PENDAHULUAN
Sinar matahari adalah sumber utama radiasi sinar ultraviolet (UV) untuk
semua sistem kehidupan manusia. Radiasi sinar UV dibagi menjadi tiga kategori,
yaitu radiasi UV-A (315-400 nm), radiasi UV-B (280-315 nm), dan radiasi UV-C
aplikasi dalam kombinasi dengan obat dalam terapi penyakit kulit seperti psoriasis
dan vitiligo, serta memiliki kapasitas untuk menghasilkan spesies kimia reaktif,
seperti radikal bebas yang dapat menyebabkan terjadinya efek akut dan efek
kronis yang merugikan bagi kulit. Radiasi sinar UV yang paling banyak
berpengaruh terhadap kesehatan kulit adalah radiasi sinar UV-B, dimana radiasi
sinar UV-B memiliki efek yang paling kuat dalam menyebabkan terjadinya
Intensitas atau dosis sinar UV-B yang dibutuhkan untuk menyebabkan eritema
pada kulit yang terlihat secara makroskopik 24 jam setelah paparan disebut
dengan dosis eritema minimal (DEM). Nilai DEM diperoleh dari lama paparan
sinar UV atau energi sinar UV yang dibutuhkan dalam menghasikan eritema yang
digambarkan ke dalam unit joule per area kulit dalam sentimeter (J/cm 2). Nilai
DEM dapat digunakan untuk menunjukkan sensitivitas akut pada kulit individu
1
2
terhadap sinar UV. DEM juga penting diketahui unuk menentukan nilai Sun
Protection Factor (SPF) dari suatu sediaan tabir surya yang menunjukkan
kemampuan tabir surya dalam melindungi kulit (Mitsui, 1997; Utami, 2009).
Eritema adalah reaksi inflamasi akut pada kulit yang ditandai dengan
timbulnya kemerahan dan merupakan aspek visual dari respon sunburn yang
terjadi 2-4 jam setelah irradiasi. Eritema disebabkan oleh terjadinya vasodilatasi
pembuluh darah akibat interaksi antara Reactive Oxygen Species (ROS) dengan
sel mast yang ada di lapisan atas dermis. Sel mast akan melepaskan mediator-
kulit, pigmentasi yang tidak merata hingga terjadinya kanker (Clydesdale et al.,
2001; Jusuf, 2005; Utami, 2009; D’Orazio et al., 2013). Sedangkan, efek kronis
pada kulit disebut photoaging yang merupakan bagian dari penuaan kulit ektrinsik
dengan tanda-tanda klinis seperti kulit kering, kasar, adanya kerutan lebih dalam
dan nyata, hingga timbulnya kanker kulit (Jusuf, 2005; Helfrich et al., 2008).
sekarang ini banyak ditujukan pada usaha pengikatan atau pemecahan radikal
bebas. Antioksidan adalah substansi kecil yang mampu menetralkan radikal bebas
yang ditimbulkan oleh radiasi sinar UV. Beberapa golongan senyawa aktif
terdapat dalam kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) dapat menyerap
yang termasuk ke dalam rentang panjang gelombang sinar UV-B (Susanti et al.,
2012).
L.) dalam bentuk sediaan masker gel peel off oleh Sukmawati (2013). Penggunaan
ekstrak kulit buah manggis sebagai antioksidan yang ditujukan pada kulit wajah
akan lebih baik bila diformulasikan dalam bentuk sediaan topikal dibandingkan
sediaan oral karena dapat merangsang proses regenerasi stratum korneum, dapat
digunakan untuk melindungi epidermis dan dermis dari bahaya racun dan sinar
UV, serta dapat memberikan nutrisi pada kulit (Pouillot et al, 2011). Hasil
masker gel peel off ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) lebih
aktivitas perlindungan sinar UV-B dari masker gel peel off ekstrak kulit buah
manggis (Garcinia mangostana L.) pada hewan uji tikus galur wistar, dengan
mengukur derajat eritema pada kulit tikus wistar setelah dipapar sinar UV-B dan
1.2.1 Apakah penggunaan masker gel peel off ekstrak kulit buah manggis
1.2.2 Apakah penggunaan masker gel peel off ekstrak kulit buah manggis
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui efektivitas penggunaan masker gel peel off ekstrak kulit
1.3.2 Untuk mengetahui efektivitas penggunaan masker gel peel off ekstrak kulit
1.4 Manfaat
gel peel off ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) dalam
antioksidan dari masker gel peel off ekstrak kulit buah manggis (Garcinia
sehari-hari.