Anda di halaman 1dari 41

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM YANG TERKANDUNG DALAM

TRADISI TEMU MANTEN PADA UPACARA PERNIKAHAN


ADAT JAWA DI DUSUN KAMPUNG REA KECAMATAN
KALUKKU KABUPATEN MAMUJU

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Pendidikan
(S.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Jurusan
Tarbiyah dan Keguruan Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri (STAIN) Majene

Oleh

NASRIANTI
NIM 10156119152

JURUSAN TARBIYAH DAN KEGURUAN


STAIN MAJENE
2023
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Pembimbing penulisan proposal skripri saudari NASRIANTI NIM

10156119152, Mahasiswi Program Studi Pendidikan Agama Islam pada Jurusan

Tarbiyah dan Keguruan STAIN Majene, setelah meneliti dan mengoreksi secara

seksama proposal skripsi yang berjudul “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang

Terkandung Dalam Tradisi Temu Manten pada Upacara Pernikahan Adat Jawa

di Dusun Kampung Rea, Kecamatan Kalukku, Kabupaten Mamuju”.

Memandang bahwa proposal skripsi tersebut telah memenuhi syarat-syarat ilmiah dan

dapat disetujui untuk diseminarkan.

Demikianlah persetujuan ini diberikan untuk proses lebih lanjut.

Majene, ……………. 2023

Pembimbing l Pembimbing ll

Dr. M. Dalip, M.Th.l Ahmad Ridhai Aziz, M.Pd


NIP. 1975062120071010025 NIP. 199110012020121019

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah,Puji Syukur saya ucapkan kepada Allah SWT. Atas segala

limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya yang telah diberikan kepada kami dalam

menyelesaikan penyusunan proposal skripsi ini sesuai dengan harapan. Sholawat

serta salam semoga tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW. Beserta

keluarganya dan sahabatnya serta seluruh umat Islam dengan harapan semoga seluruh

umatnya kelak mendapatkan syafaatnya di hari akhir nanti.

ii
KOMPOSISI BAB

HALAMAN SAMPUL

PERSETUJUAN PEMBIMBING

KATA PENGANTAR

KOMPOSISI BAB

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

C. Rumusan Masalah

D. Kajian Pustaka

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Nilai-nilai Pendidikan Islam

1. Pengertian Nilai-nilai Pendidikan Islam

2. Tujuan Pendidikan Islam

3. Bentuk Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Temu Manten

B. Adat Pernikahan

1. Pengertian Pernikahan

2. Syarat dan Hukum Pernikahan

3. Pernikahan Adat Jawa

C. Kerangka Konseptual

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitian

iii
B. Pendekatan Penelitian

C. Sumber Data

D. Metode Pengumpulan Data

E. Instrument Penelitian

F. Teknik pengolahan dan Analisis Data

G. Pengujian Keabsahan Data

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kebudayaan memiliki arti sebagai sesuatu yang berkaitan dengan Budi dan Akal

Manusia.1 Disimpulkan bahwa kebudayaan adalah cara hidup manusia yang

mencakup beberapa hal, di antaranya Kepercayaan, Kesenian, Adat Istiadat, tata cara

berlaku, dan suatu kegiatan khas dari masyarakat atau sekelompok penduduk tertentu.

Sehingga dapat di pahami bahwa kebudayaan adalah sesuatu yang kompleks yang

selalu berkaitan dengan Manusia.

Dr. Iswantir., M.Ag dengan mengutip Muhammad Fadhil al-Jamaly,

mendefinisikan bahwa Pendidikan adalah suatu upaya untuk mendorong dan

mengembangkan potensi peserta didik untuk hidup dengan nilai-nilai yang tinggi dan

dengan kehidupan yang mulia, baik yang berkaitan dengan akal, perasaan maupun

perbuatan.2 Dsimpulkan bahwa Pendidikan adalah suatu usaha peserta didik untuk

mengembangkan potensi di dalam diri mereka yang mencakup beberapa aspek yang

melalui pengajaran, bimbingan, pembiasaan, pengasuhan, dan pengawasan untuk

memperoleh berbagai pengetahuan dalam mewujudkan kesempurnaan dalam hidup.

Setiap agama dan budaya menetapkan cara-cara tertentu untuk hubungan laki-laki

dan perempuan dalam hal pernikahan. Di mana pernikahan ini hanya dapat di lakukan

oleh laki-laki dan perempuan saja, Atau dalam istilah yang di kenal dengan pasangan

1
Indra Tjahyadi. Dkk, Kajian Budaya Lokal (Lamongan: Pangan Press, 2019) h. 3.
2
Iswantir, Pendidikan Islam Sejarah, Peran dan Kontribusi Dalam Sistem Pendidikan
Nasional (Bandar Lampung: CV. Anugrah Utama Raharja, 2019) h. 7

1
2

yang berbeda jenis kelaminnya.3 Disimpulkan pernikahan hanya boleh di lakukan

bagi pasangan yang berbeda jenis kelaminnya, dengan kata lain bagi pasangan yang

sesama jenis tidak di perbolehkan untuk melakukan pernikahan karna tidak memilikik

dasar hukum.

Pernikahan adalah suatu keharusan atau kewajiban bagi mereka yang sanggup

untuk melaksanakannya, selain itu pernikahan adalah suatu ikatan lahir dan batin

yang di tandai dengan adanya akad atau perjanjian yang menghalalkan antara

perempuan dan laki-laki yang bukan muhrimnya. Sehingga bila di analisis lebih

lanjut pernikahan adalah suatu keharusan bagi seseorang untuk membina rumah

tangga yang bahagia yang berdasarkan tutunan Allah SWT yang biasa di kenal

dengan istilah Sakinah Mawaddah Warohma. Seperti firman Allah dalam Q.S An-

Nur ayat/24:32.

ٰ ِ ْ َ‫الص لِ ِح ِمن ِعب ِاد ُكم واِم اۤىِٕ ُكمۗ اِ ْن يَّ ُكونُ وا ُف َق راۤء ي ْغنِ ِهم ال ٰلّ ه ِمن ف‬ ِ ِ
ُ‫ض لهٖۗ َواللّ ه‬ ْ ُ ُ ََُ ْ ْ ْ َ َ ْ َ ْ َ ‫َواَنْك ُح وا ااْل َيَا ٰمى مْن ُك ْم َو ّٰ نْي‬
‫َو ِاس ٌع َعلِْي ٌم‬

Terjemahnya:

“Nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu dan juga

orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu, baik laki-laki

maupun perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberi kemampuan

kepada mereka dengan karunia-Nya. Allah Mahaluas (pemberian-Nya) lagi Maha

Mengetahui”.

Terjemahan Bahasa Mandar :

3
Umar Haris Sanjaya Annur Rahim Faqih, Hukum Perkawinan Islam (Yogyakarta: Gama
Media, 2017) h. 10
3

“Anna pasialai (palikkai) to sewa-sewa (sisa-sisanna) di antaramu mie’ anna to

sitinaya (dipasiala) pole di para batuammu iya tommuane anna para batuammu

iya to baine. mua’ kasi-asidi palakang puang Allah Taala na mappasugi’i pole di

balla’birang-Na. anna puang Allah Taala masarro (pappidalle’na) na

paissang”.4

Islam sudah menetapkan bahwa pernikahan adalah sesuatu yang harus di lalui,

Pernikahan bukan hanya menyatukan laki-laki dan perempuan untuk membangun

rumah tangga yang harmonis hingga hidup dan menua bersama, tetapi pernikahan

juga memberikan pahala bagi mereka yang melaksanakannya karna di dalamnya

terdapat nilai ibadah. Dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa Islam tidak

menyetujui umat Islam untuk hidup membujang. Namun sebaliknya, Islam

memerintahkan umat Islam untuk menikah. Sedangkan tujuan pernikahan dalam

Islam sebagai penyempurna agama seorang muslim dalam beribadah kepada Allah

SWT.

Sesuai hasil observasi awal di peroleh bahwa di Mamuju khususnya di Dusun

Kampung Rea, Desa Beru-beru, Kecamatan Kalukku, Kabupaten Mamuju, mayoritas

penduduknya adalah suku Jawa, yang dimana adat istiadatnya memiliki persentuhan

dengan Islam terutama adat yang dilakukan dalam sistem pernikahan yaitu temu

manten. Yang dimana masyarakatnya masih banyak yang belum memahami nilai-

nilai Pendidikan Islam yang terkandung dalam tradisi Temu Manten ini, selain itu

belum pernah disosialisasikan kepada masyarakat atau generasi tentang makna yang

terkandung dalam tradisi Temu Manten, dan belum pernah dilakukan secara detail

4
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Malaqbiq Terjemahan Bahasa Mandar dan Indonesia,
(Cet. 1; Jakarta: Kementrian Agama, 2019), h. 622
4

bahwa tradisi Temu Manten dapat membentuk karakter religious dan karakter sosial

masyarakat yang ada di Dusun Kampung Rea tepatnya di Desa Beru-beru.

Sistem pernikahan sebagai salah satu unsur kebudayaan yang bersifat universal

bagi umat manusia untuk itu peneliti tertarik untuk melakukan suatu penelitian

dengan judul “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung Dalam Tradisi Temu

Manten pada Upacara Perkawinan Adat Jawa di Dusun Kmp. Rea, Desa Beru-beru,

Kab. Mamuju”

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

Adapun fokus penelitian ini dan deskripsi fokus yaitu :

1. Fokus Penelitian

Penelitian ini, penulis memfokuskan tentang Nilai-nilai Pendidikan Islam

yang terkandung dalam tradisi temu manten pada upacara perkawinan adat

Jawa

2. Deskripsi Fokus

Deskripsi fokus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Nilai-nilai Pendidikan Islam

Nilai-nilai Pendidikan Islam adalah segala sesuatu yang mengandung unsur

positif yang berguna bagi manusia yang mencakup tentang norma dan aturan yang

ada dalam Pendidikan Islam.

b. Tradisi perkawinan adat jawa

Salah satu tradisi upacara pernikahan adat jawa adalah temu manten yang

dimana pada prosesi ini bertujuan untuk menjaga kehormatan serta meminta

keselamatan dunia dan akhirat.

c. Temu Mante
5

Temu manten atau panggih dalam Bahasa jawa yang berarti Bertemu, yaitu

suatu pertemuan antara pengantin wanita dan pangantin pria di kediaman

mempelai wanita yang dilakukan untuk melaksanakan prosesi pernikahan.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Tradisi Temu Manten Pernikahan Adat Jawa di Dusun Kampung

Rea, Kecamatan Kalukku, Kabupaten Mamuju?

2. Bagaimana Nilai-nilai Pendidikan Islam yang terdapat dalam Tradisi Temu

Manten Pernikahan Adat Jawa di Dusun Kampung Rea, Kecamatan Kalukku,

Kabupaten Mamuju?

D. Kajian Pustaka

Adapun tinjauan penelitian terdahulu sebagai berikut:

1. Penelitian sebelumya oleh Arlindayanti Jurusan Pendidikan Agama Islam

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, IAIN Palangka Raya pada tahun

(2020) tentang “Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Budaya Sedekah Laut di

Desa Sabuai Pangkalan Bun”. Hasil dari Penelitiannya menunjukkan bahwa,

di Desa Sabuai budaya sedekah laut telah dilaksanakan oleh Nenek

Moyangnya sebelum kemerdekaan pada tahun 1921 hingga saat ini tetap

dilaksanakan oleh masyarakat secara turun temurun tiap satu tahun sekali

dengan tujuan agar masyarakat bersyukur atas rezeki dan segala nikmat yang

Allah SWT limpahkan.5 Sebelumnya Arlindayanti meneliti tentang Nilai-nilai

Pendidikan Islam Dalam Budaya Sedekah Laut di Desa Sabuai Pangkalan

Bun. Sedangkan Penelitian ini penulis meneliti tentang Nilai-nilai Pendidikan

5
Arlindayanti, “Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Budaya Sedekah Laut di Desa Sabuai
Pangkalan Bun”, Skripsi (Palangka Raya: IAIN, 2020), h. vi
6

Islam yang terkandung dalam tradisi Temu Manten pada upacara perkawinan

adat Jawa.

2. Peneliti mengkaji skripsi Lias Pandan Sari Jurusan Pendidikan Agama Islam,

Institut Agama Islam Negeri Ponorogo pada tahun (2022) tentang “Tradisi

temu manten; Karakter Religius Dan Perilaku Sosial Masyarakat Trosono

Parang Magetan”. Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa tradisi temu

manten memiliki dampak dalam perilakku sosial dimasyarakat, yang dimulai

dari adannya sikap simpati serta kerja sama6. Sebelumnya Lias Pandan

meneliti tentang Tradisi temu manten; Karakter Religius Dan Perilaku Sosial

Masyarakat Trosono Parang Magetan. Sedangkan Penelitian ini penulis

meneliti tentang Nilai-nilai Pendidikan Islam yang terkandung dalam tradisi

Temu Manten pada upacara perkawinan adat Jawa.

3. Peneliti mengkaji skripsi Irmawati Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas

Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Makassar pada tahun (2018)

tentang “Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam adat pernikahan suku Bugis

Makassar di Desa Moncongloe Bulu Kecamatan Moncongloe Kabupaten

Maros”. Hasil dari Penelitiannya menunjukkan bahwa, adat Pernikahan

merupakan hasil dari segala pemikiran manusia yang menyatukan kedalam

perilaku masyarakat dan biasanya di wariskan secara turun temurun dari

nenek Moyang. Masyarakat Bugis merupakan masyarakat yang saraf dengan

prinsip, nilai-nilai adat dan ajaran agama. Selain itu yang mempunyai nilai-

nilai Pendidikan Islam adalah peminangan atau proses awal yang dilakukan

seorang laki-laki yang mengutus keluarganya untuk ke rumah wanita yang

6
Lias Pandan, “Tradisi temu manten; Karakter Religius Dan Perilaku Sosial Masyarakat
Trosono Parang Magetan”, Skripsi (Ponorogo: IAIN, 2022), h. 2
7

ingin di lamarnya untuk membicarakan kelangsungan pernikahan. 7

Sebelumnya Irmawati meneliti tentang Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam

adat pernikahan suku Bugis Makassar. Sedangkan Penelitian ini penulis

meneliti tentang Nilai-nilai Pendidikan Islam yang terkandung dalam tradisi

Temu Manten pada upacara perkawinan adat Jawa.

4. Skripsi Khamidah Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan

Tadris, Institut Agama Islam Negeri Bengkulu pada tahun (2019) tentang

“Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam tradisi bersih Desa di Purbosari

Kecamatam Seluma Barat Kabupaten Seluma” Hasil dari Penelitiannya

menunjukkan bahwa, tradisi bersih desa di Purbosari mengikuti budaya Jawa

yang pertama kali dilaksanakan pada tahun 1990 oleh seluruh masyarakat.

Rangkaian acara pada tradisi ini mulai dari kebersihan lingkungan, Ruqyah

massal, Istigosah, Tausiah, Do’a dan makan Bersama. Nilai-nilai Pendidikan

Islam yang terdapat dalam tradisi bersih desa di Purbosari ini adalah nilai

Akidah, nilai Ibadah, nilai Akhlak dan nilai Kemasyarakatan.8 Sebelumnya

Khamidah meneliti tentang Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam tradisi bersih

Desa di Purbosari. Sedangkan Penelitian ini penulis meneliti tentang Nilai-

nilai Pendidikan Islam yang terkandung dalam tradisi Temu Manten pada

upacara perkawinan adat Jawa.

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian


7
Irmawati, “Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam adat pernikahan suku Bugis Makassar di Desa
Moncongloe Bulu Kecamatan Moncongloe Kabupaten Maros”, Skripsi, (Makassar: UNISMUH,
2018), h. vi
8
Khamidah, “Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam tradisi bersih Desa di Purbosari Kecamatam
Seluma Barat Kabupaten Seluma”, skripsi, (Bengkulu, IAIN, 2019), h. xi
8

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui Bagaimana Tradisi Temu Manten Pernikahan Adat Jawa di

Dusun Kampung Rea, Kecamatan Kalukku, Kabupaten Mamuju.

b. Untuk mengetahui Bagaimana Nilai-nilai Pendidikan Islam yang terdapat dalam

Tradisi Temu Manten Pernikahan Adat Jawa di Dusun Kampung Rea, Kecamatan

Kalukku, Kabupaten Mamuju.

2. Kegunaan Penelitian

a. Bagi Penulis, di harapkan hasil penelitian ini dapat mengetahui nilai-nilai

Pendidikan islam yang terkandung dalam tradisi Temu Manten pada upacara

perkawinan adat Jawa.

b. Bagi Masyarakat, di harapkan hasil penelitian ini dapat di jadikan media

pembelajaran mengenai nilai-nilai Pendidikan Islam yang terkandung dalam

tradisi Temu Mante pada upacara perkawinan adat jawa, bahwasanya Islam

adalah agama yang damai dan budaya adalah salah satu bentuk toleransi yang di

ajarkan.

c. Bagi Desa, di harapkan hasil penelitian ini dapat di jadikan sebagai masukan yang

membangun kualitas pelaksanaan Desa di masa yang akan datang, dan

Memperkaya kebudayaan atau tradisi yang harus di lestarikan.


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Nilai-nilai Pendidikan Islam

1. Pengertian Nilai-nilai Pendidikan Islam

Jhon dewey, mengatakan filsafat Pendidikan adalah suatu pembentukan

kemampuan dasar yang fundamental baik yang menyangkut daya piker

intelektual maupun daya perasaan emosional menujju tabiat manusia. Filsafat

Pendidikan adalah suatu teori atau ideologi Pendidikan yang muncul dari sifat

filsafat seorang pendidik, dari sifat filsafat seorang pendidik, dari

pengalamannya dalam Pendidikan dan dari kehidupan tentang bagaimna cara

membagi ilmu yang berhubungan dengan Pendidikan.

Nilai-nilai Pendidikan Islam secara Universal yaitu suatu budaya yang

membudayakan manusia melalui Agama tanpa melalui proses Pendidikan.

Sedangkan pada tingkatan konsep dasar, ajaran Islam adalah satu kesatuan

ajaran, yang artinya antara ajaran yang satu dengan ajaran yang lainnya

memiliki keterkaitan hubungan. Berdasarkan keterkaitan hubungan tersebut,

maka Islam harus ditinjau dari tiga aspek, yakni meliputi Nizam, Akidah, dan

Syariah.

Menurut Ma’ruf dan Abdul Rasyid dengan mengutip Sukino, yang

dimaksud dengan Nizam adalah suatu sistem atau cara hidup, dimana ia

memiliki konsep struktural, yang mementingkan konsep kepercayaan (imam),

diperkuat oleh sistem penyembahan (ibadah), dan disempurnakan oleh sistem

9
tata laku (akhlak).9 Sehingga dapat disimpulkan bahwa Nizam ialah cara

hidup yang diatur oleh hukum-hukum

9
Ma’ruf dan Abdur Rasyid, Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Belalek (Pontianak:
IAIN Pontianak Press, 2019), h. 20

10
11

yang berasal dari nizam itu sendiri, sehingga melahirkan beberapa turunan yang lebih

spesifik diantaranya seperti, tata cara berkeluarga, tata politik, tata ekonomi, tata

sosial dan berbagai perikehidupan lainnya.

Menurut Ma’ruf dan Abdul Rasyid dengan mengutip Sukino, Akidah

yang berarti ikatan, perjanjian dan kokoh, setelah terbentuk menjadi Akidah

maka ia berubah menjadi kayakinan.10 Dapat disimpulkan bahwa Akidah

adalah suatu keyakinan yang tersimpul dengan kokoh didalam hati, bersifat

mengikat dan mengandung perjanjian di dalamnya.

Kata “Islam” dalam “Pendidikan Islam” menandakan warna Pendidikan

tertentu, yang berarti suatu Pendidikan yang bersumber ajaran dari agama

islam. Pendidikan dalam islam lebih populer dengan istilah tarbiyah, ta’dib,

ta’lim, riyadhah, tadris, dan irsyad.11 Sehingga dapat disimpulkan bahwa

Pendidikan islam adalah suatu Pendidikan yang sumber ajarannya berasal dari

ajaran islam itu sendiri yang dapat di jadikan sebagai pelatihan dan

pembelajaran.

Hakikat Pendidikan Islam adalah segala upaya atau proses Pendidikan

yang dilakukan dalam membimbing tingkah laku Manusia baik itu secara

individu maupun secara sosial, untuk mengarahkan potensi baik itu potensi

dasar (fitrah) maupun ajar yang sesuai dengan fitrahnya yang melalui proses

intelektual dan spiritual yang berlandaskan nilai islam untuk mencapai

kebahagian baik di dunia maupun di akhirat. 12 Dapat disimpulkan bahwa

hakikat Pendidikan islam adalah suatu cara untuk membimbing manusia baik

10
Ma’ruf dan Abdur Rasyid, Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Belalek, h. 21
11
Muhammad Shaleh Assingkly, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: K-Media, 2021), h. 3
12
Syamsul Kurniawan, Filsafat Pendidikan Islam, (Malang, Madani, 2017), h. 11
12

itu secara individu maupun sosial untuk mencapai kebahagiaan baik itu di

dunia maupun di akhirat.

Dalam arti sederhana Pendidikan islam adalah suatu usaha manusia

dewasa untuk menjadi muslim yang bertakwa yang dengan sadar

mengarahkan dan membina kepribadiaan mereka sesuai dengan nilai-nilai

Pendidikan islam.

2. Tujuan Pendidikan Islam

Tujuan Pendidikan islam adalah suatu kesempurnaan bagi manusia di

dunia maupun di akhirat, manusia mencapai kesempurnaan tersebut melalui

ilmu untuk memberi mereka kebahagiaan dan sebagai jalan untuk

mendekatkan diri kepada Allah SWT. Selain itu Tujuan Pendidikan adalah

syarat mutlak untuk mendefinisikan Pendidikan itu sendiri, hal ini disebabkan

karna Pendidikan adalah salah satu upaya untuk membentuk manusia menurut

apa yang dikehendakinya, Sehingga tujuan Pendidikan merupakan rumusan

dari berbagai harapan dan keyakinan manusia. Selain itu hubungan antara

tujuan dan nilai-nilai sangatlah erat kaitannya, karena tujuan Pendidikan tidak

lain masalah nilai-nilai itu sendiri. Pendidikan yang mengandung pilihan

tentang perkembangan peserta didik, dan pengarahan inilah yang berkaitan

erat dengan nilai-nilai.

Menurut Syamsul Kurniawan dengan mengutip Marimba, mengatakan

bahwa tujuan Pendidikan Islam adalah terbentuknya kepribadian muslim. 13

Maksudnya tujuan Pendidikan Islam memiliki keterkaitan dengan tujuan

hidup seseorang sehingga apa bila pandangan hidup seseorang adalah Islam

13
Syamsul Kurniawan, Filsafat Pendidikan Islam (Malang, Madani, 2017), h. 23
13

berarti tujuan pendidikannya pun harus Islam, sehingga ia bisa menjadi

manusia yang memiliki kepribadian muslim.

Allah SWT sendiri telah mengisyaratkan kepada kita dalam firman-Nya

dalam Q.S Al-Baqarah ayat/2:207.

ٌ ‫ات ال ٰلّ ِه ۗ َوال ٰلّهُ َرءُْو‬


‫فۢ بِالْعِبَ ِاد‬ ِ ‫َّاس من يَّ ْش ِري َن ْفسه ابتِغَاۤء مرض‬
َ َْ َ ْ ُ َ ْ
ِ
ْ َ ِ ‫َوم َن الن‬

Terjemahnya:

“Di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya untuk mencari

keridhaan Allah. Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya”.

Terjemahan Bahasa Mandar :

“Anna di antara rupa tau diang to maayumai alawena sawa’ ma’itai riona

puang Allah Taala, anna Puang Allah Taala Masarro pappelomo lao di para

batuan-Na”.14

Dalam ayat ini di jelaskan bahwa sebagian manusia mengorbankan apa

yang ada pada dirinya baik itu tenaga maupun harta, demi tercapainya impian

yang mereka perjuangkan.

Dalam firman-Nya dalam Q.S Al-An’am ayat/6:162.

ِ ِّ ‫قُل اِ َّن صاَل يِت ونُس ِكي وحَمْياي ومَمَايِت لِٰلّ ِه ر‬


َ ‫ب الْ ٰعلَمنْي‬ َ ْ ََ َ َ ْ ُ َْ َ ْ

14
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Malaqbiq Terjemahan Bahasa Mandar dan Indonesia,
(Cet. 1; Jakarta: Kementrian Agama, 2019), h. 51
14

Terjemahnya:

“Katakanlah (Nabi Muhammad), “Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku,

dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”.

Terjemahan Bahasa Mandar:

“Pa’uango’o (Muhammad): “Sitongangna sambayang-ngu, pakkasiwiangngu,

atuoa’u anna amatea’u sangga’ di Puang Allah Taala, Puang inggannana

alang”.15

Dari ayat di atas di jelaskan bahwa Mati dalam keadaan berserah diri

kepada Allah sebagai muslim yang merupakan ujung dari takwa sebagai akhir

dari proses hidup jelas yang berisi Pendidikan. Agar tujuan Pendidikan islam

dapat terealisasikan dengan baik maka Pendidikan islam harus mampu

mengakomodasi tiga fungsi utama dari agama, di antaranya sebagai berikut :

1. Fungsi Spiritual, yang berkaitan dengan akidah dan iman,

2. Fungsi Psikologis, yang berkaitan dengan nilai-nilai akhlak,

3. Fungsi Sosial, yang berkaitan dengan aturan-aturan yang menghubungkan

manusia dengan manusia lain.

Tiga fungsi utama dari agama di atas memiliki kaitan dengan definisi

Pendidikan yang sesuai dengan alirannya masing-masing. Demikian juga

dengan tujuan Pendidikan islam yang tujuannya terbentuknya kepribadian

yang berdasarkan nilai-nilai dan ukuran ajaran islam, hal ini dinilai bahwa

15
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Malaqbiq Terjemahan Bahasa Mandar dan Indonesia,
(Cet. 1; Jakarta: Kementrian Agama, 2019), h. 247
15

setiap upaya yang menuju kepada proses pencarian ilmu yang dikategorikan

sebagai upaya perjuangan di jalan Allah.

3. Bentuk Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Temu Manten

Dalam Pendidikan islam terdapat bermacam-macam nilai yang

mendukung dalam pelaksanaan Pendidikan yang sesuai dengan harapan

masyarakat luas. Pokok-pokok yang harus diperhatikan dalam Pendidikan

Islam adalah:

a. Akidah

Akidah menurut etimologi berarti ikatan, sangkutan, sedangkan secara

terminoligi akidah berarti iman dan keyakinan sehingga akidah

disangkutpautkan dengan rukun iman.16

b. Ibadah (‘ubudiyah)

Ibadah dapat dikatakan sebagai cara menusia untuk memperbaiki akhlak

dan mendekatkan diri kepada Allah. Selain itu ibadah yang dimaksud

bukanlah ibadah yang bersifat ritual saja tetapi yang dimaksud adalah

ibadah umum dan ibadah khusus. Ibadah umum ialah segala amalan yang

diizinkan Allah SWT sedangkan ibadah khusus ialah segala sesuatu yang

telah ditetapkan Allah SWT.

c. Akhlak

16
Zubaedi & Zulkarnain, “Transformasi Nilai-nilai Pendidikan Islam Manajemen Berorientasi
Link dan Match” (Cet. 1;Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2008), h. 27
16

Akhlak menjadi masalah yang peting dalam kehidupan manusia sebab

menentukan kualitas pribadi manusia. Akhlak merupakan implementasi

dari iman dalam segala bentuk perilaku.17 Dalam islam sendiri akhlak

telah ditentukan dalam Al-Quran dan Hadits. Islam menegaskan bahwa

hati Nurani mengajak manusia untuk melakukan yang baik dan yang

buruk. Dengan demikian hati menjadi ukuran baik buruknya pribadi

manusia.

Panggih atau temu manten (pertemuan) adalah salah satu tradisi yang

terdapat dalam upacara pernikahan adat jawa yang melambangkan pertemuan

awal antara pengantin pria dan pengantin wanita setelah atau sebelum

dilakukannya ijab qabul. Adapun tahapan-tahapannya yaitu:

a. Matah duta, Penjemputan atau penerimaan pengantin pria oleh pihak keluarga

pengantin wanita.

b. Balang gantal, keliling bunga dan saling melempar daun sirih yang diikat

dengan benang putih yang berjumlah ganjil.

c. Ngidek Tigan atau Wiji Dadi, pengantin pria menginjak telur dengan

menggunakan kaki sebelah kanannya.

d. Wijik sekar setaman, pengantin wanita berimpuh dihadapan pengantin pria

untuk membasuh kaki pengantin pria dengan air yang sudah disediakan.

e. Sindhur Binayang, kedua mempelai dibalut dengankain jare (kain batik) dan

dituntun oleh berjangga menuju ke pelaminan.

f. Dulangan, kedua pengantin saling bersuapan.

17
Septiyani Dwi Kurniasih,”Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Upacara Panggih Penganten
Banyumasan, Jurnal”, Jurnal, (Purwokerto, IAIN, 2018), h. 124
17

g. Sungkeman, dalam prosesi ini kedua pengantin menemui kedua orang tua,

baik pengantin wanita ataupun pengantin pria untuk melakukan sungkem

kepada orang tua dan mertua mereka.

Nilai-nilai Pendidikan Islam yang terkandung dalam tradisi temu manten

sebagai berikut:

a. Nilai Akidah

1) Balang gantal, pada prosesi ini menunjukkan bahwa rangkaian upacara

pernikahan ini dibuka dengan menguatkan keyakinan kepada Allah SWT.

Tujuannya agar kedua mempelai memiliki keyakinan yang kuat kepada

Allah, tanpa kuasanya kedua pengantin tidak akan dapat Bersatu. Selain

itu pada prosesi Gantal ada tujuh gulung gantal yang disiapkan sebagai

simbol bahwa prosesi ini memiliki nilai akidah. Tujuh gantal tersebut

mengingatkan kedua pengantin bahwa Allah menyukai dan sering

menggunakan jumlah yang ganjil.

2) Ngidek Tingan atau Wiji Dadi, pada prosesi ini menunjukkan bahwa

manusia hanyalah makhluk yang hanya dapat berusaha dan tuhan yang

menentukan, keyakinan ini harus ditanamkan sejak awal pernikahan.

3) Sungkeman, pada prosesi ini memiliki makna yang memuat nilai akidah

pada saat kedua pengantin melakukan sungkem kepada kedua orang tua

dan mertua. Sebelum memohon maaf kepada kedua orang tua kedua

pengantin terlebih dulu memohon ampun kepada Allah SWT. Dengan

harapan kedua pengantin dapat membina keluarga baru dengan bersih dan

tanpa dosa kepada Allah dan kepada orang tua.

b. Nilai Ibadah (‘ubudiyah)


18

1) Wiji Sekar Setaman, pada prosesi ini memiliki makna kebaktian seorang

istri terhadap suami. yang disimbolkan dengan pengantin wanita yang

membasuh kaki suaminya.

2) Titik Nitik atau Mirtui, memiliki makna bahwa kedua orang tua pengantin

harus rukun dan menjaga silaturahmi. hal ini ditandai dengan kedua orang

tua pengantin wanita menjemput kedua orang tua pengantin pria.

3) Sungkeman, memiliki banyak makna baik salah satunya meminta maaf

dan meminta ridho kepada orang tua, sebab ridho Allah tergantung dari

ridho orang tua.

c. Nilai Akhlak

1) Ngidek Tingan atau Wiji Dadi, memiliki makna bahwa pengantin pria siap

memberikan benih atau memberikan nafkah batin dengan cara yang baik.

2) Wiji Sekar Setaman, memiliki makna yang menggambarkan nilai akhlak

seorang istri yang menghargai dan menghormati suami. Penghormatan

tersebut dilihat ketika istri membasuh kaki suami dengan lembut.

3) Sungkeman, memiliki nilai akhlak bahwa seorang anak harus

menghormati kedua orang tua atau yang lebih tua. Makna ini disimbolkan

dengan pengantin pria yang melepas sendal slop dan keris yang ia kenakan

lalu berjalan dengan cara berlutut untuk melakukan sungkeman.

B. Adat Pernikahan

1. Pengertian pernikahan

Secara Bahasa, nikah artinya menghimpun atau mempertemukan. Nikah juga

memiliki arti bersetubuh dan akad. Menurut ahli usul dan Bahasa, bersetubuh

merupakan makna hakikih dari nikah, sementara akad merupakan makna majazi.
19

Dengan demikian, jika dalam ayat al-Qur’an atau hadis Nabi muncul lafaz nikah

dengan tanpa disertai indikator apa pun, berarti maknanya adalah bersetubuh.18 Dalam

firman-Nya Q.S. An-Nisa/4:22.

ِ َ‫واَل َتْن ِكحوا ما نَ َكح اٰباُۤؤ ُكم ِّمن النِّساِۤء اِاَّل ما قَ ْد سلَف ۗ اِنَّهٗ َكا َن ف‬
ࣖ ‫اح َشةً َّو َم ْقتًاۗ َو َساۤءَ َسبِْياًل‬ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ ُْ َ

Terjemahnya :

“Janganlah kamu menikahi wanita-wanita yang telah dinikahi oleh ayahmu,

kecuali (kejadian pada masa) yang telah lampau. Sesungguhnya (perbuatan) itu

sangat keji dan dibenci (oleh Allah) dan seburuk-buruk jalan (yang ditempuh)”.

Terjemahan Bahasa Mandar:

“Anna da mie’ passialang para to baine iya pura nasialang amammu, selaengna

(iya pura) diolo’ mai. Sitogangna panggauang di’o merissi-rissi’ sanna’I anna na

bire’i Puang Allah Taala anna tangalalang iya kaminang adae’ “.19

Dari ayat tersebut dijelaskan bahwa haram hukumnya seorang pria

menikahi wanita yang sudah berzina dengan ayahnya. Ayah yang dimaksud

adalah ayah dan kakek. Maka bila salah seorang dari mereka telah melakukan

akad nikah maka bagi anak dan cucunya sama sekali tidak diperbolehkan

18
Iffah Muzammil, Fiqh Munafakat (Hukum pernikahan dalam Islam), (Tangerang: Tira
Smart, 2019), h. 1
19
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Malaqbiq Terjemahan Bahasa Mandar dan Indonesia,
(Cet. 1; Jakarta: Kementrian Agama, 2019), h. 131
20

untuk menikahi wanita tersebut. Wanita yang dinikahi oleh ayah dan kakek

merupakan salah satu dari empat perempuan yang haram untuk dinikahi

karena hubungan mushaharah. Sedangkan tiga lainnya yaitu Istri anak laki-

laki, Ibu atau Istri, dan anak perempuan Istri. Hal ini dilarang karena

merupakan perbuatan yang keji dan dimurkai oleh Allah SWT.

Setiap manusia yang sudah dewasa sehat jasmani dan rohaninya pasti

membutuhkan teman hidup yang berbeda jenis kelaminnya, teman hidup yang dapat

memenuhi kebutuhan biologisnya yang dapat dicintai dan mencintai, yang dapat

mengasihi dan dikasihi, dan yang dapat diajak bekerja sama dalam mewujudkan

ketentraman, kedamaian dan kesejahteraan hidup dalam berumah tangga.20 Dalam

firman-Nya Q.S. Ar-Rum/30:21.

ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ‫اج ا لِّتَ ْس ُكُن ْوٓا الَْي َه ا َو َج َع َل َبْينَ ُك ْم َّم َو َّدةً َّو َرمْح َ ةً ۗا َّن يِف ْ ٰذل‬
‫ك‬ ً ‫َوم ْن اٰيٰتهٖٓ اَ ْن َخلَ َق لَ ُك ْم ِّم ْن اَْن ُفس ُك ْم اَْز َو‬
‫ت لَِّق ْوٍم يََّت َف َّكُر ْو َن‬
ٍ ٰ‫اَل ٰي‬

Terjemahnya:

“Di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah bahwa Dia menciptakan pasangan-

pasangan untukmu dari (jenis) dirimu sendiri agar kamu merasa tenteram

kepadanya. Dia menjadikan di antaramu rasa cinta dan kasih sayang.

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda

(kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir”.

Terjemahan Bahasa Mandar:

20
Miftakhul Huda, “Perspektif Hukum Islam Terhadap Perkawinan Mahasiswa IAIN
Ponorogo”, Skripsi, (Ponorogo: IAIN, 2018), h. 41
21

“Anna di antara tanda-tanda (alama’akkuasangna Puang Allah Taala), iyamo iya

mappadiang di sesemu pa’balilang (para baine) pole di alawemu mie’ mamoare’o

patottongo’o anna musa’ding sannango’o lao, anna napajari di sesemu mie’

saying anna makkesayang. Sitongangna di bassa di’o tongang diang tanda

(alama’ akkuasangna Puang Allah Taala) di sesena kaum iya mappikir”.21

Islam memandang pernikahan adalah suatu mahligai rumah tangga yang mulia dan

islami. Sebab perkawinan dalam islam bertujuan untuk mengembangkan keturunan

yang soleh dan soleha yang berguna bagi orang lain dan memakmurkan dunia dan

akhirat. Itulah tujuan Allah dalam menciptakan manusia yang berjenis kelamin

perempuan dan laki-laki, sehingga keduanya kecenderungan dan mamiliki naluri

saling mancintai sehingga sempurnalah bangunan manusia dan kehidupan ini pun

tidak terputus.

Dalam pandangan Islam pernikahan adalah suatu ikatan yang amat suci dimana

dua insan yang berbeda jenis kelamin Bersatu dalam ikatan yang halal dan dapat

hidup Bersama dengan restu agama, kedua orang tua dan keluarga besar. Akad nikah

dalam Islam berlangsung secara sederhana karena hanya terdiri dari dua kalimat saja

yakni “Ijab dan Kabul”. Tetapi dengan dua kalimat tersebut membuat hubungan dua

makhluk Allah menjadi ikatan yang suci. Di karenakan merubah maksiat menjadi

ibadah dan merubah perbuatan dosa menjadi ladang pahala. Selain itu akad nikah

adalah sebuah perjanjian antara dua insan serta perjanjian antara makhluk Allah

dengan Al-Khalik.

21
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Malaqbiq Terjemahan Bahasa Mandar dan Indonesia,
(Cet. 1; Jakarta: Kementrian Agama, 2019), h. 728
22

Pernikahan umumnya dimulai dengan dengan upacara pernikahan. Bagi mayoritas

penduduk Indonesia sebelum memutuskan untuk menikah biasanya harus melalui

beberapa tahapan yang biasa disebut dengan pra syarat bagi pasangan yang akan

melangsungkan pernikahan. Tahapan tersebut diantaranya adalah masa perkenalan,

meminang atau masa berkencang. Selanjutnya dilaksanakan masa pertunangan

sebelum akhirnya memutuskan untuk melaksanakan pernikahan.

2. Rukun dan Syarat Pernikahan

Rukun, adalah sesuatu yang menentukan sah atau tidaknya suatu

pekerjaan (ibadah), dan sesuatu ini termasuk dalam rangkaian pekerjaan

tersebut. Seperti membasuh muka saat wudhu, takbiratul ihram saat sholat

atau adanya calon mempelai wanita atau laki-laki dalam pernikahan.

Syarat, adalah sesuatu ketentuan atau peraturan yang harus dilakukan untuk

menentukan sah atau tidaknya suatu pekerjaan (ibadah). Tetapi sesuatu ini tidak

termasuk dalam rangkaian pekerjaan tersebut, seperti menutup aurat saat

melaksanakan sholat dan calon mempelai laki-laki dan wanita harus beragama islam.

Sah, adalah suatu pekerjaan (ibadah) yang memenuhi keduanya yaitu rukun dan

syarat .

Adapun rukun nikah yaitu :

a. Mempelai laki-laki

b. Mempelai wanita

c. Wali

d. Dua orang saksi

e. Shigat Ijab Kabul


23

Dari kelima rukun nikah tersebut ijab Kabul adalah rukun yang paling penting

antara yang mengadakan dengan yang menerima akad tersebut, sedangkan syarat

pernikahan adalah syarat yang menghubungkan antara rukun-rukun pernikahan

dengan syarat-syarat bagi calon mempelai, wali, saksi dan ijab Kabul

3. Pernikahan Adat Jawa

Istilah adat berasal dari Bahasa Arab, yang diterjemahkan ke dalam

BahasaIndonesia yang memiliki makna “kebiasaan”.22 Sehingga peneliti

menyimpulkan bahwa adat atau kebiasaan adalah tingkah laku seseorang yang terus

menerus dan dilakukan secara tertentu lalu diikuti oleh masyarakat luar dalam waktu

yang lama.

Adat istiadat menunjukkan sikap, bentuk dan tindakan (perubahan) pada

masyarakat untuk mempertahankan adat istiadat yang berlaku di wilayahnya.

Selain itu, Adat istiadat merupakan suatu kepribadian dari suatu masyarakat atau

bangsa. Adat selalu menyesuaikan dengan keadaan dan kemajuan jaman, sehingga

adat tersebut tetap kekal. Adat istiadat yang biasanya hidup dalam masyarakat erat

sekali kaitannya dengan tradisi-tradisi rakyat sehingga hal ini merupakan sumber

pokok daripada hukum adat itu sendiri.

Pernikahan adat adalah suatu ikatan hidup antara seorang pria dan seorang

wanita, yang bertujuan untuk mendapatkan keturunan yang didahului dengan

rangkaian upacara pernikahan adat. Selain itu, upacara pernikahan (upacara

peralihan) yang melambangkan peralihan status dari masing-masing mempelai

yang tadinya sendiri-sendiri setelah melakukan upacara pernikahan, beralih status

menjadi pasangan suami istri, suatu keluarga baru yang berdiri yang mereka bina

22
Erwin Owan Hermansyah Soetoto. Dkk, Buku Ajar Hukum Adat, (Malang: Madza Media,
2021), h. 6
24

sendiri.23 Sehingga dapat disimpulkan bahwa pernikahan dalam adat adalah

pemisahan seorang anak dari kedua orang tuanya yang menyangkutpautkan

keluarga, masyarakat, suku dan kasta. Selain itu pernikahan adat adalah suatu

peristiwa penting yang mengakibatkan masuknya warga baru yang ikut memiliki

tanggung jawab terhadap persekutuannya.

Dalam realistis, ritual dan tradisi adalah bagian yang melekat dengan

kehidupan manusia. Kelekatan ini yang membuat keduanya turut mempengaruhi

kepribadian dan karakter seseorang di daerah tersebut. Mengingat bagaimana

tingginya nilai-nilai filosofi dalam tradisi dan ritual pernikahan adat jawa

masyarakat yang hendak melaksanaka pernikahan harus memahami nilai-nilai

filosofi yang terkandung dalam simbol-simbol ritual pernikahan adat jawa.

C. Kerangka Pikir

Pernikahan
dalam Islam
Keimanan
NILAI-NILAI
PENDIDIKAN Syarat
Perilaku
ISLAM Pernikahan

Etika
Adat
Pernikahan

1. Matah Duta
2. Balang Gantal
3. Ngidek Tigan atau Wiji dadi
TEMU MANTEN
4. Wijik Sekar Setaman
5. Sindhur Binayang
23
Erwin Owan Hermansyah Soetoto. Dkk, Buku
6. Ajar Hukum Adat, h. 91
Sungkeman
25
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berfokus pada pertanyaan siapa, apa,

dan di mana peristiwa atau pengalaman terjadi dan mendapatkan data langsung

dari informan mengenai fenomena yang kurang dipahami. 24 Penelitian ini

mengambil lokasi di Desa Beru-beru, Kecamatan Sendana, Kabupaten Mamuju.

B. Pendekatan Penelitian

Penelitian kualitatif adalah pendekatan penelitian yang memahami makna

suatu individu atau kelompok yang berkaitan dengan masalah sosial dan

manusia.25 Yang berarti penelitian kualitatif adalah penelitian yang mempelajari

budaya atau mengidentifikasi bagaimana pola perilaku penduduk dari waktu ke

waktu. Selain itu banyak pendekatan dalam peneliatan kualitatif, salah satunya

adalah studi Etnografi.

Studi etnografi berkaitan dengan pola perilaku, Bahasa, dan tindakan Bersama

dari kelompok budaya yang utuh dalam suasana alami selama periode waktu yang

lama.26 Dalam pandangan Koentjaraningrat menyatakan bahwa isi dari etnografi

adalah suatu deskripsi tentang kebudayaan etnik dari suatu suku bangsa yang

secara menyeluruh.27 Sehingga peneliti menyimpulkan bahwa tolak ukur etnografi

24
Ahmad Fauzy. Dkk, Metodologi Penelitian (Purwokerto, CV. Pena Persada, 2022), h. 24
25
Fauzy. Dkk, Metodologi Penelitian, h. 13
26
Fauzy. Dkk, Metodologi Penelitian, h. 22
27
Praptika Dwi Febrianti, “Etnografi Dalam Pembelajaran Bahasa Inggris”, Jurnal,
(Purwokerto: UMP, 2019), h. 2

26
27

menitikberatkan pada aspek kebudayaan yang melekat pada suatu sistem

kemasyarakatan, termasuk kebudayaan yang melekat pada suatu bangsa.

Sedangkan menurut Creswell etnografi adalah suatu desain kualitatif dimana

seorang peneliti menggambarkan dan menginterpretasikan pola nilai, perilaku,

kepercayaan dan Bahasa yang dipelajari yang dianut oleh suatu kelompok

budaya.28 Menurut Creswell Ada tiga ragam bentuk etnografi yang sering muncul

dalam penelitian Pendidikan antara lain etnografi kritis, studi kasus, dan etnografi

kritis. Namun dalam penelitian ini peneliti memakai jenis etnografi realis dan

etnografi kritis.

1. Etnografi Realis, adalah suatu pendekatan yang menggambarkan situasi

budaya para partisipasi secara objektif dan berdasarkan informasi yang

langsung diperoleh dari partisipan yang ada di lapangan penelitian dan

dipaparkan dengan menggunakan sudut pandang orang ketiga.

2. Etnografi Kritis, adalah pendekatan penelitian yang digunakan untuk

mebantu, mencerahkan, dan memberdayakan kelompok-kelompok yang

termarjinalisasi (terpnggirkan).

C. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data

sekunder.

1. Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data yang langsung

memberikan data kepada pengumpul data, salain itu sumber data

primer lebih banyak lebih banyak dari Teknik wawancara dan

28
Praptika Dwi Febrianti, Etnografi Dalam Pembelajaran Bahasa Inggris, h. 4
28

observasi. Dalam penelitian ini data yang diperoleh secara langsung

adalah informasi yang berkaitan dengan nilai-nilai Pendidikan agama

islam yang terkandung dalam tradisi temu manten pada upacara

pernikahan adat jawa. Berikut informan dalam penelitian ini sebagai

berikut :

a) Masyarakat di dusun Kampung. Rea, Kecamatan Kalukku,

Kabupaten Mamuju.

b) Tokoh Agama di dusun Kampung Rea, Kecamatan Kalukku,

Kabupaten Mamuju.

c) Tokoh Adat di dusun Kampung Rea, Kecamatan Kalukku,

Kabupaten Mamuju.

2. Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data yang tidak secara

langsung menawarkan data kepada pengumpulan data, seperti

gambar/foto atau makalah desa.29

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa

metode, yaitu sebagai berikut:

1. Metode Observasi

Observasi dilakukan melalui pengamatan secara langsung pada tempat

penelitian baik secara terbuka maupun terselubung.30

29
Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantiatif, Kualiatif, dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2018), h. 18
30
Salim & Syahrum, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: CitaPustaka Media, 2012) h.
119
29

2. Metode Wawancara

Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal, sebuah percakapan

yang bertujuan untuk memperoleh informasi31 olehnya itu, dalam proses

wawancara peneliti mengajukan beberapa pertanyaan tentatif atau masih

berubah yaitu sebagai berikut:

a) Bagaimana pendapat anda mengenai nilai-nilai Pendidikan islam dalam

tradisi temu manten pada upacara pernikahan adat Jawa?

b) Apakah dalam proses temu manten mempunyai nilai-nilai Pendidikan

agama islam?

c) Bagaimana jadinya ketika masyarakat di dusun kampung Rea ini tidak

lagi menjungjung tinggi adat pernikahan?

d) Apakah tradisi temu manten dapat membentuk karakter religius dan

karakter sosial pada masyarakat?

Tujuan wawancara adalah untuk memperjelas dan lebih terpusat pada

hal-hal yang sudah ditentukan sebelumnya, sehingga tidak ada lagi bahaya

bahwa percakapan yang dilakukan menyeleweng dan menyimpan tujuan

lain, jawaban juga mudah dicatat dan data yang dihasilkan lebih mudah

diolah dan dibandingkan.32

3. Metode Dokumentasi

Dalam penelitian kualitatif, pendekatan dokumentasi digunakan

sebagai pelengkap metode observasi dan wawancara. Dokumen

(dokumentasi) dalam pengertian luas berupa setiap proses pembuktian

yang didasarkan ataa jenis sumber apapun, baik itu bersifat lisan, tulisan,

31
Sudaryono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2016), h. 82
32
Sudaryono, Metodologi Penelitian Pendidikan, h. 82
30

gambaran atau arkeologi.33 Peneliti mengumpulkan data yang berupa

gambar-gambar pernikahan adat jawa khususnya pada prosesi temu

manten. Metode ini digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh

mengenai nilai-nilai Pendidikan islam yang terkandung dalam tradisi temu

manten pada upacara perkawinan adat jawa.

E. Instrument Penelitian

Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrument penelitian adalah peneliti

itu sendiri.34 Pengumpulan data dilakukan dengan Teknik Observasi, wawancara

dan dokumentasi, yang dimana instrumennya berupa buku catatan, headphone,

dan laptop.

1. Pedoman Observasi

Hari/tanggal :

Waktu observasi :

No. Indikator Hasil Observasi

1. Nilai Akidah

- Balang Gantal

- Ngidek Tigan atau wiji dadi

- Sungkeman

2. Nilai Ibadah

- Wiji sekar setaman

- Titik nitik atau Mirtui

33
Eko Murdiyanto, Metode Penelitian Kualitatif (teori dan aplikasi yang disertai contoh
proposal), (Yogyakarta: lembaga penelitian dan pengabdian pada masyarakat UPN “Veteran”
Yogyakarta Press, 2020), h. 64
34
Zuchri Abdussamad, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Syakir Media Press), h. 141
31

- Sungkeman

3. Nilai Akhlak

- Ngidek Tingan atau Wiji

Dadi

- Wijik Sekar Setaman

- Sungkeman

1. Pedoman Wawancara

Narasumber :

Hari/tanggal :

Waktu observasi :

Usia :

No. Pertanyaan Jawaban

1. Bagaimana pendapat anda mengenai nilai-nilai

Pendidikan islam dalam tradisi temu manten pada

upacara pernikahan adat Jawa?

2. Apakah dalam proses temu manten mempunyai nilai-

nilai Pendidikan agama islam?

3. Bagaimana jadinya ketika masyarakat di dusun

kampung Rea ini tidak lagi menjungjung tinggi adat

pernikahan?

4. Apakah tradisi temu manten dapat membentuk karakter

religius dan karakter sosial pada masyarakat?


32

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

1. Teknik Pengelolaan Data

Menguji informasi yang dikumpulkan di lapangan tentang nilai-nilai

Pendidikan agama islam yang terkandung dalam tradisi temu manten pada

upacara perkawinan adat jawa. Dan selanjutnya akan diproses sesuai

dengan langkah-langkah dan instruksi, sebagai berikut:

a. Editing

Tahap dimana peneliti mengedit atau melakukan pemeriksaan

terhadap data yang sudah dikumpulkan. Disini peneliti memeriksa

kelengkapan jawaban responden, kejelasan tulisan responden, kejelaan

jawaban responden, konsisten jawaban responden.35 Pada tahap ini

pula peneliti memeriksa jawaban dari responden, apa bila ada jawaban

yang janggal atau tidak lengkap bisa dikembalikan dan ditanyakan

kembali.

b. Coding

Tahap coding (pemberian kode) merupakan proses pengelolahan

data yang dimana peneliti berusaha mengklarifikasikan jawaban-

jawaban dari responden dengan cara menandainya dengan memberi

kode-kode tertentu baik berupa simbol angka maupun simbol

lainnya.36

c. Tabulasi

Tahap tabulasi adalah proses pengolahan data dimana penelilti

memasukkan data ke dalam tabel-tabel tertentu baik dalam bentuk

35
Rahmadi, pengantar metodologi penelitian, (Banjarmasin: antasari press, 2011), h. 90
36
Rahmadi, pengantar metodologi penelitian, h. 91
33

tabel frekuensi maupun tabel silang.37 Setelah tabulasi barulah

penarikan kesimpulan dari data-data yang dihasilkan untuk mendapat

data yang valid. Namun, temuan awal hanya bersifat sementara, dan

akan direvisi jika tidak ada bukti kuat yang mendukung. Ketika

peneliti kembali ke lapangan untuk mengumpulkan data, kesimpulan

yang dicapai pada tahap awal didukung oleh bukti yang kuat dan

konsisten, dan kesimpulan yang dicapai adalah kesimpulan yang dapat

dipercaya.

2. Analisis Data

Proses analisis data adalah suatu proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dilapangan melalui wawancara mendalam,

catatan lapangan, sehingga mudah untuk dipahami.38

G. Pengujian Keabsahan Data

Peneliti menggunakan triangulasi untuk mengecek kebenaran data dalam

penelitian ini. Triangulasi data adalah pengecekan data dengan cara mengecek

atau pemeriksaan ulang.39 Oleh karena itu, data yang dihasilkan oleh peneliti dari

beberapa nara sumber untuk menghasilkan nilai-nilai Pendidikan islam yang

terkandung dalam tradisi temu manten pada upacara perkawinan adat jawa,

peneliti melakukan triangulasi dengan tiga cara yaitu:

1) Triangulasi sumber, yang mengharuskan peneliti mencari lebih dari satu

sumber untuk memahami data atau informasi.

37
Rahmadi, pengantar metodologi penelitian, h. 91
38
Helaluddin & Hengki Wijaya, Analisis Data Kualitatif (sebuah tinjauan teori dan praktik),
(Makassar: 2019), h. 102
39
Helaluddin & Hengki Wijaya, Analisis Data Kualitatif (sebuah tinjauan teori dan praktik),
h. 22
34

2) Triangulasi metode, yaitu menggunakan lebih dari satu metode.

3) Triangulasi waktu, peneliti melakukan pengamatan.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rahman Ghazaly, Fiqh Munafakat (Seri Buku Dasar), Jakarta: Prenadamedia
Group, 2019.

Ahmad Fauzy. Dkk, Metodologi Penelitian, Purwokerto, CV. Pena Persada, 2022.

Arlindayanti, Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Budaya Sedekah Laut di Desa


Sabuai Pangkalan Bun, Skripsi, Palangkaraya: IAIN, 2020.

Dwi Febrianti Praptika, Etnografi Dalam Pembelajaran Bahasa Inggris, Jurnal,


Purwokerto: UMP, 2019.

Eko Murdiyanto, Metode Penelitian Kualitatif (teori dan aplikasi yang disertai
contoh proposal), Yogyakarta: lembaga penelitian dan pengabdian pada
masyarakat UPN “Veteran” Yogyakarta Press, 2020.

Erwin Owan Hermansyah Soetoto. Dkk, Buku Ajar Hukum Adat, Malang: Madza
Media, 2021.

Helaluddin & Hengki Wijaya, Analisis Data Kualitatif (sebuah tinjauan teori dan
praktik), Makassar: 2019.

Huda Miftakhul, Perspektif Hukum Islam Terhadap Perkawinan Mahasiswa IAIN


Ponorogo, Skripsi, Ponorogo, IAIN, 2018.

Iffah Muzammil, Fiqh Munafakat (Hukum pernikahan dalam Islam), Tangerang: Tira
Smart, 2019.

Indra Tjahyadi. Dkk, Kajian Budaya Lokal Lamongan: Pangan Press, 2019.

Irmawati, Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Adat Pernikahan Suku Bugis Makassar
di Desa Moncongloe Bulu Kecamatan Moncongloe Kabupaten Maros, Skripsi,
Makassar, UNISMUH 2018.

Iswantir, Pendidikan Islam Sejarah, Peran dan Kontribusi Dalam Sistem Pendidikan
Nasional Bandar Lampung: CV. Anugrah Utama Raharja, 2019.
35

Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Malaqbiq Terjemahan Bahasa Mandar dan


Indonesia, Cet. 1; Jakarta: Kementrian Agama, 2019.
Khamidah, Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Bersih Desa di Purbosari
Kecamatan Seluma Barat Kabupaten Seluma, Skripsi, Bengkulu, IAIN 2019.

Lias Pandan, Tradisi Temu Manten; Karakter Religius dan Perilaku Sosial
Masyarakat Trosono Parang Magetan, Skripsi, IAIN, 2022

Ma’ruf dan Abdur Rasyid, Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Belalek,
Pontianak, IAIN, 2019.

Miftakhul Huda, “Perspektif Hukum Islam Terhadap Perkawinan Mahasiswa IAIN


Ponorogo”, Skripsi, Ponorogo: IAIN, 2018.

Muhammad Shaleh Assingkly, Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta: K-Media, 2021.

Rahmadi, pengantar metodologi penelitian, Banjarmasin: antasari press, 2011.

Salim & Syahrum, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Cita Pustaka Media,
2012.

Saputra Ridho Abadi, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pernikahan Karena Tuntutan
Pertanggung jawaban Akibat Kelalaian Berlalu Lintas”, Skripsi, Bandar
Lampung: UIN, 2020.

Septiyani Dwi Kurniasih, Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Upacara Panggih


Penganten Banyumasan, Jurnal, Purwokerto, IAIN, 2018.

Sudaryono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2016.

Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantiatif, Kualiatif, dan


R&D, Bandung: Alfabeta, 2018.

Syamsul Kurniawan, Filsafat Pendidikan Islam, Malang, Madani, 2017.

Umar Haris Sanjaya Annur Rahim Faqih, Hukum Perkawinan Islam, Yogyakarta:
Gama Media, 2017.

Zubaedi & Zulkarnain, Transformasi Nilai-nilai Pendidikan Islam Manajemen


Berorientasi Link dan Match, Cet. 1;Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2008.
36

Zuchri Abdussamad, Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: CV. Syakir Media Press,
2021.

Anda mungkin juga menyukai