kabupaten bandung. Secara umum Desa ini
memiliki masyarakat yang gemar untuk melakukan qurban terutama pada saat datangnya
hari raya qurban. Hal ini terbukti dari banyaknya jumlah hewan qurban baik dalam
bentuk sapi maupun kambing pada saat pelaksanaan qurban. Masyarakat bahkan rela
Banyaknya jumlah hewan qurban pada saat pelaksanaan hari raya qurban menyebabkan
jumlah daging yang telah siap diedarkan kepada masyarakat lebih banyak dari jumlah
penduduk yang ada di Desa biru kecamatan Majalaya kabupaten bandung. Daging qurban
yang masih tersisa, oleh panitia qurban ada yang dibagikan kepada masyarakat luar
muqim, namun juga ada yang di perjual belikan dan hasil penjualan digunakan untuk
penulis tertarik mengadakan penelitian di tempat tersebut. Adapun judul yang penulis
DAGING QURBAN”
B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang menjadi fokus penelitian untuk skripsi ini adalah:
1. Bagaimana praktik jual beli di Desa biru kecamatan Majalaya kabupaten Bandung ?
2. Bagaimana penentuan prosentase jatah kurban dan kriteria penerima kurban di Desa
C. Batasan Masalah
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui:
3. Untuk mengetahui tinjauan fiqih muamalah terhadap jual beli Daging Qurban
BAB II
A. Landasan Teori
1. Fiqih Muamalah
a.Pengertian
Kata Muamalah berasal dari bahasa arab yang secara etimologi sama dan semakna
dengan saling berbuat. Kata inimenggambarkan suatu aktivitas yang dilakukan oleh
menyewa.
tuntutan agama. Agama Islam memberikan norma dan etikayang bersifat wajar dalam
Sedangkan hukum Muamalah adalah hukum yang mengatur tentang hak dan
kewajiban dalam masyarakat untuk mencapai hukum Islam, meliputi utang- piutang,
sewa-menyewa, jual-beli dan lain sebagainya. Dengan kata lain masalah muamalah ini
Adapun yang termasuk dalam muamalah antara lain tukarmenukar barang, jual-
beli, pinjam-meminjam, upah kerja, serikat dalam kerja dan lain-lain. Dari definisi diatas
dapat dipahami ini fiqih Muamalah adalah pengetahuan tentang kegiatan atau transaksi
yang berdasarkan hukum-hukum syari’at, mengenai perilaku manusia dalam
perintah atau larangan seperti wajib, sunah, haram, makruh dan mubah. Hukum-hukum
fiqih terdiri dari hukum- hukum yang menyangkut urusan Ibadah dalam kaitannya
dengan hubungan vertical antara manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan
manusia lainnya.
b. Prinsip Dasar
Kegiatan muamalah sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari gerak laju
kita tidak bisa mengatakan bahwa sebuahtransaksi itu dilarang sepanjang belum/ tidak
asalnya adalah dilarang. Kita tidak bisa melakukan sebuah ibadah jika memang tidak
ditemukan nash yang memerintahkannya, ibadah kepada Allah tidak bisa dilakukan
Artinya:
harga yang lebih rendah. Harga yang lebih rendah(kompetitif) tidak mungkin
dapat diperoleh kecuali dengan menurunkan biaya produksi. Untuk itu, harus
overhead lainnya.
itu, Islam juga tidak begitu suka (makruh) denganpraktik makelar (simsar), dan lebih
“Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi
kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. yang demikian itu lebih
baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman". QS. Al A’raf:85).
lainnya. Khusus dalam transaksi finansial, nilai ini bisadiwujudkan dengan memper-
mudah transaksi bisnis tanpa harusmemberatkan pihak yang terkait. Karena, Allah
akan memberikan rahmatbagi orang yang mempermudah dalam transaksi jual beli.
Selain itu, kelenturan dan toleransi itu bisa diberikan kepadadebitur yang
membuka peluang bagi para pembeliyang ingin membatalkan transaksi jual beli,
karena terdapat indikasiketidak-butuhannya terhadap obyek transaksi (inferior
product).
pernah melekat pada diri orang yang tidakmemiliki nilai keimanan yang kuat.
Seseorang yang tidak pernah merasabahwa ia selalu dalam kontrol dan pengawasan
Allah SWT. Dengan katalain, hanyalah orang-orang beriman yang akan memiliki
nilai kejujuran.
bisnis harus dijelaskan secara detil, terutamayang terkait dengan hak dan kewajiban,
melakukan kewajiban yang merupakan hak bagi pihak lain, dansebaliknya. Sebisa
c. Prinsip Umum
mengenal prinsip-prinsip dalam fiqh muamalat, ada prinsip dasar yang harus dipahami
Ada 5 hal yang perlu diingat sebagai landasan tiap kali seorang muslim akan
berinteraksi ekonomi. Kelima hal ini menjadi batasan secara umum bahwa transaksi
yang dilakukansah atau tidak, lebih dikenal dengan singkatan MAGHRIB, yaitu
2) Gharar Setiap transaksi yang masih belum jelas barangnya atau tidak
dilaksanakan secara yang tidak jelas atau akad dan kontraknya tidak
jelas, baik dari waktu bayarnya, cara bayarnya dan lain-lain. Misalnya
membeli burung di udara atau ikan dalam air atau membeliternak yang
bersifat gharar.
transaksinya menjadi tidak sah. Misalnya jual beli khamr, dan lain-
lain.
4) Riba, Riba, yaitu penambahan pendapatan secara tidak sah antara lain
dari sisi ini transaksi yang terjadi akan merekatkan ukhuwah pihak-
pihak yang terlibat dan diharap agar bisa tercipta hubungan yang
bermuamalat.
2. Jual Beli
Untuk memenuhi kebutuhan hidup terdapat berbagai macam ragam dan corak serta
bentuk pertukaran yang terjadi, namun asas dan poros tempat berputarnya adalah jual
beli. Secara substansial jual beli merupakan suatu proses tukar menukar kebutuhan saja,
namun untuk lebih jelasnya perlu diberi batasan mengenai jual beli itu.
Setiap individu pasti mengalami atau melakukan transaksi yang berupa jual-beli, dari
sinilah perlu penulis kemukakan definisi dari jual-beli. Pengertian jual-beli terdiri dari
dua kata yaitu jual dan beli. Dalam istilah Islam, kata jual-beli mengandung satu
pengertian, yang berasal dari bahasa Arab, yaitu kata “ ”باع, yang jama’nya adalah “
Hasan dalam bukunya Berbagai macam transaksi dalam Islam (fiqh Islam)
artinya “menjual, mengganti dan menukar (sesuatu dengan sesuatu yang lain)”. Kata البي
عdalam bahasa Arab terkadang digunakan untuk pengertian lawannya, yaitu kata ال
(شراءbeli). Dengan demikian kata <البيعberarti kata “jual” dan sekaligus juga berarti
kata “beli”. Dari beberapa definisi yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa:
jual-beli merupakan sarana tempat bertemunya antara penjual dan pembeli yang
dilakukan atas dasar suka sama suka, sehingga keduanya dapat saling memperoleh
kebutuhannya secara sah. Dengan demikian jual-beli juga menciptakan hubungan antara
manusia) di muka bumi ini dengan alasan agar keduanya saling mengenal satu sama lain,
sehingga interaksi sosial dapat terlaksana dengan baik, karena manusia merupakan
makhluk sosial.
Dengan demikian, jual-beli merupakan pertukaran harta antara dua pihak atas dasar
saling rela dan memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan, berarti barang
tersebut dipertukarkan dengan alat ganti yang dapat dibenarkan. Adapun yang dimaksud
dengan ganti yang dapat dibenarkan di sini berarti milik atau harta tersebut dipertukarkan
dengan alat pembayaran yang sah, dan diakui keberadaannya, misalnya uang rupiah dan
Sejak awal, Islam telah mengatur lalu lintas dagang yang dinamakan Al- Bai Was
Syiraai berjual beli. Kaidah dari al-bai’ ialah: tamliku maalinbi maalin“menukar harta
dengan harta” menurut istilah agama Islam adalah tamliku maalin bi maalin ma’at
taraadhi “menukarkan harta dengan harta dengan sama suka”, berjual beli termasuk amal
Islam membolehkan umatnya untuk berjual-beli, oleh karena itu jual beli haruslah
sebagai sarana untuk saling mengenal antara satu sama lain sehingga hubungan
muamalat yang baik dan jual-beli yang terjadi juga atas dasar suka sama suka.
Sehingga penipuan dengan berbagai bentuknya tidak akan terjadi dalam jual-beli,
yang akan merugikan salah satu pihak. Dalam melakukan transaksi jual-beli harus
mengetahui aturan-aturan dan batasan- batasan dalam bertransaksi, oleh karena itu
jual-beli yang terdapat kitab- kitab fiqih. Adapun syarat dan rukun jual-beli secara
1) Sighat
Sighat adalah akad dari kedua belah pihak, baik dari
istilah fiqh akad disebut juaga ijab qabul. Sedangkan Ijab yaitu
syarat dan rukunnya. Dalam hal yang berkaitan dengan aqad atau
golongan, yakni :
kinayah.
2) Aqid
Aqid adalah orang yang melakukan aqad yaitu penjual dan pembeli.
a) Baligh
jual beli.29
b) Berakal
transaksi.
c) Tidak Dipaksa
yang paling mutlak dalam suatu kegiatan jual beli. Hal ini
memiliki makna bahwa dalam islam itu kegiatan
3) Ma’qud ‘alaih
pihak.
1) Al-Qur’an
Artinya
Orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan
lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang
demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah
telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-
orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya,
lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa
yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan
urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali
(mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni
neraka; mereka kekal di dalamnya.32
menjalankannya.
Artinya
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil,
kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan
suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu
membunuh dirimu Sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu.
Riba adalah haram dan jual beli adalah halal. Jadi tidak
semua akad jual beli adalah haram sebagaimana yang
disangka sebagian orang
berdasarkan ayat ini. Hal ini dikarenakan huruf alif dan
lam dalam ayat tersebut untuk menerangkan jenis dan
bukan untuk yang sudah dikenal karena sebelumnya tidak
disebutkan ada kalimat al-bai’ yang dapat dijadikan
referensi, dan jika ditetapkan bahwa jual beli adalah
umum, maka ia dapat dikhususkan dengan apa yang telah
kami sebutkan berupa riba dan yang lainnya dari benda
yang dilarang untuk di akadkan seperti minuman keras,
bangkai, dan yang lainnya dari apa yang disebutkan dalam
sunnah dan ijma para ulama akan larangan tersebut. 34
Allah telah mengharamkan memakan harta orang lain
dengan cara batil yaitu tanpa ganti dan hibah, yang demikian itu
didalamnya juga semua jenis akad yang rusak dan tidak boleh