04010321009
BKI-B1
1 A. Jelaskan pengertian al-maradl dan al-mardla serta berikan contohnya masing masin
Jawab : dikutip dari tafsir Q.S as-syuara bahwa al-maradl : dikaitkan dengan tafsir ayat 80 bahwa
“ Dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku, dan yang mematikanku kemudian
membangkitkanku) kecuali seseorang dengan kondisi hati yang tidak sehat karena menyimpang
dari ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan untuknya yang bersifat baik dan benar
al mardla : sesuai dengan Q.S asy-syuara ayat 80 bahwa Ayat ini menjelaskan bahwa Allah yang
menyembuhkan manusia apabila ia sakit. Allah berkuasa menyembuhkan penyakit apa saja yang
diderita oleh seseorang. Meskipun begitu, manusia juga harus mencari tahu cara untuk
memperoleh kesembuhan itu.
Jawab : dijelaskan dalam Q.S asy-syuara ayat 78 bahwa terdapat penyakit hati yakni musyrik
“apakah kalian sudah melihat dengan penuh perhatian apa yang kalian sembah berupa berhala
berhala yang tidak mendengar tidak memberi manfaat dan tidak dapat mendatangkan mudarat
terhadap kalian dan nenek moyang kalian terdahulu sebelum kalian? Sesungguhnya apa yang
kalian sembah selain allah itu adalah musuh musuhku dan tuhan alam semesta dan pemilik
urusan mereka itulah semata yang aku sembah dialah yang menciptakan ku dalam bentuk terbaik,
lalu dia menunjukkan kepadaku jalan menuju kemaslahatan dunia dan akhirat. Dan dialah yang
menyembuhkanku dan menyehatkanku darinya. Dan dia lah yang mematikanku di dunia dengan
mencabut ruh ku kemudian dia akan menghidupkanku pada hari kiamat . Tidak ada yang kuasa
untuk melakukan semua itu selain dia. Dan dialah satu satunya yang aku amat berharap akan
mengampuni dosa dosaku pada hari pembalasan” jadi dapat disinpulkan bahwa penyakit hati
tersebut adalah musyrik mereka tidak mempercayai adanya Allah dan memilih untuk
mempercayai dengan menyembah berhala berhala.
2 A. Menurut tafsir Q.S al-isra’ ayat 82 apakah segala penyakit itu dapat sembuh secara
keseluruhan atau hanya sebagian?
Jawab : dari tafsir ibnu katsir Ibnu Katsir menjelaskan bahwa makna dari QS. Al-Isra ayat 82
adalah bahwa al-Qur’an dapat menghilangkan segala penyakit yang ada di dalam hati, seperti
syakk (keragu-raguan), nif ā q (kemunafikan), syirik (penyekutuan terhadap Allah), zaig
(penyimpangan dari kebenaran), dan mail (kecenderungan pada keburukan). Al-Qur’an dapat
menyembuhkan segala penyakit tersebut. Al-Qur’an juga menjadi rahmat, karena dapat
menghasilkan atau mendatangkan keimanan, hikmah (kebijaksanaan), dorongan pada kebaikan,
dan kegemaran untuk berbuat baik. Semua hal tersebut hanya dapat diraih oleh orang-orang
yang beriman pada al-Qur’an, membenarkannya, serta mengikuti petunjuk yang ada di dalamnya.
Demikianlah al-Qur’an menjadi syifa’ dan rahmat yang sebenar-benarnya.
Jawab : menurut tafsir al-Qur’an surah al-isra’:28 al-qur’an juga berfungsi sebagai syifā’
(obat/penyembuh) dan rahmah bagi orang-orang yang beriman. Oleh karena itu al-Qur’an
memiliki nama lain, yaitu “asy-Syifā”. Berikut firman Allah Swt mengenai al-Qur’an sebagai
syifā’ :
َُ
آن ِم َن َون ز زِّن ُل ُْْ َ َ ُ َ َ ْ َ َ َي َيز ُيد َو َل ۙ ِّل ْل ُم ْؤمن ز َّ
َالظالم ز َ َ
خ َس ًارا ِإل
ِ ي ورحمة ِشفاء هو ما القر ِِ ِ ِِ
Artinya: Kami turunkan dari Al-Qur`ān (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang
yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim (Al-Qur`ān itu) hanya akan menambah kerugian.
(QS. Al-Isra’ (17): 82).
B. Uraikan dari ke empat proses konseling diatas sesuai dengan Q.S yunus:57
Jawab : 1. Mauidhah, yaitu pelajaran dari Allah kepada seluruh manusia agar mereka mencintai
yang hak dan benar, serta menjauhi perbuatan yang batil dan jahat. Pelajaran ini harus
betul-betul dapat terwujud dalam perbuatan mereka.
2. Syifa yaitu penyembuh bagi penyakit yang bersarang di dada manusia, seperti penyakit syirik,
kufur dan munafik, termasuk pula semua penyakit jiwa yang mengganggu ketenteraman jiwa
manusia, seperti putus harapan, lemah pendirian, memperturutkan hawa nafsu,
menyembunyikan rasa hasad dan dengki terhadap manusia, perasaan takut dan pengecut,
mencintai kebatilan dan kejahatan, serta membenci kebenaran dan keadilan.
3. Huda, yaitu petunjuk ke jalan yang lurus yang menyelamatkan manusia dari keyakinan yang
sesat dengan jalan membimbing akal dan perasaannya agar berkeyakinan yang benar dengan
memperhatikan bukti-bukti kebenaran Allah, serta membimbing mereka agar giat beramal,
dengan jalan mengutamakan kemaslahatan yang akan mereka dapati dari amal yang ikhlas serta
menjalankan aturan hukum yang berlaku, mana perbuatan yang boleh dilakukan dan mana
perbuatan yang harus dijauhkan.
4. Rahmah (Evaluasi konseling) yaitu karunia Allah yang diberikan kepada orang-orang mukmin,
yang dapat mereka petik dari petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam Al-Qur'an. Orang-orang
mukmin yang meyakini dan melaksanakan petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam Al-Qur'an
akan merasakan buahnya. Mereka akan hidup tolong-menolong, sayang-menyayangi, bekerja
sama dengan menegakkan keadilan, menumpas kejahatan dan kekejaman, serta saling bantu
membantu untuk memperoleh kesejahteraan.
Jawab : Berdasarkan ayat diatas (ali Imran:189-194), mereka yang disebut Manusia Ulil albab
senantiasa menggunakan akalnya untuk mentadabburi, mengobservasi, memikirkan, menghayati,
mengintrospeksi akan adanya sesuatu yang telah diciptakan oleh sang Khaliq yaitu Allah swt.
Manusia ulil albab tersebut senantiasa terbenak dalam mindsetnya bahwa semua yang ada di
alam semesta ini yang telah diciptakan oleh Allah swt, tidak ada satupun yang sia sia. Semua
makhluk yang Allah swt ciptakan meskinya dan pastinya ada kebermanfaatan dan
kebermaslahatan. Mereka yang menggunakan akal sebagai perenungan menuju kebermanfaatan
dan kebermaslahatan adalah Manusia Ulil Albab.
B. Manfaat seseorang yang menerapka pola integrasi terapi dzikir dan dzikir pada ayat tersebut
Jawab : dikutip dari penjelasan beberapa ulama bahwa manfaat seseorang menerapkan terapi
dzikir dan pikir adalah :
ampunan. Siapapun yang berdzikir kepada Allah SWT ditengah-tengah orang yang
lalai maka dia seperti orang yang berperang melawan kaum muharibin (para
kelalaian (nisyan), jika manusia mengingat Allah dalam keadaan apapun dan
menyadari dirinya ada dihadapan dzat suci, tentu akan menahan diri dari masalah –
masalah yang tidak sesuai dengan keridhaan-Nya, dan mengendalikan diri agar tidak
bersikap durhaka. Semua malapetaka dan penderitaan yang timbulkan oleh hawa
nafsu dan setan, disebabkan oleh kelupaan akan Allah. Ingat Allah dapat
dapat menjadikan kotoran disebabkan dosa dan lalai, maka dengan dzikir dan istigfar
akan menjernihkan sekaligus menghidupkan kalbu, kalbu yang lupa bagaikan kalbu
yang mati.
sebagai ibadah social. Ayat-ayat Al-Quran sering kali ditutup dengan bermacam
asmaul husna yang artinya relevan dengan tindakan hamba, hal ini memberitahukan
pengetahuan Allah”