Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH PROSES INDUSTRI KIMIA

INDUSTRI KOSMETIK

PROSES PEMBUATAN TABIR SURYA (SUNSCREEN)

Disusun Oleh :

Kartika Ningsih

NIM : 18612062

PIK Kelas C

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN


ALAM

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI………………………………………………………... ii

BAB 1. PENDAHULUAN…………………………………………. 1
1.1 Latar belakang………………………………………………... 1
1.2 Rumusan masalah…………………………………………….. 2
1.3 Tujuan………………………………………………………… 2
1.4 Manfaat………………………………………………………. 2
BAB 2. PEMBAHASAN………………………………………….. . 3
2.1 Produk yang dihasilkan………………………………………. . 3
2.2 Cara Kerja Produk Sunscreen………………………………… 3
2.3 Bahaya Produk Sunscreen…………………………………….. 5

BAB 3. PENUTUP…………………………………………………. 6
3.1 Kesimpulan …………………………………………………… 6
3.2 Saran ………………………………………………………….. 6

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………. 7

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aktivitas manusia sehari-hari tidak pernah lepas dari paparan sinar matahari, dimana di
dalamnya terdapat sinar ultraviolet (UV). Sinar UVA dan UVB memegang peranan utama bagi
kesehatan manusia karena memiliki panjang gelombang yang panjang mengakibatkan sinar ini
dapat mencapai permukaan bumi, sedangkan sinar UVC memiliki panjang gelombang yang
pendek sehingga sinar ini tertahan oleh atmosfer (Havas, 2008). Sinar UV (UVA dan 10% UVB)
selalu ada setiap hari meskipun saat cuaca mendung, lebih dari 80% sinar UV mampu menembus
atmosfer pada hari berawan. Sinar UV dapat dipantulkan oleh kaca, air, permukaan metal,
dinding berwarna terang, dan benda-benda berwarna terang lainnya (Yogianti, 2020).

Sinar UV disatu pihak sangat diperlukan oleh makhluk hidup sebagai sumber energi,
kesehatan kulit dan tulang, misalnya dalam pembentukan vitamin D dari pro vitamin D yang
mencegah penyakit polio atau riketsia. Akan tetapi, paparan sinar UV yang berlebihan dapat
mengakibatkan sunburn yang menyebabkan eritema, hiperpigmentasi, penuaan dini (skin aging),
bahkan kanker kulit. Sinar UV yang secara biologis paling aktif menyebabkan eritema dan
hiperpigmentasi adalah sinar UV yang panjang gelombangnya berkisar antara 290 – 320 nm
(UVB) (Jellinek, 1970 ; Lu, 1995). Oleh karena itu, dibutuhkan perlindungan pada kulit untuk
mengurangi timbulnya kerusakan karena radiasi sinar UV.

Penggunaan sunscreen merupakan salah satu cara untuk mengurangi bahaya yang timbul
pada kulit akibat radiasi sinar UV yang berlebihan. Sunscreen adalah senyawa kimia yang
mengabsorpsi dan atau memantulkan radiasi sehingga melemahkan energi UV sebelum
terpenetrasi ke dalam kulit. Biasanya sunscreen merupakan kombinasi dari dua atau lebih zat
aktif. Jika hanya digunakan satu zat aktif, sunscreen tersebut hanya mampu mengabsorpsi energi
UV pada spektrum yang terbatas (Stanfield, 2003).

Tabir surya terbagi menjadi 2 macam yaitu tabir surya kimia yang dapat mengabsorpsi
energi radiasi dan tabir surya fisik yang dapat menahan UVA maupun UVB (Wasitaatmadja,
1997). Salah satu syarat kosmetika yaitu memiliki stabilitas yang baik, stabilitas didefinisikan

1
sebagai kemampuan suatu produk kosmetika untuk bertahan dalam batas spesifikasi yang
ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan untuk menjamin identitas, kekuatan,
kualitas dan kemurnian produk tersebut (Djajadisastra, 2004).

Berdasarkan hal diatas, maka akan dibahas tentang produk tabir surya yang dihasilkan
serta kemampuan dan bahayanya dalam memproteksi kulit dari paparan sinar UVA maupun
UVB.

1.2 Rumusan Masalah


a) Apa saja produk yang dihasilkan dari tabir surya (sunscreen) ?
b) Bagaimana cara kerja produk sunscreen pada kulit ?
c) Apakah ada efek samping atau bahaya dari produk yang dihasilkan ?

1.3 Tujuan
a) Untuk mengetahui jenis-jenis produk dari tabir surya (sunscreen).
b) Untuk mengetahui cara kerja produk sunscreen pada kulit.
c) Untuk mengetahui efek samping atau bahaya dari produk yang dihasilkan.

1.4 Manfaat
Menambah ilmu pengetahuan tentang proses industri kimia dalam pembuatan tabir surya
(sunscreen) khususnya terhadap produk sunscreen yang dihasilkan.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Produk yang dihasilkan


Suatu produk sunscreen menghasilkan berbagai macam SPF dan PA. Nilai SPF yang
terkandung dalam sebuah produk, menentukan berapa kali waktu yang dibutuhkan untuk
melindungi kulit. Secara singkat, semakin tinggi nilai yang tercantum maka semakin lama
perlindungannya. SPF 10 dapat menahan hingga 90% radiasi sinar UVB, SPF 15 dapat menahan
hingga 93% radiasi sinar UVB, SPF 25 dapat menahan hingga 95% radiasi sinar UVB, SPF 30
dapat menahan hingga 97% radiasi sinar UVB, dan SPF 50 dapat menahan hingga 98% radiasi
sinar UVB.
Sedangkan PA adalah sistem yang digunakan untuk mengukur tingkat perlindungan
terhadap sinar UVA. Sistem ini diadaptasi dari metode PPD (Persistent Pigment Darkening) dan
pertama kali digunakan di Jepang. Jika pada sunsreen tertulis SPF PA+ artinya suatu produk
sama dengan 2 hingga 4 PA yang berarti hanya menyediakan sedikit perlindungan terhadap
radiasi UVA. Sedangkan jika PPD produk sama dengan 4 hingga 8 berarti diberi kode = PA++.
Artinya produk tersebut memberikan perlindungan sedang. Jika PPD produk sama dengan 8
hingga 16, PA = PA+++, berarti menawarkan perlindungan tertinggi terhadap kerusakan UVA.
Sementara produk yang PPD-nya sama dengan 16 atau lebih tinggi berarti PA = PA++++
menawarkan perlindungan lebih maksimal.

Sunscreen umumnya dibagi menjadi dua jenis, yaitu chemical dan physical. Chemical
sunscreen mampu menyerap sinar matahari. Sedangkan physical sunscreen bekerja dengan
menghalangi sinar matahari. Chemical sunscreen memiliki kandungan seperti Aminobenzoic
acid, Avobenzone, Cinoxate, Dioxybenzone serta berbagai kandungan lainnya. Sedangkan
physical sunscreen memanfaatkan kandungan titanium dan zinc sebagai UV Filter. 

2.2 Cara kerja produk sunscreen


Ada dua bahan utama di dalam semua produk tabir surya: bahan aktif dan emulsi. Bahan
aktiflah yang membuat tabir surya (sunscreen) dapat bekerja melindungi kulit dari sinar
matahari. Bahan aktif tersebut terbagi menjadi dua jenis: reflektor (Physical) UV dan penyerap
(chemical) UV. Reflektor UV sebagian besar terdiri dari beberapa oksida, seperti zinc

3
oxide (seng oksida) dan titanium dioksida, yang dapat menyerap dan menyebarkan radiasi UV.
Penyerap UV adalah zat kimia yang dapat mengurangi radiasi UV dan mengubahnya ke tingkat
panas yang sangat rendah. Emulsi seperti losion, susu, krim, minyak, busa atau gel merupakan
bahan yang membawa zat aktif. Biasanya dibuat dari beberapa kombinasi antara minyak dan air,
ditambah bahan lainnya. Emulsi berfungsi agar produk tersebut tahan lama jika disimpan di rak
atau lemari. Emulsi juga membantu agar tabir surya tahan air dan seberapa baik menempel pada
kulit.
Physical sunscreen berada pada lapisan atas kulit dan memantulkan UV rays dari kulit,
sementara chemical sunscreen terbuat dari bahan-bahan yang dapat menyerap sinar matahari dan
mengubahnya menjadi panas yang nantinya dikeluarkan melalui kulit.
Physical sunscreen sering kali disebut sebagai mineral SPF alami karena terbuat dari bahan aktif,
sementara itu chemical sunscreen diproduksi dari bahan karbon. Meskipun keduanya bisa
menjaga kulit dari sinar UVA dan UVB, masa proteksi keduanya beragam. Biasanya physical
sunscreen  memiliki masa perlindungan lebih lama dan dapat bekerja secara instan.
Sedangkan chemical sunscreen perlu untuk ditunggu selama 20-30 menit sebelum terkena
paparan sinar matahari. Kelebihan dari tabir surya (sunscreen) dengan bahan chemical, ia
mampu terserap ke dalam kulit lebih cepat sehingga lebih tahan air. Namun, tidak cocok
digunakan untuk jenis kulit yang sensitif, formula physical sunscreen biasanya mengandung
lebih sedikit bahan aktif sehingga lebih kecil berisiko iritasi.
Setiap orang memiliki tingkat toleransi yang berbeda terhadap radiasi UVA dan UVB.
Untuk yang tinggal di daerah tropis, sebaikanya menggunakan SPF yang baik untuk wajah pada
angka di atas 30. Walaupun angka SPF yang lebih tinggi berfungsi untuk melindungi kulit lebih
lama, sunscreen diaplikasikan setiap 2 jam sekali untuk menjaga kulit dari paparan sinar
matahari karena efek sunscreen akan hilang dalam kurun waktu beberapa jam tergantung dari
jenis produk.
Semakin tinggi kadar SPF yang dimiliki suatu produk juga berarti bahwa produk tersebut
mengandung konsentrasi zat kimia yang berperan sebagai penyaring sinar surya yang lebih
tinggi. Konsentrasi bahan kimia yang lebih tinggi bisa saja memicu efek samping, seperti alergi
pada kulit, kerusakan jaringan kulit atau gangguan hormon tertentu.

4
2.3 Bahaya Sunscreen
Sejumlah zat kimia yang terkandung dalam sunscreen bisa menyebabkan
reaksi alergi pada kulit. Kandungan PABA (Para Amino Benzonic Acid)  yang sering ditemukan
pada produk kosmetik yang mengandung SPF dapat menyebabkan reaksi alergi pada kulit.
Tingginya kandungan PABA pada sunscreen dapat meningkatkan reaksi alergi seperti kulit
kemerah-merahan, terbakar, atau gatal. Kandungan PABA dapat bereaksi khususnya pada kulit
yang sensitif.

Bahan kimia lain yaitu retinyl palmitate. Pada sunscreen, bahan ini digunakan untuk
meningkatkan perlindungan terhadap sinar UV yang menyebabkan penuaan. Namun, beberapa
bentuk vitamun A yang ditemukan pada produk SPF, yaitu retinyl palmitate, kombinasi retinol
(vitamin A) dan asam palmitik, bisa menjadi perhatian. Ketika terpapar sinar matahari, senyawa
retinol pecah dan memproduksi radikal bebas yang meracuni sel, merusak DNA, dan
menyebabkan kanker. Sangat berbahaya bahwa retinyl palimitate bisa mempercepat
pertumbuhan sel jahat dan tumor kulit bila digunakan pada kulit sebelum terpapar sinar matahari.

Selain itu Sunscreen yang digunakan saat berenang di pantai, terutama jika


mengandung oxybenzone dan octinoxate, dikatakan dapat merusak terumbu karang dan
ekosistem laut. Ikan-ikan juga akan teracuni dua bahan kimia tersebut dan efeknya juga terdapat
pada kesehatan manusia melalui ikan dan air yang dikonsumsi. Pakar perawatan kulit alamiah,
menyarankan agar memilih sunscreen jenis physical daripada chemical. Karena kandungan zinc
oxide pada chemical sunscreen bekerja menghalangin sinar UVA dan UVB di lapisan terluar
kulit. Sementara chemical sunscreen (yang mampu menyerap sinar matahari) menembus ke
dalam kulit hingga pembuluh darah dapat menyebabkan kanker payudara, merusak DNA,
gangguan reproduksi laki-laki, dan lain sebagainya. Selain itu juga mampu merusak terumbu
karang dan biota laut lainnya.

5
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Suatu produk sunscreen menghasilkan berbagai macam SPF dan PA. Semakin tinggi nilai
yang tercantum pada produk maka semakin lama perlindungannya. Sunscreen diaplikasikan
setiap 2 jam sekali untuk menjaga kulit dari paparan sinar matahari karena efek sunscreen akan
hilang dalam kurun waktu beberapa jam tergantung dari jenis produk. Semakin tinggi kadar SPF
yang dimiliki suatu produk juga berarti bahwa produk tersebut mengandung konsentrasi zat
kimia yang berperan sebagai penyaring sinar surya yang lebih tinggi. Konsentrasi bahan kimia
yang lebih tinggi bisa saja memicu efek samping, seperti alergi pada kulit, kerusakan jaringan
kulit atau gangguan hormon tertentu.

3.2 Saran
Perlu melakukan penelitian lebih lanjut terkait kandungan dalam produk tabir surya
(sunscreen) untuk mengetahui efektivitas kinerja dan bahayanya terhadap kulit.

6
DAFTAR PUSTAKA

Djajadisastra, J., 2004, Stability Testing of Cosmetic Product, Personal Care Ingredients Asia
Conference., Jakarta.

Havas, M., 2008, Health Concerns associated with Energy Efficient Lighting and their
Electromagnetic Emissions, Scientific Committee on Emerging and Newly Identified Health
Risks (SCENIHR)., Trent University Peterborough Canada.

Jellinek, J Stephan DR., 1970, Formulation and Function of Cosmetics, translated by


G.L.Fenton, 322-326, John Wiley & Sons Inc., USA.

Lu, F.C., 1995, Basic Toxicology: Fundamentals, Target Organs, and Risk Assesment,
diterjemahkan oleh Edi Nugroho, Edisi III, 239-245, UI Press., Jakarta.

Stanfield, Joseph W., 2003, Sun Protectans: Enhancing Product Functionality with Sunscreens,
in Schueller, R., Romanowski, P., (Eds.), Multifunctional Cosmetics, 145-148, Marcel Dekker
Inc., New York.

Wasitaatmadja SM., 1997, Penuntun Ilmu Kosmetik Medik, UI-Press, Jakarta.

Yogianti F., 2020, Sinar Ultraviolet dan Kesehatan Manusia, Universitas Gadjah Mada.,
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai