Anda di halaman 1dari 3

Nama : Flora Milenia

Nim : G1011171033

Mata Kuliah : UAS Ekowisata

Air Terjun Banangar atau sering disebut juga Melanggar, Mananggar, dan Menaggar
adalah patahan Sungai Landak yang menjadi wisata alam berupa air terjun yang berada di
Kecamatan Air Besar, kabupaten Landak. Letak air terjun ini berada di hulu Sungai Landak,
sekitar 290 kilometer arah timur laut Pontianak, ibu kota Provinsi Kalimantan Barat. Ada
yang mengatakan bahwa Air Terjun Mananggar (sering juga disebut Air Terjun Melanggar,
Menanggar, atau Banangar) merupakan Niagara dari Borneo.

Air Terjun Melanggar memiliki ketinggian sekitar 60 meter dan lebar lebih dari 60
meter yang menyajikan pesona alam yang sangat indah. Akses ke dasar air terjun ini masih
sangat sulit sekali. Jalan yang hanya setapak itu tertutup belukar sehingga wisatawan lebih
senang menikmati pesonanya dari atas air terjun. Untuk menikmati keindahannya, Anda
harus memiliki kesabaran. Anda akan melintasi perjalanan yang panjang, jauh, dan berliku.

Untuk melihat air terjun ini, Anda membutuhkan waktu enam hingga tujuh jam
perjalanan dari Pontianak hingga ke Kecamatan Air Besar. Dari sana, Anda harus melakukan
perjalanan lagi menggunakan perahu. Akan tetapi, perjalanan panjang dan melelahkan itu
akan terbayar kala Anda melihat keindahan buih air yang bertebaran di sekitar area, belum
lagi suasana sejuk yang diberikan akan membuat lelah segera hilang. Tidak ada sarana dan
prasarana di lokasi air tejun, jadi diharapkan membawa bekal yang cukup selama menempuh
perjalanan.

Keunikan dari Air Terjun Banangar ini adalah terdapat danau yang cukup lebar berada
di bawah air terjun yang berbentuk bulat dan dapat digunakan untuk mandi, berenang dan
memancing ikan ataupun udang. Sedangkan di kiri atas terdapat sebuah tempat untuk
memohon rezeki kepada Tuhan sang Pencipta, kegiatan yang sudah dilakukan ratusan tahun
yang lalu sampai sekarang ini. Selanjutnya, di atas terdapat Gunung Pejapa dengan
ketinggian 1.019 meter yang mengelilingi air terjun ini. Sekeliling lokasi masih terlindungi
dengan lebatnya hutan basah khas Kalimantan yang masih utuh. Dan yang terakhir, di
seberang sungai terdapat Gua Sanjan yang terdapat air terjun kecil dan sungai kecil.

Kapasitas SDM dan kapasitas manajemen yang belum memenuhi standar dalam
pegelolaan air terjun sehingga menyebabkan pengelolaan kurang efektif. Sistem kebijakan
pemerintahan (government) yang belum secara komprehensif memahami ekowisata dan
peran serta pemerintah belum optimal. Dalam hal perangkat kebijakan, pemerintah telah
berupaya mengakomodir kepentingan lingkungan dengan ditetapkannya peraturan
perundang-undangan yang menyangkut konservasi maupun pariwisata serta ekowisata.
Pemerintahan daerah ini Kontribusi yang masih rendah dari kegiatan ekowisata yang
dirasakan oleh masyarakat. Pemahaman dan peran serta pemerintahan (government) yang
belum optimal terkait penyelenggaraaan ekowisata perlu ditingkatkan. Dalam pengembangan
ekowisata selayaknya masyarakat lokal mendapat manfaat secara ekonomi.Umumnya dalam
pengembangan ekowisata, masyarakat masih termarjinalkan. Jika masyarakat mendapatkan
manfaat/keuntungan finansial dan dilibatkan dalam kegiatan ekowisata maka masyarakat
akan peduli dan merasa memilki serta melindungi keberlanjutan resources ekowisata.
Dalam pengelolan air terjun ini Peningkatan kapasitas manajemen ekowisata ditinjau
dari aturan/mekanisme yang ada perlu dilakukan guna mencapai tujuan yang ditetapkan.
Aturan/mekanisme perlu ditetapkan karena dalam kegiatan ekoturisme melibatkan banyak
pihak dengan berbagai kepentingan dan kewenangan agar tidak menjadi masalah di kemudian
hari. Adapun yang perlu diperhitungkan Strategi nasional untuk turisme berkelanjutan yang
selalu diperbaharui secara periodik,pengembangan strategi turisme regional untuk
mengantisipasi isu lintas bidang, termasuk pencemaran lingkungan model pengukuran untuk
mengendalikan dan mengawasi operator/pelaksana, fasilitas, dan kawasan ekoturisme,
penilaian dampak berkelanjutan, sistem audit lingkungan dan sosial,khususnya selama dalam
pembangunan turisme,menyusun atau menguatkan peraturan yang ada untuk mengelola
kawasan ekoturisme.
Sumber daya manusia yang perlu dibentuk dalam kaitan kegiatan ekowisata adalah
membentuk etika dan moral SDM yang pro konservasi kehati dan LH. Hal ini sangat terkait
dengan value terhadap SD Kehati dan lingkungannya, termasuk value aspek sosialbudaya dan
kondisi ekonomi. Upaya peningkatan kapasitas SDM dapat melalui peran pendidikan
konservasi kehati dan lingkungan sehingga dapat mengubah keputusan manusia yang
bermoral dan etika konservasi & lingkungan. Manajemen ekowisata memerlukan SDM yang
kompeten dalam “memproduksi” dan memahami perilaku produknya yang tunduk pada
hukum-hukum (teori-teori) lingkungan yaitu pertumbuhan, sistem dan behavior.
Meningkatkan dan menambah sarana prasarana pendukung serta mendorong terbuka
dan terhubungnya akses ke/dari dan antar daerah tujuan eair terjun mananggar tanpa merusak
alam yang asli melalui peningkatan dan optimalisasi jalur transportasi udara. pengembangan
kapasitasperlu dilakukan pada masing-masing stakeholder pemerintah pusat sebagai
pengambil keputusan, penyusun pedoman pelaksanaan, kriteria dan standar operasional,
pemberi izin dan sanksi,dan pembina, hendaknya memiliki integritas teknis,
moral,bertanggung jawab kepada rakyat,lembaga legislatif hendaknya dapat menyusun
berbagai peraturan atau kebijakan yang efektif, independen dan adil,stakeholder pendukung
(lainnya) sebagai penyedia modal usaha, jasa,sarana dan prasarana, dan pemenuhan
kewajiban bagi pemegang izin usaha,pemerintah daerah sebagai pelaksana sosialisasi
program pemerintah,penegakan hukum, pembinaan, monitoring, dan evaluasi serta
rekomendasi izin pariwisata,masyarakat sebagai pemeran yang pasif berupa pemberi
saran,pertimbangan, dan partisipasi pada program yang dibawa pihak luar,serta peran
pengawasan dan pemeliharaan.

Anda mungkin juga menyukai