Anda di halaman 1dari 12

NATAPRAJA

Jurnal Kajian Ilmu Administrasi Negara


Volume 3 Nomor 2 Tahun 2015 Halaman 1-12

ANALISIS LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA SECARA


ELEKTRONIK (LPSE) PADA KANTOR KOMUNIKASI DAN INFORMASI
KABUPATEN MAROS

Moch. Ali Mashuri1

ABSTRACT
This study’s objectives are to describe and analyze the transparency and the
factors affecting transparency in the Electronic Procurement of Goods and Services at the
Department of Communication and Information in Maros Regency. The research used
qualitative approach. Based on the analysis, it is found that the aspect of transparency
indicators in general has shown that LPSE service system transparent enough. There are
some influential factors, including communication (miscommunication and
misunderstanding between the committee and the company), technology (unstable internet
connection), human resources (lack of good character or mental attitude among the people
giving LPSE services), LPSE bureaucratic staffs who still have double positions at the
Office of Communication and Information in Maros regency, the opinion among business
community that the policy of transparency is still less effective and efficient in the process
of procurement of goods and services, and the users of LPSE who still have limitation in
using e-procurement of goods and services, and the users of LPSE who still have limitation
in using e-procurement system.
Keywords: Transparency, e-Procurement, Electronic Procurement of Goods and Services

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis transparansi
layanan dan faktor-faktor yang mempengaruhi transparansi dalam Layanan Pengadaan
Barang dan Jasa Secara Elektronik (LPSE) di Kantor Komunikasi dan Informasi
Kabupaten Maros. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil analisis
menunjukkan aspek indikator transparansi secara umum telah memperlihatkanlayanan
LPSE cukup transparan. Sementara berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya
yakni faktor komunikasi antara panitia dan perusahaan terjadi miskomunikasi dan
misunderstanding, faktor teknologi yang mana internet belum stabil, faktor sumber daya
manusia yang diperlihatkan oleh kurangnya karakter atau sikap mental aparatur pemberi
pelayanan LPSE, struktur birokrasi LPSE yang masih merangkap jabatan dengan staf di
Kantor Komunikasi dan Informasi Kabupaten Maros, faktor keberterimaan masyarakat
bisnis terhadap kebijakan transparansi masih kurang efektif serta efisien dalam proses
layanan pengadaan barang dan jasa, serta faktor pengguna LPSE yang masih kurang
maksimal dalam menggunakan sistem e-procurement.
Kata Kunci: Transparansi, e-procurement, LPSE

1 Dosen FISIP Universitas Pembangunan Nasional ‘Veteran’ Jawa Timur, email: mashuriz@yahoo.co.id

1
NATAPRAJA Vol. 3 No. 2, Desember

PENDAHULUAN terstandarisasi, formal, dan dapat di-


Pemanfaatan Teknologi Informasi upgrade. Berdasarkan beberapa
dan Komunikasi (TIK) dalam menunjang pandangan tentang indikator pengukuran
kebutuhan masyarakat telah menciptakan transparansi, berikut indikator yang
berbagai peluang yang diharapakan dapat sesuai dengan kondisi realita di LPSE
menghadirkan inovasi untuk Kabupaten Maros khususnya pengadaan
meningkatkan kualitas pelayanan di Kantor Komunikasi dan Informasi
pemerintah khususnya pelayanan Kabupaten Maros yang akan digunakan
masyarakat umum, masyarakat bisnis, sebagain kajian atau pisau analisis,
dan juga sesama lembaga pemerintah. diantaranya adalah: menurut Dwiyanto
Pemanfaatan TIK juga diharapkan dapat (2006), menunjuk pada seberapa mudah
meningkatkan efisiensi, efektivitas, peraturan dan prosedur pelayanan dapat
transparansi, dan akuntabilitas dipahami oleh pengguna dan stakeholder;
penyelenggaraan pemerintah khususnya menurut Asian Development Bank
dalam pengadaan barang dan jasa (1999), data tersebut harus bebas didapat
pemerintah. dan tersedia (freely and readily
Transparansi merupakan prinsip available); menurut IDASA dalam
yang menjamin akses atau kebebasan Andrianto (2007), adanya audit yang
bagi setiap orang untuk memperoleh independen dan efektif; menurut
informasi tentang penyelenggaraan Ratminto dan Winarsih (2014),
pemerintahan, yakni informasi tentang persyaratan teknis dan administratif
kebijakan, proses pembuatan dan pelayanan, adalah persyaratan
pelaksanaannya, serta hasil-hasil yang keikutsertaan tendering penyedia pada
dicapai (Krina, 2003). Menurut Kim lelang di Kantor Komunikasi dan
(2007), adapun unsur-unsur transparansi Informasi Kabupaten Maros; menurut
meliputi: kejelasan (clarity) dalam arti Ratminto dan Winarsih (2014), Rincian
mudah dipahami/dimengerti oleh Biaya Pelayanan, merupakan rincian
masyarakat, aksesibilitas (accessibility) biaya dalam proses layanan pengadaan
dalam arti adanya pertukaran informasi barang dan jasa di Kantor Komunikasi
dua arah, integrasi (integration) dalam dan Informasi Kabupaten Maros; menurut
arti dapat menjelaskan dan memberikan Asian Development Bank (1999), Akses
informasi tambahan yang dibutuhkan pada informasi yang akurat dan tepat
masyarakat, serta rasional (rationality) waktu (accurate and timely); serta
dalam arti adanya proses yang konsisten, menurut Smith (2004), pejabat yang

2
Moch. Ali Mashuri – Analisis Layanan Pengadaan Barang dan Jasa Secara Elektronik .

berwenang dan bertanggung jawab/ penghargaanInnovation Government


Appeal rights. Award (IGA) 2013 dengan kategori tata
Perkembangan LPSE di Kabupaten kelola pemerintahan yang baik dari
Maros yang merupakan salah satu Kementrian Dalam Negeri. Kali ini,
kabupaten yang menjadi percontohan berhasil meraih penghargaan e-
kota/kabupaten metropolitan di Sulawesi Procurement Award 2014. Penghargaan
Selatan adalah atas dasar hukum ini diberikan atas apresiasi terhadap
pembentukan LPSE Pasal 111 Nomor 54 proses pengadaan barang secara
Tahun 2010 tentang pengadaan transparan dan akuntabel yang dilakukan
barang/jasa pemerintah yang ketentuan Pemerintah Kabupaten Maros. Namun,
teknis operasionalnya diatur oleh berdasarkan observasi awal dilapangan
peraturan kepala LKPP Nomor 2 Tahun serta informasi dari salah satu informan
2010 tentang Layanan Pengadaan Secara pada Kantor Komunikasi dan Informasi
Elektronik (LPSE). LPSE dalam Kabupaten Maros bahwa peneliti
menyelenggarakan sistem pelayanan menemukan fenomena yang dihadapi
pengadaan barang/jasa secara elektronik oleh Pemerintah Kabupaten Maros dalam
juga wajib memenuhi persyaratan hal transparansi pengadaan barang dan
sebagaimana yang ditentukan dalam jasa, masih terjadinya syarat akan
undang-undang nomor 11 tahun 2008 persekongkolan dan kepentingan oknum
tentang informasi dan transaksi tertentu, kadang menunda pengumuman
elektronik. Layanan yang tersedia dalam lelang secara tiba-tiba serta ada group
sistem pengadaan secara elektronik saat yang di setting oleh kelompok kerja
ini adalah e-tendering yang ketentuan untuk dimenangkan tendernya.
teknis operasionalnya diatur dengan Berikut penelitian terdahulu yang
peraturan kepala LKPP nomor 1 tahun menjadi sumber rujukan yakni penelitian
2011 tentang tata caraE-Tendering. tesis Herman (2015), dengan judul
Kemudian peraturan Bupati Maros akuntabilitas Publik Dalam Pengadaan
Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Standar Barang/Jasa Pemerintah Secara
Operasional dan Prosedur (SOP) Layanan Elektronik (E-Procuremet) Di Kabupaten
Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Toraja Utara. Kemudian penelitian tesis
Kabupaten Maros. Sani (2011), dengan judul evaluasi
Pemerintah Kabupaten Maros telah penerapan E-Procurement pada
mengukir banyak prestasi di tingkat Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan.
nasional. Mulai dari

3
NATAPRAJA Vol. 3 No. 2, Desember

Berdasarkan latar belakang tersebut (2010), yang menyatakan bahwa case


maka rumusan masalah penelitian ini studymerupakan strategi penelitian
adalah bagaimana transparansi Layanan dimana di dalamnya peneliti menyelidiki
Pengadaan Barang dan Jasa Secara secara cermat suatu program, peristiwa,
Elektronik (LPSE) serta faktor-faktor aktivitas, proses atau kelompok individu-
yang memengaruhi transparansi dalam individu.
Layanan Pengadaan Barang dan Jasa Informan
Secara Elektronik (LPSE) di Kantor Informan dalam penelitian ini yakni
Komunikasi dan Informasi Kabupaten Kepala Kantor Komunikasi dan
Maros. Informatika Kabupaten Maros, Kepala
Sub Bidang Aplikasi Dinas Komunikasi
METODOLOGI PENELITIAN dan Informatika Kabupaten Maros,Ketua
Lokasi dan Objek Penelitian LPSE Kabupaten Maros,Kepala Unit
Penelitian ini mengambil lokus Layanana Pengadaan (ULP) Kabupaten
pada Kantor Komunikasi dan informasi, Maros, Kelompok Kerja Unit Layanan
unit LPSE serta Unit Layanan Pengadaan Pengadaan (ULP),Pejabat Pembuat
(ULP) Kabupaten Maros. Alasan memilih Komitmen (Pokja), Penyedia tender
lokasi tersebut adalah dengan (perusahaan yang mengikuti tender
memperhitungkan aksesibilitas, dimana layanan pengadaaan barang dan jasa yaitu
lokasi penelitian mudah untuk dijangkau, CV. Masindo Network, CV. Tekno
dan memberikan peluang yang cukup Prima, dan CV. Digital Solution).
karena tidak mungkin hanya diteliti Teknik Pengumpulan Data
dalam sekali waktu saja. Selain itu Dalam penelitian ini, teknik
realitas yang diteliti masih terjadi pengumpulan data yang digunakan untuk
(berlangsung). saling melengkapi di dalam penelitian ini
Pendekatan dan Jenis Penelitian adalah: Teknik Wawancara, Teknik
Penelitian ini menggunakan Observasi, dan Studi Dokumentasi.
pendekatan kualitatif dengan alasan Teknik Pengolahan Data dan Analisis
bahwa temuan-temuan dalam penelitian Data
kualitatif tidak diperoleh melalui Dalam penelitian kualitatif
prosedur statistik atau bentuk hitungan pengolahan dan analisis data merupakan
lainnya dalam Moleong(2012).Pemilihan kegiatan yang tak terpisahkan. Hal ini
jenis penelitian ini mengacu kepada dapat dilihat pada tahap-tahap analisis
pandangan Stake dalam Cresweell data kualitatif dalam Sugiyono

4
Moch. Ali Mashuri – Analisis Layanan Pengadaan Barang dan Jasa Secara Elektronik .

(2011),yaitu: reduksi data, penyajian tahap pelaksanaan pengumuman


data, dan penarikan pascakualifikasi yang mana
kesimpulan/verifikasi. mengumumkan segala informasi
persyaratan dan prosedur dalam
HASIL PENELITIAN mengikuti lelang.
Analisis Transparansi Dalam Layanan Menurut informan yakni kepala
Pengadaan Barang dan Jasa LPSE Kabupaten Maros bahwa:
SecaraElektronik di Kantor Komunikasi ”Peraturan dan prosedur pelayanan
dan Informasi Kabupaten Maros pengadaan dilaksanakan oleh Pokja
atau Unit Layanan Pengadaan (ULP)
Berikut verifikasi indikator dibawah Sekretariat Daerah (Kabag
transparansi layanan LPSE dalam hal Pembangunan). Prosedurnya juga
terlihat jelas di website LPSE Maros
pengadaan di SKPD Kantor Komunikasi sebelum mengikuti lelang pengadaan
dan Informasi, yakni: menunjuk pada barang dan jasa. Penyedia
melakukan pendaftaran di LPSE
seberapa mudah peraturan dan prosedur maros dengan menyetujui pakta
pelayanan dapat dipahami oleh pengguna integritas dan memenuhi syarat dan
ketentuan agar bisa mendapatakan
dan stakeholder yang lain; Data tersebut user id dan pin untuk login penyedia.
harus bebas didapat dan tersedia (freely Berikut gambar websitenya di alamat
(http://inaproc.lkpp.go.id/eproc/Syara
and readily available); Adanya audit tKetentuan2) (wawancara 4 Mei
yang independen dan efektif; Persyaratan 2015)”.
Teknis dan Administratif Pelayanan; Data-data pengadaan barang dan
Rincan Biaya Pelayanan; Akses pada jasa pemerintah harus bebas didapat dan
informasi yang akurat dan tepat waktu tersedia (freely and readily available)
(accurate and timely); Pejabat yang agar memudahkan penyedia untuk
berwenang dan bertanggung mendapatkan pelayanan prima dan juga
jawab/Appeal rights di dalam penerapan pemerintah dalam memberikan pelayanan
e-Procurement di Kabupaten Maros. kepada masyarakat khususnya
Seberapa mudah peraturan dan masyarakat bisnis. Data SPPJ dan
prosedur pelayanan dapat dipahami oleh Penandatanganan Kontrak hanya bisa
pengguna dan stakeholder yang lain diperoleh dan dilihat oleh penyedia yang
untuk pelaksanaan peraturan dan menang tender. Jadi yang terlibat disini
prosedur dalam pengadaan barang dan adalah Pejabat Pembuat Komitmen,
jasa di lingkungan Kantor Komunikasi Penyedia, dan staf atau tenaga ahli yang
dan Informasi Kabupaten Maros sudah akan mengerjakan proyek lelang tersebut
bisa dikatakan bagus dan efektif pada

5
NATAPRAJA Vol. 3 No. 2, Desember

dan tidak semuanya bebas akses dan Maros tidak ada biaya yang dipungut dari
orang-orang tertentu. pihak panitia. Untuk unsur biaya hanya
Adanya audit yang independen dan lebih mengacu pada biaya internet atau
efektif disini kontrol dilakukan untuk pulsa masing-masing pihak penyedia.
mencegah praktik-praktik kecurangan Tahap terakhir yakni SPPJ yang
yang terjadi di dalam setiap tahapan dan diterbitkan pejabat pembuat komitmen
proses pengadaan barang dan jasa dan penandatanganan kontrak telah sesuai
pemerintah. Sehingga LKPP menciptakan dengan jadwal kegiatan dan dokumen
mekanisme kontrol yang diberi nama sangat terpercaya dan legal menurut
Whistle blower System. Whistleblower hukum. Dalam proses pengadaan barang
System merupakan sarana baru yang dan jasa dari awal sampai keluar
dapat dimanfaatkan oleh penyedia barang pemenang tender serta tanda tangan
dan jasa (rekanan) dan tentunya kontrak tender semuanya dilaporkan
masyarakat (publik)untuk mengadukan kepada Bupati Maros.
penyimpangan yang terjadi dalam proses
pengadaan barang dan jasa pemerintah, Faktor-faktor yang Mempengaruhi
termasuk dugaan KKN. Whistleblower Transparansi di dalam Pengadaan
System merupakan sub sistem di dalam Barang dan Jasa Secara Elektronik
aplikasi SPSE, atau dapat diakses di (LPSE) di Kantor Komunikasi dan
www.wbs.lkpp.go.id. dan mudah di akses Informasi Kabupaten Maros
oleh publik dimanapun berada. Dalam proses pengadaan barang
Untuk mewujudkan transparansi dan jasa pemerintah khususnya di Kantor
layanan pengadaan barang dan jasa salah Komunikasi dan Informasi Kabupaten
satunya harus transparan dalam hal Maros bahwa ada beberapa faktor yang
persyaratan teknis dan administrasi mempengaruhi transparansi dalam
pelayanannya. Persyaratan teknis dan pengadaan barang dan jasa pemerintah,
administrative pelayanan pengadaan diantaranya adalah: faktor komunikasi
barang dan jasa yang telah dipenuhi antara penyedia dan panitia lelang. Faktor
dengan baik oleh para pihak menandakan sumber daya yakni faktor teknologi yakni
bahwa transparansi layanan pengadaan faktor teknis meliputi Server, sistem
telah terwujud dengan baik. SPSE yang selalu upgrade dan faktor
Pada proses pengadaan barang dan sumber daya manusia yakni faktor
jasa secara elektronik di Kantor pengelola yang terdiri dari tim LPSE
Komunikasi dan Informasi Kabupaten yang kapabilitasnya dan penguasaan atau

6
Moch. Ali Mashuri – Analisis Layanan Pengadaan Barang dan Jasa Secara Elektronik .

pemahaman akan sistem yang ada. Faktor seberapa mudah peraturan dan prosedur
sikap aparatur pemerintah yakni para dipahami oleh pengguna dan stakeholder
panitia lelang yang berstatus PNS masih adalah disetiap tahapan proses penentuan
syarat akan kemalasan, kurang loyal pemenang lelang memenuhi indikator ini
dengan waktu, dan kurang responsif dengan mudah dipahaminya peraturan
terhadap tugas pekerjaannya. Faktor dan prosedur oleh penyedia atau
struktur birokrasi pemerintah yakni perusahaan dan juga panitia pengadaan
pengelola kebijakan LKPP dan LPSE sehingga indikator transparansi terpenuhi.
merupakan unit pengadaan yang mana Data harus bebas didapat dan
kantornya berada sama dengan Kantor tersedia adalah bahwa tidak semua data
Komunikasi dan Informasi Maros serta dapat diperoleh dengan mudah atau
Ketua LPSE juga merupakan Kepala transparan. Data-data pengadaan yang
Kantor begitu juga pejabat LPSE lainnya transparan antara lain: data pada tahap
merangkat jabatan dengan jabatan pengumuman pasca kualifikasi,
struktural Kantor Komunikasi dan pemberian penjelasan, dan pembuktian
Informasi. Faktor keberterimaan kualifikasi. Sedangkan data-data
masyarakat bisnis terhadap kebijakan pengadaan yang tidak detail dan masih
transparansi. Faktor penggunalayanan ditampilkan setengah-setengah bahkan
LPSE yakni faktor penggunaLPSE yakni dirahasiakan olehpanitia pengadaan
Penyedia dan Kelompok Kerja ULP. diantaranya: data hasil evaluasi yang
masih belum detail dan hanya
PEMBAHASAN diumumkan perusahaan yang lolos ke
Penelitian ini menemukan bahwa tahap selanjutnya, data pengumuman
transparansi layanan pengadaan barang pemenang yang mana alasan penentuan
dan jasa secara elektronik di Kantor pemenang lelang tidak detail atau masih
Komunikasi dan Informasi Kabupaten perlu penjelasan oleh pokja dan itu harus
Maros telah berjalan cukup transparan. melalui proses masa sanggahan selama 3
Untuk memperjelas ciri dan penjelasan hari dan membuat penyedia tidak puas
detail dari indikator dikatakan terpenuhi dengan penjelasan pokja, terakhir data
transparansi atau tidak terpenuhinya SPPJ dan penandatanganan kontrak
indikator transparansi dalam pengadaan kerjasama antara pemenang tender
barang dan jasa di Kantor Komunikasi dengan PPK yang tidak ditampilkan di
dan Informasi Kabupaten Maros maka website secara transparan dan hanya
uraiannya sebagai berikut: Bahwa penyedia dan PPK yang mengetahuinya

7
NATAPRAJA Vol. 3 No. 2, Desember

sehingga indikator transparansi dalam hal kontrak kerjasama berjalan secara


ini tidak terpenuhi. transparan. Hal ini dilihat dilapangan
Adanya audit yang independen bahwa segala informasi dan jadwal telah
adalah bahwa audit sudah dilakukan ditetapkan oleh tim pengadaan barang
secara transparan dalam seluruh tahapan dan jasa sehingga keputusan pokja valid
proses layanan lelang. Hal ini dilakukan dan tepat waktu sesuai jadwal yang telah
evalusi secara online dengan ditetapkan dalam rapat koordinasi tim
Whistleblower System yang terhubung LPSE yang sesuai dengan rencana
langsung dengan LKPP. Selain itu, pengadaan barang dan jasa di Kantor
langsung dipantau dan dievaluasi secara Komunikasi dan Informasi Kabupaten
periodik oleh Inspektorat Daerah serta Maros.
audit satu tahun sekali oleh BPK Pejabat yang berwenang dan
Sulawesi selatan dan BPK RI sehingga bertanggung jawab (Appeal Rights)
indikator transparansi terpenuhi. adalah bahwa proses layanan pengadaan
Persyaratan teknis administratif ada yang bertanggung jawab dan
pelayanan adalah bahwa segala membinanya melalui Sekretaris Daerah
persyaratan teknis dan administratif Kabupaten Maros berdasarkan Surat
layanan pengadaan barang dan jasa dan Keputusan Bupati Maros Nomor:
seluruh tahapan telah berjalan transparan 27/KPTS/495/1/2015 tentang
dengan diumumkannya setiap persyaratan pembentukan tim Layanan Pengadaan
atau kriteria tender melalui website LPSE Secara Elektronik (LPSE) Kabupaten
Kabupaten Maros sehingga indikator Maros tahun anggaran 2015. Pada
transparansi terpenuhi. penetapan point kedua bahwa
Rincian biaya pelayanan adalah penanggung jawab LPSE Kabupaten
bahwa dalam pengadaan barang dan jasa Maros adalah Sekretaris Daerah
secara elektronik tidak dipungut biaya Kabupaten Maros. Sedangkan ketua
apapun. Jadi, indikator transparansi LPSE adalah kepala Kantor Komunikasi
tentang rincian biaya pelayanan ini tidak dan Informasi Kabupaten Maros yang
berlaku pada layanan lelang dengan bertugas memimpin operasional harian
sistem e-procurement. LPSE Kabupaten Maros.
Akses pada informasi yang akurat Jadi, ada lima indikator transparansi
(valid) dan tepat waktu adalah bahwa yang terpenuhi dan sesuai dengan realita
seluruh tahapan lelang hingga muncul dilapangan dalam proses layanan
pemenang tender dan tanda tangan pengadaan barang dan jasa pemerintah,

8
Moch. Ali Mashuri – Analisis Layanan Pengadaan Barang dan Jasa Secara Elektronik .

diantaranya: mudah dipahaminya pengadaan, terstandarisasi oleh LKPP,


peraturan dan prosedur pelayanan, formal dan legal hukum setiap proses
adanya audit independent, persyaratan pengadaan yang memunculkan pemenang
teknis dan administrative pelayanan, tender, dan dapat diupgrade segala
akses informasi yang valid dan tepat bentuk informasi pengadaan dengan
waktu, serta adanya pejabat yang sistem e-procurement.
berwenang dalam pelaporan hasil Selain itu, penelitian ini
pemenang lelang (appeal rights). menunjukkan bahwa dalam layanan
Sedangkan dua indikator transparansi pengadaan barang dan jasa pemerintah
yang tidak terpenuhi adalah rincian biaya ada faktor-faktor yang mempengaruhinya
layanan yang tidak ada dalam e- yang membuat layanan pengadaan
procurement dandata informasi umum pemerintah menjadi terkendala. Dalam
bisa secara transparan diakses akan tetapi proses pengadaan barang dan jasa
data spesifik dan rahasia pokja atau ULP pemerintah khususnya di Kantor
seperti alasan detail kenapa data-data Komunikasi dan Informasi Kabupaten
hasil sanggahan, publikasi SPPJ dan Maros bahwa ada beberapa faktor yang
sebagainya tidak bisa di tampilkan di mempengaruhi transparansi dalam
website LPSE. pengadaan barang dan jasa pemerintah,
Sejalan dengan pandangan Kim diantaranya:faktor komunikasi yakni
(2007), tentang unsur-unsur transparansi penguasaan aturan pengadaan secara
meliputi: kejelasan (clarity) atau mudah umum oleh panitia dan penyedia juga
dipahaminya peraturan dan prosedur sangat penting hal ini agar tidak terjadi
pelayanan, aksesibilitas (accessibility) miskomunikasi atau misunderstanding
dalam arti akses informasi yang yang antara kedua belah pihak dalam proses
valid dan tepat waktu namun ada data pengadaan barang dan jasa di Kantor
yang juga dirahasiakan demi kepentingan Komunikasi dan Informasi Kabupaten
panitia pengadaan, integrasi (integration) Maros. Faktor teknologi yakni faktor
dalam arti adanya audit independent yang teknis meliputi server, sistem SPSE yang
saling integrasi demi transparansinya selalu upgrade, koneksi internet dan
pengadaan yakni dari inspektorat darah, peralatan lainnya yang menyangkut
BPK, dan audit melalui Whistleblower operasional teknis LPSE yang perlu
System dari LKPP, serta rasional dijaga dan ditingkatkan maintainance
(rationality) dalam arti adanya proses agar berjalan lancar dalam setiap proses
yang konsisten dalam pelayanan lelang. Selain itu, kondisi LPSE

9
NATAPRAJA Vol. 3 No. 2, Desember

Kabupaten Maros jaringan internetnya Faktor keberterimaan masyarakat


masih belum 100% maksimal. Jadi bisnis terhadap kebijakan transparansi
koneksi jaringan yang stabil juga sangat yakni perusahaan-perusahaan yang
berpengaruh pada lancarnya tahapan bergerak dalam bidang IT sangat mudah
proses lelang yang sedang berlangsung. dalam menerima kebijakan transparansi
Faktor sumber daya manusia yakni faktor pengadaan ini, dengan adanya sistem e-
pengelola yang terdiri dari tim LPSE procurement ini. Tetapi untuk perusahaan
yang kapabilitasnya dan penguasaan atau yang selama ini nyaman bermain secara
pemahaman akan sistem yang ada oleh manual tiba-tiba beralih ke sistem
pihak terkait (peserta, pokja/panitia, ppk, pengadaan secara online sangat susah
inspektorat, auditor BPK) sehubungan untuk memahami alurnya sistem dengan
dengan kemampuan mengikuti atau benar. Faktor pengguna layanan LPSE
mengakses tahapan yang ada. Untuk yakni faktor penggunaLPSE yakni
SDM LPSE sendiri masih sangat minim penyedia dan kelompok kerja ULP.
dalam memberikan pelayanan dan Biasanya penyedia kurang faham IT
operasional administrasi secara IT. Faktor dalam artian kadang tidak mengerti user
Sikap Aparatur Pemerintah yakni para dan password penyedia untuk mengikuti
panitia lelang yang berstatus PNS masih proses lelang. Sedangkan pokja kurang
syarat akan kemalasan, kurang loyal maksimal dalam menjalankan tahapan
dengan waktu, dan kurang responsif proses lelang karena pelatihan dari LKPP
terhadap tugas pekerjaannya. Sehingga yang tidak terjadwal.
dalam proses pengadaan barang dan jasa
Kabupaten Maros ada panitia yang SIMPULAN
kinerja bagus dan ada juga yag kinerja Proses layanan pengadaan barang
buruk. Struktur Birokrasi Pemerintah dan jasa secara elektronik pada Kantor
yakni pengelola kebijakan LKPP dan Komunikasi dan Informasi Kabupaten
LPSE merupakan unit pengadaan yang Maros cukup transparan karena semua
mana kantornya berada sama dengan mekanisme proses lelang menggunakan
Kantor Komunikasi dan Informasi Maros sistem online dan telah transparan secara
serta Ketua LPSE juga merupakan sistemnya. Proses layanan pengadaan
Kepala Kantor begitu juga pejabat LPSE barang dan jasa telah mudah dipahaminya
lainnya merangkat jabatan dengan jabatan dan jelas akan peraturan dan prosedur
struktural Kantor Komunikasi dan pelayanannya, integrasi (integration) dari
Informasi. panitia pengadaan serta audit pengadaan

1
Moch. Ali Mashuri – Analisis Layanan Pengadaan Barang dan Jasa Secara Elektronik .

dari inspektorat daerah, BPK, dan audit memiliki pemahaman yang sama tentang
melalui Whistleblower System dari LKPP, kebijakan e-Procurement dan kapasitas
serta rasional (rationality) dalam proses teknis untuk dapat mengikuti tender
yang konsisten dalam pelayanan elektronik.
pengadaan, terstandarisasi oleh LKPP,
formal dan legal hukum setiap proses
pengadaan yang memunculkan pemenang DAFTAR PUSTAKA
tender, dan dapat diupgrade segala
Andrianto Nico. 2007. Good e-
bentuk informasi pengadaan dengan Government: Transparansi dan
sistem procurement.Tetapi, aksesibilitas Akuntabilitas Publik Melalui e-
Government. Malang: Bayumedia.
(accessibility) informasi masih Asian Development Bank. 1999.
kurangdetail dan tepat waktu sesuai “Governance: Sound Development
Management ”.Asian Development
jadwal pengadaaan. Layanan yang kurang Bank.
transparan pada akses data yang detail Creswell John W. 2010. Research Design
Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,
tentang evaluasi penawaran dan alasan dan Mixed, Edisi Ketiga, Terjemahan
detail dalam penentuan pengumuman oleh Achmad Fawaid. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
pemenang oleh pokja, SPPJ dan tanda Dwiyanto Agus. 2006. Mewujudkan
tangan kontrak hanya orang-orang Good Governance Melalui
Pelayanan Publik. Yogyakarta:
tertentu yang bisa akses dan Gadjah Mada Uiversity Press.
mengetahuinya secara detail dan jelas. Herman Joffri. 2015. Akuntabilitas
Publik Dalam Pengadaan
Faktor-faktor yang mempengaruhi Barang/Jasa Pemerintah Secara
transparansi dalam pengadaan barang dan Elektronik (E-Procuremet) Di
Kabupaten Toraja Utara. Tesis.
jasa pemerintah, diantaranya adalah: Universitas Hasanuddin. Makassar.
komunikasi panitia dengan penyedia; Kim Pan Suk. 2007. How to Build and
Sustain Transparency and
sumber daya yang tersedia baik faktor Accountability in Public Sector
teknologimaupun faktor sumber daya Yonsei University, Seoul. Jakarta:
UNDESA bekerjasama dengan
manusia; faktor sikap aparatur Kementerian PAN, UNGC, dan
pemerintah; faktor struktur birokrasi UNDP.
Krina Lalolo Loina P. 2003. Indikator
pemerintah; faktor keberterimaan Dan Alat Ukur Prinsip Akuntabilitas,
masyarakat bisnis terhadap kebijakan dan Transparansi dan Partisipasi.
Jakarta: Sekretariat Good
faktor pengguna layanan LPSE. Governance Badan Perencanaan
Kemudian saran penelitian bahwa perlu Pembangunan Nasional.
Moleong Lexi J. 2012. Metodologi
edukasi secara kontinyu kepada penyedia Penelitian Kualitatif. Bandung:
barang dan jasa (rekanan) agar mereka Remaja Rosdakarya.

1
NATAPRAJA Vol. 3 No. 2, Desember

Sani Asrul. 2011. Evaluasi Penerapan E-


Procurement Pada Pemerintah
Provinsi Sulawesi Selatan.Tesis.
Universitas Hasanuddin. Makassar.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian
Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Ratminto dan Winarsih. 2014.


Manajemen Pelayanan
Pengembangan Model Konseptual,
Penerapan Citizen’s Charter dan
Standar Pelayanan Minimal
Cetakan XII. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Smith Rex Deighton. 2004. Regulatory


Transparency in OECD Countries:
Overview, Trends a,d Challenges.
Australian: Journal of Public
Administration.
Peraturan Bupati Maros Nomor 12 Tahun
2013 Tentang Standar Operasional
Dan Prosedur (SOP) Layanan
Pengadaan Secara Elektronik (LPSE)
Kabupaten Maros

Anda mungkin juga menyukai