Anda di halaman 1dari 5

Machine Translated by Google

Web Konferensi E3S 148, 0 7011 (2020) https://doi.org/10.1051/e3sconf/202014 8070 11


ETMC dan RC EnvE 2019

Pengolahan air gambut menggunakan sistem oksidasi dan


filtrasi fisik serta kinerjanya dalam mereduksi besi (Fe),
kekeruhan, dan warna

Nur Novilina Arifianingsih1 , Yuniati Zevi1 , Qomarudin Helmy1 , Suprihanto Notodarmojo1 , Hirofumi
Fujita2 , Yoshinobu Shimayama2 dan Masao Kirihara2

1Kelompok Keahlian Teknik Air dan Limbah, Institut Teknologi Bandung, Indonesia
2Panasonic Corporation, Jepang

Abstrak. Penelitian ini dilakukan untuk mengolah air gambut dengan sistem oksidasi dan filtrasi fisik.
Awalnya, karakterisasi air gambut ditentukan oleh tiga parameter, yaitu besi (Fe), kekeruhan, dan warna.
Ketiga parameter tersebut menunjukkan nilai yang melebihi batas baku mutu air. Penelitian ini
menggunakan dua sampel yang terdiri dari kadar besi tinggi dan rendah. Kedua sampel diperlakukan
menggunakan NaClO untuk proses oksidasi-katalitik dan pasir Mangan untuk filter.
Waktu uji coba adalah 67 menit dengan menghitung nilai setiap parameter setiap 10 menit. Hasilnya
menunjukkan kinerja yang berbeda pada sampel dengan besi rendah dan besi tinggi. Pada sampel
dengan kadar besi rendah (0,32 mg/l), efisiensi reduksi besi 65,62%, efisiensi reduksi kekeruhan 78,95%
dan efisiensi reduksi warna 78,77%. Hasil yang diperoleh menunjukkan adanya perbedaan sampel
dengan tinggi zat besi (6,75 mg/l). Efisiensi reduksi besi sebesar 29,17%, efisiensi reduksi kekeruhan
sebesar 69,05% dan efisiensi reduksi warna sebesar 61,32%.

Saryono, & Wawan, 2016) dan sumber daya alam penting


1 Latar Belakang yang terdiri dari sisa-sisa tanaman yang dimodifikasi tinggi
yang terakumulasi di habitat basah tertentu. (McBrierty,
Air sangat penting dan mendasar bagi semua makhluk hidup
Wardell, Keely, O'Neill, & Prasad, 1996). Dari segi kuantitas,
dan tersebar di 70,9% permukaan bumi (Syafalni, Abustan,
air gambut berpotensi menjadi sumber air bagi manusia untuk
Brahmana, Zakaria, & Abdullah, 2013). Air merupakan
digunakan dalam kebutuhan sehari-hari. (Daud, Asmura, &
kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia (Rusdianasari, Bow,
Sari, 2016).
& Dewi, 2019). Air tawar merupakan salah satu kebutuhan
pokok manusia yang diperoleh dari berbagai sumber,
Hutan rawa gambut tropis paling luas di Asia Tenggara yang
tergantung kondisi setempat (Zein, et al., 2016). Menurut
terkonsentrasi di pulau Kalimantan dan Sumatera, dan di
definisi, air bersih adalah air yang digunakan untuk kebutuhan
Semenanjung Malaysia (Irvine, Vermette, & Mustafa, 2013).
sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan
Lahan gambut didefinisikan sebagai lahan dengan kondisi
dapat diminum setelah dimasak (Kemenkes, 1990).
tanah jenuh air, terbentuk dari sedimen yang berasal dari
akumulasi sisa-sisa jaringan tanaman yang telah lapuk, dengan
Secara global, ada banyak masalah kualitas dan kuantitas air
ketebalan lebih dari 50 cm (Badan Sertifikasi Nasional, 2013).
yang muncul dan dalam beberapa kasus menjadi lebih serius
(Uddin, Alaama, & Nawi, 2018). Sangat penting untuk
Gambut dapat dideskripsikan sebagai bahan tanaman yang
memastikan ketersediaan sumber pasokan air lokal dan bahkan sebagian memfosil yang terjadi di daerah basah di mana ada
mengembangkan sumber air potensial baru seperti dari hutan
kekurangan 02. (Mathavan & Viraraghavan, 1989). Sebagai
rawa gambut untuk mengatasi kekurangan air di masa depan.
lahan basah, air gambut banyak mengandung Dissolved
(Syafalni, Abustan, Brahmana, Zakaria, & Abdullah, 2013).
Organic Carbon (DOC). (Nuriman, Djajakirana, Darmawan, &
Kelangkaan sumber air bersih menyebabkan air gambut
Anshari, 2016). Air gambut merupakan campuran heterogen
dijadikan alternatif (Apriani, Masduqi, & Hadi, 2016), potensi
senyawa organik yang bervariasi dalam berat molekul (MW),
air yang tersedia di alam (Ardiansyah, Bahri,
struktur kimia dan gugus fungsi.
(Zulfikar, Setiyanto, Wahyuningrum, & Mukti, 2014).

© The Authors, diterbitkan oleh EDP Sciences. Ini adalah artikel akses terbuka yang didistribusikan di bawah ketentuan Creative Commons Attribution License
4.0 (http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/).
Machine Translated by Google
Web Konferensi E3S 148, 0 7011 (2020) https://doi.org/10.1051/e3sconf/202014 8070 11
ETMC dan RC EnvE 2019

Air gambut memiliki derajat keasaman tinggi (pH antara Tabel 1. Karakteristik Air Gambut di Kampung Baru dan Rumbai Pesisir,
3-5), kandungan partikel tersuspensi rendah, dan Pekanbaru-Provinsi Riau
intensitas warna merah kecoklatan tinggi dengan
kandungan bahan organik tinggi. (Suherman & Kampung Rumbai
Parameter Satuan
Sumawijaya, 2013), masam (pH rendah), warna coklat Baru Pesisir

dan mengandung organik (Rusdianasari, Bow, & Dewi, pH 5,5 6.1


2019) (Eri & Hadi, Tidak diketahui) (Irvine, Vermette, & Daya konduksi kami/cm 90 75
Mustafa, 2013). Hal ini disebabkan sumber air di daerah OC 29,1 27.8
Suhu
tersebut adalah air gambut yang berdasarkan parameter IKAN KOD 20 20
kualitas air tidak memenuhi persyaratan kualitas air tawar (Permanganat) mg/L
standar WHO (Zein, et al., 2016) dan air gambut pada Warna Pt/Co 212.00 605.00
umumnya tidak memenuhi kualitas air bersih. standar NTU 19 42
Kekeruhan
yang dibakukan oleh Departemen Kesehatan RI melalui Besi 0,32 7.2
mg/L
PERMENKES No.416/MENKES/PER/IX/1990. (Eri & Hadi, Tidak Diketahui) 0,01 0,01
Mangan mg/L
Kekerasan mg/L 50.00 25.00
Beberapa percobaan pengolahan air gambut telah 0,02 0,01
Klorin gratis mg/L
dilakukan (Apriani, Masduqi, & Hadi, 2016). Beberapa di PDAM Sehat
antaranya adalah metode Multi-Soil-Layering (MSL)
dengan campuran bahan organik ampas tebu. (Zein, et Sumber (Perusahaan air)
al., 2016), elektrokoagulasi (Rusdianasari, Bow, & Dewi,
2019), teknologi membran (Daud, Asmura, & Sari, 2016),
koagulasi, flokulasi, sedimentasi dan filtrasi (Daud, 2.2 Metode
Asmura, & Sari, 2016) dan (Suherman & Sumawijaya,
2013), Upflow Anaerobic Filter (UAF) dan Slow Sand
Sepuluh liter air dimasukkan ke dalam tangki utama.
Filter (SSF) (Eri & Hadi, Tidak diketahui), komposit
Pompa utama dihidupkan dan debit air diatur sesuai
kitosan-silika (CSC) menggunakan (Zulfikar, Setiyanto,
dengan angka yang ditentukan dengan memutar dial
Wahyuningrum, & Mukti, 2014), metode Advanced pump, biasanya debit air 0,093 liter/menit. Katup diatur
Oxidation Process (AOP) dan Reverse Osmosis (RO)
ke mode backwash selama 5 menit. Untuk membantu
menggunakan unit programmable logic-controller (PLC).
pencucian, goyangan kolom juga dapat dilakukan. Katup
(Turnip, Hutagalung, Muchlis, & Amri, 2017), lempung
diputar ke arah mode pemurnian dan ditunggu selama 3
alam (Muhdarina, et al., 2018), adsorben.
menit untuk memisahkan media bersih dari air dari
(Syafalni, Abustan, Brahmana, Zakaria, & Abdullah,
backwash. 1000 ppm NaClO ditambahkan ke tangki
2013). Berbagai upaya dan teknik perlu terus dilakukan
NaClO. Pompa injeksi dihidupkan untuk mengalirkan
untuk menemukan cara pengelolaan air bersih yang
klorin. Jika cukup, pompa injeksi dimatikan. Debit aliran
paling efektif dan efisien.
pada injection pump diatur sesuai dengan flow rate yang
ditentukan kemudian injection pump dan main pump
dihidupkan. Percobaan dilakukan selama 67 menit dan
sampel diambil setiap 10 menit. Setelah selesai, dilakukan
2. Bahan-bahan dan metode-metode backwash. Bagian prototipe yang telah dibongkar dan
terkena kaporit dibersihkan dengan air bersih.
2.1 Bahan

Semua bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu


NaClO 20 ppm, FerroVer Iron Reagent Powder Pillows
10 ml pk/100, aquadest, alat ukur besi, kekeruhan dan
warna HACH DR900, main tank, NaClO tank, main pump,
injection pump, filter , dan pengukur aliran.
Filter mengandung karbon aktif (24 ml) dan pasir Mn (48
ml) dengan ÿ 0,020 m. Filter kapasitas adalah 0,093 l/mnt.
Air gambut dikumpulkan dari wilayah Kampung Baru dan
Rumbai Pesisir, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau, Indonesia.
Karakteristik air gambut dirangkum dalam Tabel 1.

Gambar 1 Prototipe sistem oksidasi dan filtrasi.

2
Machine Translated by Google
Web Konferensi E3S 148, 0 7011 (2020) https://doi.org/10.1051/e3sconf/202014 8070 11
ETMC dan RC EnvE 2019

0,11 mg/l. Artinya terjadi penurunan konsentrasi Fe sebesar 65,62%.


Sedangkan sistem oksidasi dan filtrasi tidak mampu mereduksi Fe di
Rumbai Peisir hingga di bawah baku mutu yaitu 0,3 mg/l. Pada menit
ke-67, konsentrasi Fe hanya mencapai 5 mg/l.

Efisiensi reduksi besi di Rumbai Pesisir adalah 29,17%.

3.2 Parameter 2: Kekeruhan (NTU)

45
40
35
30 Standar dari
Kekeruhan
(mg/
l)
25 Permenkes 492
20
Kampung Baru
15
10
Rumbai Pesisir
5
0
0 50 100

Waktu

Gambar 2. Skema mode purifikasi dan backwash


Gbr.4. Konsentrasi kekeruhan (NTU) di Kampung Baru dan
Rumbai Pesisir diolah dengan sistem oksidasi dan filtrasi

3. Hasil dan Pembahasan Berdasarkan Gambar 4 dapat dilihat bahwa sistem oksidasi dan filtrasi
dapat menurunkan konsentrasi kekeruhan di Kampung Baru hingga di
Eksperimen ini untuk mempelajari efisiensi penyisihan pengolahan air bawah baku mutu baku mutu sejak menit ke-10. Baku mutu kekeruhan
gambut ditinjau dari parameter besi, warna dan kekeruhan. menurut Permenkes No. 492 Tahun 2010 adalah 5 NTU. Pada menit
ke-40 konsentrasi kekeruhan mencapai 1 NTU namun pada menit
ke-50 hingga menit ke-67 meningkat menjadi 4 NTU. Konsentrasi
kekeruhan menurun sebesar 78,95%. Sedangkan sistem oksidasi dan
3.1 Parameter 1: Fe (mg/l)
filtrasi tidak mampu menurunkan konsentrasi kekeruhan di Rumbai
Pesisir sampai di bawah baku mutu. Pada menit ke-67, konsentrasi
8
kekeruhan mencapai 12 NTU. Efisiensi penurunan kekeruhan di
Standar dari Rumbai Pesisir sebesar 69,05%.
6 Permenkes 492
Total
(mg/
Fe
l)

4 Kampung Baru

2 Rumbai Pesisir
3.3 Parameter 3: Warna (Pt/Co)
0
Standar dari
0 50 100 700
Permenkes
Waktu) 600 492
Kampung Baru
500
Gambar 3 Konsentrasi Fe (mg/l) di Kampung Baru dan Rumbai Warna
(NTU)

400 Rumbai Pesisir


Pesisir yang diolah dengan sistem oksidasi dan filtrasi
300
Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat bahwa sistem oksidasi dan filtrasi 200
dapat menurunkan konsentrasi Fe di Kampung Baru hingga di bawah
100
baku mutu sejak menit ke-10. Baku mutu Fe menurut Permenkes No.
0
492 Tahun 2010. Konsentrasi Fe pada menit ke-0 sebesar 0,32 mg/l
0 50 100
dan pada menit ke-67 konsentrasi Fe sudah mencapai Lagu

Gambar 5. Konsentrasi Warna (Pt/Co) di Kampung Baru dan


Rumbai Pesisir yang Diproses dengan Sistem Oksidasi dan Filtrasi

3
Machine Translated by Google
Web Konferensi E3S 148, 0 7011 (2020) https://doi.org/10.1051/e3sconf/202014 8070 11
ETMC dan RC EnvE 2019

Berdasarkan Gambar 5 terlihat bahwa sistem oksidasi dan filtrasi Referensi


tidak dapat menurunkan konsentrasi warna di Kampung Baru
hingga di bawah baku mutu 15 Pt/Co berdasarkan Permenkes
No. 492 Tahun 2010. Pada menit ke-0 konsentrasi warna pada
sampel adalah 212 Pt/Co dan pada menit ke-67 konsentrasi
warna menjadi 45 Pt/Co. [1] Apriani, M., Masduqi, A., & Hadi, W.
Meski memiliki kelonggaran 78,77%, konsentrasi warna masih di DEGRADASI ORGANIK, BESI, WARNA DAN
atas standar. Sistem oksidasi dan filtrasi juga tidak dapat KEKERUHAN DARI AIR GAMBUT. Jurnal Teknik
menurunkan konsentrasi warna pada Rumbai Pesisir sampai di dan Ilmu Terapan ARPN, 8132-8138 (2016)
bawah baku mutu. Pada menit ke-0 konsentrasi warna pada
sampel sebesar 605 Pt/Co dan pada menit ke-67 konsentrasi
warna sebesar 234 Pt/Co. Efisiensi pengurangan warna di [2] Ardiansyah, Bahri, S., Saryono, & Wawan. Pengolahan Air
Rumbai Pesisir sebesar 61,32%. Gambut dengan Koagulan Anorganik Alami.
Jurnal Internasional Sains dan Penelitian, 389-394
(2016).

Konsep sistem oksidasi dan filtrasi dibagi menjadi tiga bagian. [3] Daud, S., Asmura, J., & Sari, ME
Pertama adalah bagian pra-perawatan. PENGOLAHAN AIR GAMBUT DENGAN
Pada bagian pre-treatment ditambahkan oksidator berupa klorin. MEMBRAN ULTRAFILTRASI SISTEM ALIRAN
Kedua adalah bagian filter yang merupakan inti dari sistem CROSS FLOWUNTUK MENYISIHKAN
oksidasi dan filtrasi ini. Di dalam filter, terjadi proses agregasi ZAT WARNA DENGAN PENGOLAHAN
yang dipercepat dan proses filtrasi pasir Mangan (Mn). Pada PENDAHULUAN MENGGUNAKAN
prinsipnya ion Fe2+ akan teroksidasi menjadi Fe3+ membentuk KOAGULAN CAIR DARI TANAH LEMPUNG LAHAN
endapan yang kemudian akan bertambah besar ukuran GAMBUT.
partikelnya sehingga dapat tersaring oleh pasir Mn. Seminar Nasional Sains dan Teknologi
Lingkungan II, 110-114 (2016).

Banyaknya kandungan organik dapat menurunkan efisiensi [4] Eri, IR, & Hadi, W. Kajian Pengolahan Air Gambut
oksidasi Fe2+ menjadi Fe3+. Karena NaClO yang berfungsi Menjadi Air Bersih dengan Kombinasi Proses UpFlow
sebagai pengoksidasi akan mengoksidasi banyak kandungan Anaerobik Filter dan Slow Sand Filter. Teknik
organik sebelum mengoksidasi Fe2+. Ini juga mempengaruhi Lingkungan. Tesis FTSP-ITS Surabaya, 1-8
penghilangan warna. (2008)

[5] Huling, SG, Arnold, RG, Sierka, RA, & Miller, MR


Air gambut yang banyak mengandung ion Fe2+ sebaiknya
menggunakan sistem oksidasi dengan H2O2 dan Fenton. Karena Pengaruh gambut pada oksidasi Fenton.
Penelitian air, 35(7), 1687-1694 (2001).
Fe2+ bereaksi dengan H2O2 akan menghasilkan ion radikal OH
yang dapat digunakan untuk mengoksidasi senyawa organik
(Huling, Arnold, Sierka, & Miller, 2001)
[6] Irvine, K., Vermette, S., & Mustafa, FB The 'Black
Waters' Malaysia: Melacak Kualitas Air dari Hutan
Rawa Gambut ke Laut.
4. Kesimpulan Sains Malaysiana, 1539-1548. (2013).

[7] Kemenkes. PERATURAN MENTERI


KESEHATAN Nomor : 416/
Sistem oksidasi dan filtrasi dapat menurunkan kadar Fe,
MEN.KES/PER/IX/1990 tentang Syarat syarat Dan
kekeruhan, dan warna pada air gambut. Pada sampel dengan
Pengawasan Kualitas Air.
kadar besi rendah (0,32 mg/l), efisiensi reduksi besi 65,62%, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (1990)
efisiensi reduksi kekeruhan 78,95% dan efisiensi reduksi warna
78,77%. Hasil yang diperoleh menunjukkan adanya perbedaan
sampel dengan tinggi zat besi (6,75 mg/l). Efisiensi reduksi besi [8] Mathavan, GN, & Viraraghavan, T. Penggunaan
gambut dalam pengolahan air berminyak. Pencemaran
sebesar 29,17%, efisiensi reduksi kekeruhan sebesar 69,05%
Air, Udara, dan Tanah, 45(1-2), 17-26. (1989).
dan efisiensi reduksi warna sebesar 61,32%.
[9] McBrierty, VJ, Wardell, GE, Keely, CM, O'neill, EP, &
Prasad, M. Karakterisasi air dalam
gambut. Jurnal Masyarakat Ilmu Tanah Amerika,
60(4), 991-1000 (1996).

[10] Muhdarina, M., Linggawati, A., Putri, KA,


Muharani, D., Awaluddin, A., & Bahri, S. Pengolahan
Air Gambut dengan Koagulasi Dua Tahap

4
Machine Translated by Google
Web Konferensi E3S 148, 0 7011 (2020) https://doi.org/10.1051/e3sconf/202014 8070 11
ETMC dan RC EnvE 2019

Proses Menggunakan Koagulan Cair Berbasis


Tanah Liat Alami. Jurnal Internasional Sains dan
Penelitian, 1058-1061. (2018).

[11] Nuriman, M., Djajakirana, G., Darmawan, & Anshari,


GZ Karbon Organik Terlarut (DOC) dalam Air
Gambut Menyarankan Batas Dekomposisi.
Kongres Gambut Internasional, 54-57. (2016).

[12] Bow, Y., & Dewi, T. Peat Water Treatment dengan


Elektrokoagulasi menggunakan Elektroda
Aluminium. Dalam Seri Konferensi IOP: Ilmu
Bumi dan Lingkungan (Vol. 258, No. 1, hal.
012013). Penerbitan TIO. (2019, April).

[13] Suherman, D., & Sumawijaya, N.


Menghilangkan warna dan zat organik air
gambut dengan metode koagulasi-flokulasi
suasana basa. Riset Geologi dan Pertambangan,
23(2), 125-137 (2013).

[14] Syafalni, S., Abustan, I., Brahmana, A.,


Zakaria, SNF, & Abdullah, R. Pengolahan Air
Gambut Menggunakan Kombinasi Surfaktan
Kationik Modifikasi Zeolit, Karbon Aktif Granular, dan
Batugamping. Sains Terapan Modern, 7(2),
39. (2013).

[15] Turnip, A., Hutagalung, SS, Muchlis, I., & Amri, MF


Peat Water Treatment berbasis Sistem
Akuisisi Data Nirkabel untuk Pemantauan Jarak
Jauh yang Fleksibel. INTERNETWORKING
INDONESIA, 9(1), 27-32 (2017).

[16] Uddin, AB, Alaama, M., & Nawi, MA


STUDI KUALITAS AIR KOMPARATIF
ANTARA KOAGULANT GAMBUT DIPERLAKUKAN
DAN BADAN AIR MODEL YANG TIDAK
DIPERAWAT. Jurnal Teknik dan Ilmu Terapan
ARPN, 1503-1511. (2018).

[17] Zein, R., Mukhlis, Swesti, N., Novita, L., Novrian,


E., Ningsih, S., dkk. Pengolahan Air Gambut
dengan Menggunakan Multi Soil Layering (MSL)
Metode . Der Pharma Chemica, 254-261.
(2016).

[18] Zulfikar, MA, Setiyanto, H., Wahyuningrum, D., & Mukti,


RR (2014). Pengolahan air gambut menggunakan
komposit kitosan-silika sebagai adsorben.
Jurnal Internasional Penelitian Lingkungan,
8(3), 687-710.

Anda mungkin juga menyukai