Anda di halaman 1dari 3

Nama: Ningrum Puspita Sari

NIM: 045202577

Selayaknya sistem hukum pada umumnya, terdapat keterkaitan komponen-


komponen sistem penegakan hukum dalam sistem hukum media massa.

1. Uraikan komponen-komponen sistem penegakan hukum tersebut!


2. Identifikasilah bagaimana sistem hukum bekerja melalui komponen-
komponen tersebut!
3. Berikan contoh sederhana yang menggambarkan bagaimana sistem
hukum media massa bekerja melalui komponen-komponen sistem
penegakan hukum!

1. Sistem hokum merupakan satu kesatuan yang tersusun atas integrasi sebagai komponen
system hokum, yang masih-masing memiliki fungsi tersendiri dan terkait dalam satu
kesatuan hubungan yang saling terkait,bergantung, mempengaruhi, bergerak dalam
kesatuan proses, yakni proses system hukum untuk mewujudkan tujuan hukum.

Komponen-komponen system penegakan hukum:


1. Struktur Hukum (Legal Structure)
Teori Lawrence Meir Friedman yang kedua: Struktur Hukum/Pranata Hukum: Dalam
teori Lawrence Meir Friedman ini hal disebut sebagai system structural yang
menentukan bisa atau tidaknya hukum itu dilaksanakan dengan baik
Yang termasuk kedalam struktur hukum adalah: Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan dan
Badan Pelaksana Pidaa (Lapas)

2. Substansi Hukum (Legas Substance)


Substansi Hukum bisa dikatakan sebagai norma, aturan dan perilaku nyata manusia yang
berada pada system itu

3. Budaya Hukum (Legal Culture)


Budaya hukum ini dimaknai sebagai suasana pikiran social dan kekuatan sosisal yang
menentukan bagaimana hukum digunakan, dihindari, atau disalahgunakan.

2. Ketigaya merupaka satu kesatua yang terkait dan masing-masing tidak dapat dipisahkan
sebagai satu kesatuan system. Hukum tidak dapat berjalan atau tegak bila tidak ada aparat
penegak hukum yang kredibilitas, kompeten dan independen. Seberapa bagusnya suatu
peraturan perundang-undangan bila tidak didukung degan aparat hukum yang baik maka
keadilan hanya angan-angan.

Lemahnya mentalitas aparat penegak hukum mengakibatkan penegakkan hukum tidak


berjalan sebagaimana mestinya. Banyak faktor yang mempengaruhi lemahnyamentalitas
aparat penegak hukum diantaranya lemahnya pemahaman agama, ekonomi,proses
rekruitmen yang tidak transparan dan lain sebagainya.Sehingga dapat dipertegas bahwa
faktor penegak hukum memainkan peran penting dalam memfungsikan hukum. Kalau
peraturan sudah baik, tetapi kualitas penegakhukum rendah maka akan ada masalah.
Demikian juga, apabila peraturannya buruk sedangkan kualitas penegak hukum
baik,kemungkinan munculnya masalah masih terbuka.

3. Salah satu contoh bagaimana sistem hukum media massa sejalan dengan komponen-
komponen penegakan hukum tersebut. Menurut Juniver Girsang (2007), salah satu yang
menjadikan masyarakat berbeda pandang terhadap UU Pokok Pers dengan KUHP adalah
soal tanggung jawab. Dalam pandangannya, UU Pokok Pers, khususnya pasal 12 beserta
penjelasannya, menganut prinsip “pertanggungjawaban fiktif”. Jika terjadi penuntutan
hukum, yang bertanggung jawab terhadap materi berita adalah Pemimpin Redaksi. Ini
terjadi karena sebenarnya,yang melakukan perbuatan (delik) bukan dia, tetapi para
reporter. Namun, sebagai pimpinan ia yang bertanggung jawab. Pasal 12 diatas telah
menegaskan siapa yang harus bertanggung jawab dalam mewakili tuntutan.

Jika ada pers yang melakukan tindak pidana seperti yang dituntut karena
melakukantindak pidana seperti yang dituduhkan dalam pasal-pasal KUHP, subjek
hukum atauyang tergolong pelaku (termasuk membantu melakukan) semestinya adalah:

- wartawan, yang telah membuat atau menulis berita;-redaktur, yang mengedit naskah
dan menentukan turunnya naskah;
-lembaga Sidang Redaksi, dalam arti orang yang ikut bersidang atau rapatredaksi ketika
bersepakat menentukan turunnya tulisan tersebut;
-redaktur Pelaksana, yaitu orang yang bertanggung jawab terhadap operasional sehari-
hari termasuk pula penyetujuan penurunan berita;
-pemimpin Redaksi, sebagai penanggung jawab redaksi yang ada kalanya ia sudah
membaca tulisan berita tersebut dan menyetujuinya untuk dimuat, akan tetapi ada kalanya
tidak membacanya karena sudah diserahkan sepenuhnya kepada bawahannya di jajaran
redaksi;
-penerbit, yaitu badan usaha yang menerbitkan media yang di dalamnya mengandung
tulisan yang tergolong tindak pidana;
-percetakan, yaitu pihak yang membantu melakukan pencatatan hal yang didalamnya
mengandung tulisan yang tergolong tindak pidana dan memperbanyaknya;
-sirkulasj atau distribusi, yaitu pihak yang membantu mengirim dan menyebarkan
medianya yang di dalamnya terdapat berita yang tergolong tindak pidana;
-agen koran/majalah, karena membantu mengedarkan tulisan yang tergolong tindak
pidana;
-pengecer koran/majalah, toko-toko, karena membantu mengedarkan kemasyarakat

Contoh kasus : Seorang wartawan harian di Surabaya menayangkan berita hasil


wawancaranyadengan seorang istri Nurdin M Top. Namun akhirnya terungkap kalau
ternyata wawancara tersebut tidak pernah dilakukan. Istri Nurdin M Top saat itu sedang
sakit tenggorokkan sehingga untuk berbicara saja sulit, apalagi memberikan keterangan
panjang lebar seperti laporan wawancara itu. Wartawan dari harian ini memang tidak
pernah bertemu dengan istri orang yang disangka teroris itu dan tidak pernah ada
wawancara sama sekali. Wartawan dalam kasus ini melanggar Kode Etik Jurnalistik
Pasal 2 dan Pasal 4.Hal ini menunjukkan bahwa meskipun kita sudah diberikan
kebebasan, kita harus tetapbertanggung jawab atas apa yang sudah dilakukan.

SKOM4439
https://strateginews.co/2020/12/09/penerapan-hukum-media-massa-di-indonesia

Anda mungkin juga menyukai