Anda di halaman 1dari 3

Nama : Zulecha Ariskia

NIM : 4317040
Mata Kuliah : MSI- A
Dosen : Dr. Susminingsih, M.Ag
TUGAS 5
Qurban
Pengertian Qurban
Qurban berasal dari bahasa Arab, “Qurban” (‫ان‬.‫)قرب‬, yang berarti dekat. Di dalam
ajaran Islam, qurban disebut juga dengan al-udhhiyyah dan adh-dhahiyyah yang berarti
binatang sembelihan yang disembelih pada hari raya Idul Adha dan hari-hari tasyriq sebagai
bentuk taqarrubatau yaitu mendekatkan diri kepada Allah.
Dalam perspektif syari’at (fiqh), qurban memiliki makna ritual, yakni menyembelih
hewan ternak yang telah memenuhi kriteria tertentu dan pada waktu tertentu, yaitu pada hari
nahar (tanggal 10 Dzulhijah) dan hari tasyrik (tanggal 11-13 Dzulhijah).
Binatang yang boleh untuk kurban adalah onta, sapi (kerbau) dan kambing. Untuk
selain yang tiga jenis ini tidak diperbolehkan. Allah SWT berfirman, “supaya mereka
menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah dianugerahkan Allah kepada
mereka.” (Al-Hajj: 34). Dan dianggap memadai berkurban dengan domba yang berumur
setengah tahun, kambing jawa yang berumur satu tahun, sapi yang berumur dua tahun, dan
unta yang berumur lima tahun, baik itu jantan atau betina.
Di dalam Ash Shihahfi Al Lughah 2/28, Al Jauhari, menerangkan bahwa secara
etimologis (lughatan), qurban berasal dari kata qaruba-yaqrubu-qurban-qurbanan, dengan
huruf qaf didhammahkan, bermakna mendekat. Qarubailaihi artinya mendekat kepada-Nya,
seperti dalam firman Allah Ta’ala: “Inna Rahmatallahi Qariibun Minal Muhsinin”
(Sesungguhnya rahmat Allah dekat dengan orang-orang yang berbuat baik). Sedangkan
secara terminologis (Syar’an), qurban bermakna menyembelih hewan tertentu dengan niat
qurbah (mendekatkan diri) kepada Allah Ta’ala pada waktu tertentu.
Ibadah kurban hukumnya sunah muakad(sangat dianjurkan) bagi orang yang mampu
secara materi. dijelaskan oleh Rasulullah, ''Barang siapa memiliki kelapangan keuangan, lalu
ia tidak berkurban, maka janganlah ia datang ke tempat shalat kami.'' (HR Ahmad). Perintah
melaksanakan ibadah kurban mempunyai beberapa makna penting.
Pertama, ibadah kurban merupakan usaha Muslim mendekatkan diri kepada Allah
SWT. Untuk mau dan dapat berkurban perlu melakukan mujahadah (berjuang), terutama
mengendalikan hawa nafsu dan egoisme diri. Egoisme cenderung membuat orang lupa
kepada Allah dan mengabaikan ajaran agama termasuk berkurban. Kemauan berkurban
terkait pula dengan ketakwaan seseorang. Takwa ini pula yang dinilai Allah dalam berkurban,
seperti firman-Nya, ''Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai
(keridhoan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.'' (QS 22: 37).
Kedua, melaksanakan kurban merupakan wujud syukur kepada Allah atas nikmat
yang diterima selama ini. Oleh karena itu, wajar sebagian nikmat yang diperoleh tersebut
digunakan untuk menaati perintah Allah dengan berkurban. Firman Allah SWT,
''Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka, dirikanlah
shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah.'' (QS 108: 1-2).
Ketiga, penyembelihan hewan kurban bertujuan membantu sesama, terutama yang
kurang mampu melalui pendistribusian daging kurban kepada mereka. Ini bukti kemurahan
hati orang yang berkurban kepada sesama manusia. Melalui pembagian daging hewan kurban
diharapkan tercipta kebersamaan dan persaudaraan antara sesama Muslim dan manusia secara
keseluruhan. Persaudaraan yang hakiki terwujud ketika manusia saling menyayangi, saling
menyantuni, saling memberi. Yang kaya memberi yang miskin dan yang kuat membantu
yang lemah. Ibadah kurban merupakan salah satu upaya Islam mewujudkan cita-cita ini.
Keempat, kurban yang dilakukan dengan menumpahkan darah hewan adalah simbol
agar orang berkurban menanggalkan sifat-sifat kebinatangan yang melekat pada dirinya,
misalnya sifat bengis, licik, dan egoisme. Begitu pula melalui kurban seorang Muslim
diminta menanggalkan penghambaan sesama makhluk, karena Islam hanya membenarkan
penghambaan kepada Allah. Semua sifat-sifat yang buruk ini harus dijauhkan dari kehidupan
Muslim, kapan dan di manapun. Dalam pengertian lebih luas, upaya mendekatkan diri kepada
Allah SWT dalam kehidupan sehari-hari dapat dilakukan dengan berkurban, bukan hanya
dengan menyembelih hewan, tapi bisa juga dalam bentuk lain.
Makna Qurban Menurut Pandangan Ulama
Setiap ulama memiliki pendapat sendiri dalam menghukumi suatu hal. Disini peneliti
mengambil tema tentang qurban yang salah satu dalilnya terdapat di dalam surat Al-Kautsar.
Beberapa ulama berbeda pendapat dalam memaknai surat tersebut terutama pada ayat kedua
pada kata “anhar”.
1. Ahmad Mustofa Al Maraghi dalam Tafsirnya Al Maraghi berpendapat bahwa:
”Dan sembelihlah hewan qurbanmu itu juga ikhlas karena Allah. Allah-lah
yang memelihara dirimu. Dan Allah-lah yang menganugerahkan nikmat-
nikmat kepadamu yang tak terhitung banyaknya dan belum pernah
dianugerahkan kepada selain kamu.” Dalam melaksanakan qurban sangat
dianjurkan untuk bersikap ikhlas karena segala sesuatu yang ada pada diri kita
berasal dari Allah Swt dan sudah sepantasnya kita berqurban dengan ikhlas.
2. Menurut Dr.Wahbahaz-Zuhaili dalam tafsirnya Al Munir berpendapat bahwa:
”Dan sembelihlah hewan qurban yakni hewan yang disembelih pada hari raya
Idul Adha dan hewan yang disembelih sebagai ibadah bagi kamu, yakni al-
hadyu dan lain sebagainya dari hewan-hewan sembelihan karena Allah dan
hanya menyebut nama Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya. Maka sesungguhnya
Allah-lah, Dzat yang menjagamu dengan pendidikan dan menyenangkanmu
dengan limpahan nikmat-nikmat-Nya, bukan selain Dia.” Qurban
dilaksanakan sebagai wujud ibadah seseorang kepada Allah Swt karena semua
nikmat yang ada berasal dari-Nya.
3. Menurut Muhammad ar-Razy Fahruddin Ibnu Ummar, beliau berpendapat
bahwa: “Bersedekah dengan memberikan daging qurban.” Dengan qurban kita
berusaha membahagiakan orang-orang di sekitar kita terutama fakir miskin.
Dengan membagi-bagikan daging qurban tersebut merupakan suatu amalan
yang dijanjikan pahalanya oleh Allah Swt. Qurban yang dilaksanakan dengan
pemotongan hewan merupakan salah satu wujud sebagai melaksanakan
perintah agama.
4. Imam Ibnu Jarir mengemukakan bahwa makna ayat tersebut adalah jadikanlah
sholatmu seluruhnya untuk Allah dengan niat ikhlas begitupun sembelihanmu
ditujukan hanya untuk-Nya sebagai rasa syukur atas nikmat yang dilimpahkan.
Jika dilihat dari penjelasan diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa makna yang
terkandung dalam surat Al-kautsar ayat 2 yaitu Allah Swt memerintahkan kepada Nabi
Muhammad Saw dan umat Islam untuk senantiasa melaksanakan amal ibadah dengan ikhlas.
Ibadah disini merupakan ungkapan rasa syukur atas limpahan karunia dan anugerah yang
diberikan oleh Allah Swt dan salah satu wujud dari ibadah itu adalah menyembelih hewan
qurban untuk disedekahkan kepada fakir miskin dengan niat karena Allah Swt dan untuk
mensejahterakan mereka dengan cara membagi-bagikan daging hewan qurban tersebut.

Anda mungkin juga menyukai