Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KESEIMBANGN TUBUH

DISUSUN OLEH :
PUTRI LIAMDA
PO713201221032
TK 1.A

CI INSTITUSI CI LAHAN

(Hj. Hartati, S.Pd., S.Kep.Ns., M.Kes) ( )

PRODI DIII KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
2022/2023
A. DEFINISI
Keseimbangan tubuh mengacu pada kemampuan tubuh untuk mempertahankan
posisi dan stabilitasnya selama aktivitas fisik maupun dalam keadaan diam. Ini melibatkan
kerja yang terkoordinasi antara sistem saraf, sistem vestibular (keseimbangan dalam
telinga dalam), dan sistem muskuloskeletal.
Keseimbangan tubuh dibentuk oleh beberapa komponen utama, yaitu:
1. Sistem Vestibular: Sistem vestibular terletak di dalam telinga dalam dan bertanggung
jawab atas keseimbangan dan orientasi spasial. Ini menggunakan sensor dalam bentuk
cairan yang mendeteksi gerakan dan posisi kepala. Informasi yang diterima oleh
sistem ini kemudian dikirim ke otak untuk memproses dan menjaga keseimbangan
tubuh.
2. Sistem Visual: Mata memberikan informasi visual tentang posisi tubuh dan
lingkungan sekitarnya. Informasi visual ini berguna dalam memandu gerakan dan
menjaga keseimbangan. Misalnya, melihat objek yang bergerak atau melihat
perubahan permukaan yang tidak rata dapat membantu tubuh dalam menyesuaikan
posisi dan mempertahankan keseimbangan.
3. Sistem Somatosensori: Sistem somatosensori melibatkan reseptor pada kulit, otot, dan
sendi yang mendeteksi tekanan, sentuhan, getaran, dan posisi tubuh. Informasi ini
dikirim ke otak untuk membantu dalam memantau dan mempertahankan
keseimbangan tubuh.
4. Koordinasi Otot: Keseimbangan juga tergantung pada kemampuan otot untuk bekerja
bersama dan menghasilkan gerakan yang terkoordinasi. Otot-otot tubuh bekerja secara
sinergis untuk mengatur dan menjaga posisi tubuh yang tepat.
Gangguan keseimbangan tubuh dapat terjadi akibat berbagai faktor, seperti
gangguan pada sistem vestibular, kerusakan saraf, kondisi medis tertentu, cedera, atau
penuaan. Latihan dan terapi khusus sering digunakan untuk memperbaiki atau
mempertahankan keseimbangan tubuh yang optimal.
Penting untuk menjaga keseimbangan tubuh yang baik, karena ini mempengaruhi
kemampuan seseorang dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, mencegah cedera yang
disebabkan oleh jatuh, dan mempertahankan kualitas hidup yang baik.
B. ETIOLOGI
1. Gangguan pada sistem vestibuler: Sistem vestibuler dalam telinga bagian dalam
bertanggung jawab untuk mempertahankan keseimbangan tubuh. Gangguan pada
sistem ini, seperti vertigo atau penyakit Meniere, dapat menyebabkan
ketidakseimbangan.
2. Gangguan pada sistem saraf pusat: Sistem saraf pusat, terutama otak, berperan penting
dalam mengkoordinasikan keseimbangan tubuh. Penyakit atau gangguan yang
mempengaruhi bagian otak yang terkait dengan keseimbangan, seperti stroke, tumor
otak, atau penyakit Parkinson, dapat menyebabkan ketidakseimbangan.
3. Gangguan pada sistem muskuloskeletal: Sistem muskuloskeletal yang kuat dan
fleksibel membantu dalam menjaga keseimbangan tubuh. Cedera pada tulang, otot,
atau sendi, seperti patah tulang, cedera ligamen, atau osteoarthritis, dapat mengganggu
keseimbangan.
4. Efek samping obat: Beberapa obat, seperti obat penenang atau obat penekan sistem
saraf pusat, dapat menyebabkan efek samping berupa ketidakseimbangan atau pusing.
5. Penyakit lain: Ketidakseimbangan tubuh juga dapat menjadi gejala dari penyakit lain,
seperti diabetes, gangguan tiroid, anemia, atau infeksi telinga.
6. Penuaan alami: Proses penuaan alami dapat mempengaruhi sistem tubuh yang terkait
dengan keseimbangan, termasuk sistem saraf dan muskuloskeletal.
7. Faktor lingkungan: Faktor lingkungan, seperti permukaan yang licin atau tidak rata,
pencahayaan yang buruk, atau gangguan lingkungan lainnya, dapat menyebabkan
ketidakseimbangan sementara.
C. TANDA DAN GEJALA
1. Pusing atau rasa tidak stabil: Sensasi pusing, merasa seperti dunia berputar atau
perasaan tidak stabil saat berdiri atau berjalan adalah gejala umum ketidakseimbangan
tubuh.
2. Kesulitan berjalan atau berdiri: Ketidakseimbangan dapat membuat Anda sulit untuk
berjalan secara normal, berdiri tegak, atau mempertahankan posisi tubuh dengan
stabil.
3. Ketidakmampuan untuk menjaga keseimbangan saat mata tertutup: Ketika mata
ditutup, sistem visual tidak dapat membantu mempertahankan keseimbangan. Jika
Anda mengalami kesulitan mempertahankan keseimbangan saat mata ditutup, ini
dapat menjadi tanda ketidakseimbangan tubuh.
4. Sensasi melayang atau terayun-ayun: Rasa melayang, terayun-ayun, atau sensasi
tubuh yang tidak stabil tanpa alasan yang jelas adalah gejala yang dapat terjadi pada
ketidakseimbangan tubuh.
5. Peningkatan risiko jatuh: Ketidakseimbangan dapat meningkatkan risiko jatuh,
terutama pada orang lanjut usia. Perasaan tidak stabil dan kesulitan menjaga
keseimbangan dapat membuat seseorang lebih rentan terhadap kecelakaan jatuh.
6. Sensasi telinga berdenging atau terblokir: Beberapa gangguan keseimbangan dapat
disertai dengan sensasi telinga berdenging atau terasa terblokir.
7. Mual atau muntah: Beberapa orang dengan ketidakseimbangan tubuh mungkin
mengalami mual atau muntah sebagai respons terhadap perasaan tidak stabil.
8. Kelelahan atau kebingungan: Ketidakseimbangan yang persisten dapat menyebabkan
kelelahan fisik atau kebingungan karena tubuh harus bekerja lebih keras untuk
mempertahankan keseimbangan.
D. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi keseimbangan tubuh melibatkan berbagai sistem dan organ yang
berperan dalam mempertahankan keseimbangan postur dan orientasi tubuh. Berikut adalah
gambaran umum tentang patofisiologi keseimbangan tubuh:
1. Sistem Vestibuler: Sistem vestibuler terletak di dalam telinga bagian dalam dan
berperan penting dalam mengatur keseimbangan. Sistem ini terdiri dari tiga saluran
setengah melingkar yang berisi cairan dan sensor khusus yang mendeteksi gerakan
kepala. Ketika kepala bergerak, cairan dalam saluran setengah melingkar bergeser,
dan informasi ini diteruskan ke otak untuk mempertahankan keseimbangan.
Gangguan pada sistem vestibuler, seperti peradangan atau kristal yang terjebak di
dalam saluran, dapat mengganggu fungsi normalnya dan menyebabkan
ketidakseimbangan.
2. Sistem Saraf Pusat: Otak dan sumsum tulang belakang merupakan bagian dari sistem
saraf pusat yang berperan dalam mengendalikan keseimbangan tubuh. Informasi
tentang posisi dan gerakan tubuh dikirim ke otak melalui saraf sensorik. Otak
kemudian mengintegrasikan informasi ini dan mengirimkan sinyal ke otot-otot dan
sistem lainnya untuk mempertahankan keseimbangan. Gangguan pada bagian otak
yang terkait dengan keseimbangan, seperti stroke, cedera kepala, atau penyakit
neurodegeneratif, dapat menyebabkan ketidakseimbangan.
3. Sistem Visual: Sistem visual juga berperan penting dalam mempertahankan
keseimbangan. Mata mendeteksi orientasi tubuh dan gerakan lingkungan sekitar.
Informasi visual ini dikirim ke otak untuk memadukan dengan informasi lainnya dan
mempertahankan keseimbangan. Gangguan penglihatan, seperti gangguan
penglihatan perifer atau masalah dengan persepsi kedalaman, dapat mempengaruhi
keseimbangan tubuh.
4. Sistem Somatosensori: Sistem somatosensori terdiri dari reseptor di kulit, otot, dan
sendi yang mendeteksi tekanan, posisi, dan gerakan tubuh. Informasi dari sistem ini
dikirim ke otak dan membantu dalam mempertahankan keseimbangan. Gangguan
pada sistem somatosensori, seperti neuropati perifer atau kerusakan saraf sensorik,
dapat mempengaruhi persepsi keseimbangan.
5. Koordinasi otot dan kontrol motorik: Keseimbangan juga melibatkan koordinasi otot
dan kontrol motorik yang tepat. Otot-otot tubuh bekerja bersama-sama untuk menjaga
postur dan mempertahankan keseimbangan. Gangguan pada sistem otot, seperti
kelemahan otot, gangguan koordinasi, atau kehilangan massa otot, dapat mengganggu
keseimbangan.
E. KLASIFIKASI
1. Berdasarkan Sistem yang Terlibat:
 Keseimbangan Vestibuler: Terkait dengan fungsi sistem vestibuler dalam telinga
bagian dalam yang mendeteksi perubahan posisi kepala dan gerakan untuk
mempertahankan keseimbangan.
 Keseimbangan Visual: Melibatkan penggunaan informasi visual dari mata untuk
memperoleh dan memproses informasi tentang orientasi tubuh dan lingkungan
sekitar.
 Keseimbangan Somatosensorik: Terkait dengan penggunaan informasi dari
reseptor di kulit, otot, dan sendi untuk mendeteksi tekanan, posisi, dan gerakan
tubuh.
 Keseimbangan Koordinasi Motorik: Melibatkan koordinasi otot dan sistem
motorik yang tepat untuk menjaga postur dan keseimbangan tubuh.
2. Berdasarkan Etiologi:
 Keseimbangan Primer: Terkait dengan gangguan pada sistem-sistem yang secara
langsung terlibat dalam mempertahankan keseimbangan tubuh, seperti gangguan
vestibuler, gangguan saraf pusat, atau gangguan motorik.
 Keseimbangan Sekunder: Terjadi sebagai akibat dari penyakit atau kondisi lain,
seperti masalah muskuloskeletal, efek samping obat, atau gangguan sistemik.
3. Berdasarkan Manifestasi Klinis:
 Vertigo: Sensasi berputar atau berayun yang dapat disertai dengan pusing dan
mual.
 Disekuilibrium: Sensasi tidak stabil atau terhuyung-huyung tanpa sensasi
berputar yang jelas.
 Presinkop: Sensasi hampir pingsan atau merasa lemas saat berdiri atau bergerak.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Tes Romberg: Pasien diminta untuk berdiri dengan kaki rapat dan mata terbuka,
kemudian dengan mata tertutup. Tes ini bertujuan untuk mengevaluasi kemampuan
pasien dalam mempertahankan keseimbangan saat mengandalkan informasi visual
dan somatosensori.
2. Tes Berg Balance Scale (BBS): Tes ini menggunakan skala yang mencakup
serangkaian tugas keseimbangan, seperti berjalan di garis lurus, berdiri dengan mata
tertutup, atau memindahkan beban dari satu tangan ke tangan lainnya. Skor BBS
digunakan untuk mengukur tingkat keseimbangan pasien.
3. Tes Timed Up and Go (TUG): Tes ini mengukur waktu yang diperlukan pasien untuk
berdiri dari kursi, berjalan sejauh 3 meter, dan kembali duduk. Tes ini memberikan
informasi tentang kemampuan pasien dalam melakukan transisi dan keseimbangan
saat bergerak.
4. Tes Sensory Organization Test (SOT): Tes ini menggunakan platform keseimbangan
khusus yang dapat mengukur reaksi keseimbangan pasien terhadap variasi informasi
visual, vestibuler, dan somatosensori. Pasien diminta untuk berdiri di atas platform
sambil menghadapi kondisi pengujian yang berbeda, seperti mata tertutup atau
penggantian permukaan yang tidak stabil.
5. Videonystagmography (VNG): Pemeriksaan ini melibatkan perekaman gerakan mata
menggunakan kamera inframerah saat pasien melakukan serangkaian gerakan kepala
atau uji vestibuler. Tes ini membantu dalam mengevaluasi fungsi vestibuler dan
keseimbangan.
6. Elektromiografi (EMG): Pemeriksaan ini melibatkan perekaman aktivitas listrik pada
otot-otot yang terlibat dalam keseimbangan. EMG dapat memberikan informasi
tentang aktivitas otot yang tidak normal atau ketidakseimbangan dalam penggunaan
otot-otot keseimbangan.
7. Tes audiomteri: Gangguan pendengaran dapat mempengaruhi keseimbangan. Tes
audiomteri digunakan untuk mengukur pendengaran pasien dan memeriksa apakah
ada keterkaitan antara gangguan pendengaran dan ketidakseimbangan tubuh.
G. DIAGNOSTIK TEST
1. Romberg Test: Pasien diminta untuk berdiri dengan kaki rapat dan mata terbuka,
kemudian dengan mata tertutup. Tes ini bertujuan untuk mengevaluasi kemampuan
pasien dalam mempertahankan keseimbangan saat mengandalkan informasi visual
dan somatosensori.
2. Sensory Organization Test (SOT): Tes ini menggunakan platform keseimbangan
khusus yang dapat mengukur reaksi keseimbangan pasien terhadap variasi informasi
visual, vestibuler, dan somatosensori. Pasien diminta untuk berdiri di atas platform
sambil menghadapi kondisi pengujian yang berbeda, seperti mata tertutup atau
penggantian permukaan yang tidak stabil.
3. Computerized Dynamic Posturography (CDP): Tes ini melibatkan penggunaan alat
khusus yang mengukur perubahan posisi tubuh pasien saat berdiri di atas platform
yang bergerak. Tes ini memberikan informasi detail tentang kemampuan pasien dalam
mempertahankan keseimbangan dalam berbagai kondisi.
4. Video Head Impulse Test (vHIT): Tes ini digunakan untuk mengevaluasi fungsi sistem
vestibuler dengan memantau gerakan mata pasien saat kepala diputar secara tiba-tiba.
Tes ini membantu mengidentifikasi kelainan vestibuler yang mungkin menyebabkan
ketidakseimbangan.
5. Dix-Hallpike Maneuver: Tes ini digunakan untuk mengevaluasi kelainan pada sistem
vestibuler dan deteksi vertigo. Pasien diminta untuk berbaring dengan cepat dari posisi
duduk ke posisi terlentang dengan kepala tergantung di belakang. Gerakan ini memicu
gejala vertigo pada pasien yang mungkin mengalami benjolan kristal di dalam saluran
vestibuler.
6. Videonystagmography (VNG): Pemeriksaan ini melibatkan perekaman gerakan mata
menggunakan kamera inframerah saat pasien melakukan gerakan kepala atau uji
vestibuler. Tes ini membantu dalam mengevaluasi fungsi vestibuler dan
mengidentifikasi masalah vestibuler yang mungkin menyebabkan
ketidakseimbangan.
7. Audiometri: Tes ini dilakukan untuk mengevaluasi fungsi pendengaran pasien karena
gangguan pendengaran dapat mempengaruhi keseimbangan.
8. Tes Radiologi: Pada kasus tertentu, dokter mungkin merujuk pasien untuk menjalani
CT scan atau MRI kepala untuk melihat adanya kelainan struktural di otak yang
mungkin memengaruhi keseimbangan.
H. KOMPLIKASI
1. Cedera jatuh: Ketidakseimbangan tubuh dapat meningkatkan risiko jatuh dan cedera
yang serius. Penderita yang mengalami gangguan keseimbangan mungkin memiliki
kesulitan dalam menjaga stabilitas saat berjalan, berdiri, atau melakukan aktivitas
fisik, sehingga meningkatkan risiko terjatuh.
2. Fraktur tulang: Jika seseorang jatuh sebagai akibat dari ketidakseimbangan tubuh,
mereka berisiko mengalami fraktur tulang, terutama pada daerah seperti pinggul,
pergelangan tangan, atau tulang belakang. Cedera ini dapat menyebabkan rasa sakit,
kehilangan fungsi tubuh, dan kesulitan mobilitas.
3. Konsekuensi psikologis: Ketidakseimbangan tubuh yang berkepanjangan dapat
menyebabkan konsekuensi psikologis seperti kecemasan, ketakutan, dan depresi.
Rasa ketidakmampuan untuk menjaga keseimbangan secara mandiri dapat
mengurangi kepercayaan diri dan meningkatkan tingkat stres emosional.
4. Ketidakaktifan fisik: Ketidakseimbangan tubuh yang signifikan dapat menghambat
seseorang dalam melakukan aktivitas fisik secara normal. Ini dapat mengarah pada
gaya hidup yang tidak aktif, penurunan kebugaran fisik, dan penurunan kualitas hidup
secara keseluruhan.
5. Gangguan sosial dan isolasi: Kesulitan menjaga keseimbangan tubuh dapat
membatasi partisipasi sosial dan aktivitas sosial. Seseorang mungkin merasa enggan
untuk keluar rumah atau terlibat dalam aktivitas sosial karena takut jatuh atau malu
dengan ketidakmampuan mereka.
6. Gangguan kognitif: Beberapa gangguan keseimbangan tubuh, seperti vertigo, dapat
menyebabkan gejala kognitif seperti kebingungan, kesulitan berkonsentrasi, dan
gangguan ingatan. Ini dapat mempengaruhi kinerja sehari-hari dan kualitas hidup
secara keseluruhan.
7. Keterbatasan mobilitas: Ketidakseimbangan tubuh yang parah dapat mengakibatkan
keterbatasan mobilitas yang signifikan. Seseorang mungkin mengalami kesulitan
dalam berjalan, naik tangga, atau melakukan tugas-tugas sehari-hari lainnya, yang
dapat membatasi kemandirian dan kualitas hidup.
I. PENATALAKSANAAN
1. Penanganan penyakit atau kondisi yang mendasari
2. Terapi fisik dan rehabilitasi
3. Alat bantu dan penyesuaian lingkungan
4. Modifikasi gaya hidup
5. Konseling dan dukungan psikologis
J. PENGKAJIAN DATA
1. Riwayat medis: Perhatikan riwayat medis pasien terkait dengan keseimbangan tubuh,
termasuk riwayat penyakit atau kondisi medis yang mungkin mempengaruhi
keseimbangan seperti gangguan saraf, gangguan pendengaran, penyakit dalam, cedera
kepala atau tulang belakang, atau riwayat pusing atau vertigo.
2. Gejala dan keluhan: Tinjau gejala dan keluhan yang dilaporkan oleh pasien terkait
dengan ketidakseimbangan tubuh, seperti pusing, rasa tidak stabil, sensasi melayang,
atau kesulitan menjaga keseimbangan saat berjalan atau berdiri.
3. Riwayat jatuh: Tanyakan tentang riwayat jatuh pasien, termasuk frekuensi, keadaan
atau situasi yang memicu jatuh, dan adanya cedera terkait jatuh. Hal ini akan
membantu mengevaluasi tingkat risiko dan dampak ketidakseimbangan tubuh pada
kehidupan sehari-hari pasien.
4. Riwayat obat-obatan: Periksa riwayat penggunaan obat-obatan pasien, termasuk obat-
obatan yang dapat mempengaruhi keseimbangan seperti obat tekanan darah, obat
penghilang rasa sakit, obat penenang, atau obat-obatan tertentu yang dapat
mempengaruhi fungsi saraf.
5. Riwayat pembedahan: Tanyakan tentang riwayat pembedahan yang pernah dilakukan
pasien, terutama yang berhubungan dengan sistem saraf atau keseimbangan tubuh.
6. Riwayat keluarga: Tinjau riwayat kesehatan keluarga pasien terkait dengan masalah
keseimbangan tubuh atau penyakit yang dapat mempengaruhi keseimbangan.
7. Pemeriksaan fisik: Perhatikan temuan pemeriksaan fisik yang terdapat dalam laporan,
termasuk evaluasi keseimbangan tubuh, koordinasi, refleks, dan kepekaan sensorik.
8. Hasil tes diagnostik: Tinjau hasil tes diagnostik yang telah dilakukan, seperti
audiometri, tes vestibular, tes radiologi, atau tes laboratorium terkait dengan
keseimbangan tubuh. Perhatikan hasil spesifik yang dapat memberikan indikasi
tentang penyebab ketidakseimbangan tubuh.
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko jatuh berhubungan dengan ketidakseimbangan tubuh
2. Gangguan keseimbangan berhubungan dengan gangguan vestibuler
3. Ketidakseimbangan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot
4. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan pendengaran atau
penglihatan
5. Gangguan kognitif berhubungan dengan ketidakmampuan menginterpretasikan
informasi sensori
6. Kehilangan kemandirian berhubungan dengan ketidakmampuan menjaga
keseimbangan
7. Kecemasan berhubungan dengan ketidakmampuan menjaga keseimbangan tubuh
8. Keterbatasan sosial berhubungan dengan ketakutan jatuh atau malu karena
ketidakseimbangan tubuh
L. PERENCANAAN
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan (NOC) (NIC)
Hipertermia Thermoregulation 1. Observasi 1. Mengetahui
berhubungan Setelah dilakukan keadaan umum perkembangan
dengan penyakit selama 2x24 jam pasien kondisi pasien
tindakan diharapkan 2. Monitor TTV 2. Tanda vital
hipertermia berkurang. 3. Monitor warna merupakan acuan
Kriteria hasil : kulit untuk
1. Suhu tubuh dalam 4. Monitor tanda – mengetahui
rentang normal tanda keadaan umum
(36-37,5°C). hipertermiaa pasien.
2. Nadi dan RR dalam 5. Berikan obat 3. Perubahan warna
rentang normal (N: antipiretik kulit menjadi
60-100 x/menit, R: 6. Tingkatkan salah satu
16-20 x/menit). intake cairan dan indikator tanda
3. Tidak ada nutrisi hipertemia
perubahan warna 7. Kolaborasi 4. Mengetahui
kulit pemberian intervensi yang
4. Tidak ada pusing cairan intravena tepat
8. Kompres hangat 5. Membantu dalam
pada lipatan penurunan panas
paha dan aksila 6. Peningkatan suhu
tubuh
9. Anjurkan mengakibatkan
beristirahat penguapan tubuh
10. Beri Health meningkat
Education ke sehingga perlu
pasien dan diimbangi
keluarganya dengan asupan
mengenai cairan yang
hipertermia banyak/adekuat.
7. Memenuhi
kebutuhan cairan
elektrolit tubuh
8. pemindahan
panas secara
konduksi.
9. Meminimalisir
produksi panas
yang diproduksi
oleh tubuh
10. Meningkatkan
pengetahuan dan
pemahaman dari
pasien dan
keluarganya

M. EVALUASI
1. Respons terhadap intervensi
2. Kemampuan keseimbangan
3. Pengurangan gejala
4. Kemandirian dalam aktivitas sehari-hari
5. Kepatuhan terhadap perawatan
6. Perubahan dalam faktor risiko
DAFTAR PUSTAKA
WINDI ASMI SAPUTRI (2018) PENERAPAN BALANCE EXERCISE PADA LANSIA
DENGAN GANGGUAN KESEIMBANGAN TUBUH DI BPSTW
ABIYOSO. ["eprint_fieldopt_thesis_type_skripsi" not defined] thesis, poltekkes kemenkes
yogyakarta.
Herlman,T. Heather. 2015. NANDA International Diagnosis Keperawatan : Definisi dan
Klasifikasi 2015-2017. Edisi 10.Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai