Arus perkembangan zaman yang begitu pesat menimbulkan perubahan peradaban masyarakat dalam setiap sendi-sendi kehidupan. Pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada perlahan mulai mengubah tatanan kehidupan dari segi ekonomi, pendidikan, politik, bahkan budaya. Pendidikan merupakan hal yang paling penting untuk menghadapi arus perubahan zaman dengan segala tantanganya. Sebab pendidikan merupakan upaya pengembangan sumber daya manusia. Dewasa ini pendidikan karakter menjadi hal yang banyak diperbincangkan dalam dunia pendidikan. Dalam hal ini, pendidikan karakter di yakini sebagai aspek yang penting dalam meningkatkan kualitas SDM karena turut memberikan kemajuan bagi bangsa (Harahap, 2018). Sebagaimana yang dijelaskan dalam UU No. 20 tahun 2003, bahwa fungsi pendidikan adalah untuk mengembangkan kemampuan, membentuk karakter dan peradaban bangsa untuk menghasilakan bangsa yang bermartabat. Oleh karena itu, tujuan pendidikan nasional di antaranya adalah mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik sehingga mampu menjadi manusia yang beriman serta bertakwa kepada Tuhan YME, berilmu, berakhlak mulia,cakap, mandiri, kreatif, sehat, serta menjadi warga Negara yang demokratis dan mampu bertanggung jawab (Harahap, 2018). Pendidikan karakter ini perlu diterapkan pada lembaga-lembaga pendidikan. Hal ini dikarenakan banyak perilaku yang non-edukatif telah tersebar di dunia pendidikan (Harahap, 2018). Likona dalam hal ini mengatakan bahwa pendidikan moral/karakter bukan sebuah ide yang baru. Faktanya, pendidikan karakter adalah bukti riil dari pendidikan itu sendiri. Dalam sejarah Negara-negara di seluruh dunia, pendidikan mempunyai dua tujuan pokok yakni membantu manusia menjadi lebih pintar dan lebih baik (Apriani & Wangid, 2015). Masalah sosial kontemporer yang ditimbulkan oleh arus perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah kurangnya kepekaan sosial (social sensitivity). Kebanyakan manusia pada era ini cenderung lebih mementingkan diri sendiri atau individualis. Padahal secara prinsip, manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa bantuan manusia yang lain. Kepekaan sosial meliputi perilaku seperti membagikan apa yang dimiliki pada orang lain, menolong, kerjasama, jujur, dermawan, serta memerhatikan hak dan kesejahteraan orang lain dapat menjadikan hubungan antar individu menjadi semakin akrab dan menimbulkan rasa saling menghargai saling percaya, dan menghormati antar sesama. Menurut Scott, kepekaan sosial mampu meningkatkan kemampuan seseorang untuk melakukan moral judgement, moral decision making, dan moral action yang kemudian diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari (Sukardi, 2015). Oleh karena itu, kepekaan sosial menjadi penting untuk ditanamkan sejak dini karena dapat mengembangkan sikap peduli sosial dan membentuk pribadi yang mempunyai jiwa kepedulian sosial yang tinggi. Kepekaan sosial dimulai dari pribadi yang matang, dan mampu mengarahkan sesuai dengan nilai-nilai moral yang ada dalam masyarakat. Kematangan pribadi seseorang akan mampu meningkatkan kualitas hidup yang dimilikinya baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial. Oleh karena itu seseorang yang mampu memahami nilai moral yang ada di masyarakat akan memiliki tingkat kepedulian sosial yang tinggi terhadap penderitaan yang dimiliki orang lain dan cenderung memiliki tingkat kepekaan sosial yang tinggi.
2) Definisi Konseptual dan Operasioanal
Kepekaan sosial (social sensitivity) secara sederhana dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk bereaksi secara cepat dan tepat terhadap objek atau situasi sosial tertentu yang ada di sekitarnya (Tondok, 2012: 6). Rohima, (2018: 9) beranggapan bahwa kepekaan sosial (social sensitivity) merupakan kemampuan seseorang untuk bereaksi secara cepat dan tepat terhadap objek atau situasi sosial tertentu yang ada disekitarnya. Kepedulian sosial atau kepekaan sosial juga berhubungan dengan kemauan diri dan karakter yang telah ada didalam diri seseorang untuk berempati atau membaca emosi orang lain ( Utami, 2019: 19). Sehingga dapat dikatakan bahwa kepekaan sosial merupakan suatu bentuk perhatian serta kepedulian seorang individu terhadap keadaan di lingkungan sekitar yang dilakukan atas keinginan sendiri tanpa adanya paksaan. Secara teorotis, kepekaan sosial merupakan tingkat kepedulian individu terhadap orang lain (Shin, Kim, Im, & Chong, 2017). Sedangkan menurut konsepsi K. P Scott erat kaitannya dengan empati, prososial dan moralitas. Ketiga hal tersebut dapat diamati melalui tiga unsur kompetensi yaitu komunikatif, kognitif dan afektif. Pengamatan kapasitas afektif dari tiap orang dapat dilihat dengan caranya saling merasakan dan berbagi pengalaman. Sementara, pada bagian kognitif dapat dirujuk melalui kapasitas tiap orang dalam membedakan cara pandang orang lain untuk mengambil keputusan. Selanjutnya, kemampuan komunikatif terlihat melalui cara mengkomunikasikan perasaan seseorang kepada orang lain (Scott, 1991). Social sensitivity bisa di ukur melalui alat ukur psikologi yang bisa disebut dengan Skala Kepekaan Sosial. Penyusunan skala Kepekaan Sosial bisa di lakukan melalui tahap konstruksi konsep, penulisan butir, pengkajian butir serta uji validitas dan uji reabilitas. Dalam tahap awal penyusunan skala adalah kontruksi konsep dengan menetapkan dimensi yang akan digunakan bersumber pada dimensi yang dikemukakan oleh K. P Scott yaitu empati, prososial dan moralitas. 3) Kisi-kisi & Spesifikasi skala
Kisi-kisi Skala Kepekaan Sosial
No Dimensi Indikator Total Bobot
Butir (%) 1 Empati - Menunjukkan perasaaan - Memberikan kepedulian 9 33, 33
2 Prososial - Kerja Sama
- Sukarela 8 33, 33 - Berbagi
3 Moralitas - Bertanggung Jawab
- Berbuat Benar 8 33, 33 - Jujur
4) Penulisan butir: Review butir
No Dimensi Pernyataan 1 Empati 1) Ketika saya melihat seorang lansia yang sedang mendorong gerobaknya di tanjakan, saya merasa ingin menolongnya 2) Ketika saya bertemu anak kecil yang mengemis di lampu merah, saya merasa kasihan 3) Saya suka membantu teman yang sedang membutuhkan bantuan 4) Saya sangat kagum ketika melihat keharmonisan keluarga sahabat saya 5) Saya suka berbagi motivasi-motivasi belajar di akun sosial media saya 6) Ketika tetangga saya membutuhkan pinjaman uang, saya bersedia untuk meminjamkan uang saya 7) Ketika teman saya diejek saya merasa marah 8) Pada saat guru saya sakit, saya akan menjenguknya 9) Saya ingin menyumbangkan pakaian-pakaian lama saya yang tidak terpakai ke panti asuhan 10) Ketika teman saya menangis saya berusaha menenangkannya dan menghiburnya 2 Prososial 1) Saya suka berdonasi untuk anak yatim 2) Saya selalu berbagi kisah suka maupun duka kepada keluarga saya 3) Ketika belajar, saya lebih suka belajar secara berkelompok dibandingkan individu 4) Saya selalu mengikuti acara kerja bakti di sekolah 5) Saya bersedia menjadi relawan jika terjadi bencana di suatu daerah 6) Saya selalu aktif mengikuti kegiatan pramuka di sekolah 7) Saya selalu berusaha meluangkan waktu saya untuk keluarga walaupun saya sedang sibuk 8) Ketika teman saya bertanya tentang pelajaran yang tidak ia pahami, saya bersedia mengajarinya 9) Ketika bulan Ramadan tiba, saya selalu mengadakan kegiatan bagi-bagi takjil bersama teman teman saya 10) Saya tidak pernah berbohong dalam keadaan apapun 3 Moralitas 1) Saya mau meminta maaf, ketika saya sudah melakukan kesalahan 2) Ketika saya memiliki tugas piket, saya akan mengerjakannya 3) Saya selalu membuang sampah pada tempatnya 4) Saya ingin menegur teman saya yang curang ketika Ujian Sekolah 5) Ketika saya menumpahkan makanan, saya langsung membersihkannya 6) Saya selalu mentaati peraturan yang telah di tetapkan dari sekolah 7) Saya tidak akan menuduh orang lain berbuat salah sebelum ada bukti yang jelas 8) Ketika saat saya berjanji saya selalu menepatinya 9) Saya tidak pernah terlambat ketika berangkat ke sekolah 10) Saya selalu menjaga diri saya dari hal-hal yang membahayakan
5) Referensi (lampiran file referensi ketika pengumpulan)
- Shodiq, F. S. (2021). Pengaruh Kepekaan Sosial terhadap Pengembangan Pendidikan
Karakter Berbasis Masyarakat. JURNAL BASICEDU, 5, 5648-5649.