Sumber : Istockphoto.com
Di masa sekarang ini kita sudah memasuki era dimana dunia mengalami kemajuan
yang sangat pesat baik dari segi teknologi maupun politik. Karena canggihnya teknologi
sekarang ini dimana info mengenai dalam maupun luar negeri mudah tersebar Dan banyak
negara negara yang sedang berlomba-lomba untuk memajukan negara mereka masing-
masing. Ada juga negara yang masih memprioritaskan Wilayah Teritorial dalam bidang
pertahanan seperti negara Amerika khususnya. Hal ini mempengaruhi banyak negara negara
yang termotivasi juga untuk melakukan perkembangan perkembangan yang seimbang dengan
negara negara lain bahkan ingin lebih maju.
Di peristiwa peperangan tersebut mengundang para jurnalis untuk meliput hal-hal yang
terjadi di dalam perang tersebut, dan ada beberapa jusnalism yang bersifat damai dan ada
juga jurnalism perang. Menurut data Jurnalis senior Eva Mazrieva yang bertugas di VOA
Washington DC menulis di laman media sosial (Medsos) tentang tewasnya seseorang Fixer
Oleksandra “Shasa” Kuyshynova, usia 24 tahun yang bekerja untuk tim salah satu stasiun TV
AS (Amerika serikat) ikut tewas Bersama cameramen Perre Zakrzewski ketika mobil mereka
diserang saat meliput di pinggiran Kiev.
Bagi seluruh umat manusia, pasti semua berupaya untuk hidup Makmur tanpa adanya
perselisihan, namun ada oknum yang serakah dan ingin menguasai dunia dengan
menghalalkan segala cara, mampu merusak dan merugikan orang maupun negara lain. Dan
sebagai Jurnalism juga ada yang mengambil keuntungan diberbagai kondisi seperti membuat
sebuah jundul konten dengan tujuan memancing orang melakukan klik terhadap konten
tersebut (Clickbait) yang dimana hal tersebut merugikan orang dan jika mempunyai judul
yang bersifat memprovokasi maka akan memunculkan konflik dan memecah belah antara
satu dan yang lainya.
Menurut hasil liputan dari unggahan-unggahan data Tribunnews yang berjudul seperti
‘Selangkah lagi Rusia mampu menguasai Ukraina dengan mudah’, ‘Putin akan luncurkan
nuklir ke berbagai negara yang membela Ukraina’, ‘Amerika tetap mengirimkan amunisi
kepada Ukraina untuk memperpanjang perang’. Dalam hal ini terdapat judul yang bersifat
provokasi dan bisa memunculkan konflik peperangan, dalam hal ini merupakan jurnalism
perang yang dimana hal ini menguntungkan si Jurnalism tersebut namun Merugikan para
pembaca apalagi hingga memicu peperangan yang lebih memanas.
Sementara itu, Menurut hasil data jurnalism damai seperti CNN Indonesia, Kepala Hak
Asasi Manusia (HAM) di parlementer Ukraina, Lyumyla Denisova, Pada hari selasa (15/3),
Sudah ada tiga wartawan yang tewas dan lebih dari 30 orang lainya mengalami cedera sejak
invasi Rusia ke Ukraina pada 25 februari, Tiga wartawan yang tewas, adalah wartawan
Amerika Serikat (AS) Brent Renaud yang ditembak mati dipinggiran garis Kyiv, wartawan
Ukraina Evgency Sakun tewas dalam serangan di Menara televisi kyiv, dan Viktor Durar
wartawan Ukraina tewas dalam pertempuran di dekat kota pelabuhan Selatan Mykolaiv.
Kesimpulan dari artikel ini yaitu nilai dari Jurnalism itu sendiri mempunyai arahnya masing-masing,
ada jurnalism yang besifat mengutamakan kepentingan public, lebih kearah meliput dan mengunggah
hal sesuai dengan yang terjadi (Jurnalism damai). Dan ada juga jurnalism yang lebih mengutamakan
clickers dan viewers sebanyak mungkin demi keuntungan kelompok maupun individu, membuat
berita yang bersifat provokatif dan hanya ingin mencari sensasional seperti membuat judul yang
bersifat hoax yang membuat pembaca menjadi terprovokasi dalam liputan tersebut. Dan oleh karena
itu, kita sebagai mahasiswa penerus bangsa dan penentu arah bangsa Indonesia sebaiknya lebih bijak
lagi dalam membuat liputan berita maupun artikel opini. Sudah sejak lama banyak oknum jurnalis
hilang akan kesadaran inti fungsi dari seorang Jurnalism. Seperti membuat libutan yang lebih
bermanfaat dan mengutamakan kepentingan public dan keaslian, Jika sudah seperti itu maka dapat
meningkatkan kepercayaan masyarakat dan pembacanya.