Anda di halaman 1dari 15

PENGETAHUAN UMUM

Per 11 November 2022, Indonesia resmi memiliki 37 provinsi.

Jumlah ini bertambah dari sebelumnya 34 provinsi, usai Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian
meresmikan tiga provinsi daerah otonomi baru (DOB) Papua. Tiga provinsi baru Indonesia
adalah Papua Selatan, Papua Tengah, dan Papua Pegunungan.

"Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, hari ini, Jumat 11 November 2022, bertempat di
Jakarta, saya Muhammad Tito Karnavian, Menteri Dalam Negeri atas nama Presiden Republik
Indonesia dengan ini meresmikan Provinsi Papua Selatan berdasarkan Undang-Undang Nomor
14 Tahun 2022, Provinsi Papua Tengah berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2022,
dan Provinsi Papua Pegunungan berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2022," ujar Tito
di Kantor Kemendagri, Jumat pagi.

Tiga provinsi baru ini merupakan pemekaran dari Provinsi Papua, berdasarkan tiga rancangan
undang-undang (RUU) yang disahkan oleh DPR RI pada Kamis, 30 Mei 2022.

Daftar provinsi di Indonesia

Pulau Sumatera

Sepuluh provinsi di wilayah Sumatera meliputi:

Nanggroe Aceh Darussalam (NAD): Banda Aceh

Sumatera Utara: Medan

Sumatera Selatan: Palembang

Sumatera Barat: Padang

Bengkulu: Bengkulu

Riau: Pekanbaru

Kepulauan Riau: Tanjung Pinang

Jambi: Jambi

Lampung: Bandar Lampung


Bangka Belitung: Pangkal Pinang

Pulau Kalimantan

Di Kalimantan, terdapat lima provinsi yang meliputi:

Kalimantan Barat: Pontianak

Kalimantan Timur: Samarinda

Kalimantan Selatan: Banjarbaru (Semula beribu kota di Banjarmasin. Melalui UU Nomor 9


Tahun 2022 tertanggal 15 Februari 2022, ibu kota Kalsel dipindah ke Banjarbaru).

Kalimantan Tengah: Palangkaraya

Kalimantan Utara: Tanjung Selor

Pulau Jawa

Pulau Jawa terdiri dari enam provinsi, yaitu:

Banten: Serang

Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta (DKI Jakarta): Jakarta

Jawa Barat: Bandung

Jawa Tengah: Semarang

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY): Yogyakarta

Jawa Timur: Surabaya

Pulau Nusa Tenggara dan Bali

Wilayah Nusa Tenggara dan Bali meliputi tiga provinsi, yaitu:

Bali: Denpasar

Nusa Tenggara Timur: Kupang

Nusa Tenggara Barat: Mataram


Baca juga: Provinsi Baru di Papua Berdasarkan Wilayah Adat, Akademisi: Pelayanan Harus
Berbasis Kearifan Lokal

Pulau Sulawesi

Di Sulawesi, terdapat enam provinsi yang meliputi:

Gorontalo: Gorontalo

Sulawesi Barat: Mamuju

Sulawesi Tengah: Palu

Sulawesi Utara: Manado

Sulawesi Tenggara: Kendari

Sulawesi Selatan: Makassar

Pulau Maluku dan Papua

Maluku Utara: Sofifi (Pada awal pendirian, 4 Oktober 1999, ibu kota Maluku Utara adalah
Ternate. Namun, sejak 4 Agustus 2010, ibu kota di pindah ke Kota Sofifi).

Maluku: Ambon

Pulau Papua

Papua Barat: Manokwari

Papua: Jayapura

Papua Selatan: Merauke

Papua Tengah: Nabire

Papua Pegunungan: Jayawijaya.

BIOGRAFI PRESIDEN
1. Dr.lr. H. SOEKARNO: Presiden RI Ke-1: (1945-1966)

Lahir: Blitar, Jawa Timur, 6 Juni 1901.

Meninggal: Jakarta 21 Juni 1970.

Agama: Islam.

Pendidikan: SMP / SMA di Surabaya, ITB di Bandung.

Pengalaman: Penulis/Kolumnis dan Pejuang Politik / Diplomatic Pendiri PNI (4 Juli 1927);
ProklamatorR.I.

Biografi Bapak Ir. H. SOEKARNO:

Dr. Ir. H. SOEKARNO lahir dari keturunan bangsawan Jawa, waktu kecil bernama Kusno yang
kemudian akrab dengan panggilan Bung Karno saja. la hanya beberapa tahun hidup bahagia
bersama orang tuanya di Blitar. Tamat SD tinggal di Surabaya, indekost di rumah H.O.S.
Cokroaminoto, politisi kawakan tokoh Syarikat Islam. Sambil belajar, Soekarno menggembleng
jiwa nasionalismenya.

Lulus SLTA, Soekarno melanjutkan sekolahnya ke ITB di Bandung. Setelah meraih title Ir. pada
tahun 1926, H.O.S. Cokroaminoto mengambilnya sebagai menantu. Soekarno kemudian
mendirikan PNI (Partai Nasional Indonesia, 1927) dan berhasil merumuskan ajaran Marhaen.
Karena merasa khawatir, penjajah Belanda kemudian menjebloskan Soekarno ke penjara
Sukamiskin, Bandung (29 Desember 1929). Delapan bulan kemudian baru disidangkan di
pengadilan dengan tuduhan mengambil bagian dalam suatu organisasi yang bertujuan
melakukan kejahatan di samping usaha menggulingkan kekuasaan Hindia-Belanda. Dalam
pembelaannya berjudul Indonesia Menggugat, dengan gagah berani Bung Karno menelanjangi
kemurtadan bangsa yang mengaku lebih maju itu. Pada tahun 1933, Belanda membuang Bung
Karno ke Endeh, Flores, kemudian memindahkannya ke Bengkulu.

Pada zaman Jepang Bung Karno mensiasati saudara tua yang rakus itu. Pura-pura bekerja sama
tetapi memanfaatkannya untuk kepentingan Indonesia. Bung Karno dan Bung Hatta
memproklamasikan Kemerdekaan Rl pada 17 Agustus 1945, setelah Jepang bertekuk lutut pada
Sekutu.

Pada sidang pleno PPKI ditetapkan UUD 1945 sebagai konstitusi RI dan memilih Soekarno dan
Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI pertama. Dengan proklamasi Kemerdekaan RI,
Pancasila dan UUD 1945 ribuan suku bangsa yang berbeda adat istiadat dan agamanya di
17.000 pulau dari Sabang sampai Merauke berhasil disatukan menjadi bangsa yang berdaulat.

Setelah berhasil mempersatukan Nusantara, Soekarno berusaha menghimpun bangsa-bangsa di


Asia, Afrika, dan Amerika Latin yang ketika itu umumnya terjajah, menjadi satu kekuatan baru
yang adil, makmur, dan damai. Bersama negarawan lain, Soekarno menyelenggarakan
Konferensi Asia-Afrika di Bandung (1955). Kini berkembang menjadi Gerakan Non-Blok
beranggotakan ratusan negara.

Ketika di dalam negeri berlarut-larut terjadi perpecahan akibat sejumlah politisi memaksakan
pelaksanaan demokrasi parlementer yang liberal, pada 5 Juli 1959 Presiden Soekarno
mengeluarkan Dekrit Presiden kembali ke UUD 1945. Persatuan dan kesatuan bangsa utuh
kembali.

Tetapi kemudian Bung Karno menerapkan sistim politik Nasakom (Nasionalis, Agama, Komunis).
Para penentang politik ini berulang kali mengingatkan Bung Karno untuk tidak memberi
peluang berkembangnya komunisme, karena akan berkhianat seperti pernah dilakukannya
pada tahun 1926 dan 1948. Kekhawatiran itu terbukti lagi, PKI melancarkan kudeta (30
September 1965). Namun meskipun didesak. Presiden Soekarno enggan membubarkan PKI.
Setelah keadaan parah, pada 11 Maret 1966 barulah ia mengeluarkan Surat Perintah kepada
Jenderal Soeharto, yang lebih dikenal dengan Supersemar, agar mengambil tindakan, yang
kemudian membubarkan PKI sampai ke akar-akarnya.

Menjelang akhir masa bhaktinya, proklamator itu pernah berkata, ‘Selangkah saja saya maju,
negara ini akan hancur”. Ia memang tak bergeming sedikit pun. Lebih baik dirinya lebur dari
pada bangsa dan negara ini hancur.

Meskipun kini sudah lama ia tiada, tetapi nama besarnya tak pernah pudar, kekal di hati rakyat
Indonesia. Itu berkat jasanya kepada bangsa dan negara yang tak terhingga.

2. SOEHARTO: Presiden R.l. ke-2 (1968-1998)

Lahir : Kemusuk, Argamulyo, Yogyakarta, 8 juni 1921

Pendidikan : SD di Twir, Yogyakarta, Wuryantoro dan Solo; SMP dan Sekolah Agama di Wonogiri
dan Yogyakarta (1935- 1939); Sekolah Bintara di Gombong, Jawa Tengah (1941).

Pengalaman : Prajurit Teladan (1941-1942); Polisi Surela dan Tentara Peta (1942-1945);
Pengawal Panglima Besar Soedirman; Pemimpin Serangan Umum merebut Ibu kota Yogyakarta
(1 Maret 1949); Komandan Kostrad dan Panglima Sementara TNI AD (sampai dengan 1965);
Panglima AD (1966); Ketua Presidium KabinetAmpera (1966).

Biografi Bapak SOEHARTO:

SOEHARTO, terlahir dari pasangan suami istri Sukirah dan Kertoredjo. Dulu orang tua itu cuma
berharap anak tunggalnya asal bisa membantu di sawah saja. Syukur kalau dapat melanjutkan
jabatan menjadi ulu-ulu di kampung mereka, Kemusuk, Argomulyo, Yogyakarta.

Pak Harto harus bersusah payah untuk bisa sekolah, SD dan SMPnya diselesaikan sampai
beberapa kali pindah dari Twir, Yogyakarta, Wuryantoro, Solo, Wonogiri dan Yogyakarta.
Disamping itu ia masih menyempatkan sekolah Agama, agar mendapat ilmu dan keteladanan
untuk beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kemudian karena terpanggil untuk membela
tanah air, Soeharto, si anak desa itu melanjutkan Sekolah Bintara di Gombong.

Setelah terpilih menjadi prajurit teladan, pangkat bintara itu tak lama kemudian menjadi
Sersan. Di jaman Jepang Pak Harto masuk polisi, lalu pindah ke Peta sampai berpangkat
Komandan Pelopor. Ia resmi menjadi anggota TNI pada 5 Oktober 1945 ketika berusia 24 tahun.
Sampai terakhir berpangkat Jenderal.

Tugas yang pernah diemban oleh Pak Harto, antara lain: Pengawal Panglima Besar Sudirman,
Memimpin Serangan Umum merebut Ibukota RI Yogyakarta (1 Maret 1949), Panglima
Mandala / Pembebasan Irian Barat (1962-1963), dan menghancurkan Gerakan 30 September
1965 / PKI. Tugas yang terakhir itu ia lakukan berdasarkan Surat Perintah Sebelas Maret (Super
Semar). Atas sukses itu, kemudian MPRS mengangkat Jendral Soeharto menjadi Presiden Rl
kedua menggantikan Soekarno.

Sebagai negarawan, Pak Harto lama-lama menjadi panutan kalangan pemerintahan negara-
negara Asia Tenggara (ASEAN). Salah satu keberhasilannya ialah mengendalikan Republik
Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang berpenduduk sangat majemuk dan
amat beragam adat istiadatnya. Selama 20 tahun tanpa konflik yang berarti, sedang
sebelumnya selalu ribut.

Sukses itu membuka kesempatan untuk membangun secara rencana dan berkesinambungan.
Dalam percaturan Internasional, Indonesia semakin mendapat kepercayaan, dengan makin
banyaknya kerja sama dengan negara-negara berkembang. Dengan semangat giat belajar,
tekun beribadah serta senantiasa membaktikan diri kepada bangsa dan negara, ternyata
Soeharto anak petani yang sangat bersahaya dari desa berhasil menjadi negarawan yang baik.
3. B.J. HABIBIE: Presiden R.I. ke-3: (1998-1999)

Lahir : Pare-pare, Sulawesi Selatan, 25 Juni

Pendidikan : SD, SMP, SMA, Bandung (1954), mendapat gelar Diploma Ingenieur jurusan
Kontruksi Pesawat Terbang Rheinisc-Westflaelische Tegnische, Aachen, Jerman Barat.

Pengalaman: Asisten Riset Ilmu Pengetahuan Institut Kontruksi Ringan Rheinisc Technische,
Aachen, Jerman Barat(1960-1965), Menteri Negara Riset dan Teknologi (1978), Dirut PT Pal,
Surabaya (1978), Ketua BPPT, Ketua ICMI.

Biografi Bapak B.J. HABIBIE:

BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE, menjadi presiden pada tanggal 21 Mei 1998 menggantikan
Jendral Soeharto yang meletakkan jabatan karena dipaksa mundur oleh rakyat. Sebelumnya,
B.J. Habibie menjadi wakil presiden Rl ke tujuh periode 1998-2003, tapi ia hanya memangku
jabatannya selama kurang lebih 2 bulan.

Dalam usia 13 tahun, Rudy, demikian Habibie biasa dipanggil, ditinggal wafat ayahnya, Alwie
Abdul Jalil Habibie, bekas Kepala Jawatan Pertanian Sulawesi Selatan. Ibunya, RA Tuti Marini
Puspowardjo yang asal Yogyakarta menganjurkan Habibie berangkat ke Bandung untuk masuk
SMP, kemudian ia menyusul setelah anaknya kelas dua SMA. Setahun di ITB, atas usaha ibunya,
Habibie mendapat beasiswa P&K untuk belajar di Jerman Barat. Gelar insinyur mesin dan
Kontruksi pesawat terbang diraih Habibie pada usia 21 tahun, ia kemudian meneruskan
sekolahnya lagi dengan biaya sendiri. Waktu lulus, Habibie orang pertama di luar Jerman,
setelah perang dunia ke II yang membuat skripsi mengenai aeronautika.

Habibie kemudian bekerja sebagai asisten riset di Technische Hocheschule (TH) Aachen, ia
menghasilkan desain kapal selam dalam (deep sea), gerbong kereta api, juga ruangan bersuhu
dan bertekanan tinggi dari bagian reaktor atom untuk atom Center Julich. Sebagai sarjana ahli,
kemudian wakil presiden direktur Messrchumitt Bolkow-Blohm (MBB), ia mendesain beberapa
jenis pesawat terbang termasuk proyek-proyek satelit dan rudal.

Pada tahun 1974, karena kecerdasan Habibie membuat presiden Soeharto memanggilnya
pulang ke Indonesia. Selanjutnya ia diangkat menjadi penasihat Presiden RI, memimpin Devisi
Adveced Technologi Pertamina yang merupakan cikal bakal BPPT dan merintis industri pesawat
terbang di Bandung, Ia juga berhasil membuat pesawat pertama Indonesia CN235. B.J. Habibie
turun dari jabatannya sebagai presiden Rl pada tanggal 20 Oktober 1999 karena
pertanggungjawabannya tidak diterima oleh sidang umum MPR 1999.
4. K.H. ABDURRAHMAN WAHID: Presiden R. I. ke-4: (1999-2001)

Lahir : Denanyar, Jombang, Jawa Timur, 4 Agustus 1940

Pendidikan : SD, Jakarta (1953);SMEP, Yogyakarta (1956); Pesantren Tambakberas,

Jombang (1959 -1963); Departemen og Higher Islamic and Arabic Studies, Universitas Al Azhar,
Kairo; Fakultas Sastra Universitas Bagdad, Irak (1970)

Pengalaman : Guru Madrasah Mu’alimat, Tambakberas, Jombang (1959-1963); Dosen dan


Dekan Fakultas Ushuluddin Universitas Hasyim Ashari, Jombang (1974-1979); Pengasuh Pondok
Pesantren Ciganjur,

Jakarta Selatan (1979); Ketua Tanfidziyah PB Nahdhatul Ulama (1984-1998).

Biografi Bapak K.H. ABDURRAHMAN WAHID:

GUS DUR, demikian K.H . Abdurrahman Wahid biasa dipanggil, seorang ulama muda yang
gemar humor. Luwes bergaul, sikapnya terbuka. Banyak yang menaruh harapan besar ketika ia
terpilih sebagai ketua PBNU dalam Muktamar NU ke-27 di Pondok Pesantren Salafiah Safi’yah
Sukorejo,Situbondo, Jawa Timur. Apalagi sejak Muktamar itu, NU secara resmi kembali ke
Khittah 1926. Artinya NU akan meninggalkan politik praktis dan

tidak ada lagi ikatan organisatoris dengan PPP.

Tokoh yang tak dapat melihat dengan sempurna ini boleh jadi merupakan satu-satunya
presiden di dunia yang terpilih secara demokrasi oleh wakil rakyat. Komposisi keanggotaan
DPR-MPR hasil pemilu tahun 1999 rupanya lebih suka memilih Gus Dur, dan enggan
memberikan suaranya kepada Megawati Soekarno Putri, satu-satunya pesaing di waktu itu,
karena alasan gender.

Anak sulung dari enam bersaudara A.Wahid Hasyim, mantan menteri agama ini banyak
memegang jabatan yang sifatnya penasihat tim di berbagai departemen, antara lain:
Departemen Koperasi (1984), Departemen Agama (1985). Gus Dur menikah dengan Shinta
Nuriyah 1968. Mereka dikarunia empat orang anak.

5. MEGAWATI SOEKARNO PUTRI: Presiden R. I. ke-5: (2001-2004)


Lahir : Jakarta 23 Januari 1946.

Pendidikan : SD – SMA, Perguruan Cikini, Jakarta.

Kuliah Fakultas Pertanian Unpad, Fakultas Fisiologi Universitas Indonesia.

Pengalaman : Ketua PDI (Munaslub PDI 1993); Ketua PDI-P (1999-sekarang); Wakil Presiden Rl
(1999-2001)

Biografi Ibu MEGAWATI SOEKARNO PUTRI:

DYAH PERMATA MEGAWATI SOEKARNO PUTRI, melewatkan masa pendidikannya sejak SD


sampai SMA di perguruan Cikini, Jakarta. Megawati yang sempat kuliah di Fakultas Pertanian
dan Fakultas Fisiologi di UI tak dapat menyelesaikan kuliahnya karena kemelut politik pasca
perebutan kekuasaan dari Soekarno oleh Soeharto pada tahun 1966.

Rupanya pemerintah tak menghendaki Megawati menjadi pemimpin politik, sebab dengan
tampilnya Megawati dikhawatirkan akan mengancam kekuasaan Soeharto. Dengan berbagai
cara rezim Soeharto terus menerus berusaha menggusur Megawati dari PDI. Menjelang pemilu
1996 digelar kongres PDI di Medan, dalam penghelatan itu, Soeryadi mantan ketua PDI
diangkat lagi menjadi ketua PDI menggantikan Mega. Pendukung Mega marah dan menduduki
kantor DPP PDI. Maka terjadilah peristiwa yang dikenal dengan peristiwa 27 Juli.

Setelah Soeharto jatuh, Megawati yang mewarisi kharisma ayahnya baru tampil lagi menjelang
pemilu 1999. PDI pimpinan Megawati berubah menjadi PDI Perjuangan (PDIP). Dalam pemilu
yang demokratis itu, PDIP memenangkan pemilu dengan memperoleh 154 kursi di DPR. Tetapi
ia kalah bersaing dengan Gus Dur dalam pemilihan Presiden dalam sidang MPR. Baru setelah
Gus Dur dijatuhkan DPR, karena skandal Bullogate dan Brunaigate, Megawati yang sebagai
wakil presiden terpilih menggantikan K.H. Abdurrahman Wahid menjadi presiden Rl yang ke-V.

6. Susilo Bambang Yudhoyono

Nama : Jenderal TNI (Purn) Susilo Bambang Yudhoyono

Lahir : Pacitan, Jawa Timur, 9 September 1949

Agama : Islam

Istri : Kristiani Herawatiputri


Pendidikan :

Akademi Angkatan Bersenjata RI (Akabri) tahun 1973

American Language Course, Lackland, Texas AS, 1976

Airbone and Ranger Course, Fort Benning , AS, 1976

Infantry Officer Advanced Course, Fort Benning, AS, 1982-1983

On the job training di 82-nd Airbone Division, Fort Bragg, AS, 1983

Jungle Warfare School, Panama, 1983

Antitank Weapon Course di Belgia dan Jerman, 1984

Kursus Komando Batalyon, 1985

Sekolah Komando Angkatan Darat, 1988-1989

Command and General Staff College, Fort Leavenwort, Kansas, AS

Master of Art (MA) dari Management Webster University, Missouri, AS

Biografi Bapak Susilo Bambang Yudhoyono:

Presiden Rl Ke VI: 2004-2009. Pria berperawakan tinggi besar ini kian berkibar namanya di era
Presiden Gus Dur. Susilo Bambang Yudhoyono, Bahkan Gus Dur pada saat itu sempat menyebut
jenderal bintang empat itu sebagai calon presiden yang oke punya.

Susilo Bambang Yudhoyono, yang lazim disebut pers dengan SBY, lahir di Pacitan, Jateng, 9
September 1949. Karier militernya mulai melonjak setelah SBY menjadi Komandan Peleton di
Yonif Linud 330 pada 1974. SBY lantas menjadi Komandan Peleton Yonif 330 pada 1996, dan
1981 menjadi Perwira Operasi MabesTNI AD. Tahun 1996 SBY menjabat sebagai Chief Ministry
of Military Observer di Bosnia Herzegovina, lalu meloncat menjadi Assospol Kassospol TNI.

Di era Gus Dur, SBY menduduki posisi Menteri Pertambangan dan Energi (Mentamben). SBY
yang dikenal low profile, juga ditunjuk Gus Dur sebagai negosiator (mewakili pemerintah)
dengan keluarga Cendana untuk mengembalikan harta kekayaan Soeharto.

Saat Gus Dur di ujung tanduk, SBY ditunjuk menjadi Menko Polsoskam dan memegang kendali
maklumat yang dikeluarkan Gus Dur yang menilai negara dalam keadaan darurat politik. SBY
menolak melaksanakan rencana dekrit presiden. Hal itu tak membuat bintangnya redup. SBY
bahkan menjadi kandidat wapres dalam SI MPR akhir Juli 2001. Kemudian menjadi Menteri
Koordinator Politik, Sosial, dan Keamanan Kabinet Gotong Royong Presiden Megawati
Soekarnoputri, (9 Agustus 2001-2004). Bersama Yusuf Kalla menjadi kandidat utama Presiden
dan Wakil Presiden pada Pilpres Tahap II yang kemudian dimenangkannya. SBY dan Yusuf Kalla
resmi dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden pada tanggal 20 Oktober 2004. Kemudian
setelah masa jabatan presiden bersama Jusuf Kalla selesai, SBY maju kembali sebagai presiden
bersama Boediono, dan terpilih kembali pada pemilu.

7. Ir.H.Joko Widodo

Lahir : Surakarta, 21 Juni 1961

Istri : Ny. Hj. Iriana Joko Widodo

Anak:

Gibran Rakabumi Raka

Kahiyang Ayu

Kaesang Pangerap

Agama : Islam

Hobby : Penikmat musik rock

Riwayat Pendidikan :

SDN 111 Tirtoyoso Solo, SMPN 1 Solo, SMAN 6 Solo, Almamater : Fakultas Kehutanan UGM
Yogyakarta lulusan 1985, Pengalaman : Pengusaha, Eksportir Mebel, Walikota Solo, Gubernur
DKI Jakarta dan Presiden Indonesia ke-7

Biografi Bapak Joko Widodo:

Jokowi kecil sempat merasakan pahitnya kehidupan saat rumahnya tergusur. Rumah petak
sekaligus tempat usaha kayu ayahnya di daerah Cinderejo Lor, digusur dan dijadikan pusat jasa
travel. Sang bunda menuturkan bahwa Jokowi kecil adalah sosok pendiam, namun pandai
bergaul. Jokowi sebagai orang yang selalu mengalah untuk menghindari pertengkaran. Sikap
tersebut diwarisi dari kedua orangtuanya yang selalu mengajarkan makna ikhlas dan
bertanggung jawab.
Jokowi selalu berjalan kaki menuju sekolahnya, disaat temanya bersepeda ontel. Kala itu
sekolah tidak terlalu jauh dari rumah dan cukup berjalan kaki. Bakti kepada orangtua
ditunjukkan lewat sikap juga sejumlah prestasi. Saat menjadi Walikota Solo hingga menjadi
Gubernur DKI Jakarta, orang tidak pernah menyangka perjalanan hidup Joko kecil anak tukang
kayu itu kini menjadi orang nomor satu di Indonesia.

Setelah lulus SMA kemudian melanjutkan kuliah di Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada
lulus tahun 1985, dirinya merantau ke Aceh dan bekerja di salah satu BUMN. Ia kembali ke Solo
dan bekerja di Perusahaan yang bergerak di bidang perkayuan, CV. Roda Jati. Tahun 1998
dirinya memulai berbisnis sendiri bermodal dari pengalaman yang dimiliki. Dengan kerja keras,
ketekunan dan keuletan, akhirnya Jokowi berhasil mengembangkan bisnisnya dan menjadi
seorang eksportir mebel.

Pada tahun 2005 Jokowi memutuskan untuk mencalonkan diri sebagai Walikota Solo bersama
partai politik PDI Perjuangan beliau menjabat selama dua kali masa bakti 2005-2015. Dalam
masa jabatannya, ia diwakili F.X. Hadi Rudyatmo sebagai wakil walikota.. Banyak yang
meragukan kemampuan pria yang berprofesi sebagai pedagang mebel dan taman ini bahkan
hingga saat terpilih menjadi Walikota Solo. Selama kepemimpinannya, Solo banyak mengalami
kemajuan oleh gebrakan progresif dilakukannya. Ia banyak mengambil contoh pengembangan
kota-kota di Eropa yang sering ia kunjungi dalam rangka perjalanan bisnisnya.

Di bawah kepemimpinannya, Solo mengalami perubahan yang pesat. Pada tahun 2007
Surakarta juga telah menjadi tuan rumah Festival Musik Dunia (FMD) yang diadakan di
kompleks Benteng Vastenburg yang terancam digusur untuk dijadikan pusat bisnis dan
perbelanjaan. Langkahnya berlanjut dengan keberhasilan Surakarta menjadi tuan rumah
Konferensi Organisasi Kota-kota Warisan Dunia pada bulan Oktober 2008. FMD pada tahun
2008 diselenggarakan di komplek Istana Mangkunegaran.

Tahun 2012, Beliau bersama dengan Ir. Basuki Tjahaja Purnama, M.M. (Ahok) menjadi gubernur
dan wakil gubernur DKI Jakarta dan selanjutnya menjadi Presiden Indonesia bersama wakilnya
Jusuf Kalla.

PAHLAWAN REVOLUSI

Tragedi Gerakan 30 September atau G30S sangat membekas bagi masyarakat. Dalam peristiwa
tersebut, setidaknya terdapat tujuh jenderal menjadi korban sejarah kelam bangsa ini.
Ketujuh jenderal yang gugur di Jakarta tersebut mendapat penghargaan dari pemerintah
sebagai pahlawan revolusi. Namun, sesungguhnya terdapat tiga orang lagi selain tujuh jenderal
tersebut yang juga memperoleh gelar pahlawan revolusi.

Daftar dan Profil Singkat Pahlawan Revolusi Indonesia

1. Jenderal Ahmad Yani

Ahmad Yani dilahirkan di Purworejo, Jawa Tengah pada 19 Juni 1922 dan meninggal di usia 43
tahun ketika peristiwa G30S berlangsung. Menurut catatan sejarah, karier militer tertingginya
adalah sebagai Panglima Angkatan Darat. Ahmad Yani meninggal dan dikuburkan dengan gelar
jenderal. Jabatan terakhirnya Menteri/Panglima Angkatan Darat/Kepala Staf Komando Operasi
Tertinggi

2. Letjen Suprapto

Letnan Jenderal Suprapto merupakan perwira tinggi militer yang tercatat dengan jabatan
terakhirnya sebagai Deputi II Menteri/Panglima AD bidang Administrasi. Ia dilahirkan di
Purwokerto, Jawa Tengah, pada 20 Juni 1920 dan berusia 45 tahun ketika peristiwa G30S.

3. Letjen S. Parman

Siswondo Parman atau lebih dikenal dengan nama S. Parman lahir di Wonosobo, Jawa Tengah
pada 4 Agustus 1918. Ia merupakan salah satu tokoh militer penting yang meninggal di usia 47
tahun dalam peristiwa G30S. Jabatan terakhirnya Asisten I Menteri/Panglima AD bidang
Intelijen

4. Letjen M.T. Haryono

Letnan Jenderal Mas Tirtodarmo Haryono alias M. T. Haryono merupakan salah satu perwira
jenderal Angkatan Darat yang juga diculik dan dibunuh dalam peristiwa G30S. Ia lahir di
Surabaya, Jawa Timur pada 20 Januari 1924 dan meninggal di usia 41 tahun. Jabatan Deputi III
Menteri/Panglima AD bidang Perencanaan dan Pembinaan
5. Mayjen DI Panjaitan

Mayor Jenderal Donald Isaac Panjaitan lahir di Balige, Tapanuli pada 9 Juni 1925. Menurut
catatan historis, DI Panjaitan ditembak dan tewas di depan mata putrinya sendiri, Catherine
Panjaitan. D. I. Panjaitan meninggal di usia 40 tahun. Jabatan terakhirnya Asisten IV
Menteri/Panglima AD bidang Logistik

6. Mayjen Sutoyo Siswomiharjo

Sutoyo Siswomiharjo diketahui lahir di Kebumen, Jawa Tengah pada 28 Agustus 1922. Ia
meninggal dengan pangkat jenderal dan berusia 43 tahun ketika peristiwa G30S terjadi. Jabatan
terakhirnya Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan Darat.

7. Brigjen Katamso

Katamso merupakan Brigadir Jenderal kelahiran Sragen, Jawa Tengah pada 5 Februari 1923. Ia
adalah satu dari tujuh jenderal yang tewas dalam peristiwa G30S saat berusia 42 tahun.

8. Kapten Pierre Tendean

Pierre Tendean merupakan satu-satunya personil militer yang tewas dalam peristiwa G30S PKI
dengan pangkat kapten. Ia lahir di Jakarta pada 21 Februari 1939 dan tewas pada usia 26 tahun.

Sebenarnya, Tendean merupakan merupakan ajudan dari Jenderal Abdul Haris Nasution (A. H.
Nasution) yang menjadi sasaran para kelompok pemberontak. Namun, ia memilih untuk
melindungi jenderalnya dan berujung tewas di tangan pemberontak.

9. Kolonel Sugiyono

Sugiyono merupakan salah satu pahlawan revolusi yang lahir di Desa Gendaran, Daerah Gunung
Kidul, Yogyakarta. Ia lahir pada 12 Agustus 1926 dan meninggal di usia 39 tahun dengan
pangkat kolonel.

Itulah sepuluh pahlawan revolusi beserta pangkat terakhirnya usai diculik dan dibunuh dalam
peristiwa G30S. Apabila merujuk UU Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan
Tanda Kehormatan, gelar Pahlawan Revolusi yang disematkan pada 10 tokoh di atas juga
disebut sebagai gelar Pahlawan Nasional Indonesia.

10. A.I.P. II KS Tubun

Karel Satsuit Tubun atau KS Tubun lahir di Tual, Maluku Tenggara pada 14 Oktober 1928. Ia
merupakan pengawal Wakil Perdana Menteri Johannes Leimena. Tubun tewas pada usia 37
tahun dengan pangkat Ajun Inspektur Polisi Dua alias Aipda.

Anda mungkin juga menyukai