’TABIR SURYA’
1. Depitasari 91A20019
2. Baiq Rizma Tika A. 91A20020
3. Khairun Bariyyah 91A20021
4. Ahmad Jaohari Sahrul H. 91A20022
5. Siti Andriani 91A20023
6. Putri Endang 91A20024
7. Wanda Novianty 91A20025
8. Azzumardi Azra 91A20026
9. Nurfadillah 91A20027
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
Kulit merupakan lapisan terluar dari tubuh yang memainkan peran penting dalam
melindungi tubuh terhadap kuman dan kehilangan air yang berlebihan, pengaturan suhu,
sensasi, dan sintesis vitamin D. Kulit yang tidak terawat ataupun tidak terlindung akan rusak,
kerusakan kulit yang parah akan menyebabkan terbentuknya jaringan parut, menyebabkan
kulit berubah warna dan depigmentasi yang bervariasi antar populasi. Oleh karena itu
kosmetik adalah salah satu cara untuk mencegah hal tersebut (Rieger, 2000).
Paparan sinar matahari dapat memiliki efek yang meguntungkan dan berbahaya pada
manusia bergantung pada panjang gelombang dan intensitas sinar matahari dan sensitivitas
individu yang bersangkutan. Secara psikologis dan fisiologis efek menguntungkan paparan
sinar matahari menyebabkan tubuh dapat menstimulasi sirkulasi darah dengan baik,
mendorong pembentukan hemoglobin, dan mengurangi laju dari tekanan darah.
Efek yang merugikan dari paparan sinar UV tergantung pada lamanya dan jumlahnya
paparan, intensitas radiasi solar yang tergantung pada jaraknya ekuator dan faktor genetik.
Umumnya efek yang tampak pertama kali setelah paparan adalah berupa kemerahan kulit
(erytema) diikuti perubahan warna kehitaman yang dapat dianggap sebagai tanda bahwa
tubuh dalam keadaan sehat. Jadi, timbulnya warna kehitaman merupakan tanda adanya reaksi
pertahanan tubuh terhadap radiasi sinar matahari agar efek kerusakannya diperkecil.
Secara alamiah tubuh mempunyai pertahanan terhadap sinar UV dengan adanya keratin,
melanin, asam uroanic, glucatione peroxidase reductase. Namun alangkah baiknya, dapat
dilakukan penghindaran paparan sinar matahari antara jam 10.00-13.00 dengan
menggunakan pelindung (Harry’s Cosmeticology, 1982)
Radiasi Sinar UV dibagi menjadi 3, yaitu:
c. UV-C (200nm-290nm) radiasi UV-C merupakan radiasi pendek atau radiasi kuman.
Dapat merusak jaringan akan tetapi pada radiasi UV-C tersebut disaring dari sinar
matahari oleh ozon namun dipancarkan oleh sumber UV buatan. Dapat
menyebabkan erythema (Harry’s Cosmeticology, 1982).
Sunscreen, sesuai dengan namanya, berfungsi menyaring (screen, filter) sinar ultraviolet.
Secara kimiawi sunscreen menyerap sinar UV B agar tidak menyerang sel kulit. Dan berguna
untuk melindungi kulit dengan mengabsorbsi radiasi UV dan mengubahnya menjadi energi
panas. Kekurangan dari sediaan ini adalah bersifat fotolabil serta terdegradasi dan teroksidasi.
Sifat-sifat sunscreen sebagai berikut :
c. Tahan terhadap keringat, air dan tidak menyebabkan lengkel pada kulit
d. Memiliki karakteristik kelarutan yang cocok
Sementara sunblock, Merupakan sediaan tabir surya yang mekanisme kerjanya secara
fisik memantulkan sinar UV. Memberikan perlindungan terhadap sinar UV A dan UV B.
Toksisitas rendah karena bekerja secara fisik, stabil terhadap cahaya dan tidak menunjukkan
reaksi fototoksik atau fotoalergik (Harry’s Cosmeticology, 1982).
1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui kandungan dan formula dari tabir surya (sunscreen)
TINJAUAN PUSTAKA
Sediaan tabir surya adalah sediaan kosmetika yang digunakan sebagai salah satu
perlindungan untuk mengurangi dampak paparan sinar matahari. Formulasinya
mengandung zat aktif untuk menyerap atau menyebarkan sinar matahari terutama daerah
emisi gelombang ultraviolet dan inframerah (Geraldine dan Hastuti, 2018). Sediaan tabir
surya sering di desain sebagai system emulsi sedangkan kinerja tabir surya ditentukan
oleh faktor perlindungan matahari ( sun protecting factor/ SPF). SPF dipengaruhi oleh
tipe bahan aktif tabir surya, fasa minyak emulsi, fasa air emulsi, proses emulsifikasi dan
faktor lain. Untuk memformulasikan tabir surya dengan SPF tinggi, yang harus
dipertimbangkan paling utama adalah dapat memblok UVB sebanyak mungkin (Agoes,
2015).
Gejala terbakar matahari adalah akibat langsung dari kerusakan atau perusakan sel-sel
pada lapisan sel kulit pada kulit, mungkin melalui denaturasi konstituen proteinnya. Zat seperti
histamin yang dihidupkan kembali oleh sel-sel yang rusak bertanggung jawab atas pelebaran
pembuluh darah dan eritema. Berikut ini 4 derajat kategori sunburn (Harry’s Cosmeticology,
1982):
• Minimal perceptive erythema - warna kulit merah atau pink yang sedikit tetapi terlihat
dari kulit, diproduksi dalam 20 menit.
• Vivid Erythema - warna merah terang pada kulit, tidak disertai dengan rasa sakit,
diproduksi dalam 50 menit
• Painful burn - ditandai dengan eritema yang jelas dan nyeri mulai dari ringan hingga
intens, diproduksi dalam 100 menit.
• Blistering burn - ditandai dengan tingkat rasa sakit yang sangat tinggi disertai dengan
eritema yang jelas dan kemungkinan gejala sistematis dengan lepuh dan mengelupas,
diproduksi dalam 200 menit.
• Sunburn Preventive agents : didefinisikan sebagai tabir surya yang menyerap 95 persen
atau lebih radiasi UV dalam panjang gelombang 290-320 nm dan mencegah terbakarnya
kulit akibat paparan sinar matahari.
a. Efektif dalam menyerap radiasi eritmogenik pada rentang panjang gelombang 290-320
nm tanpa menimbulkan kerusakan yang akan mengurangi efisiensinya atau menimbulkan
senyawa beracun atau iritasi.
e. Tidak berbau dan memiliki sifat fisik yang memuaskan seperti daya lengketnya, dll.
Dimana MED (PS) adalah dosis eritemal minimum untuk kulit terlindungi setelah diterapkan 2
mg cm-2 atau 2 µl cm-2 dari formulasi akhir dari produk tabir surya, dan MED (AS) adalah dosis
eritemal minimum untuk kulit yang tidak terlindungi, yaitu kulit yang belum diterapkan produk
sunscreen, Semakin besar SPF semakin besar perlindungan yang diberikan tabir surya (Harry’s
Cosmeticology, 1982)
Tabel 2.1 Rekomendasi nilai SPF menurut jenis kulit (Harry’s Cosmeticology, 1982)
Kategori VI (tidak pernah terbakar dan sangat berpigmen) Tidak ada indikasi
Produk dalam kategori perlindungan maksimal ( SPF 8) akan melindungi rata-rata orang yang
terkena sengatan matahari dalam 40 menit atau terpapar sinar matahari pada jam-jam terbakar
matahari yang berbahaya antara pukul 10 pagi dan 2 siang, selama 40 x 8 320 menit. Namun,
begitu kulit terbiasa dengan matahari (mengembangkan perlindungan melalui pigmentasi). Orang
yang sangat sensitif terutama yang membutuhkan perlindungan terhadap sinar matahari
disarankan untuk menggunakan produk dalam kategori 'perlindungan ultra' (SPF 15 atau lebih)
(Harry’s Cosmeticology, 1982)
Saat ini bahan tabir surya yang sering digunakan oleh para formulator adalah
oktil metoksi sinamat, karena terjadinya fotosensititasi pada penggunaan padimate O
(PABA). Titan dioksida dan seng oksida adalah 2 bahan aktif tabir surya baru yang
penting untuk formulator. Kedua bahan ini menunjukan sifat absorbs pada sebagian
besar daerah spectrum UVB dan UVA sehingga memberikan nilai SPF tinggi pada
konsentrasi relative rendah (Agoes, 2015).
Tabel 2.2 Bahan aktif tabir surya yang disetujui FDA (Agoes, 2015)
Bahan Aktif Konsentrasi Maksimum Rentang Perlindungan
Avobenzone 3% UVA
Sinoksat 3%
Dioksibenzon 3% UVA
Oksibenzon 6% UVA
Sulisobenzone 10%
Pelarut memungkinkan bahan aktif tabir surya diemulsifikasi, diantara pelarut ini adalah
butiloktil salisilat yang dapat pula menstabilkan beberapa bahan aktif tabir surya terhadap
fotodegradasi. Seperti pada sediaan dengan bahan aktif avobenzone yang kebanyakan memakai
pelarut butiloktil salisilat (Agoes, 2015).
Tabel 2.3 Pelarut Untuk Bahan Aktif Tabir Surya (Agoes, 2015).
Alkil salisilat Isononil isononanoat
Zat yang menyebabkan sediaan tahan air adalah material yang melindungi bahan aktif
tabir surya dari penghilangan/ peluruhan oleh air dengan mudah. Hal ini merupaka kareteristik
penting dari tabir srya yang aka digunakan di pantai, kolam renan atau aktivitas fisik yang tinggi.
Beberapa zat sebagai agen penahan air umumnya figunakan berdasarkan karakteristik pembentuk
lapisan tipis (film) atau karakteristik hidrofobik (Agoes, 2015).
Tabel 2.4 Zat yang Menimbulkan Sifat Tahan Air (Agoes, 2015).
Pembentuk lapisan tipis film Pembentuk halangan hidrofobik
Trikontanil PVP
Amidaa kopolimer
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 2.4
Gambar 2.5
2.4 Evaluasi sediaan tabir surya
• pH
• viskositas,
• penentuan SPF
• penentuan tipe
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Putri, Y.D., Kartamihardja, H. dan Lisna, I.,. 2019, Formulasi dan Evaluasi Losion Tabir Surya
Ekstrak Daun Stevia/(Stevia rebaudiana Bertoni M), Jurnal Sains Farmasi dan Klinis, 6(1) :
32-36.
Rieger M.M., 2000, Harry’s Cosmetology 8th ed, Chemical Publishing Co. Inc., Newyork.
Wilkinson, J.B., & Moore, R.J., 1982, Harry’s Cosmetology 7th Edition, George