Anda di halaman 1dari 71

Hal | 2

KATA PENGANTAR

Peran guru dalam pembelajaran sangat penting sebagai kunci keberhasilan belajar
peserta didik dan menghasilkan lulusan yang berkualitas. Yang memiliki kesadaran
penuh atas peran dan tugasnya dalam membangun dan mengembangkan proses
pembelajaran yang baik dan efektif sehingga dapat menghasilkan peserta didik yang
mampu memiliki Profil Pelajar Pancasila serta berdampak baik bagi pendidikan yang
berkualitas di Indonesia. Hal tersebut menjadikan kualitas pembelajaran sebagai
komponen yang menjadi fokus perhatian pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah dalam meningkatkan mutu pendidikan terutama menyangkut kualitas lulusan
peserta didik.

Untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi guru agar mampu menyajikan proses
pembelajaran yang efektif serta mampu mendorong tumbuh kembang murid secara
holistik, aktif dan proaktif dalam mengembangkan guru di sekitarnya untuk
mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat kepada murid, serta menjadi
teladan dalam ekosistem pendidikan untuk mewujudkan profil Pelajar Pancasila
maka Balai Guru Penggerak Provinsi Riau mencanangkan sebuah inovasi kegiatan
dengan tajuk “Meningkatkan Kompetensi Guru Dalam Desain Pembelajaran Aktif
Berpusat Pada Peserta Didik”

Pelaksanan kegiatan inovasi untuk meningkatkan kompetensi guru dalam desain


pembelajaran aktif berpusat pada peserta didik adalah untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran dan hasil belajar siswa. Inovasi ini bertujuan untuk mengubah
pendekatan tradisional dalam pembelajaran menjadi pendekatan yang lebih berfokus
pada peserta didik, memberikan mereka peran aktif dalam proses pembelajaran, serta
mengintegrasikan teknik-teknik pembelajaran yang lebih interaktif dan partisipatif.

Hal | 3
Desain peningkatan kualitas pembelajaran ini merupakan upaya peningkatan kualitas
peserta didik yang pada akhirnya meningkatkan kualitas Pendidikan di Indonesia.
Sejalan dengan hal tersebut, maka diperlukan sebuah buku pegangan guru yang
memberikan panduan dalam mengembangkan pembelajaran yang efektif dan
berpusat pada peserta didik. Tujuannya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas lulusan peserta didik.

Dengan adanya Buku Pegangan Pembelajaran Efektif yang Berpusat pada Peserta
Didik ini diharapkan dapat menjembatani pemahaman para guru dalam hal
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran lebih baik sehingga mereka dapat
meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Pekanbaru, Agustus 2023


Balai Guru Penggerak Provinsi Riau

Rezky Bestari, S.Pd,. M.Pd


NIP. 19790113 200501 2003

Hal | 4
(sumber gambar : Kemendikbud Ristek dan Dikti)

1 CAPAIAN PEMBELAJARAN

a. Capaian Umum
1. Peserta diklat memahami pentingnya mengetahui pembelajaran yang efektif
dalam memperoleh pemahaman yang baik, keterampilan praktis, dan
kemampuan kritis yang relevan dengan materi pelajaran dengan
mengutamakan kepentingan dan kesejahteraan murid sebagai prioritas utama
2. Peserta diklat memahami pentingnya mengetahui kebutuhan belajar dan
lingkungan yang memfasilitasi seluruh individu di sekolah agar dapat
meningkatkan kompetensinya secara aman dan nyaman.
Hal | 5
b. Capaian Khusus
1. Menunjukkan pemahaman tentang konsep pembelajaran yang efektif dan
berpusat pada murid
2. Menunjukan pemahaman tentang apa yang dimaksud dengan pembelajaran
berdiferensiasi dan alasan mengapa pembelajaran berdiferensiasi diperlukan
3. menjelaskan pentingnya mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan belajar
murid
4. Menganalisis penerapan diferensiasi konten, diferensiasi proses, dan
diferensiasi produk
5. Menjelaskan pentingnya Pembelajaran Sosial dan Emosional untuk
menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman agar seluruh
individu di sekolah dapat meningkatkan kompetensi akademik dan
kesejahteraan psikologis (well-being) secara optimal.
6. Menjelaskan bagaimana strategi penerapan konsep pembelajaran sosial dan
emosional berdasarkan kerangka kerja CASEL (Collaborative for Academic,
Social and Emotional Learning)
7. Mempraktikkan konsep kesadaran penuh (mindfulness) sebagai dasar
pengembangan 5 (lima) kompetensi sosial dan emosional (KSE).
8. Menganalisis dan menemukenali pembelajaran efektif yang berpusat pada
peserta didik ( Pembelajaran Berdiferensiasi dan Pembelajaran sosial dan
Emosional )
9. Mendemonstrasikan hasil analisis mengenai penerapan pembelajaran efektif
yang berpusat pada peserta didik.
10. Mensintesis semua pemahaman dengan mengkoneksikan materi
pembelajaran efektif yang berpusat pada peserta didik.
11. Mengintegrasikan Pembelajaran Berdiferensiasi dan Pembelajaran Sosial
Emosional dalam proses pembelajaran.

Hal | 6
c. Alur Modul
Alur pembelajaran yang digunakan didalam modul ini mengikuti alur
MERDEKA seperti gambar berikut ini :

 Pembelajaran efektif dan  Mendemonstrasikan studi  Membuat peta konsep materi


berpusat pada peserta didik kasus yang telah dilakukan modul pembelajaran efektif dan
 Strategi pembelajaran efektif diruang kolaborasi berpusat pada peserta didik
 Pengelolaan pembelajaran  Kunjung karya

 Refleksi Diri  Analisis beberapa studi kasus  Penguatan dan umpan  Mengintegrasikan strategi
 Umpan Balik  Implementasi pembelajaran balik  Pembelajaran Berdiferensiasi
 Tuang Pengalaman  Berdiferensiasi dan dan pembelajaran sosial
pembelajaran sosial emosional emosional pada modul ajar

1. MULAI DARI DIRI (15 menit )


Peserta diklat dapat berbagi pengalaman pribadinya tentang bagaimana
tindakannya sebagai guru dalam mewujudkan pembelajaran yang efektif dan
berpihak pada peserta didik.

2. EKSPLORASI KONSEP ( 60 menit)


Peserta diklat akan mengeksplorasi materi-materi berikut ini:
a. Hakikat pembelajaran yang efektif dan pembelajaran yang berpusat pada
peserta didik;
b. Pengertian pembelajaran berdiferensiasi dan tujuan pembelajaran
berdiferensiasi;

Hal | 7
c. Karakteristik dan Kebutuhan belajar murid yang berbeda dan konsekuensinya
dalam proses pembelajaran;
d. Penerapan diferensiasi konten, proses, dan produk dalam pembelajaran;
e. Konsep Pembelajaran Sosial dan Emosional berdasarkan kerangka kerja
CASEL (Collaborative for Academic, Social and Emotional Learning) yang
bertujuan untuk mengembangkan 5 (lima) Kompetensi Sosial dan Emosional
(KSE) yaitu: kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan
berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.
f. Pentingnya Pembelajaran Sosial dan Emosional untuk menciptakan
lingkungan belajar yang aman dan nyaman agar seluruh individu di sekolah
dapat meningkatkan kompetensi akademik dan kesejahteraan psikologis
(well-being) secara optimal.
g. Pemahaman tentang konsep kesadaran penuh (mindfulness) sebagai dasar
penguatan 5 Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE)
h. Pengelolaan pembelajaran efektif yang berpusat pada peserta didik

3. RUANG KOLABORASI (LK) (30 menit)


Peserta akan melakukan kerja kelompok untuk menganalisis beberapa studi kasus
implementasi pembelajaran berdiferensiasi dan Pembelajaran Sosial Emosional
serta melakukan refleksi kolaboratif dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan
pemandu yang tersedia.

4. DEMONSTRASI KONTEKSTUAL (30 menit)


Peserta mendemonstrasikan hasil studi kasus yang telah dilakukan di ruang
kolaborasi

5. ELABORASI PEMAHAMAN (15 menit)

Hal | 8
Fasilitator memberikan penguatan dan umpan balik terhadap materi mengenai
pembelajaran efektif dan berpusat pada peserta didik

6. KONEKSI ANTAR MATERI (LK) 15 menit


Peserta membuat mind mapping tentang koneksi antar materi pada modul

7. AKSI NYATA (105 menit)


Peserta diklat memodifikasi modul ajar dengan mengintegrasikan pembelajaran
berdiferensiasi dan pembelajaran sosial dan emosional dan diakhiri dengan
kegiatan Asesmen (Quizzes)

d. Petunjuk Penggunaan Modul


Modul ini menggunakan pendekatan pembelajaran orang dewasa (Andragogi).
Berbagai macam metode pembelajaran interaktif digunakan dalam tiap topik /
materi. Modul ini menggunakan tata letak dan pendekatan yang sistematis
sehingga pengguna mengetahui bagaimana cara menggunakannya. Di dalam
modul ini berisi hal-hal sebagai berikut :
1) Capaian Pembelajaran
Terdiri atas capaian umum dan capaian khusus modul
2) Ringkasan Alur belajar MERDEKA
Ringkasan dalam bentuk alur tentang bagaimana pelatihan dilaksanakan dan
durasi waktu yang digunakan
3) Judul Materi Pembelajaran
Judul merujuk pada isi modul
4) Alokasi Waktu tiap alur merdeka
Menginformasikan batas waktu minimal yang diperlukan untuk
melaksanakan kegiatan
5) Tujuan pembelajaran

Hal | 9
Tujuan fokus kepada target kompetensi peserta diklat yang akan
dikembangkan.
6) Aktivitas Alur MERDEKA
Terdiri dari rangkaian aktivitas peserta yang dimulai dari kegiatan Mulai dari
Diri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi, Demonstrasi Kontekstual,
Elaborasi Pemahaman, Koneksi Antar Materi, dan Aksi Nyata
7) Lembar Kerja Peserta (LK)
Membantu peserta diklat untuk menyelesaikan tugas-tugas kegiatan dalam
materi
8) Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan asesmen yang terdiri dari asesmen formatif dan
sumatif
9) Daftar Pustaka

Hal | 10
(sumber gambar : Kemendikbud Ristek dan Dikti)

2 MATERI

a. Memahami Pembelajaran efektif yang Berpusat pada Peserta Didik


b. Strategi Pembelajaran Efektif
c. Pengelolaan Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik

Hal | 11
3 AKTIVITAS PEMBELAJARAN

15
Pembelajaran 1 – Mulai Dari Diri
menit

Moda : Tatap Muka


Tujuan Pembelajaran Khusus :
● Peserta diklat mampu menunjukkan pemahaman tentang konsep
pembelajaran yang efektif dan berpusat pada murid

Selamat datang Bapak/Ibu peserta diklat di sesi modul 2. Untuk mengawali


pembelajaran pada modul 2 ini, anda akan melakukan refleksi pertanyaan dengan
menjawab terlebih dahulu pertanyaan pemantik berikut ini :
1. Apa definisi pembelajaran yang efektif menurut bapak/ibu?
2. Bagaimana upaya yang dilakukan selama ini agar pembelajaran yang
dilaksanakan dapat berjalan efektif?

Hal | 12
3. Menurut Bapak/Ibu, bagaimana cara seorang guru dalam mengelola
pembelajaran agar berpusat pada peserta didik?

60
menit
Pembelajaran 2 – Eksplorasi Konsep

Moda : Tatap Muka


Tujuan Pembelajaran Khusus :
● Peserta diklat mampu menunjukan pemahaman tentang apa yang dimaksud
dengan pembelajaran berdiferensiasi dan alasan mengapa pembelajaran
berdiferensiasi diperlukan
● Peserta diklat mampu menjelaskan pentingnya mengidentifikasi dan
memenuhi kebutuhan belajar murid
● Peserta diklat mampu menganalisis penerapan diferensiasi konten,
diferensiasi proses, dan diferensiasi produk
● Peserta diklat mampu menjelaskan pentingnya Pembelajaran Sosial dan
Emosional untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman
agar seluruh individu di sekolah dapat meningkatkan kompetensi akademik
dan kesejahteraan psikologis (well-being) secara optimal.
● Peserta diklat mampu menjelaskan bagaimana strategi penerapan konsep
pembelajaran sosial dan emosional berdasarkan kerangka kerja CASEL
(Collaborative for Academic, Social and Emotional Learning)
● Peserta diklat mampu mempraktikkan konsep kesadaran penuh
(mindfulness) sebagai dasar pengembangan 5 (lima) kompetensi sosial dan
emosional (KSE).

Selamat datang Ibu/Bapak peserta diklat di sesi Pembelajaran ini! Untuk


mengawali pembelajaran di tahapan ini, silahkan membaca pertanyaan pemantik

Hal | 13
berikut ini. Pertanyaan-pertanyaan ini tidak perlu dijawab langsung, namun
hanya digunakan untuk memprovokasi pemikiran Bapak/Ibu.
Pertanyaan Pemantik untuk Pembelajaran ini:
1. Apa yang harus saya lakukan jika menemukan keragaman karakteristik
peserta didik dalam proses pembelajaran ?
2. Bagaimana saya memilih strategi pembelajaran efektif yang berpusat pada
peserta didik?
3. Bagaimana cara saya mengelola pembelajaran yang berpusat pada peserta
didik?

2 PEMBELAJARAN EFEKTIF BERPUSAT PADA PESERTA DIDIK

2.1.Memahami Pembelajaran Efektif yang Berpusat pada Peserta Didik

2.1.1. Memahami Pembelajaran yang Efektif

A. Hakikat Pembelajaran Efektif

Belajar adalah suatu perubahan dalam kepribadian sebagai suatu pola baru yang
berupa kecakapan sikap kebiasaan (Ngalim Purwanto, 1996: 85). Belajar pada
hakikatnya merupakan suatu usaha, suatu proses perubahan yang terjadi pada
individu sebagai hasil dari pengalaman atau hasil dari pengalaman interaksi dengan
lingkungannya (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, 2007:329). Belajar dalam
pengertian yang lain yaitu suatu upaya untuk menguasai sesuatu yang baru.
Konsep ini mengandung dua hal: pertama; usaha untuk menguasai, Hal ini
bermakna menguasai sesuatu dalam belajar, kedua; sesuatu yang baru dalam hasil
yang diperoleh dari aktivitas belajar (Prayitno, 2009: 201). Pembelajaran adalah

Hal | 14
suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi (siswa dan guru),
material (buku, papan tulis, kapur dan alat belajar), fasilitas (ruang, kelas audio
visual), dan proses yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran
(Oemar Hamalik, 2002: 56).

Efektif adalah perubahan yang membawa pengaruh, makna dan manfaat tertentu.
Pembelajaran yang efektif ditandai dengan sifatnya yang menekankan pada
pemberdayaan siswa secara aktif. Pembelajaran menekankan pada penguasaan
pengetahuan tentang apa yang dikerjakan, tetapi lebih menekankan pada
internalisasi, tentang apa yang dikerjakan sehingga tertanam dan berfungsi sebagai
muatan nurani dan hayati serta dipraktekkan dalam kehidupan oleh siswa (E.
Mulyasa, 2003: 149).

Dari definisi belajar dan pembelajaran serta efektif, maka hakikat pembelajaran
yang efektif adalah proses belajar mengajar yang bukan saja terfokus kepada hasil
yang dicapai peserta didik, namun bagaimana proses pembelajaran yang efektif
mampu memberikan pemahaman yang baik, kecerdasan, ketekunan, kesempatan
dan mutu serta dapat memberikan perubahan perilaku dan mengaplikasikannya
dalam kehidupan mereka (Esti Wuryani Djiwandono, 2002: 226-227).
Pembelajaran efektif juga akan melatih dan menanamkan sikap demokratis bagi
siswa. pembelajaran efektif juga dapat menciptakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan sehingga memberikan kreativitas siswa untuk mampu belajar
dengan potensi yang sudah mereka miliki yaitu dengan memberikan kebebasan
dalam melaksanakan pembelajaran dengan cara belajarnya sendiri. Di dalam
menempuh dan mewujudkan tujuan pembelajaran yang efektif maka perlu
dilakukan sebuah cara agar proses pembelajaran yang diinginkan tercapai yaitu
dengan cara belajar efektif. Untuk meningkatkan cara belajar yang efektif perlu
adanya bimbingan dari guru (Slameto, 1995 : 75-76).

Hal | 15
B. Karakteristik Pembelajaran yang Efektif
Pembelajaran dapat efektif apabila mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan
sesuai dengan indikator pencapaian. Untuk mengetahui bagaimana memperoleh
hasil yang efektif dalam proses pembelajaran, maka sangat penting untuk
mengetahui ciri-cirinya. Adapun Pembelajaran yang efektif dapat diketahui
dengan ciri-ciri (Slameto, 1995 : 94):

1. Belajar secara aktif baik mental maupun fisik. Aktif secara mental ditunjukkan
dengan mengembangkan kemampuan intelektualnya, kemampuan berpikir
kritis. Dan secara fisik, misalnya menyusun intisari pelajaran, membuat peta
dan lain-lain.
2. Metode yang bervariasi, sehingga mudah menarik perhatian siswa dan kelas
menjadi hidup.
3. Motivasi guru terhadap pembelajaran di kelas. Semakin tinggi motivasi
seorang guru akan mendorong siswa untuk giat dalam belajar.
4. Suasana demokratis di sekolah, yakni dengan menciptakan lingkungan yang
saling menghormati, dapat mengerti kebutuhan siswa, tenggang rasa, memberi
kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri, menghargai pendapat orang
lain.
5. Pelajaran di sekolah perlu dihubungkan dengan kehidupan nyata.
6. Interaksi belajar yang kondusif, dengan memberikan kebebasan untuk
mencari sendiri, sehingga menumbuhkan rasa tanggung jawab yang besar pada
pekerjaannya dan lebih percaya diri sehingga anak tidak menggantungkan
pada diri orang lain.
7. Pemberian remedial dan diagnosa pada kesulitan belajar yang muncul,
mencari faktor penyebab dan memberikan pengajaran remedial sebagai
perbaikan.

Hal | 16
Guru sebagai pembimbing diharapkan mampu menciptakan kondisi yang strategi
yang dapat membuat peserta didik nyaman dalam mengikuti proses pembelajaran
tersebut. Dalam menciptakan kondisi yang baik, hendaknya guru memperhatikan
dua hal: pertama, kondisi internal merupakan kondisi yang ada pada diri siswa itu
sendiri, misalnya kesehatan, keamanannya, ketentraman nya, dan sebagainya.
Kedua, kondisi eksternal yaitu kondisi yang ada di luar pribadi manusia,
umpamanya kebersihan rumah, penerangan serta keadaan lingkungan fisik yang
lain. Untuk dapat belajar yang efektif diperlukan lingkungan fisik yang baik dan
teratur, misalnya ruang belajar harus bersih, tidak ada bau-bauan yang dapat
mengganggu konsentrasi belajar, ruangan cukup terang, tidak gelap dan tidak
mengganggu mata, sarana yang diperlukan dalam belajar yang cukup atau lengkap
(Hadari Nawawi, 1989: 117). Keberhasilan dalam proses pembelajaran di kelas
memang tidak semata tergantung guru, tetapi melibatkan banyak faktor,
diantaranya keaktifan siswa, tersedianya fasilitas belajar, kenyamanan dan
keamanan ruangan kelas dan beberapa faktor lainnya, kendati memang
keberadaan guru merupakan faktor penentu dalam menciptakan kondisi
pembelajaran yang efektif. Dalam mewujudkan kondisi pembelajaran yang efektif,
maka perlu dilakukan langkah langkah berikut ini:

1. Melibatkan Siswa secara Aktif


Mengajar adalah membimbing kegiatan belajar siswa sehingga ia mau belajar.
Dengan demikian aktivitas siswa sangat diperlukan dalam kegiatan
pembelajaran. Aktivitas belajar siswa dapat digolongkan ke dalam beberapa
hal, antara lain : Aktivitas visual, seperti membaca, menulis, melakukan
eksperimen, Aktivitas lisan, seperti bercerita, tanya jawab, Aktivitas
mendengarkan, seperti mendengarkan penjelasan guru, mendengarkan
pengarahan guru, Aktivitas gerak, seperti melakukan praktek di tempat

Hal | 17
praktek dan Aktivitas menulis, seperti mengarang, membuat surat, membuat
karya tulis dsb.

2. Menarik minat dan perhatian Siswa


Kondisi pembelajaran yang efektif adalah adanya minat dan perhatian siswa
dalam belajar. Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada diri
seseorang. Minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap belajar, sebab dengan
minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya tanpa
minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu. Keterlibatan siswa dalam
pembelajaran erat kaitannya dengan sifat, bakat dan kecerdasan siswa.
Pembelajaran yang dapat menyesuaikan sifat, bakat dan kecerdasan siswa
merupakan pembelajaran yang diminati (Rosyada, 2004: 56).

3. Membangkitkan Motivasi Siswa


Motivasi adalah semacam daya yang terdapat dalam diri seseorang yang dapat
mendorongnya untuk melakukan sesuatu. Sedang motivasi adalah suatu proses
untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk
memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan. Tugas guru adalah bagaimana
membangkitkan motivasi siswa sehingga ia mau belajar ( John W. Santrock,
2008: 9).

4. Memberikan pelayanan individu Siswa


Salah satu masalah utama dalam pendekatan pembelajaran adalah kurangnya
pemahaman guru tentang perbedaan individu antar siswa. Guru sering kurang
menyadari bahwa tidak semua siswa dalam suatu kelas dapat menyerap
pelajaran dengan baik. Kemampuan individual mereka dalam menerima
pelajaran berbeda-beda. Disinilah sebenarnya perlunya keterampilan guru di
dalam memberikan variasi pembelajaran agar dapat diserap oleh semua siswa

Hal | 18
dalam berbagai tingkatan kemampuan, dan disini pulalah perlu adanya
pelayanan individu siswa ( Madri M. dan Rosmawati, 2004: 273).

5. Menyiapkan dan menggunakan berbagai media dalam pembelajaran


Alat peraga/media pembelajaran adalah alat-alat yang digunakan guru ketika
mengajar untuk membantu memperjelas materi pelajaran yang disampaikan
kepada siswa dan mencegah terjadinya verbalisme pada diri siswa. Sebab,
pembelajaran yang menggunakan banyak verbalisme tentu akan
membosankan. Sebaliknya pembelajaran akan lebih menarik, bila siswa
merasa senang dan gembira setiap menerima pelajaran dari gurunya (Rosyada,
2004: 57).

C. Strategi Pembelajaran Efektif

Cara belajar yang efektif dapat membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan
yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin dicapai (Milan
Rianto, 2007: 1). Untuk meningkatkan cara belajar yang efektif diperlukan strategi
yang tepat agar pembelajaran dapat berjalan dengan optimal dan seefektif
mungkin. Mengajar adalah membimbing siswa agar mereka mengalami proses
belajar. Dalam belajar para siswa menghendaki hasil belajar yang efektif: Demi
tuntutan tersebut guru harus membantu dengan cara mengajar yang efektif pula.
Mengajar efektif adalah mengajar yang dapat membawa belajar yang efektif. Untuk
dapat mengajar secara efektif guru harus mampu menciptakan iklim belajar yang
menunjang terciptanya kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar.
Kondisi yang dimaksudkan hanya dapat terjadi apabila guru mengajar
menggunakan prinsip-prinsip mengajar, diantaranya sebagai berikut:

1. Konteks
Belajar sebagian besar tergantung pada konteks belajar itu sendiri. Situasi
problematis yang mencakup tugas untuk belajar hendaknya dinyatakan dalam

Hal | 19
kerangka konteks yang dianggap penting dan memaksa bagi pelajar dan
melibatkan siswa menjadi peserta yang aktif, justru karena tujuan itu sendiri.

2. Fokus
Proses pembelajaran perlu diorganisasikan dengan bahan be1ajar. Di samping
itu pembelajaran yang penuh makna harus diorganisasikan di sekitar suatu
fokus. Pengajaran akan berhasil dengan menggunakan fokalisasi, sehingga
mutu pembelajaran lebih meningkat.
3. Sosialisasi
Dalam proses belajar siswa melatih bekerja sama dalam kerja kelompok,
diskusi dan sebagainya. Mereka bertanggung jawab bersama dalam proses
pemecahan masalah.

4. Individualisasi
Dalam mengorganisasi belajar mengajar guru memperhatikan taraf
kesanggupan siswa dan merangsangnya untuk menentukan bagi dirinya
sendiri apa yang dapat dilakukan sebaik-baiknya.

5. Urutan
Belajar sebagai gejala tersendiri dan pada mengorganisasikannya dengan tetap
berdasarkan prinsip konteks, vokalisasi, sosialisasi, dan individualisasi. Namun
demikian, guru juga harus mempertimbangkan efektivitas dari serangkaian
pelajaran yang disusun secara tepat menurut waktu atau urutannya.

6. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan untuk meneliti hasil dan proses belajar siswa, untuk
mengetahui kesulitan-kesulitan yang melekat pada proses belajar itu.

Sumber Pustaka :

Hal | 20
Fakhrurrazi. 2018. Hakikat Pembelajaran yang Efektif. Jurnal At-Tafkir. 11(1):
86-92. diunduh dari
https://journal.iainlangsa.ac.id/index.php/at/article/view/529/331 pada sabtu, 19
Agustus 2023

2.1.2. Memahami Pembelajaran yang Berpusat pada Peserta Didik


Konsep merdeka belajar dalam penerapan kurikulum merdeka lebih menitikberatkan
kepada kemampuan dan potensi murid dalam membangun serta mengembangkan
pemikirannya. Sedangkan, peran seorang pendidik adalah penuntun, pembimbing,
dan fasilitator dalam mencapai tujuan pendidikan tersebut. Oleh karena itu, perlu
adanya perubahan mindsetnya dari paradigma guru mengajar (behavioristik) menjadi
paradigma siswa belajar (konstruktivistik).

Peran seorang guru sebagai fasilitator bagi murid untuk memberikan dorong
mengeksplorasi dunia mereka, merenung, menemukan pengetahuan, dan berpikir
secara kritis, bukan sekedar menyampaikan informasi. Guru membangun (to
construct) pemikiran dan pemahaman murid sehingga sejalan dengan pandangan
konstruktivisme. Dalam pandangan progresivisme proses menuntun pembelajaran
yang berpusat pada murid (student center learning) dapat dilakukan oleh seorang
murid dengan melakukan usaha-usaha mandiri dalam meningkatkan kreativitasnya
sesuai bidang yang ditekuni atau diminati, sedangkan pendidik sebagai fasilitator dan
membimbing usaha dan proses belajar murid tersebut (Ibrahim, 2018).

Murid dalam kedudukan progresivisme dituntut agar dapat mengupayakan atau


berusaha secara mandiri dalam mengembangkan kreativitasnya dalam berbagai
bidang sesuai dengan minatnya. Hal ini tentu dengan melihat keadaan dan
pengalaman yang ada dalam kehidupan sekitar sebagai bagian dari proses
terbentuknya pengetahuan kebudayaan yang mempengaruhi perkembangan murid
(Salu, 2016).

Hal | 21
Proses pembelajaran progresivisme yang berpusat pada murid, menentang sistem
pembelajaran lama diantaranya adanya guru yang otoriter, pembelajaran berdasarkan
buku teks, pembelajaran pasis dengan cara mengingat, terisolasinya pendidikan dari
kehidupan nyata, dan rasa takut serta hukuman. Oleh karena itu, progresivisme tidak
mengakomodir kemutlakan hidup, menolak absolutisme dan otoritarianisme dalam
segala bentuk.

Kreativitas hanya dapat dicapai oleh murid jika diberikan ruang dan kesempatan
untuk mengembangkan kemandirian dan potensi yang ada pada dirinya sendiri, yang
dapat dilakukan dengan cara-cara memberi kesempatan murid untuk belajar
perorangan/ kelompok; memberikan kesempatan murid untuk belajar melalui
pengalaman; memberi motivasi; mengikutsertakan murid di dalam setiap aspek
kegiatan yang merupakan kebutuhan pokok anak; dan menyadarkan murid bahwa
hidup itu dinamis (Jalaluddin,2012). Salah satu pembelajaran yang mengakomodasi
kreativitas murid adalah dengan pembelajaran berdiferensiasi.

Sumber Pustaka :
Devi Kurnia Fitra. 2022. Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Perspektif
Progresivisme pada Mata Pelajaran Ipa. Jurnal Filsafat Indonesia. 5(3): 252-253.

2.2. Memahami Karakteristik Peserta Didik


2.2.1. Memahami Kemampuan Awal Peserta Didik

Karakteristik masing-masing anak berbeda-beda, guru perlu memahami karakteristik


awal anak didik sehingga ia dapat dengan mudah untuk mengelola segala sesuatu yang
berkaitan dengan pembelajaran termasuk juga pemilihan strategi pengelolaan, yang
berkaitan dengan bagaimana menata pembelajaran, Kemampuan yang dimiliki
mereka sehingga komponen pembelajaran dapat sesuai dengan karakteristik dari
siswa yang akhirnya pembelajaran tersebut dapat lebih bermakna.

Hal | 22
Mengidentifikasi kemampuan awal dan karakteristik peserta didik mempunyai
tujuan yaitu :
1. Memperoleh informasi yang lengkap dan akurat berkenaan dengan kemampuan
serta karakteristik awal siswa sebelum mengikuti program pembelajaran tertentu.
2. Menyeleksi tuntutan, bakat, minat, kemampuan, serta kecenderungan peserta
didik berkaitan dengan pemilihan program-program pembelajaran tertentu yang
akan diikuti mereka.
3. Menentukan desain program pembelajaran dan atau pelatihan tertentu yang
perlu dikembangkan sesuai dengan kemampuan awal peserta didik.
Jika seorang guru ingin mengetahui karakteristik kemampuan awal dari peserta didik,
dapat dilakukan dengan pemberian tes (pre-test). Tes yang diberikan dapat berkaitan
dengan materi ajar sesuai dengan panduan kurikulum. Selain itu pendidik dapat
melakukan wawancara, observasi dan memberikan kuesioner kepada peserta didik,
guru yang mengetahui kemampuan peserta didik atau calon peserta didik, serta guru
yang biasa mengampu pelajaran tersebut. Teknik untuk mengidentifikasi
karakteristik siswa adalah dengan menggunakan kuesioner, interview, observasi dan
tes Latar belakang siswa. Guru perlu mempertimbangkan dalam mempersiapkan
materi

2.2.2. Memahami Karakteristik Peserta Didik


Dalam proses pembelajaran guru harus mengenali dan memahami karakterstik
peserta didik. Salah satu manfaat memahami karakteristik peserta didik adalah proses
belajar mengajar yang berlangsung dengan lebih baik, sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai. Ada tiga kelompok karakteristik siswa yang perlu diperhatikan, yaitu
:

Hal | 23
1. Karakteristik yang berkaitan dengan fisiologis. Karakteristik ini meliputi: jenis
kelamin, kondisi fisik, usia kronologis, panca indera, tingkat kematangan, dan
sebagainya.
2. Karakteristik yang berkaitan dengan psikologis. Karakteristik ini meliputi: bakat,
minat, motivasi, intelegensi, gaya belajar, emosi, dan sebagainya.
3. Karakteristik yang berkaitan dengan lingkungan. Karakteristik ini meliputi etnis,
kondisi sosial ekonomi, kebudayaan, dan sebagainya.

Ada beberapa contoh karakteristik peserta didik diantaranya: (1) Senang bermain; (2).
Selalu ingin tahu; (3) Mudah Terpengaruh; (4) Suka Meniru; (5) Manja; (6) Berani; (7)
Kreatif; (8) Keras Kepala; (9) Suka berkhayal; (10) Emosi (11) Senang dipuji; (12) Ingin
bebas; (13) Suka Mengganggu; (14) Mendambakan kasih sayang dan rasa aman; (15)
Selalu ingin mencoba; (16) Ingin diperhatikan; (17) Punya sifat polos; (18) Suka
menentang; (19) Egois.

Cara Memahami Karakter Anak Didik Guru merupakan pemegang peran yang amat
sentral dalam proses pendidikan. Upaya meningkatkan profesionalisme para pendidik
adalah suatu keniscayaan. Guru harus mendapatkan program-program pelatihan
secara tersistem agar tetap memiliki profesionalisme yang tinggi dan siap melakukan
adopsi inovasi.Beberapa karakteristik anak didik yang perlu dipahami oleh pendidik
terutama dalam rangka melaksanakan praktek pendidikan, karakteristik tersebut
antara lain:
1. Anak didik adalah subjek Maksudnya yaitu pribadi yang memiliki pribadi sendiri
atau konsep diri sendiri. Mereka memiliki kebebasan dalam mewujudkan dirinya
sendiri untuk mencapai kedewasaaannya.
2. Anak didik adalah makhluk yang sedang berkembang Anak didik adalah
makhluk yang sedang berkembang. Setiap anak didik memiliki perkembangan

Hal | 24
yang berbeda-beda, dalam setiap proses perkembangan tersebut terdapat
tahapantahapannya.
3. Anak didik hidup dalam dunia sendiri Setiap anak didik hidup dalam
kehidupannya sesuai tahap perkembangannya, jenis kelaminnya, dan lain-lain.
4. Anak didik hidup dalam lingkungan tertentu anak didik adalah subjek yang
berasal dari keluarga dengan latar belakang lingkungan alam dan sosial budaya
tertentu.oleh karena itu, anak didik akan memiliki karakteristik tertentu yang
berbeda–beda sebagai akibat pengaruh lingkungan dimana ia dibesarkan atau
dididik.
5. Anak didik memiliki ketergantungan kepada orang dewasa Setiap anak memiliki
kekurangan dan kelebihan tertentu.dalam perjalanan hidupnya, anak masih
memerlukan perlindungan, anak masih perlu belajar berbagai pengetahuan,
perlu latihan dan keterampilan, anak belum tahu mana yang benar dan salah,
yang baik dan tidak baik, serta bagaimana mengantisipasi kebutuhan dimasa
depannya.
6. Anak didik memiliki potensi dan dinamika Bantuan orang dewasa berupa
pendidikan agar anak didik menjadi dewasa akan mungkin dicapai oleh anak
didik.

Dalam rangka memahami karakteristik anak didik seorang guru hendaknya


memahami terlebih dahulu pemahaman tentang dirinya sendiri (Self Understanding),
dan juga pemahaman tentang orang lain (Under Standing the Other). Tanpa
pemahaman yang meluas dan mendalam tentang diri sendiri dan orang lain maka
guru tidak akan memahami karakteristik peserta didik, jadi harus dilakukannya
penguasaan secara menyeluruh. Berdasarkan beberapa karakteristik peserta didik
tersebut, tugas pendidik adalah memberikan berbagai jenis bantuan secara positif agar
anak mampu mewujudkan diri sebagai manusia dewasa.

Hal | 25
Sumber Pustaka:
Estari, A. W. (2020). Pentingnya memahami karakteristik peserta didik dalam proses
pembelajaran. In Social, Humanities, and Educational Studies (SHEs): Conference
Series.3(3);1440-1444). diunduh dari
https://jurnal.uns.ac.id/SHES/article/view/56953 pada 23 Agustus 2023

2.3. Strategi Pembelajaran Efektif yang Berpusat pada Peserta Didik


2.3.1. Pembelajaran Berdiferensiasi
A. Definisi Pembelajaran Berdiferensiasi
Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha guru untuk menyesuaikan proses
pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu murid. Menurut
Tomlinson (1999:14) dalam kelas yang mengimplementasikan pembelajaran
berdiferensiasi, seorang guru melakukan upaya yang konsisten untuk merespon
kebutuhan belajar murid.
Melakukan pembelajaran berdiferensiasi bukanlah berarti bahwa guru harus mengajar
dengan 32 cara yang berbeda untuk mengajar 32 orang murid. Bukan pula berarti bahwa
guru harus memperbanyak jumlah soal untuk murid yang lebih cepat bekerja
dibandingkan yang lain. Pembelajaran berdiferensiasi juga bukan berarti guru harus
mengelompokkan yang pintar dengan yang pintar dan yang kurang dengan yang kurang.
Bukan pula memberikan tugas yang berbeda untuk setiap anak. Pembelajaran
berdiferensiasi bukanlah sebuah proses pembelajaran yang semrawut (chaotic), yang
gurunya kemudian harus membuat beberapa perencanaan pembelajaran sekaligus, di
mana guru harus berlari ke sana kemari untuk membantu si A, si B atau si C dalam waktu
yang bersamaan. Bukan. Guru tentunya bukanlah malaikat bersayap atau Superman
yang bisa ke sana kemari untuk berada di tempat yang berbeda-beda dalam satu waktu
dan memecahkan semua permasalahan. Lalu seperti apa sebenarnya pembelajaran
berdiferensiasi?

Hal | 26
Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense)
yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Keputusan-
keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan:
1. Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas. Bukan
hanya guru yang perlu jelas dengan tujuan pembelajaran, namun juga murid-
muridnya.
2. Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya. Bagaimana
guru akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar
murid tersebut. Misalnya, apakah ia perlu menggunakan sumber yang berbeda, cara
yang berbeda, dan penugasan serta penilaian yang berbeda.
3. Bagaimana guru menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk
belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi. Bagaimana guru
memastikan setiap murid di kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk
mereka di sepanjang proses belajar mereka.
4. Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru menciptakan prosedur, rutinitas,
metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas, namun juga struktur yang jelas,
sehingga walaupun murid melakukan kegiatan yang mungkin berbeda-beda, namun
kelas tetap dapat berjalan secara efektif.
5. Penilaian berkelanjutan. Bagaimana guru menggunakan informasi yang didapatkan
dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk dapat menentukan murid
mana yang masih ketinggalan, atau sebaliknya, murid mana yang sudah lebih dulu
mencapai tujuan belajar yang ditetapkan, dan kemudian menyesuaikan rencana dan
proses pembelajaran.

Adapun tujuan Pembelajaran Berdiferensiasi antara lain sebagai berikut :

Hal | 27
1. Membantu proses belajar bagi semua murid. Guru bisa merefleksi dan meningkatkan
kesadaran terhadap kemampuan murid sehingga seluruh murid dapat mencapai tujuan
pembelajaran.
2. Motivasi dan hasil belajar murid dapat meningkat karena guru memahami dan
memberikan bimbingan berdasarkan tingkat kesulitan materi dan murid memperoleh
hasil belajar yang sesuai dengan kemampuan dan tingkat kesulitan materi tersebut.
3. Terjalinnya hubungan yang selaras dan harmonis antara pendidik dan murid. Relasi
antara guru dan murid menjadi meningkat dan kuat dengan pembelajaran
berdiferensiasi ini, sehingga murid menjadi semangat dalam pembelajaran.
4. Membantu murid untuk lebih percaya diri dan mandiri.
5. Menggali potensi dan kemampuan murid (Marlina, 2019). Dalam perspektif aliran
filsafat progresivisme terhadap pembelajaran berpusat pada murid dapat dilaksanakan
dengan strategi pembelajaran berdiferensiasi, yang berdampak positif, serta bermanfaat
untuk mengembangkan potensi pada murid.

B. Prinsip-prinsip Pembelajaran Berdiferensiasi

Pembelajaran Berdiferensiasi harus dibentuk melalui cara berpikir guru yang


menganggap setiap anak dapat bertumbuh dan berkembang secara optimal dengan
kapasitasnya masing-masing. Tomlinson and Moon (2013) sebagai tokoh dari
pembelajaran berdiferensiasi menyatakan bahwa ada lima prinsip dasar yang membantu
guru dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi ini.
a. Lingkungan Belajar
Lingkungan belajar yang dimaksud meliputi lingkungan fisik sekolah dan kelas
dimana peserta didik menghabiskan waktunya dalam belajar di sekolah. Iklim
belajar merujuk pada situasi dan kondisi yang dirasakan peserta didik saat belajar,

Hal | 28
relasi, dan berinteraksi dengan peserta didik lain maupun gurunya. Di dalam
pembelajaran guru harus memberikan respon kepada peserta didik sesuai dengan
kesiapan, minat, dan profil belajar mereka supaya kebutuhan mereka dalam belajar
terpenuhi.
b. Kurikulum yang berkualitas
Di dalam kurikulum yang berkualitas tentu saja harus memiliki tujuan yang jelas
sehingga guru dapat tahu apa yang akan dituju di akhir pembelajaran. Di samping
itu fokus guru dalam mengajar adalah pada pengertian peserta didik, bukan pada
apa materi yang dihafalkan mereka. Yang terpenting adalah pemahaman terhadap
materi pelajaran yang ada di benak peserta didik sehingga dapat diterapkan dalam
kehidupannya. Hal lain yang perlu diperhatikan oleh guru adalah bagaimana
kurikulum yang ada dapat menantang semua peserta didiknya baik yang memiliki
kemampuan di atas rata-rata, yang sedang, maupun di bawah rata-rata. Bagi peserta
didik yang berada di atas rata-rata, guru perlu menantang mereka dengan
pemikiran-pemikiran lain yang lebih mendalam tentang materi yang dibahas
sehingga mereka tidak akan jenuh dan bosan dalam mempelajarinya

c. Asesmen berkelanjutan
Yang dimaksud dengan asesmen yang berkelanjutan adalah guru secara terus
menerus melakukan formatif asesmen dalam pembelajaran agar dapat memperbaiki
pengajarannya dan juga mengetahui apakah peserta didik sudah mengerti tentang
materi pelajaran yang dibahas. Jadi asesmen formatif ini tidak diberikan nilai
(angka), melainkan hanya sebagai tes awal atau mengetahui masalah-masalah apa
yang dihadapi peserta didik sehingga sulit mengerti, apa yang belum dimengerti,
dan apa yang dapat dilakukan oleh guru untuk membantu peserta didik
meningkatkan pengertiannya. Asesmen formatif sebagai proses belajar peserta didik

Hal | 29
juga memberikan kesempatan monitoring pada peserta didik, untuk terus melihat
dan mengevaluasi perkembangan kompetensinya. Dalam hal ini umpan balik dan
refleksi dialogis antara guru dan peserta didik dapat terus dilakukan sepanjang
proses belajar, sehingga guru dan peserta didik sama-sama mengetahui apa yang
sudah peserta didik, pelajari, pahami dan mampu lakukan.

d. Pengajaran yang responsif


Melalui asesmen akhir di setiap pelajaran, guru dapat mengetahui apa kekurangan-
kekurangannya dalam membimbing peserta didiknya untuk memahami isi
pelajaran. Oleh karena itu, guru dapat memodifikasi rencana pembelajaran yang
sudah dibuat dengan kondisi dan situasi lapangan saat itu sesuai dengan hasil dari
asesmen akhir yang dilakukan sebelumnya. Karena pengajaran lebih penting dari
kurikulum sekolah sendiri, maka guru harus memberikan responnya terhadap hasil
pembelajaran yang sudah dilakukan. Respon dari guru adalah menyesuaikan
pelajaran berikutnya sesuai dengan kesiapan, minat, dan juga profil belajar peserta
didik yang guru dapatkan melalui asesmen di akhir pelajaran.

e. Kepemimpinan dan Rutinitas di kelas


Guru yang baik adalah guru yang dapat mengatur kelasnya dengan baik.
Kepemimpinan di sini diartikan bagaimana guru dapat memimpin peserta didiknya
agar dapat mengikuti pembelajaran dengan baik dan mematuhi peraturan yang
sudah ditetapkan. Sedangkan rutinitas di kelas mengacu pada keterampilan guru
dalam mengelola atau mengatur kelasnya dengan baik melalui prosedur dan
rutinitas di kelas yang dijalankan peserta didik setiap hari sehingga pembelajaran
dapat berjalan dengan efektif dan efisien.

Sumber Pustaka :

Hal | 30
Amalia, K., Rasyad, I., & Gunawan, A. 2023. Differentiated Learning as Learning
Innovation. Journal of Education and Teaching Learning (JETL). 5(2): 189-190.
https://www.pusdikra-publishing.com/index.php/jetl/article/view/1351/1248 pada
19 Agustus 2023

C. Memahami Kebutuhan Belajar Peserta Didik

Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in


Mixed Ability Classroom menyampaikan bahwa kita dapat melihat kebutuhan belajar
murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek. Ketiga aspek tersebut adalah:
1. Kesiapan Belajar Murid (readiness)
Kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas untuk mempelajari materi, konsep, atau
keterampilan baru. Tomlinson (2001: 46) mengatakan bahwa merancang
pembelajaran mirip dengan menggunakan tombol equalizer pada stereo atau
pemutar CD. Untuk mendapatkan kombinasi suara terbaik, biasanya Anda akan
menggeser-geser tombol equalizer tersebut terlebih dahulu. Tombol-tombol dalam
equalizer tersebut sebenarnya menggambarkan beberapa perspektif yang dapat kita
gunakan untuk menentukan tingkat kesiapan belajar murid. Diantaranya:
a) Bersifat mendasar -- Bersifat transformatif
Saat murid dihadapkan pada sebuah ide yang baru, yang mungkin belum
dikuasainya, mereka akan membutuhkan informasi pendukung yang jelas,
sederhana, dan tidak bertele-tele untuk dapat memahami ide tersebut. Mereka
juga akan perlu waktu untuk berlatih menerapkan ide-ide tersebut. Selain itu,
mereka juga membutuhkan bahan-bahan materi dan tugas-tugas yang bersifat
mendasar serta disajikan dengan cara yang membantu mereka membangun
landasan pemahaman yang kuat. Sebaliknya, saat murid dihadapkan pada ide-
ide yang telah mereka kuasai dan pahami, tentunya mereka membutuhkan
informasi yang lebih rinci dari ide tersebut. Mereka perlu melihat bagaimana

Hal | 31
ide tersebut berhubungan dengan ide-ide lain untuk menciptakan pemikiran
baru. Kondisi seperti itu membutuhkan bahan dan tugas yang lebih bersifat
transformatif.

b) Konkret - Abstrak.
Di lain kesempatan, guru mungkin dapat mengukur kesiapan belajar murid
dengan melihat apakah mereka masih di tingkatan perlu belajar secara konkret,
sehingga mereka mungkin masih perlu belajar dengan menggunakan beragam
alat-alat bantu berupa benda konkret atau contoh-contoh konkret, atau apakah
murid sudah siap bergerak mempelajari sesuatu yang lebih abstrak, sehingga
mereka mungkin mulai dapat diperkenalkan dengan konsep-konsep yang lebih
abstrak.

c) Sederhana - Kompleks.
Beberapa murid mungkin perlu bekerja dengan materi lebih sederhana dengan
satu abstraksi atau esensi pada satu waktu, sementara murid yang lain mungkin
sudah bisa menangani kerumitan berbagai abstraksi pada satu waktu.

d) Terstruktur - Terbuka (Open Ended)


Saat menyelesaikan tugas, kadang-kadang ada murid-murid yang masih
memerlukan struktur yang jelas, sehingga tugas untuk mereka perlu ditata
dengan tahapan yang jelas dan cukup rinci, di mana mereka tidak memiliki
terlalu banyak keputusan untuk dibuat. Sementara mungkin murid-murid
lainnya sudah siap untuk menjelajah dan menggunakan kreativitas mereka.

e) Tergantung (dependent) - Mandiri (Independent)


Walaupun pada akhirnya kita mengharapkan bahwa semua murid kita dapat
belajar, berpikir, dan menghasilkan pekerjaan secara mandiri, namun sama
seperti tinggi badan, mungkin seorang anak akan lebih cepat bertambah tinggi

Hal | 32
daripada yang lain. Dengan kata lain, beberapa murid mungkin akan siap untuk
kemandirian yang lebih awal daripada yang lain.

f) Lambat - Cepat
Beberapa murid dengan kemampuan yang baik dalam suatu mata pelajaran
mungkin perlu bergerak cepat melalui materi yang telah ia kuasai dan diberikan
sedikit tantangan. Tetapi di lain waktu, murid yang sama mungkin akan
membutuhkan lebih banyak waktu daripada yang lain untuk mempelajari topik
yang lain.

Perlu diingat bahwa kesiapan belajar murid bukanlah tentang tingkat intelektualitas
(IQ). Hal ini lebih kepada informasi tentang apakah pengetahuan atau keterampilan
yang dimiliki murid saat ini, sesuai dengan pengetahuan atau keterampilan baru
yang akan diajarkan. Adapun tujuan memperhatikan kebutuhan belajar murid
berdasarkan tingkat kesiapan belajar ini adalah untuk memastikan bahwa semua
siswa diberikan pengalaman belajar yang menantang secara tepat (Santangelo &
Tomlinson (2009) dalam Joseph et.al (2013: 29)).

2. Minat Murid
Minat merupakan suatu keadaan mental yang menghasilkan respons terarah kepada
suatu situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberikan kepuasan
diri. Tomlinson (2001: 53), mengatakan bahwa tujuan melakukan pembelajaran
yang berbasis minat, diantaranya adalah sebagai berikut:

Hal | 33
● membantu murid menyadari bahwa ada kecocokan antara sekolah dan
kecintaan mereka sendiri untuk belajar;
● mendemonstrasikan keterhubungan antar semua pembelajaran;
● menggunakan keterampilan atau ide yang dikenal murid sebagai jembatan
untuk mempelajari ide atau keterampilan yang kurang dikenal atau baru bagi
mereka, dan;
● meningkatkan motivasi murid untuk belajar.

Minat sebenarnya dapat kita lihat dalam 2 perspektif. Yang pertama sebagai minat
situasional. Dalam perspektif ini, minat merupakan keadaan psikologis yang
dicirikan oleh peningkatan perhatian, upaya, dan pengaruh, yang dialami pada saat
tertentu. Seorang anak bisa saja tertarik saat seorang gurunya berbicara tentang
topik hewan, meskipun sebenarnya ia tidak menyukai topik tentang hewan
tersebut, karena gurunya berbicara dengan cara yang sangat menghibur, menarik
dan menggunakan berbagai alat bantu visual. Yang kedua, minat juga dapat dilihat
sebagai sebuah kecenderungan individu untuk terlibat dalam jangka waktu lama
dengan objek atau topik tertentu. Minat ini disebut juga dengan minat individu.
Seorang anak yang memang memiliki minat terhadap hewan, maka ia akan tetap
tertarik untuk belajar tentang hewan meskipun mungkin saat itu guru yang
mengajar sama sekali tidak membawakannya dengan cara yang menarik atau
menghibur.
Karena minat adalah salah satu motivator penting bagi murid untuk dapat ‘terlibat
aktif’ dalam proses pembelajaran, maka memahami kedua perspektif tentang minat
di atas akan membantu guru untuk dapat mempertimbangkan bagaimana ia dapat
mempertahankan atau menarik minat murid-muridnya dalam belajar.

Beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk menarik minat murid
diantaranya adalah dengan:

Hal | 34
● menciptakan situasi pembelajaran yang menarik perhatian murid (misalnya
dengan humor, menciptakan kejutan-kejutan, dsb);
● menciptakan konteks pembelajaran yang dikaitkan dengan minat individu
murid;
● mengkomunikasikan nilai manfaat dari apa yang dipelajari murid,
● menciptakan kesempatan-kesempatan belajar di mana murid dapat
memecahkan persoalan (problem-based learning).

Untuk membantu guru mempertimbangkan pilihan yang mungkin dapat diberikan


pada murid, guru dapat mempertimbangkan area minat dan moda ekspresi yang
mungkin digunakan oleh murid-murid mereka. (Tomlinson, 2001)

Gambar 3. Fokus Pada Minat (Tomlinson, 2001: 56)

3. Profil Belajar Murid


Profil Belajar mengacu pada cara-cara bagaimana kita sebagai individu paling baik
belajar. Tujuan dari memperhatikan kebutuhan belajar murid berdasarkan profil
belajar adalah untuk memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar secara

Hal | 35
alami dan efisien. Sebagai guru, kadang-kadang kita secara tidak sengaja cenderung
memilih gaya belajar yang sesuai dengan gaya belajar kita sendiri. Padahal kita tahu
setiap anak memiliki profil belajar sendiri. Memiliki kesadaran tentang ini sangat
penting agar guru dapat memvariasikan metode dan pendekatan mengajar mereka.

Profil belajar murid terkait dengan banyak faktor. Berikut ini adalah beberapa
diantaranya:
● Preferensi terhadap lingkungan belajar, misalnya terkait dengan suhu ruangan,
tingkat kebisingan, jumlah cahaya, apakah lingkungan belajarnya
terstruktur/tidak terstruktur, dsb. Contohnya: mungkin ada anak yang tidak dapat
belajar di ruangan yang terlalu dingin, terlalu bising, terlalu terang, dsb.
● Pengaruh Budaya: santai - terstruktur, pendiam - ekspresif, personal - impersonal.
● Preferensi gaya belajar.
● Gaya belajar adalah bagaimana murid memilih, memperoleh, memproses, dan
mengingat informasi baru. Secara umum gaya belajar ada tiga, yaitu:
1. visual: belajar dengan melihat (misalnya melalui materi yang berupa
gambar, diagram, power point, catatan, peta konsep, graphic organizer,
dsb);
2. auditori: belajar dengan mendengar (misalnya mendengarkan penjelasan
guru, membaca dengan keras, mendengarkan pendapat saat berdiskusi,
mendengarkan musik);
3. kinestetik: belajar sambil melakukan (misalnya sambil bergerak, melakukan
kegiatan hands on, dsb).
Mengingat bahwa murid-murid kita memiliki gaya belajar yang berbeda-beda,
maka penting bagi guru untuk berusaha untuk menggunakan kombinasi gaya
mengajar.
● Preferensi berdasarkan kecerdasan majemuk (multiple intelligences): Teori
tentang kecerdasan majemuk menjelaskan bahwa manusia sebenarnya memiliki
delapan kecerdasan berbeda yang mencerminkan berbagai cara kita berinteraksi
dengan dunia. Kecerdasan tersebut adalah visual-spasial, musical, bodily-

Hal | 36
kinestetik, interpersonal, intrapersonal, verbal-linguistik, naturalis, logic-
matematika.
Guru dapat mengetahui kebutuhan belajar murid dengan berbagai cara. Berikut ini
adalah beberapa contoh cara-cara yang dapat dilakukan guru untuk mengetahui
kebutuhan belajar murid diantaranya :

● mengamati perilaku murid-murid mereka;


● mencari tahu pengetahuan awal yang dimiliki oleh murid terkait dengan topik
yang akan dipelajari;
● melakukan penilaian untuk menentukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
mereka saat ini, dan kemudian mencatat kebutuhan yang diungkapkan oleh
informasi yang diperoleh dari proses penilaian tersebut;
● mendiskusikan kebutuhan murid dengan orang tua atau wali murid;
● mengamati murid ketika mereka sedang menyelesaikan suatu tugas atau
aktivitas;
● bertanya atau mendiskusikan permasalahan dengan murid;
● membaca rapor murid dari kelas mereka sebelumnya untuk melihat komentar
dari guru-guru sebelumnya atau melihat pencapaian murid sebelumnya;
● berbicara dengan guru murid sebelumnya;
● membandingkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dengan tingkat
pengetahuan atau keterampilan yang ditunjukkan oleh murid saat ini;
● menggunakan berbagai penilaian diagnostik untuk memastikan bahwa murid
telah berada dalam level yang sesuai;
● melakukan survey untuk mengetahui kebutuhan belajar murid;
● mereview dan melakukan refleksi terhadap praktik pengajaran mereka sendiri
untuk mengetahui efektivitas pembelajaran mereka;
● dll.

Mendapatkan informasi tentang kebutuhan belajar murid, tidak selalu harus


melibatkan sebuah kegiatan yang rumit. Guru yang memperhatikan dengan saksama
hasil penilaian formatif, perilaku murid, refleksi murid, dan terbiasa mendengarkan

Hal | 37
dengan baik murid-muridnya biasanya akan lebih mudah mengetahui kebutuhan
belajar murid-muridnya. Membuat catatan tentang profil murid juga akan sangat
membantu guru menyesuaikan proses pembelajaran dengan kebutuhan murid-
muridnya.

D. Strategi Pembelajaran Berdiferensiasi


Dalam perspektif progresivisme, pendidikan itu sesuai dengan perkembangan zaman dan
berorientasi pada murid, maka salah satu strateginya dengan pembelajaran
berdiferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi dapat dilaksanakan dengan 4 cara
(Tomlinson, 2000) diantaranya:
1. Konten/isi, yang berkaitan dengan kurikulum dan materi apa yang dipelajari oleh
murid.
Contoh diferensiasi konten dapat dilaksanakan seperti beberapa kegiatan berikut ini :
a. Menggunakan bahan bacaan pada berbagai tingkat keterbacaan.
b. Menyediakan bahan ajar pada kaset.
c. Menggunakan daftar kosakata untuk mengetahui tingkat kesiapan siswa.
d. Mempresentasikan ide melalui sarana pendengaran dan penglihatan.
e. Menggunakan teman bacaan.
f. Menggunakan kelompok kecil untuk mengajarkan kembali ide atau keterampilan
pada siswa yang mengalami kesulitan, serta memperluas pemikiran atau
keterampilan peserta didik yang sudah menguasai.

2. Proses, merupakan cara murid dalam mengolah informasi dan ide. Contoh kegiatanya
antara lain sebagai berikut :
a. Menggunakan kegiatan berjenjang dengan berbagai tingkat tantangan,
dukungan, dan kompleksitas.
b. Menggali potensi murid dengan menyediakan pusat minat dan bakat.
c. Menyusun agenda pribadi atau daftar tugas yang harus diselesaikan selama waktu
yang ditentukan oleh guru.
d. Memberikan dukungan secara langsung bagi murid yang membutuhkan

Hal | 38
e. Memfasilitasi ketersediaan waktu dalam menyelesaikan tugas
3. Produk, merupakan interpretasi terhadap apa yang telah diperoleh/dipelajari oleh
murid. Contoh kegiatan dapat berupa berikut ini :
a. Memberi murid pilihan cara mengekspresikan kebutuhan pembelajaran atau
mempresentasikan hasil belajarnya misal dalam tulisan, gambar, video ataupun
narasi.
b. Menggunakan rubrik/standar penilaian yang cocok dan memperluas keragaman
tingkat keterampilan murid.
c. Membolehkan siswa bekerja sendiri atau berkelompok kecil untuk menuntaskan
tugas.
d. Mendorong siswa untuk membuat tugas mereka sendiri.

2.3.2 .Pembelajaran Sosial Emosional


A. Mengenal Pembelajaran Sosial Emosional
Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) adalah pembelajaran yang dilakukan secara
kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan
pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional agar dapat:
1. Memahami, menghayati, dan mengelola emosi (kesadaran diri)
2. Menetapkan dan mencapai tujuan positif (pengelolaan diri)
3. Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial)
4. Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan berelasi)
5. Membuat keputusan yang bertanggung jawab. (pengambilan keputusan yang
bertanggung jawab)

Kerangka kompetensi pembelajaran sosial dan emosional CASEL menggunakan


pendekatan yang sistematis yang menekankan pada pentingnya menciptakan lingkungan
belajar yang tepat serta terkoordinasi untuk meningkatkan pembelajaran akademik, sosial,
dan emosional semua murid. Pendekatan pembelajaran sosial dan emosional melalui
kemitraan/kerjasama sekolah-keluarga-komunitas untuk membentuk lingkungan belajar

Hal | 39
dan pengalaman yang bercirikan hubungan/relasi yang saling mempercayai dan
berkolaborasi, kurikulum dan instruksi belajar yang jelas dan bermakna, dan evaluasi
secara berkala.

B. Kompetensi Sosial Emosional

Tabel 2.1. Kerangka Kompetensi Sosial dan Emosional (CASEL) Kerangka Kompetensi
Sosial dan Emosional (CASEL)
Definisi Contoh
Kesadaran Diri: ● Dapat menggabungkan identitas pribadi
kemampuan untuk memahami danidentitas sosial
perasaan, emosi, dan nilai-nilai ● Mengidentifikasi kekuatan/aset diri dan
diri sendiri, dan bagaimana budaya
pengaruhnya pada perilaku diri ● Mengidentifikasi emosi-emosi dalam diri
dalam berbagai situasi dan ● Menunjukkan integritas dan kejujuran
konteks kehidupan. ● Dapat menghubungkan perasaan, pikiran,
dan nilai-nilai
● Menguji dan mempertimbangkan
prasangka dan bias
● Memupuk efikasi diri
● Memiliki pola pikir bertumbuh
● Mengembangkan minat dan menetapkan
arah tujuan hidup
Manajemen Diri: ● Mengelola emosi diri
Kemampuan untuk mengelola ● Mengidentifikasi dan menggunakan
emosi, pikiran, dan perilaku diri strategi-strategi pengelolaan stres
secara efektif dalam berbagai ● Menunjukkan disiplin dan motivasi diri
situasi dan untuk mencapai ● Merancang tujuan pribadi dan bersama
tujuan dan aspirasi ● Menggunakan keterampilan merancang
dan mengorganisir
● Memperlihatkan keberanian untuk
mengambil inisiatif
● Mendemonstrasikan kendali diri dan dalam
kelompok
Kesadaran Sosial: ● Mempertimbangkan pandangan/pemikiran
Kemampuan untuk memahami orang lain
sudut pandang dan dapat ● Mengakui kemampuan/kekuatan orang
berempati dengan orang lain lain
termasuk mereka yang berasal ● Mendemonstrasikan empati dan rasa welas
kasih

Hal | 40
dari latar belakang, budaya, dan ● Menunjukkan keprihatinan atas perasaan
konteks yang berbeda-beda orang lain
● Memahami dan mengekspresikan rasa
syukur
● Mengidentifikasi ragam norma sosial,
termasuk dengan norma-norma yang
menunjukkan ketidakadilan
Keterampilan Berelasi: ● Berkomunikasi dengan efektif
Kemampuan untuk ● Mengembangkan relasi/hubungan positif
membangun dan ● Memperlihatkan kompetensi kebudayaan
mempertahankan hubungan- ● Mempraktikkan kerjasama tim dan
hubungan yang sehat dan pemecahan masalah secara kolaboratif
suportif ● Dapat melawan tekanan sosial yang negatif
● Menunjukkan sikap kepemimpinan dalam
kelompok
● Mencari dan menawarkan bantuan apabila
membutuhkan
● Turut membela hak-hak orang lain
Pengambilan Keputusan yang ● Menunjukkan rasa ingin tahu dan
Bertanggung Jawab: keterbukaan pikiran
Kemampuan untuk mengambil ● Mengidentifikasi/mengenal solusi dari
pilihan-pilihan membangun masalah pribadi dan sosial
yang berdasar atas kepedulian, ● Belajar membuat keputusan
kapasitas dalam beralasan/masuk diakal, setelah
mempertimbangkan standar- menganalisis informasi, data, dan fakta
standar etis dan rasa aman, dan ● Mengantisipasi dan mengevaluasi
untuk mengevaluasi manfaat konsekuensi-konsekuensi dari tindakannya
dan konsekuensi dari ● Menyadari bahwa keterampilan berpikir
bermacam-macam tindakan kritis sangat berguna baik di dalam maupun
dan perilaku untuk di luar lingkungan sekolah
kesejahteraan psikologis (well- ● Merefleksikan peran seseorang dalam
being) diri sendiri, masyarakat, memperkenalkan kesejahteraan psikologis
dan kelompok (well-being) diri sendiri, keluarga, dan
komunitas
● Mengevaluasi dampak/pengaruh dari
seseorang, hubungan interpersonal,
komunitas, dan kelembagaan

Jika kita analisis lebih lanjut, 5 Kompetensi Sosial dan Emosional yang telah kita bahas
berhubungan erat dengan 6 (enam) dimensi Profil Pelajar Pancasila. Sebagai contoh, ketika

Hal | 41
seorang murid perlu mengeluarkan ide yang baru dan orisinil untuk memecahkan masalah
(dimensi kreatif) diperlukan juga kemampuan bernalar kritis untuk melihat permasalahan
yang ada. Dalam situasi tersebut, murid tersebut menerapkan kesadaran diri dan
manajemen diri.
Selanjutnya, solusi yang dihasilkannya juga perlu mempertimbangkan akhlak kepada
makhluk hidup lain yang dapat dimunculkan dari dimensi beriman, bertakwa kepada Tuhan
yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Dalam situasi tersebut, ia menerapkan KSE kesadaran
sosial dan keterampilan berelasi. Dalam mewujudkan solusinya, ia pun perlu melibatkan
orang lain dengan tetap menghargai keragaman latar belakang yang dimiliki (dimensi
gotong royong dan berkebhinekaan global). Dalam tahap ini, ia menerapkan KSE kesadaran
sosial, keterampilan relasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.

C. Menerapkan Teknik S.T.O.P. (Mindfulness)


1. Kesadaran Penuh (Mindfulness) Sebagai Dasar Penguatan 5 (lima) Kompetensi Sosial dan
Emosional
Bapak/Ibu peserta diklat, apakah akrab dengan istilah mindfulness? Mungkin ada yang
sudah sering mendengar tetapi ada pula yang belum pernah mendengar sama sekali.
Sebelum membahas kesadaran penuh (mindfulness) ini secara mendalam, coba kita
pikirkan sejenak; apa yang ada dalam kepala kita saat menonton film atau membaca buku
kesukaan? Apakah masih dapat mengingat alur ceritanya sampai saat ini?

Bagaimana dengan emosi yang muncul saat itu ketika melihat karakter utamanya
menangis, mengalami kemalangan, ataupun berbahagia, dan kita turut menangis,
berteriak, dan tertawa? Lalu, sebagai seorang pendidik; dalam pertemuan guru rutin saat
kepala sekolah maupun guru lain mengemukakan pendapat atau mengumumkan kegiatan
sekolah yang akan datang dan kita mendengarkan dengan seksama setiap informasi yang
diberikan. Contoh lain adalah ketika mempersiapkan materi pembelajaran, kita
memperhatikan alur yang akan dibawakan, langkah untuk mengeksekusi rancangan, dan
penilaian. Kemudian pada saat di kelas kita mengamati proses belajar murid: gerak-gerik,
raut wajah, bahkan sesederhana cara murid memandang saat materi sedang diberikan.

Hal | 42
Situasi-situasi dimana kita mengarahkan sepenuhnya perhatian pada kegiatan yang sedang
dilakukan, seperti menonton film, menyimak apa yang sedang dibicarakan, mengobservasi
sekeliling kita, mengajar di kelas, mendengar penyampaian informasi dalam pertemuan
guru, bahkan membaca modul ini, dan memunculkan rasa ingin tahu apa adanya dengan
rasa penghargaan - kita mengalami kesadaran penuh atau mempraktikkan mindfulness.

2. Prinsip Kesadaran Penuh (Mindfulness)


Bapak/Ibu peserta diklat, coba mengingat kembali saat kita berada dalam kondisi yang
menekan; entah karena tuntutan yang terlalu besar atau terlalu banyak, beban kerja
bukannya berkurang malah semakin menumpuk, pimpinan sekolah tidak dapat
berkompromi, rekan kerja menolak bekerja sama, murid dinilai tidak mendengarkan,
bahkan keadaan dalam pasangan ataupun anggota keluarga lain memiliki tuntutan yang
berbeda lagi. Kita dapat berada dalam situasi-situasi tersebut secara sekaligus ataupun
hanya beberapa saja.

Sebagai guru, skenario demikian tidaklah terelakkan. Untuk itu, berhadapan dengan situasi
dan kondisi demikian dapat menjadi pemicu munculnya emosi kuat seperti frustasi, marah,
stres, dan berbagai campuran emosi lainnya yang mungkin tidak dapat kita identifikasi.
Emosi-emosi kuat yang muncul ini mempengaruhi diri kita secara sadar dan tidak sadar;
dapat terlihat dari bagaimana kita memandang dan merespon orang lain dalam sebuah
interaksi, efektivitas pekerjaan, hingga pada keputusan-keputusan hidup yang diambil.
Pada umumnya, seorang manusia dewasa yang tidur kurang lebih 8 jam perhari, memiliki
6000 pikiran dalam sehari (Tseng and Poppenk, 2020). Bayangkan betapa sibuknya pikiran
kita. Karena sangat cair, pikiran dapat bergerak ke masa depan dan menimbulkan perasaan
khawatir. Pikiran juga dapat bergerak ke masa lalu yang seringkali menimbulkan perasaan
menyesal. Pikiran berada dalam situasi terbaiknya jika terfokus pada situasi saat ini dan
masa sekarang. Peran praktik kesadaran penuh (mindfulness) dapat membantu Anda
dalam menyikapi, memproses, dan merespon permasalahan yang dihadapi untuk fokus
pada situasi saat ini - bukan pada kekhawatiran akan masa yang akan datang ataupun
penyesalan akan masa yang telah berlalu.

Hal | 43
Kesadaran penuh itu sendiri dapat diartikan sebagai kesadaran yang muncul ketika
seseorang memberikan perhatian secara sengaja/sadar pada kondisi saat sekarang.
Dilandasi rasa ingin tahu (tanpa menghakimi) dan kebaikan (dalam Hawkins, 2017, hal. 15)
yang sebenarnya telah ada dalam diri manusia secara alami tanpa perlu diajarkan ataupun
ditumbuhkan. Akan tetapi pikiran merupakan bagian diri kita yang seringkali sulit
dikendalikan. Sehingga kesadaran penuh yang sebenarnya telah dimiliki secara alami
mengalami hambatan untuk benar-benar dialami.

Peran praktik kesadaran penuh (mindfulness) akan sangat terlihat disini. Akan tetapi, perlu
diingat bahwa praktik kesadaran penuh (mindfulness) bukan sebagai solusi pemecahan
masalah, melainkan praktik yang membantu Anda dalam menyikapi, memproses, dan
merespon permasalahan yang dihadapi untuk fokus pada situasi saat ini - bukan pada
kekhawatiran akan masa yang akan datang ataupun penyesalan akan masa yang telah
berlalu. Menurut Hawkins (2017), cara yang paling efektif untuk memahami kesadaran
penuh (mindfulness) adalah dengan ‘mengalaminya’ sendiri. Bagaimana supaya kita dapat
mengalami kesadaran penuh? Jawabannya adalah dengan berlatih.

3. Praktik Kesadaran Penuh (Mindfulness)


Pada prinsipnya praktik kesadaran penuh merupakan segala aktivitas yang kita lakukan
secara sadar. Apapun bentuk aktivitasnya - yang ditekankan adalah perhatian yang
diberikan saat melakukan aktivitas tersebut. Meski demikian, terdapat juga praktik-praktik
terpadu yang dikemas secara khusus untuk membantu kita. Praktik paling mendasar dan
sederhana adalah melatih dan menyadari napas.

Salah satu teknik melatih napas adalah Teknik STOP. Teknik ini dapat dilakukan kapan saja
dan di mana saja, dan tanpa membutuhkan peralatan.

Hal | 44
Selain itu, ada pula beberapa teknik lainnya yang dapat disesuaikan dengan kebiasaan dan
hobi Anda, seperti:

sumber:

Hal | 45
Sumber :

4. Praktik Kesadaran Penuh Memperkuat 5 Kompetensi Sosial Emosional (KSE)


Ketika Bapak/Ibu hendak mengimplementasikan kompetensi kesadaran diri, manajemen
Diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang
bertanggung Jawab, praktik kesadaran penuh ini menjadi fondasinya. Mempraktikkan
kesadaran penuh membawa fokus kita kembali pada saat ini, yang dimana akan
memberikan Anda waktu dan kesempatan untuk mengenal emosi, perasaan, dan pikiran
apa adanya, tanpa penilaian dan penghakiman, namun dengan kepedulian. Pengenalan
dan penerimaan emosi, perasaan, dan pikiran yang sedang dialami, akan membuat Anda
mampu mengidentifikasi cara pengelolaan yang tepat. Indikasi pencapaian kompetensi
kesadaran diri dan manajemen diri sudah terlihat.

Selanjutnya, emosi yang telah dikenali, diterima, dan dikelola akan menumbuhkan empati
dan pikiran yang terbuka untuk memahami orang lain dan situasi di luar diri Anda dengan
sikap yang netral. Hal ini membuka ruang yang luas bagi suatu relasi positif dapat terjalin.

Hal | 46
Dengan sendirinya, kompetensi kesadaran sosial dan keterampilan berelasi semakin
terasah.

Tidak berhenti sampai disitu saja; saat Anda akan mengambil keputusan-keputusan - baik
keputusan hidup yang besar, memilih metode pengajaran, merancang kegiatan sekolah,
memberi konsekuensi pada murid, dan bentuk-bentuk keputusan lain - dengan kesadaran
penuh menjadi dasar bagi Anda membuat rancangan yang akan membawa kebaikan,
pertimbangan-pertimbangan berdasarkan nilai moral dan etika, memikirkan konsekuensi,
yang dimana Anda akan memiliki rasa bertanggung jawab atas setiap keputusan yang
dibuat apapun hasilnya. Melatih dan menumbuhkan kesadaran penuh akan membantu
individu untuk lebih terhubung dengan diri dan orang lain. Hal ini akan menjadikannya
lebih responsif dalam hubungan interpersonal dan pengambilan keputusan.

Gambar 5 memperlihatkan kerangka Pembelajaran Sosial Emosional berbasis kesadaran


penuh dalam mewujudkan kesejahteraan psikologis (well-being) yang diadaptasi dari
piramida K-For-Catanese (dalam Hawkins, 2017). Penerapan pembelajaran sosial dan
emosional berbasis kesadaran penuh secara terhubung, terkoordinasi, aktif, fokus, dan
eksplisit, dapat mendukung terwujudnya well-being ekosistem sekolah

Hal | 47
2.4. Pengelolaan Pembelajaran Efektif yang Berpusat Pada Peserta Didik
Tugas guru memasuki abad ke-21 untuk dapat menyelenggarakan proses pembelajaran
yang mampu melaksanakan keempat pilar belajar yang dianjurkan oleh Komisi
Internasional UNESCO untuk pendidikan, yaitu: learning to know, learning to do, learning
to be, dan learning to live together. Keempat pilar tersebut menuntut seorang guru
untuk: (1) Tidak hanya menguasai ilmu pengetahuan sebagai produk tetapi terutama
sebagai proses. Dia harus memahami disiplin ilmu pengetahuan yang ditekuni sebagai
ways of knowing. (2) Mengenal peserta didik dalam karakteristiknya sebagai pribadi yang
sedang dalam proses perkembangan, baik cara pemikirannya, perkembangan sosial dan
emosional, maupun perkembangan moralnya. (3) Memahami pendidikan sebagai proses
pembudayaan sehingga mampu memilih model belajar dan sistem evaluasi yang
memungkinkan terjadinya proses sosialisasi berbagai kemampuan, nilai, dan sikap dalam
proses mempelajari berbagai disiplin ilmu dan pelajaran lainnya. Peran guru sebagaimana
dikemukakan di atas masih bersifat makro. Secara mikro, guru adalah yang paling
bertanggung jawab dalam pengelolaan proses belajar mengajar. Istilah ‘pengelolaan’
disejajarkan maknanya dengan ‘manajemen’. Istilah pengelolaan itu sendiri memiliki
banyak arti bergantung pada konteks pemakaiannya. Dalam kasus tertentu, istilah
pengelolaan pendidikan sering disejajarkan dengan istilah administrasi pendidikan.
Administrasi memang cakupannya lebih luas daripada pengelolaan. Pengelolaan adalah
bagian dari kegiatan administrasi. Para ahli memang tidak memiliki pendapat yang sama
dalam masalah tersebut. Dalam kenyataannya, terdapat tiga pandangan yang berbeda,
pertama, mengartikan administrasi lebih luas daripada manajemen (pengelolaan). Dalam
pandangan ini pengelolaan merupakan inti dari administrasi. Pandangan kedua,
mengemukakan hal yang sebaliknya yaitu melihat bahwa manajemen lebih luas daripada
administrasi, dan pandangan ketiga, menganggap manajemen atau pengelolaan identik
dengan administrasi (Mulyasa, 2002, p. 19). Menurut Turang (2003) bahwa peran guru
sebagai manajer pembelajaran menentukan efisiensi dan efektivitas belajar untuk
mencapai tujuan. Pengelolaan pembelajaran menjamin produktivitas belajar dan kualitas
hasil belajar. Sebagai manajer pembelajaran, guru melakukan perencanaan

Hal | 48
pembelajaran, mengorganisasi belajar, memotivasi belajar, mengawasi dan supervisi,
dan evaluasi belajar yang menyeluruh dan berkelanjutan. Turang (2003, pp. 14–16) lebih
jauh merinci beberapa aspek pokok dalam pengelolaan pembelajaran yang disebutnya
dengan ‘siklus manajemen pembelajaran’, yaitu meliputi:
1. Persiapan, yaitu, kegiatan studi pustaka (buku wajib, buku anjuran, referensi);
mempelajari hasil-hasil penelitian, menguasai informasi iptek, sosek, dan budaya;
mempelajari hasil capaian terakhir.
2. Perencanaan, yaitu, perumusan tujuan dan sasaran pembelajaran (outputs dan
outcomes); memilih dan menentukan bahan ajar (materi), menentukan metode dan
cara; memilih media dan sumber daya pembelajaran lainnya; dan terakhir
menentukan rancangan evaluasi.
3. Pengorganisasian, yaitu, mengorganisasikan siswa dalam belajar secara klasikal dan
kelompok.
4. Proses Pembelajaran (aktualisasi) dan motivasi. Proses ini berlangsung melalui
penyajian dan penguasaan bahan ajar dengan metode/teknik yang tepat sampai
tuntas. Pada saat yang bersamaan juga melalui proses pembelajaran ini, hal-hal
seperti: perhatian, motivasi berprestasi, kreativitas, keinovatifan, kemandirian dan
kualitas pribadi anak didik lainnya perlu terus dikuatkan dan distimulasi.
5. Pengawasan, yaitu, kegiatan supervisi untuk memperbaiki proses belajar mengajar
(PBM) guru-siswa.
6. Evaluasi dan tindak lanjut, yaitu, evaluasi formatif dan sumatif. Kegiatan evaluasi ini
diarahkan pada dan remedial teaching, yaitu, untuk perbaikan pengembangan
pengelolaan pembelajaran.

Berkaitan dengan pengelolaan pembelajaran ini, guru dalam kedudukannya sebagai


pendidik, pengajar, dan pelatih pada dasarnya adalah seorang manajer. Guru adalah
manajer kelas. Keberhasilan pembelajaran tergantung pada kemampuan guru mengelola
aktivitas dan interaksi belajar mengajar.

Hal | 49
Salah satu tugas pendidik (guru) yang teramat penting adalah bagaimana ia mengelola
interaksi dengan peserta didik di kelas (Riyanto, 2002, p. 44). Interaksi antara guru dan
siswa yang penting dikelola dengan baik adalah ketika peserta didik mengajukan
pertanyaan atau jawaban, saat guru bertanya dan memberikan tugas, saat guru
berdiskusi dengan peserta didik, saat guru dan peserta didik berbagi pengalaman dan
perasaan. Interaksi antara guru dan peserta didik memberikan pengaruh yang besar
terhadap keberhasilan pendidikan dan pembelajaran. Menurut seorang ahli pendidikan,
Eric Jensen (Riyanto, 2002), ada tiga keuntungan dalam situasi interaksi kelas yang efektif.
Pertama, setiap pribadi semakin diperkaya. Mereka semakin memilih rasa percaya diri
yang kuat dan sehat. Pengetahuan, cinta, kegembiraan, kebahagiaan semakin besar.
Kedua, masing-masing pribadi memperoleh kepuasan dalam berinteraksi, dan ketiga,
mereka semakin dekat satu sama lain dan saling melengkapi. Relasi yang efektif perlu
diusahakan agar terjadi iklim, suasana dan kondisi kelas yang menjadikan peserta didik
merasa nyaman, aman dan terbuka. Dalam kondisi yang demikian akan memudahkan
terjadinya interaksi yang jujur antara pendidik dan peserta didik. Bagaimana
menciptakan dan membangun suasana kelas yang kondusif untuk mendorong terjadinya
interaksi dan struktur kelas yang sehat dan efektif? Riyanto (Riyanto, 2002)
mengemukakan tiga hal yang dapat dilakukan, yaitu: (1) membuat kesepakatan, (2)
mencari waktu luang untuk berinteraksi dengan siswa, dan (3) membagi pengalaman,
gagasan, dan sikap pribadi. Secara ringkas butir-butir interaksi tersebut diuraikan berikut
ini:
1. Kesepakatan bersama antara guru dan siswa harus dihormati dan dipatuhi dalam
berinteraksi. Contoh yang paling jelas adalah jika ada yang sedang berbicara yang
lain tenang mendengarkan dan memperhatikan. Peserta didik perlu mendapatkan
motivasi untuk secara jujur dan terbuka mengungkapkan apa yang ada di dalam
dirinya. Dengan demikian peserta didik akan belajar tentang kejujuran, kebenaran,
ketepatan dan menghargai diri sendiri secara tulus. Pendidik perlu juga memberikan
perhatian pada apa yang diungkapkan peserta didik daripada hanya sekedar apa
yang tertulis dalam buku pelajaran.

Hal | 50
2. Cari waktu luang untuk berinteraksi dengan siswa. Interaksi yang efektif antara
pendidik dan peserta didik merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam proses
pendidikan dan pembelajaran. Sebaiknya pendidik membangun interaksi yang hidup
dan bersifat perseorangan sebelum dan sesudah menyampaikan materi pelajaran.
3. Bagikan pengalaman, gagasan dan sikap pribadi. Pendidik yang sering menceritakan
bahwa mereka mendukung memotivasi, dan memperhatikan peserta didik, akan
disegani oleh peserta didik. Pendidik tidak hanya menyampaikan pengetahuan
(transfer of knowledge) tetapi sekaligus membagikan diri dan nilainya (transfer of
values), kepada peserta didik. Sikap atau perkataan yang perlu dihindari adalah sikap
dan perkataan yang menyudutkan dan menyalahkan mereka begitu saja.

Sumber Pustaka :
Buchari, Agustini. 2018. Peran Guru dalam Pengelolaan Pembelajaran. Jurnal Ilmiah Iqra’.
12(2): 113-117
diunduh dari http://journal.iain-manado.ac.id/index.php/JII/article/view/897/691 pada
20 Agustus 2023

30
menit
Pembelajaran 3 – Ruang Kolaborasi

Moda : Tatap Muka


Tujuan Pembelajaran Khusus :
● Peserta diklat mampu berkolaborasi untuk menganalisis dan menemukenali
pembelajaran efektif yang berpusat pada peserta didik (Pembelajaran Berdiferensiasi
dan Pembelajaran sosial dan Emosional)

Selamat datang kembali! Bapak/Ibu peserta diklat telah memasuki sesi pembelajaran ketiga!
Semoga Bapak/Ibu senantiasa berada dalam keadaan sehat dan semangat dalam mengikuti
rangkaian proses pembelajaran ini.
Pertanyaan Pemantik untuk pembelajaran ketiga :

Hal | 51
Dengan tetap mengacu pada tujuan pembelajaran, bagaimana saya dapat:
1. Menganalisis pembelajaran efektif yang berpusat pada peserta didik melalui penerapan
pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial dan emosional?
2. Memvariasikan proses pembelajaran agar dapat berpusat pada peserta didik melalui
penerapan pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial dan emosional?

Dalam sesi pembelajaran ini, peserta diklat akan mendapatkan kesempatan untuk berdiskusi
dengan sesama peserta diklat. Ya, sesi kali ini disebut dengan Ruang Kolaborasi. Kali ini, kita
akan mencoba berkolaborasi untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang
pembelajaran efektif yang berpusat pada peserta didik.

Anda bersama rekan kelompok akan diminta untuk menganalisis skenario pembelajaran yang
mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial dan emosional
yang beragam. Setiap kelompok hanya akan menganalisis satu skenario pembelajaran
berdiferensiasi dan pembelajaran sosial dan emosional dengan bantuan pertanyaan-
pertanyaan pemandu berikut ini:

1. Dari skenario pembelajaran yang telah ditelaah, apakah kebutuhan belajar murid yang
berusaha dipenuhi oleh guru tersebut?
2. Bagaimana cara guru tersebut menentukan kebutuhan belajar muridnya?
3. Strategi pembelajaran efektif apa yang digunakan?
4. Bagaimana guru tersebut melakukan penilaian?

Catatan:
Penentuan kelompok dan juga skenario mana yang akan dianalisis akan difasilitasi oleh
Bapak/Ibu Fasilitator dengan media Lembar Kerja (LK)
Adapun skenario pembelajaran adalah sebagai berikut

Beberapa Contoh Skenario Pembelajaran Berdiferensiasi


Skenario 1 - SD
Bu Ratna adalah guru kelas 4 Sekolah Dasar. Minggu depan, ia akan mengajar murid-muridnya
mata Pelajaran Bahasa Indonesia tentang teks prosedur ( cara membuat sesuatu). Saat

Hal | 52
merencanakan pembelajaran, Bu Ratna mempersiapkan beberapa sumber belajar yang
menurutnya akan membantu murid-muridnya belajar sesuai dengan kebutuhannya. Sumber
daya belajar yang ia siapkan diantaranya adalah:

Beberapa poster teks prosedur yang berbeda konten ( yang akan digunakan untuk display)
, 3 laptop ( yang dipinjam dari sekolah ) yang berisi video pembelajaran tentang materi teks
prosedur , bahan bacaan berupa booklet yang dibuat sendiri oleh Bu Ratna. Selain itu Bu
Ratna juga menyiapkan alat dan bahan membuat “ Teh manis “ berupa air panas, gula,teh
celup,sendok,dan gelas )

Bu Ratna juga tak lupa mengunduh video pembelajaran yang berisi konten memasak. Video
ini kemudian ia tonton sebelumnya (untuk memastikan isinya sesuai dan cocok dengan apa
yang ia ingin anak-anak fahami),. Rencananya, ia akan menunjukkan video itu melalui infokus
sebagai bahan tayang (literasi digital) sebelum memulai kegiatan pembelajaran.
Bu Ratna juga membuat kartu-kartu pertanyaan yang dapat digunakan untuk membantu
murid mengkonstruksi sendiri pemahaman mereka tentang cara membuat sesuatu (dengan
menjawab pertanyaan).

Bu Ratna lalu mempersiapkan daftar kegiatan lengkap dengan instruksinya. Misalnya:


membaca booklet ;melihat video pembelajaran melalui laptop ; mengamati
poster,mendiskusikannya, dan kemudian membuat ringkasan untuk menunjukkan
pemahaman tentang isi poster tersebut; mewawancarai petugas Kantin; menjawab kartu-
kartu pertanyaan.

Aktivitas-aktivitas tersebut, walaupun berbeda-beda, namun semuanya bertujuan agar murid


memahami teks prosedur.

Bu Ratna pun siap mengajar.

Di awal pembelajaran, Bu Ratna memberikan penjelasan kepada semua murid yang ada di
kelasnya tentang tujuan pembelajaran dan konsep kunci yang ia ingin anak- anak kuasai

Hal | 53
melalui pertanyaan pemantik ( Apa yang kamu ketahui tentang Teh Manis ?) . Setelah itu bu
Ratna meminta salah seorang peserta didik untuk maju ke depan kelas membuat teh manis.
Setelah itu, siswa dikelompokkan berdasar gaya belajar ( visual, Auditori, Kinestetik )
berdasarkan hasil pemetaan sebelumnya. Siswa dengan gaya belajar visual mengumpulkan
informasi melalui booklet, siswa dengan gaya belajar auditori mengumpulkan informasi
melalui video pembelajaran yang ada di dalam laptop, dan siswa dengan gaya belajar
kinestetik mengumpulkan informasi melalui gallery walk
Selama proses murid melakukan kegiatan, Bu Ratna memastikan ia mengobservasi dan
memantau pemahaman murid-muridnya. Ia mendatangi tiap kelompok, mengajukan
pertanyaan dan memberi pertanyaan lanjutan kepada murid- murid yang memerlukan
bantuan atau perlu diberikan tantangan lebih seperti memberikan tantangan siswa kinestetik
mengunjungi kantin dan mewawancarai petugas kantin .Bu Ratna juga membuat catatan-
catatan penilaian selama proses ini. Setiap jawaban murid, pertanyaan murid, ia perhatikan.
Ia gunakan informasi ini untuk menyesuaikan tingkat bantuan yang ia berikan pada murid.
Setelah setiap kelompok menyelesaikan tugasnya, Bu Ratna meminta mereka
mempresentasikan informasi yang telah mereka dapat.
Bu Ratna kemudian melakukan penilaian untuk mengetahui sejauh mana murid- muridnya
memahami materi tersebut dengan memberikan LKPD. Sebagai tindak lanjut, Bu Ratna
memberikan tugas membuat teks prosedur sesuai minat siswa ( boleh melalui rekaman audio,
live streaming, atau bahan cetak )

Skenario 2- SMP
Pak Yudi adalah seorang guru PPKn dI SMP Suka Maju, akhir -akhir ini Pak Yudi seringkali
melihat atau menemukan peserta didik yang kurang bersemangat kurang motivasi atau
merasa bosan ketika mengikuti pembelajaran, situasi ini yang terjadi di kelas yang diajar oleh
Pak Yudi di mana dari 23 peserta didik terdapat 10 peserta didik yang belum mencapai kriteria
ketuntasan tujuan pembelajaran melihat permasalahan tersebut Pak Yudi berusaha untuk
merefleksikan dan mengevaluasi pembelajaran yang selama ini pak yudi lakukan di kelas
tersebut.

Hal | 54
Langkah awal yang Pak Yudi lakukan adalah dengan melakukan coaching kepada peserta
didik untuk mengidentifikasi masalah peserta didik dalam pembelajaran yang dilakukan oleh
Pak Yudi ternyata kurang sesuai dengan gaya belajar sebagian besar peserta didik yang ada
di kelas.

langkah selanjutnya Pak yudi meminta coaching dari rekan guru untuk menemukan solusi
dari permasalahan tersebut solusi yang berhasil didapatkan adalah melalui strategi
penerapan pembelajaran berdiferensiasi di kelas.

Selanjutnya Pak Yudi mendiskusikan terkait dengan rencana saya untuk menerapkan
pembelajaran berdiferensiasi di kelas kepada kepala sekolah sekaligus meminta masukan-
masukan terkait penerapan pembelajaran berdiferensiasi dalam pembelajaran pendidikan
Pancasila kelas 8 SMP dengan materi Indonesia sebagai negara hukum

Pak yudi mencoba mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi dengan model


pembelajaran problem based learning

pembelajaran dimulai dengan Melakukan asesmen awal dengan memberikan tiga soal pilihan
ganda dan tiga soal jawaban singkat melalui Google form berdasarkan hasil asesmen awal
tersebut diperoleh data tentang pemahaman awal peserta didik Dari 23 peserta didik
sebanyak 10 peserta didik memiliki pemahaman yang baik 10 peserta ini memiliki
pemahaman cukup dari 3 peserta didik tidak paham terkait dengan materi tentang Sikap
Perilaku Hukum

Setelah itu berdasarkan hasil asesmen non kognitif yang dilakukan sebelumnya. Pak Yudi
mengelompokkan peserta didik menjadi 5 kelompok antara lain 3 kelompok bergaya belajar
visual 1 kelompok bergaya belajar kinestetik dan 1 kelompok dengan gaya belajar auditori

dalam pembelajaran yang akan Pak Yudi berikan masing-masing kelompok akan disajikan
konten pembelajaran yang berbeda-beda sesuai dengan gaya belajarnya masing-masing
dengan sub materi perilaku yang sesuai dengan hukum.

Hal | 55
Dalam pembelajaran ini mereka akan berkolaborasi menyelesaikan masalah-masalah yang
mereka temukan dan menghasilkan sebuah produk berupa aturan-aturan yang dapat
diterapkan oleh peserta didik

Tahap pertama yang dilakukan Pak Yudi adalah orientasi peserta didik pada masalah dimana
kelompok visual diarahkan untuk melakukan pengamatan terkait contoh pelanggaran hukum
yang terjadi di sekolah melalui artikel berita atau video yang ada di media internet untuk
kelompok kinestetik diarahkan untuk mengamati pelanggaran hukum yang terjadi di sekolah
dengan melakukan pengamatan langsung keluar kelas, Sedangkan untuk kelompok auditori
diarahkan untuk mendengarkan penjelasan langsung dari guru terkait pelanggaran hukum
yang terjadi di sekolah setelah peserta didik mendapatkan informasi awal terkait dengan
pelanggaran hukum yang terjadi di sekolah

Tahap selanjutnya adalah mengorganisasikan peserta didik untuk belajar pada tahap ini
peserta didik diarahkan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang mereka temukan
berdasarkan hasil diskusi mayoritas kelompok sepakat untuk membuat peraturan-peraturan
di tempat-tempat yang ada di sekolah antara lain ruang guru kantin UKS perpustakaan dan
laboratorium sebelumnya pada tahap ini peserta didik juga diarahkan untuk berdiskusi terkait
pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada tutor dimana tutor masing-masing
kelompok sudah ditunjuk langsung oleh Pak Yudi berdasarkan hasil asesmen awal yang
mendapatkan nilai yang baik

Tahap berikutnya Pak Yudi membimbing penyelidikan, peserta didik melakukan penyelidikan
yaitu berupa wawancara ataupun pengamatan ke tempat-tempat yang sudah ditentukan
yaitu ruang guru, kantin, UKS perpustakaan dan laboratorium untuk bahan diskusi dalam
kelompok. Pada tahap ini setiap anggota dalam kelompok diarahkan untuk berkontribusi
sesuai dengan minat bakat dan karakteristiknya.

Tahap selanjutnya setiap kelompok diarahkan untuk mengembangkan dan menyajikan hasil
pengamatannya dalam bentuk karya setiap kelompok diberikan kebebasan terkait media
yang akan digunakan dalam membuat karya yang berisi peraturan-peraturan di berbagai
tempat di sekolah yang mereka amati setelah peraturan yang dibuat selesai maka setiap

Hal | 56
kelompok diminta untuk mempresentasikan karya tersebut di depan kelas,kelompok lain
diminta untuk menyimak mengapresiasi dan bertanya kepada kelompok yang tampil

pada tahap selanjutnya peserta Didik diminta untuk menarik kesimpulan dari pembelajaran
yang sudah dilakukan kesimpulan disampaikan oleh perwakilan masing-masing kelompok

Perwakilan masing-masing kelompok

terakhir peserta didik diminta untuk merefleksikan pembelajaran yang telah dilakukan
melalui Google form sebagai aksi nyata setiap kelompok diminta untuk menempel hasil karya
yang Sudah mereka buat sesuai dengan Tempat yang mereka amati

Skenario 3 – SMA

Bu Yuni adalah seorang guru Bahasa Indonesia SMA. Ia mengajar murid-murid Kelas 10.
Adapun tujuan pembelajarannya adalah: ‘Murid dapat menganalisis struktur dan kaidah
kebahasaan teks negosiasi’.

Dimana sebelum pertemuan tatap muka, Ia meminta murid-muridnya untuk mempelajari


dulu materinya di rumah. Bu Yuni telah menyiapkan paparan tentang materi teks negosiasi
yang dapat diakses secara mandiri oleh murid-muridnya, melalui whatsapp group bu Yuni
mengirimkan link akses materi tersebut. Di dalam paparan ini, bu Yuni menjelaskan tentang
konsep bernegosiasi, disertai contoh-contoh teks negosiasi. Ibu Yuni juga menyediakan
beberapa sumber belajar yang berkaitan dengan struktur dan kaidah kebahasaan teks
negosiasi. Sumber yang ia sediakan misalnya koran, video-video dari Youtube, teks-teks
negosiasi dari internet. Untuk membantu murid-muridnya belajar di rumah, bu Yuni
menyiapkan beberapa pertanyaan pemandu.

Saat pembelajaran tatap muka, Murid-murid diminta mengikuti kuis dengan pertanyaan
terbuka secara klasikal dimana murid akan diminta untuk memberikan umpan balik terhadap
jawaban temannya. Ibu Yuni memastikan setiap anak membuat jurnal refleksi yang harus
dilengkapi sebelum pembelajaran dimulai, 2 orang murid diminta untuk menyampaikan hasil
refleksinya.

Hal | 57
Setelah melakukan apersepsi, Bu Yuni memberikan pertanyaan pemantik untuk memulai
pembelajaran. Pertanyaan-pertanyaan tersebut diantaranya:

Hal apa sajakah yang harus diperhatikan dalam melakukan negosiasi? Mengapa?

Apa sajakah struktur teks negosiasi?

Unsur kebahasaan apa sajakah yang diperlukan dalam teks negosiasi? Mengapa?

Dan pertanyaan-pertanyaan lainnya yang dapat memperkaya materi dan pemahaman murid
akan konsep.

Selama proses diskusi, Ibu Yuni mengamati jawaban-jawaban murid, untuk mengetahui
apakah ada miskonsepsi yang dimiliki murid atau apakah ada murid-murid yang tampak
belum paham.

Di akhir diskusi, Bu Yuni memberikan murid tantangan untuk membuat teks negosiasi dengan
memperhatikan struktur dan kaidah kebahasaan teks negosiasi. Bu Yuni memperkenankan
murid memilih sendiri topik yang nyata dalam kehidupan sehari-hari. Murid menyajikan hasil
kerjanya dalam bentuk digital dan bebas sesuai kenyamanan murid (misalnya: video singkat,
poster digital, situs web, rekaman suara, dsb) asalkan semua yang disajikan sesuai dengan
rubrik penilaian yang diberikan dan telah didiskusikan bersama. Murid bekerja secara
berkelompok, berdasarkan tenggat waktu yang telah disediakan.

Selama murid-murid bekerja, Bu Yuni juga mendatangi kelompok-kelompok untuk


membimbing beberapa murid yang berdasarkan hasil penilaiannya masih memerlukan
bantuan. Di saat mengunjungi kelompok ini, bu Yuni menjelaskan kembali konsep-konsep
serta memberikan banyak contoh.

Hal | 58
Instrument LK :

No Poin Eksplorasi Hasil Analisis

1 Kebutuhan belajar yang


berusaha dipenuhi oleh
Guru

2 Cara Guru menentukan


kebutuhan belajar murid

Hal | 59
3 Strategi pembelajaran
berdiferensiasi yang
digunakan oleh Guru

4 Cara Guru melakukan


penilaian

5 Apakah skenario yang


dilakukan sudah
memenuhi tujuan
pembelajaran ?

Hal | 60
6 Apa saja yang perlu
disiapkan oleh Guru dalam
skenario tersebut ?

7 Kompetensi Sosial dan


Emosional yang
dikembangkan

30
menit
Pembelajaran 4 – Demonstrasi Kontekstual

Moda : Tatap Muka


Tujuan Pembelajaran Khusus :
● Peserta diklat mampu berbagi hasil analisis mengenai penerapan pembelajaran efektif
yang berpusat pada peserta didik.

Hal | 61
Pertanyaan pemantik pada sesi keempat :

1. Bagaimana saya dapat mendemonstrasikan apa yang telah saya pahami?

2. Bagaimana pemahaman saya tentang pembelajaran efektif yang berpusat pada peserta
didik dapat membantu saya meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas?

Selamat datang Bapak/Ibu peserta diklat di sesi pembelajaran keempat!

Ini adalah sesi dimana Bapak/Ibu peserta diklat diberikan kesempatan untuk saling berbagi
dan mendemonstrasikan pemahaman dan keterampilan yang telah dipelajari dalam konteks
dan situasi pembelajaran yang nyata dari beberapa contoh skenario implementasi
pembelajaran efektif yang berpusat pada peserta didik melalui pembelajaran berdiferensiasi
dan pembelajaran sosial dan emosional. Masing-masing kelompok diminta untuk
mempresentasikan hasil analisis skenario implementasi pembelajaran efektif yang berpusat
pada murid melalui pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial dan emosional dan
saling memberikan tanggapan hasil analisa kelompok lain.

15
menit
Pembelajaran 5 – Elaborasi Pemahaman

Moda : Tatap Muka


Tujuan Pembelajaran Khusus :
● Peserta diklat dapat mengelaborasi pemahamannya tentang pembelajaran efektif
yang berpusat pada peserta didik lewat proses Tanya jawab dan curah pendapat

Apa kabar Bapak/Ibu peserta diklat semuanya? Semoga kebahagiaan dan kebaikan selalu
melingkupi hari-hari Anda. Apakah Anda menyadari bahwa Anda telah memasuki sesi
pembelajaran ke-5 dari 7 sesi pembelajaran di Modul Pembelajaran Efektif yang Berpusat
pada Peserta Didik ini? Kami yakin, saat ini Anda sudah semakin tercerahkan namun sekaligus
juga mungkin semakin memiliki banyak pertanyaan. Tetaplah semangat karena semua
pertanyaan-pertanyaan tersebut akan menjadi pemandu dalam perjalanan Anda menuju
pemahaman.

Hal | 62
Dalam sesi ini Fasilitator akan mencoba memandu peserta diklat mengelaborasi
pemahamannya tentang implementasi pembelajaran efektif yang berpusat pada peserta
didik. Pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan oleh peserta diklat tentunya akan bervariasi
dan tidak dapat diprediksi, karena akan sesuai dengan konteks yang dihadapi oleh masing-
masing peserta diklat sendiri. Oleh karena itu, penting bagi fasilitator untuk mempelajari
berbagai konteks latar belakang peserta diklat sebelum memberikan penguatan dan umpan
balik terhadap pertanyaan-pertanyaan yang masih ingin diketahui oleh peserta diklat.
Catatan :
1. Fasilitator memfasilitasi peserta diklat dengan selembar kertas sticky note
2. Peserta diklat menulis pertanyaan tentang materi yang belum dipahami
3. Setelah ditulis, peserta menempelkan kertas sticky note tersebut pada kertas plano.
4. Peserta diklat melakukan kunjung karya untuk melihat pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan oleh peserta diklat lain yang ada di kertas plano
5. Fasilitator memberikan penguatan dan umpan balik kepada seluruh peserta diklat

15
menit
Pembelajaran 6 – Koneksi Antar Materi

Moda : Tatap Muka


Tujuan Pembelajaran Khusus :
● Peserta diklat mampu mensintesis semua pemahaman dengan mengkoneksikan
materi pembelajaran efektif yang berpusat pada peserta didik.

Selamat datang kembali Bapak/Ibu peserta diklat dalam rangkaian sesi pembelajaran Modul
Pembelajaran Efektif yang Berpusat pada Peserta Didik. Kali ini Bapak/Ibu telah memasuki
sesi pembelajaran keenam. Kali ini, Anda akan diberikan tantangan yang memungkinkan Anda
untuk tidak saja mereview kembali apa yang telah Anda pelajari, namun juga membuat
koneksi diantara materi-materi tersebut dalam cara yang paling bermakna untuk Anda. Yang
menyenangkan adalah, Anda juga diperbolehkan untuk memilih caranya!
Tugas untuk Pembelajaran ke-6:

Hal | 63
Lakukanlah refleksi secara individu terhadap perjalanan pembelajaran Anda hingga saat ini
dengan merespon beberapa pertanyaan dan tugas berikut ini.
1. Buatlah kesimpulan tentang apa yang dimaksud dengan pembelajaran efektif yang
berpusat pada peserta didik dan bagaimana hal ini dapat dilakukan di kelas.
2. Tuangkan kesimpulan yang Anda buat tersebut dengan menuliskannya pada kertas plano
dalam bentuk mind mapping

Catatan :
 Fasilitator memfasilitasi peserta diklat agar membentuk kelompok dan membagikan
selembar kertas plano
 Setiap kelompok menulis kesimpulan materi yang telah dipelajari dalam bentuk mind
mapping
 Setelah ditulis, setiap kelompok menempelkan kertas plano di dinding
 Setiap kelompok melakukan kunjung karya dan memberikan umpan balik terhadap hasil
diskusi kelompok lain menggunakan sticky note
 Setiap kelompok mendapatkan penguatan dan umpan balik dari fasilitator

105
menit
Pembelajaran 7 – Aksi Nyata

Moda : Tatap Muka


Tujuan Pembelajaran Khusus :

● Peserta diklat mampu mengintegrasikan Pembelajaran Berdiferensiasi dan


Pembelajaran Sosial Emosional dalam proses pembelajaran.

Selamat Bapak/Ibu peserta diklat!


Akhirnya anda telah tiba di sesi pembelajaran terakhir dari modul pembelajaran efektif yang
berpusat pada peserta didik ini. Sekarang saatnya anda melakukan aksi nyata.
Setelah mempelajari dan memahami materi tentang pembelajaran efektif yang berpusat
pada peserta didik, tentu anda ingin mengimplementasikannya ke dalam praktik

Hal | 64
pembelajaran sehari-hari, bukan? Anda dapat melihat kembali modul ajar yang sudah
Bapak/Ibu rancang di awal tahun pelajaran / awal semester. Cobalah untuk melihat kembali
apakah tujuan pembelajaran yang bapak/ibu buat sudah jelas untuk diri anda dan juga murid
anda. Pengetahuan, keterampilan, sikap apa yang dideskripsikan dalam tujuan pembelajaran
tersebut yang harus dikuasai oleh murid-murid Anda? Setelah Anda memahami dengan jelas
tujuan pembelajaran tersebut, selanjutnya analisislah kebutuhan belajar murid Anda.
Bagaimana kesiapan belajar mereka jika dikaitkan dengan tujuan pembelajaran? Apakah
mereka telah memiliki pengetahuan awal atau keterampilan yang dipersyaratkan? Siapa saja
murid-murid yang menurut Anda akan memerlukan bantuan lebih? Siapakah yang perlu
diberikan tantangan? Aktivitas apa yang akan Anda siapkan? Setelah itu, tentukanlah bentuk
diferensiasi apa yang akan Anda lakukan (konten/proses/produk) untuk membantu Anda
merespon kebutuhan belajar murid-murid Anda tersebut. Bagaimana Anda akan mengatur
kelas supaya efektif? Strategi pengelompokan apa yang akan Anda pilih? Bagaimana Anda
akan memastikan bahwa lingkungan belajar yang Anda siapkan mengundang murid Anda
untuk belajar? Setelah itu, mulailah mengimplementasikan dalam bentuk modul ajar /
rencana pembelajaran berdiferensiasi di dalam kelas Anda.

Catatan :
1. Peserta diklat diminta memodifikasi modul ajar/rencana pembelajaran yang sudah
dirancang atau yang sudah tersedia di PMM
2. Peserta diklat diminta untuk mengintegrasikan pembelajaran berdiferensiasi dan
pembelajaran sosial dan emosional pada modul ajar/rencana pembelajaran yang
dirancang atau yang sudah diunduh dari PMM

Selamat mengimplementasikan pembelajaran efektif yang berpusat pada peserta didik!

Hal | 65
5. Lembar Kerja

Petujuk:
Anda bersama rekan kelompok akan diminta untuk menganalisis skenario pembelajaran yang
mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial dan emosional
yang beragam. Setiap kelompok hanya akan menganalisis satu skenario pembelajaran
berdiferensiasi dan pembelajaran sosial dan emosional dengan bantuan pertanyaan-
pertanyaan pemandu berikut ini:
1. Dari skenario pembelajaran yang telah ditelaah, apakah kebutuhan belajar murid yang
berusaha dipenuhi oleh guru tersebut?
2. Bagaimana cara guru tersebut menentukan kebutuhan belajar muridnya?
3. Strategi pembelajaran efektif apa yang digunakan?
5. Bagaimana guru tersebut melakukan penilaian?

Instrument LK :

No Poin Eksplorasi Hasil Analisis

1 Kebutuhan belajar yang


berusaha dipenuhi oleh
Guru

Hal | 66
2 Cara Guru menentukan
kebutuhan belajar murid

3 Strategi pembelajaran
berdiferensiasi yang
digunakan oleh Guru

Hal | 67
4 Cara Guru melakukan
penilaian

5 Apakah skenario yang


dilakukan sudah
memenuhi tujuan
pembelajaran ?

Hal | 68
6 Apa saja yang perlu
disiapkan oleh Guru dalam
skenario tersebut ?

7 Kompetensi Sosial dan


Emosional yang
dikembangkan

Hal | 69
Refleksi Pembelajaran Modul (Asesmen)

Jawablah pertanyaan di bawah ini


1. Apa yang telah Anda pelajari dari modul ini?
2. Bagaimana perasaan anda setelah mempelajari modul ini?
3. Apa tindak lanjut anda setelah mempelajari modul ini?

Hal | 70
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, K., Rasyad, I., & Gunawan, A. (2023). Differentiated Learning as Learning
Innovation. Journal of Education and Teaching Learning (JETL). 5(2): 189-190.
Diunduh dari https://www.pusdikra-
publishing.com/index.php/jetl/article/view/1351/1248 pada 19 Agustus 2023

Buchari, Agustini. (2018). Peran Guru dalam Pengelolaan Pembelajaran. Jurnal Ilmiah
Iqra’. 12(2): 113-117. Diunduh dari http://journal.iain-
manado.ac.id/index.php/JII/article/view/897/691 pada 20 Agustus 2023

Devi Kurnia Fitra. (2022). Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Perspektif Progresivisme


pada Mata Pelajaran Ipa. Jurnal Filsafat Indonesia. 5(3): 252-253.

Estari, A. W. (2020). Pentingnya memahami karakteristik peserta didik dalam proses


pembelajaran. In Social, Humanities, and Educational Studies (SHEs): Conference
Series.3(3);1440-1444). diunduh dari
https://jurnal.uns.ac.id/SHES/article/view/56953 pada 23 Agustus 2023

Fakhrurrazi. (2018). Hakikat Pembelajaran yang Efektif. Jurnal At-Tafkir. 11(1): 86-92.
diunduh dari https://journal.iainlangsa.ac.id/index.php/at/article/view/529/331
pada sabtu, 19 Agustus 2023

Kusuma, O.D. & Luthfah, S. (2022). Modul 2.1 Pembelajaran untuk Memenuhi
Kebutuhan Belajar Murid. Jakarta: Dirjen GTK Kemendikbud Ristek

Hal | 71

Anda mungkin juga menyukai