Daftar Isi tutup
3. Orang yang Beramal Di Waktu Muda Akan Bermanfaat Untuk Waktu Tuanya
Lihatlah nasehat yang sangat bagus sekali dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
kepada sahabat yang masih berusia belia. Ath Thibiy mengatakan, “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam memisalkan orang yang hidup di dunia ini dengan
orang asing (al ghorib) yang tidak memiliki tempat berbaring dan tempat tinggal.
Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan lebih lagi yaitu
memisalkan dengan pengembara. Orang asing dapat tinggal di negeri asing. Hal
ini berbeda dengan seorang pengembara yang bermaksud menuju negeri yang
jauh, di kanan kirinya terdapat lembah-lembah, akan ditemui tempat yang
membinasakan, dia akan melewati padang pasir yang menyengsarakan dan juga
terdapat perampok. Orang seperti ini tidaklah tinggal kecuali hanya sebentar
sekali, sekejap mata.” (Dinukil dari Fathul Bariy, 18/224)
Negeri asing dan tempat pengembaraan yang dimaksudkan dalam hadits ini
adalah dunia dan negeri tujuannya adalah akhirat. Jadi, hadits ini mengingatkan
kita dengan kematian sehingga kita jangan berpanjang angan-angan. Hadits ini
juga mengingatkan kita supaya mempersiapkan diri untuk negeri akhirat dengan
amal sholeh. (Lihat Fathul Qowil Matin)
ت َش َج َر ٍة ثُ َّم َرا َح َوتَ َر َكهَا ٍ َما لِى َو َما لِل ُّد ْنيَا َما َأنَا فِى ال ُّد ْنيَا ِإالَّ َك َرا ِك
َ ْب ا ْستَظَ َّل تَح
“Apa peduliku dengan dunia?! Tidaklah aku tinggal di dunia melainkan seperti
musafir yang berteduh di bawah pohon dan beristirahat, lalu musafir tersebut
meninggalkannya.” (HR. Tirmidzi no. 2551. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani
dalam Shohih wa Dho’if Sunan At Tirmidzi)
‘Ali bin Abi Tholib radhiyallahu ‘anhu juga memberi petuah kepada kita,
Lakukanlah lima hal sebelum terwujud lima hal yang lain. Dari Ibnu ‘Abbas,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Al Munawi mengatakan,
Orang yang Beramal Di Waktu Muda Akan Bermanfaat Untuk Waktu Tuanya
Dalam surat At Tiin, Allah telah bersumpah dengan tiga tempat diutusnya para
Nabi ‘Ulul Azmi yaitu [1] Baitul Maqdis yang terdapat buah tin dan zaitun –tempat
diutusnya Nabi ‘Isa ‘alaihis salam-, [2] Bukit Sinai yaitu tempat Allah berbicara
langsung dengan Nabi Musa ‘alaihis salam, [3] Negeri Mekah yang aman, tempat
diutus Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Setelah bersumpah dengan tiga tempat tersebut, Allah Ta’ala pun berfirman,
An Nakho’i mengatakan, “Jika seorang mukmin berada di usia senja dan pada saat
itu sangat sulit untuk beramal, maka akan dicatat untuknya pahala sebagaimana
amal yang dulu dilakukan pada saat muda. Inilah yang dimaksudkan dengan
firman Allah (yang artinya): bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.”
Ibnu Qutaibah mengatakan, “Makna firman Allah (yang artinya), “Kecuali orang-
orang yang beriman” adalah kecuali orang-orang yang beriman di waktu
mudanya, di saat kondisi fit (semangat) untuk beramal, maka mereka di waktu
tuanya nanti tidaklah berkurang amalan mereka, walaupun mereka tidak mampu
melakukan amalan ketaatan di saat usia senja. Karena Allah Ta’ala Maha
Mengetahui, seandainya mereka masih diberi kekuatan beramal sebagaimana
waktu mudanya, mereka tidak akan berhenti untuk beramal kebaikan. Maka
orang yang gemar beramal di waktu mudanya, (di saat tua renta), dia akan diberi
ganjaran sebagaimana di waktu mudanya.” (Lihat Zaadul Maysir, 9/172-174)
Begitu juga kita dapat melihat pada surat Ar Ruum ayat 54.
Ibnu Katsir mengatakan, “(Dalam ayat ini), Allah Ta’ala menceritakan mengenai
fase kehidupan, tahap demi tahap. Awalnya adalah dari tanah, lalu berpindah ke
fase nutfah, beralih ke fase ‘alaqoh (segumpal darah), lalu ke fase mudh-goh
(segumpal daging), lalu berubah menjadi tulang yang dibalut daging. Setelah itu
ditiupkanlah ruh, kemudian dia keluar dari perut ibunya dalam keadaan lemah,
kecil dan tidak begitu kuat. Kemudian si mungil tadi berkembang perlahan-lahan
hingga menjadi seorang bocah kecil. Lalu berkembang lagi menjadi seorang
pemuda, remaja. Inilah fase kekuatan setelah sebelumnya berada dalam keadaan
lemah. Lalu setelah itu, dia menginjak fase dewasa (usia 30-50 tahun). Setelah itu
dia akan melewati fase usia senja, dalam keadaan penuh uban. Inilah fase lemah
setelah sebelumnya berada pada fase kuat. Pada fase inilah berkurangnya
semangat dan kekuatan. Juga pada fase ini berkurang sifat lahiriyah maupun
batin. Oleh karena itu, Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “kemudian Dia
menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban”.” (Tafsir Al
Qur’an Al Azhim pada surat Ar Ruum ayat 54)
Jadi, usia muda adalah masa fit (semangat) untuk beramal. Oleh karena itu,
manfaatkanlah dengan sebaik-baiknya. Janganlah disia-siakan.
Jika engkau masih berada di usia muda, maka janganlah katakan: jika berusia
tua, baru aku akan beramal.
Daud Ath Tho’i mengatakan, “Sesungguhnya malam dan siang adalah tempat
persinggahan manusia sampai dia berada pada akhir perjalanannya. Jika engkau
mampu menyediakan bekal di setiap tempat persinggahanmu, maka lakukanlah.
Berakhirnya safar boleh jadi dalam waktu dekat. Namun, perkara akhirat lebih
segera daripada itu. Persiapkanlah perjalananmu (menuju negeri
akhirat). Lakukanlah apa yang ingin kau lakukan. Tetapi ingat, kematian itu
datangnya tiba-tiba“. (Kam Madho Min ‘Umrika?, Syaikh Abdurrahman As
Suhaim)
Semoga maksud kami dalam tulisan ini sama dengan perkataan Nabi Syu’aib,
ُت َوِإلَ ْي ِه ُأنِيب ُ ِإ ْن ُأ ِري ُد ِإاَّل اِإْل صْ اَل َح َما ا ْستَطَع
ُ ْت َو َما تَ ْوفِيقِي ِإاَّل بِاهَّلل ِ َعلَ ْي ِه تَ َو َّك ْل
“Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih
berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan)
Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku
kembali.” (QS. Hud [11] : 88)
Semoga Allah memperbaiki keadaan segenap pemuda yang membaca risalah ini.
Semoga Allah memberi taufik dan hidayah kepada mereka ke jalan yang
lurus. Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Wa shallallahu ‘ala
nabiyyina Muhammad wa ‘ala wa alihi wa shohbihi wa sallam.