Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah Negara yang beriklim tropis dengan paparan sinar

matahari sepanjang musim panas. Radiasi sinar matahari dapat mempengaruhi


kesehatan kulit semua individu. Untuk mencegah efek buruk paparan sinar

matahari dapat dilakukan dengan cara menghindari paparan berlebihan sinar

matahari, yaitu memakai pelindung fisik seperti pakaian tertutup, payung, dan

memakai tabir surya topikal apabila kegiatan mengharuskan berada di bawah

terik sinar matahari (Perwitasari, 1999: 56).

Sinar matahari yang sampai dipermukaan bumi dan mempunyai

dampak terhadap kulit dibedakan menjadi sinar ultraviolet A (UV-A) dengan

panjang gelombang 320-400 nm, sinar ultraviolet B (UV-B) dengan panjang

gelombang 290-320 nm, dan sinar ultraviolet C (UV-C) dengan panjang

gelombang 200-290 nm (Yuliastuti, 2002: 1).

Sinar UV-B dapat mencapai kulit sebanyak 70% direfleksikan oleh

lapisan tanduk (stratum corneum), 30% terpenetrasi ke dalam epidermis,

dimana sebagian diabsorpsi oleh keratinosit dan melanin, hanya 10 % yang

mencapai bagian atas dermis. Sinar UV-A memiliki energi lebih rendah dari

UV-B tetapi memiliki kelimpahan lebih dari 95% dari radiasi UV yang

mencapai bumi dengan 20- 32% dapat mencapai dermis dan 4% terpenetrasi

pada jaringan subkutis. Semakin panjang suatu panjang gelombang, maka

semakin dalam penetrasi ke dalam kulit (Shovyana, 2013: 18).

1
2

Energi dari radiasi sinar ultraviolet yang mencapai permukaan bumi

dapat memberikan efek yang meruguikan terhadap kulit. Paparan radiasi sinar

ultraviolet yang berlebihan dalam waktu singkat dapat mengakibatkan eritema

ringan hingga luka bakar yang nyeri, dan kulit melepuh serta terbentuknya

pigmentasi. Sedangkan paparan sinar ultraviolet yang lebih lama dan terus

menerus dapat mengakibatkan kerusakan jaringan kolagen sehingga kulit

kelihatan tua, kasar, bersisik serta menimbulkan kanker kulit (Mutaya, 2010:
7).

Sebenarnya, kulit memiliki mekanisme perlindungan secara alami

terhadap sengatan sinar matahari yaitu dengan penebalan stratum korneum

dan pengeluaran keringat. Kadang-kadang mekanisme perlindungan secara

alami ini tidak dapat mengatasi, sehingga diperlukan suatu perlindungan

tambahan seperti pemakaian sediaan tabir surya (Wasitaatmadja, 1997: 152).

Tabir surya adalah senyawa yang dapat menyerap atau memantulkan

sinar ultraviolet secara efektif terutama daerah emisi gelombang UV sehingga

dapat mencegah gangguan pada kulit akibat paparan langsung sinar UV.

Berdasarkan mekanisme kerjanya, bahan aktif tabir surya dibagi menjadi dua,

yaitu mekanisme pemblok fisik (memantulkan radiasi matahari) contohnya

ZnO, Titanium Dioksida, dan senyawa amilum dalam tanaman dan

mekanisme penyerap kimia (menyerap radiasi matahari) contohnya Oktil

Dimetil PABA, derivat asam sinamat, senyawa fenolik golongan flavonoid,

tannin dan glikosida benzofenon dalam tanaman (Lavi, 2012: 4).

Senyawa fenolik golongan flavonoid dan tanin mempunyai potensi

sebagai tabir surya karena adanya gugus kromofor (ikatan rangkap tunggal
3

terkonjugasi) yang mampu menyerap sinar UV-A maupun UV-B sehingga

mengurangi intensitasnya pada kulit (Wolf, et al., 2001: 452). Karakteristik

lain dari senyawa yang berpotensi sebagai tabir surya ditinjau dari struktur

kimianya adalah senyawa yang memiliki bagian rantai alkil dan bagian

benzen aromatis (Yuliastuti, 2002: 2).

Kemangi (Occimum sanctum L) merupakan salah satu tumbuhan alam

yang banyak tersedia dan mudah diperoleh di Asia seperti di Indonesia. Selain
digunakan sebagai lalapan dan sayuran, daun kemangi juga dapat digunakan

dalam mengobati berbagai penyakit.

Adanya kandungan flavonoid dan tanin dari ekstrak daun kemangi

dapat dijadikan acuan untuk menetapkan potensi tabir suryanya, karena

senyawa flavonoid dan tanin memiliki gugus benzen aromatis terkonjugasi

yang mampu menyerap sinar UV-A atau UV-B yang dapat menyebabkan efek

buruk terhadap kulit.

Penetapan potensi tabir surya yang baik dapat ditinjau dari

kemampuannya dalam menyerap atau memantulkan sinar ultraviolet dengan

penentuan nilai SPF serta persentase eritema dan pigmentasinya. Suatu

sediaan tabir surya dikatakan pencegah kulit terbakar (Sunburn preventive

agents) jika mampu mengabsorbsi 95% atau lebih radiasi UV dengan panjang

gelombang 290-320 nm. Dikatakan suntanning agent jika mengabsorbsi

sedikitnya 85% dari radiasi sinar UV dengan rentang panjang gelombang 290-

320 nm tetapi meneruskan sinar UV pada panjang gelombang yang lebih

besar dari 320 nm dan menghasilkan pencoklatan kulit yang bersifat

sementara. Kemudian dikatakan sebagai opaque sunblock agents jika mampu


4

memantulkan atau memancarkan semua radiasi pada rentang UV-Vis (290-

777 nm) sehingga dapat mencegah kulit terbakar dan pencoklatan kulit

(Wihelmina, 2001: 22)

Untuk melihat potensi suatu produk tabir surya dalam menyerap sinar

ultraviolet maka dapat ditentukan dengan menentukan nilai SPF dan

mengukur persen transmisi eritema (%Te) dan persentase transmisi

pigmentasi (%Tp) sediaan tersebut. Sehingga suatu sediaan tabir surya dapat
dikategorikan sebagai sunblock, proteksi ekstra, suntan, atau fast tanning

(Balsam, 1972: 285).

Kosmetik tabir surya beredar di masyarakat terdapat dalam berbagai

bentuk sediaan, salah satunya adalah sediaan krim. Keuntungan dari sediaan

krim adalah penampilan dan konsistensi yang menyenangkan saat

penggunaannya karena setelah pemakaian tidak menimbulkan bekas,

memberikan efek dingin pada kulit, tidak berminyak serta memiliki

kemampuan penyebaran yang baik. Produk krim mengandung air dalam

persentase yang besar dan asam stearat. Setelah pemakaian, air menguap

meninggalkan sisa berupa selaput asam stearat yang tipis (Lavi, 2012:8).

Dalam pandangan Islam dijelaskan bahwa segala ciptaan Allah swt

tidak ada yang sia-sia termasuk tumbuh-tumbuhan yang beraneka ragam yang

manfaatnya dapat diketahui dari melakukan penelitian-penelitian, termasuk

diantaranya adalah tanaman kemangi (Ocimum sanctum L.).

Firman Allah swt di dalam QS. Asy-Syu’ara (26) : 7

           

Terjemahnya :
5

”Dan apakah mereka tidak melihat ke bumi, berapakah banyaknya Kami

tumbuhkan di bumi itu berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik?”

(Departemen Agama RI, 2006: 187).

Ayat di atas mengisyaratkan kepada manusia untuk mengembangkan

pola pikir hingga sampai pada batas kemampuannya. Dari ayat tersebut pula

dijelaskan bahwa semua yang diciptakan oleh Allah swt, memiliki banyak

manfaat, terutama pada tumbuh-tumbuhan. Untuk pemanfaatan tumbuhan


tersebut, diperlukan ilmu dan pengalaman (teoritis dan empiris) dengan

penelitian dan eksperimen, salah satunya dalam pemanfaatannya sebagai obat

dan penangkal sinar UV yang dapat merusak kulit.

Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian untuk

mengetahui potensi tabir surya ekstrak daun kemangi yang dibuat dalam

sediaan krim sehingga diharapkan dengan penelitian ini dapat meningkatkan

efektifitas dan aplikasi modern pemanfaatan tanaman kemangi dalam

kehidupan sehari-hari khususnya di bidang kosmetika pelindung tabir surya.

B. Rumusan Masalah

1. Berapa konsentrasi ekstrak daun kemangi yang memiliki absorbansi

maksimum pada panjang gelombang 290-400 nm?

2. Bagaimana potensi tabir surya sediaan krim ekstrak daun kemangi?

3. Berapa konsentrasi ekstrak dalam sediaan krim dapat memberikan potensi

tabir surya yang baik ?

C. Defenisi Operasional dan Ruang Lingkup Penelitian


6

1. Defenisi Operasional

a. Potensi tabir surya adalah ukuran kemampuan suatu sediaan untuk menyerap,

menghamburkan atau memantulkan sinar ultraviolet yang mengenai kulit

yang diklasifikasikan dalam golongan sunblock (total block), extra protection,

suntan (regular suntan), dan fast tanning.

b. Tabir surya adalah suatu sediaan yang mengandung bahan aktif yang dapat

menyerap, menghamburkan atau memantulkan sinar ultraviolet yang


mengenai kulit.

c. Persentase transmisi eritema atau pigmentasi adalah perbandingan jumlah

energi sinar UV yang diteruskan oleh sediaan tabir surya pada spektrum

eritema atau pigmentasi dengan jumlah faktor keefektifan eritema pada tiap

panjang gelombang dalam rentang 290–400 nm.

d. Ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum) adalah ekstrak kental yang

diperoleh dari proses ekstraksi maserasi daun kemangi menggunakan pelarut

etanol 96%.

e. Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan

obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara

tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai

konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau

minyak dalam air.

2. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah terbatas pada penentuan

konsentrasi ekstrak terbaik pada daun kemangi yang dibuat dalam sediaan

krim serta pengukuran persentase tranmisi eritema dan pigmentasi krim


7

ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum L.) untuk menentukan potensinya

sebagai suatu sediaan sunblock (total block), extra protection, suntan (regular

suntan), atau fast tanning.

D. Kajian Pustaka

1. Dalam penelitian yang berjudul “uji aktivitas ekstrak etanol temugiring

(curcuma heyneana val.) sebagai bahan tabir surya” mengungkapkan

bahwa berdasarkan perhitungan persentase eritema dan pigmentasi,


konsentrasi 100 μg/ml ekstrak etanol temugiring dapat memberikan

perlindungan kulit dari radiasi UV dengan persen transmisi eritema 0,90

dan persen transmisi pigmentasi 0,96 sehingga dikategorikan sebagai

sunblock total (Fatmawati. 2006: 46).

2. Dalam penelitian yang berjudul “Penentuan Stabilitas sediaan krim tabir

surya dari bahan ekstrak rimpang kencur (Kaempferia galanga L.)”

mengungkapakan bahwa isolasi senyawa turunan sinamat yaitu etil para

metoksi sinamat (EPMS) dalam kencur dengan cara maserasi perkolasi

selama 24 jam dalam perkolator menunjukkan fungsinya sebagai

pengeblok kimia antiultraviolet B yang berguna sebagai tabir surya

(Soeratri, 2005: 105).

3. Dalam penelitian yang berjudul “Penentuan Persentase Eritema dan

Pigmentasi beberapa Minyak Atsiri” mengungkapkan bahwa Minyak

lavender yang memiliki nilai persentase transmisi eritema 9,94% dan nilai

persentase transmisi pigmentasi 80,15% mempunyai efektivitas sebagai

tabir surya dan dapat dikategorikan sebagai suntan (Soeratri, 2005: 121).

E. Tujuan dan Kegunaan


8

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mendapatkan konsentrasi ekstrak daun kemangi yang memiliki

absorbansi maksimum pada panjang gelombang 290-400 nm.

2. Untuk mengetahui potensi tabir surya ekstrak daun kemangi dalam

sediaan krim.

3. Untuk mendapatkan konsentrasi ekstrak dalam sediaan krim yang dapat

memberikan potensi tabir surya yang baik.


Kegunaan hasil penelitian ini adalah:

1. Diperoleh konsentrasi ekstrak daun kemangi yang memiliki absorbansi

maksimum pada panjang gelombang 290-400 nm.

2. Diperoleh krim ekstrak daun kemangi yang berpotensi sebagai tabir surya.

3. Diperoleh data ilmiah mengenai konsentrasi ekstrak daun kemangi dalam

sediaan yang dapat memberikan potensi tabir surya yang baik dan dapat

menunjang pengembangan dan pemanfaatannya khususnya di bidang

kesehatan.

4. Dapat menjadi alternatif produk farmasi yang berasal dari bahan alam

yang dapat diformulasikan menjadi sediaan krim tabir surya.

Anda mungkin juga menyukai