Anda di halaman 1dari 16

Kemampuan PAPI Kostick dalam Memprediksi Adaptabilitas

Karyawan
Received: 05th April 2019; Revised: 06th April 2019; Accepted: 19 th July 2019
Permalink/DOI: http://dx.doi.org/10.15548/...........

Laila Listiana Ulya*) Abstract: Praktik profesi Psikologi Industri dan Organisasi
Prodi Psikologi, Universitas Negeri seperti seleksi, potential review, dan promosi membutuhkan
Semarang Evidence-Based Practice (EBP) agar dipercaya, meminimalisir
E-mail: tindakan berbahaya, dan terhindar dari gugatan klien secara
lailalistianaulya@mail.unnes.ac.id hukum. PAPI Kostick sering digunakan psikolog sebagai tes
kepribadian untuk memprediksi kinerja. Adaptabilitas adalah
salah satu bentuk dari kinerja yaitu contextual performance.
Rahmat Hidayat
Ironisnya belum ada penelitian tentang kemampuan prediktif
Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah
PAPI Kostick terhadap adaptabilitas karyawan. Penelitian ini
Mada
bertujuan memberikan bukti empiris kemampuan PAPI Kostick
E-mail: r.hidayat@ugm.ac.id
dalam memprediksi adaptabilitas karyawan. Metode
penelitiannya adalah metode dokumentasi dengan menggunakan
*) Corresponding Author skor alat tes PAPI Kostick dan Penilaian Adaptabilitas dalam
rentang waktu berbeda. Subjek penelitiannya adalah 158 orang
karyawan tenaga non-kependidikan di Fakultas Ekonomika dan
Bisnis Universitas Gadjah Mada. Analisis data menggunakan
regresi linear berganda. Hasilnya adalah PAPI Kostick mampu
memprediksi adaptabilitas karyawan sebesar 16% yaitu pada
aspek peran pekerja keras (G) dan kebutuhan mengontrol orang
lain (P). Kesimpulannya adalah PAPI Kostick mampu
memprediksi Adaptabilitas Karyawan.

Keywords: PAPI Kostick, Adaptabilitas, Kinerja, Validitas Prediktif

How to Cite: Ulya, L., & Hidayat, R. (2022). Kemampuan PAPI Kostick dalam Memprediksi Adaptabilitas
Karyawan. Jurnal Psikologi Islam : Al-Qalb. Vol. 13, No. 2. (2022).

PENDAHULUAN informasi, dan inovasi manajerial. Sifat dan


struktur pekerjaan akan terus berubah.
Dunia industri dan organisasi
Karyawan yang diinginkan oleh perusahaan
merupakan sesuatu yang bersifat dinamis,
adalah karyawan yang mampu menunjukan
penuh ketidakpastian, dan kompetitif
kinerja adaptifnya, terlebih terhadap situasi
dengan segala perubahan teknologinya.
yang serba tidak pasti (Loughlin &
Adanya era VUCA (volatlity, uncertainty,
Priyadarshini, 2021). Lingkungan bisnis
complexity, dan ambiguity) mendorong
perlu menyusun strategi bersaing untuk
kebutuhanu ntuk meningkatkan
selalu berinovasi sebagai competitive
kemampuan adaptasi (Boylan & Turner,
advantage agar tetap bertahan hidup
2017). Kepemilikan kemampuan
(Taneja et al., 2016). Adaptasi yang berhasil
adaptabilitas yang baik mutlak dimiliki oleh
berkaitan dengan mampu secara efisien
manajer dan karyawan untuk menjawab
menangani situasi kerja yang tidak terduga
tantangan perubahan globalisasi, teknologi

137
138Jurnal Al-Qalb, Volume 13, No 2, September 2022

dan tidak pasti seperti yang timbul dari sebagai fungsi dari kemampuan kognitif
restrukturisasi organisasi, perubahan (intuisi dan pemikiran kritis dan kreatif) dan
prioritas, atau kemampuan menurunkan kemampuan hubungan sosial (kesadaran
sumber daya (Murphy, 2015). Adaptasi diri dan kemampuan sosial). Sedangkan
karyawan mampu memprediksi adaptasi organisasi merupakan sikap yang
kesejahteraan subjektif di tempat kerja harus meliputi keseluruhan organisasi dan
(keterlibatan kerja, kepuasan kerja, dan turunan dari perubahan organsisasi (Boylan
penanganan stress kerja) (Loughlin & & Turner, 2017).
Priyadarshini, 2021).
Kemampuan adaptasi merujuk pada
Kemampuan adaptasi melalui hal yang perlu diperhatikan para pelaku
praktik Human Resources yang inovatif bisnis untuk mampu bersaing dalam
akan mampu mengembangkan kompetensi lingkungan bisnis. Proses dari kemampuan
yang penting untuk mencapai keunggulan. adaptasi yang baik tercermin dari individu
Kemampuan adaptasi sumber daya manusia yang bertanggung jawab atas perencanaan
mempengaruhi kinerja organisasi, strategis untuk kemajuan organisasi (Koller
produktivitas karyawan dan terciptanya & Ramón, 2017). Adaptasi penting untuk
lingkungan yang dinamis secara langsung mencapai perilaku disiplin karyawan.
melalui praktik sumber daya manusia (Xiu Kemampuan adaptasi dapat berupa adaptasi
et al., 2017). Dalam sistem manajemen terhadap perubahan organisasi, budaya
sumber daya manusia, karyawan adalah yang berbeda, orang yang berbeda, dan
aset organisasi. Ketika kinerja karyawan teknologi baru (Pulakos et al., 2006).
meningkat maka kinerja, efektivitas, dan Adaptasi memiliki hubungan negatif yang
produktivitas organisasipun juga sangat signifikan terhadap stress kerja
meningkat, begitu juga sebaliknya. (Asmarani, 2017).
Adaptasi menjadi refleksi guna prospek
pengembangan jangka panjang. Adaptabilitas karyawan fokus pada
Kemampuan adaptasi merupakan tiga area yaitu adaptabilitas kerja,
karakteristik untuk membangun lingkungan adaptabilitas sosial, dan adaptabilitas
(Pinder et al., 2017). teknologi. Pertama, konten adaptabilitas
kerja bergantung pada kondisi pekerjaan
Individu adaptif mampu tertentu dimana karyawan direkrut dan
mengantisipasi masalah dan menyusun kesiapannya dalam bekerja. Kedua konten
berbagai solusi ketika menghadapi pada penyesuaian atau adaptabilitas sosial
lingkungan yang berubah. Kemampuan akan memandu mengintegrasikan karyawan
adaptasi adalah sebuah perubahan dalam ke dalam kelompok, membangun status
perilaku yang dicirikan oleh pendekatan sosial dan membangun hubungan
inovatif atau kreatif sebagai respon dari interpersonal yang baik. Hasil dari beberapa
perubahan lingkungan (Boylan & Turner, penelitian menunjukan bahwa masalah dari
2017). Karyawan menunjukan kinerja adaptabilitas sosial biasanya lebih
adaptif dengan menyesuaikan tingkah laku kompleks daripada adaptabilitas kerja.
mereka pada persyaratan yang dibutuhkan Adaptabilitas yang dimaksud dalam
dalam situasi kerja (Pulakos et al., 2006) penelitian ini berkaitan dengan
Adaptasi individu memiliki dua sifat yaitu penyelesaian masalah secara kreatif, sikap
139Jurnal Al-Qalb, Volume 13, No 2, September 2022

menghadapi keadaan darurat, adaptasi adaptabilitas diketahui mampu


interpersonal, adaptasi teknologi dan meningkatkan kinerja seseorang atau task
perkembangan variasi pekerjaan dan performance (Wang & Schaen, 2008).
mengatasi stress kerja. Kemampuan Adaptabilitas inipun dapat diprediksi.
adaptasi mutlak dibutuhkan dan dimiliki Adaptabilitas individu dan kepribadian
oleh karyawan. karyawan mampu memprediksi task
performance, kinerja kepemilikan, dan
Kinerja merupakan salah satu tolak perilaku kerja. Adaptabilitas ini
ukur kesuksesan individu ketika bekerja. berhubungan dengan pemikiran karyawan
Standar kesuksesan karyawan tergantung (Murphy, 2015). Kepribadian mampu
pada fungsi dan tanggung jawab kerjanya memprediksi adaptabilitas karyawan.
dalam bentuk aktivitas selama kurun waktu Ambisi dan stabilitas emosi memberikan
tertentu. Kriteria tersebut meliputi efek yang lebih kuat pada kinerja adaptif
produktivitas, penjualan, dan atau kualitas bagi manajer dibandingkan dengan
barang dan pelayanan, serta performance karyawan (Huang et al., 2014). Sifat
(Suroto et al., 2018). Performance secara kepribadian mampu memprediksi kinerja
eksplisit dianggap sebagai konstruk optimal karyawan di sektor pemerintahan,
multidimensi yang merefleksikan terlebih pada kepribadian interaksi sosial
keseluruhan perilaku atau tindakan individu dan stabilitas emosi (Eshet & Harpaz,
yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan 2021).
organisasi (Motowidlo & Keil, 2013).
Alat tes psikologi yang banyak dan
Performance terdiri dari dua macam umum digunakan oleh psikolog.
yaitu task performance dan contextual Professional HR (Human Resource) dan
performance. Task performance merupakan manajer terkait dalam praktik psikologi
perilaku yang ditentukan dan berkaitan adalah PAPI Kostick sebagai tes
dengan penyelesaian tugas maupun kepribadian. PAPI Kostick membantu
aktivitas yang berkontribusi terhadap mengevaluasi perilaku dan gaya kerja
pencapaian tujuan organisasi. Sedangkan karyawan (Cemani et al., 2013). PAPI
contextual performance merupakan Kostick berbentuk tes non proyektif yang
perilaku di luar peran kerja dan untuk mengevaluasi gaya kerja dan perilaku
berkontribusi pada efektivitas organisasi kerja individu. Tes ini terdiri dari 90 pasang
yang dipengaruhi oleh aspek psikologi, pernyataan dimana individu dipaksa untuk
sosial, dan konteks organisasi di tempat memilih salah satu pernyataan dari dari dua
kerja. Contextual performance inilah yang pilihan pernyataan yang ada. Berdasarkan
secara langsung mempengaruhi pencapaian hasil survey kepada 44 psikolog yang
task performance. Contextual performance melakukan praktik profesi industri di
juga terdiri dari berbagai kemampuan dan berbagai setting seperti lembaga psikologi,
kompetensi karyawan dalam bekerja. konsultan psikologi, BUMD, BUMD, dan
Semakin meningkat kompetensi karyawan swasta diketahui bahwa mereka
maka akan semakin meningkat pula kinerja menggunakan alat tes PAPI Kostick dalam
karyawan (Suroto et al., 2018). proses asesmen psikologi.
Adaptabilitas termasuk ke dalam
contextual performance, namun
140Jurnal Al-Qalb, Volume 13, No 2, September 2022

Alat tes ini terdiri dari 20 aspek ukur pengukuran gaya kerja. Identifikasi
berupa need atau kebutuhan dan roles atau variabel-variabel yang relevan dan
persepsi keadaan oleh individu di tempat bermakna untuk menilai kepribadian dalam
kerja. Model teori PAPI berasal dari teori konteks organisasi dilakukan dengan
kepribadian Murray tentang need dan press mengadakan survey kepada eksekutif dan
dimana keduanya adalah sumber konflik manajer.
bagi individu. Teori Murray menjadi Hasilnya menunjukan bahwa
landasan kontruksi rasional PAPI dengan rasionalisasi dari penyertaan atau
subtes dua area. Satu skala pengukuran pengecualian dari need dan identifikasi
preferensi dimana Kostick menyebutnya pengaruh lingkungan (press) yang
dengan need dan satu skala pengukuran signifikan. Sejak need dan roles Kostick
persepsi dimana ia menyebutnya sebagai diidentifikasi dari sampel populasi kerja,
roles. Konseptualisasi need dan roles interaksi kedua dimensi ini dianggap
Kostick dipetakan ke dalam need dan press memiliki dasar yang berarti. Interaksi
Murray. Berikut adalah gambaran skala dinamika antara need dan roles di dalam
PAPI yang merefleksikan sistem klasifikasi PAPI menunjukan keunikan dari sebuah
need Murray. pengukuran kepribadian di dunia kerja.
Tabel 1. Sistem Klasifikasi Need PAPI dan Need PAPI mencari pemahaman perilaku
Murray (Wilbers, 2015) manusia dalam interaksinya antara orang
Need PAPI Need Murray dengan situasi sehingga dapat
Need for rules and n Passivity menerjemahkan sifat kepribadian dan
supervision (W) situasi atau informasi kontektual dalam
Need to be notice (X) n Exhibition perilaku sebenarnya. Alat ini
Need to be belong to groups n Affiliation
mendeskripsikan kepribadian dalam 20
(B)
Need to relate closely to n Succorance
aspek dimana masing-masing aspek
individuals (O) mewakili need atau role tertentu. Tinggi
Need to control others (P) n Dominance rendahnya need atau role tertentu memiliki
Need to be forceful (K) n Agression interprestasi yang spesifik.
Need to achieve (A) n Achievement
Tabel 2. Fitur Utama Skala Need dan Roles PAPI
Need to be supportive (F) n Deference
(Wilbers, 2015)
Need to finish a task (N) n Order
Need for change (Z) - Need PAPI Roles PAPI
Skala 10 need Skala 10 role
Berdasarkan model kepribadian
Ditunjukan sebagai Ditunjukan sebagai
Murray, PAPI didesain untuk memperoleh pernyataan preferensi pernyataan persepsi
interaksi yang kompleks antara dua elemen (contoh : Saya suka (contoh : saya selalu
need dan roles. Kostick mendesain melakukan hal baru) fokus pada langkah ke
pengukuran kepribadian yang secara Mengukur preferensi depan)
khusus fokus pada area dunia kerja individual di berbagai Mengukur persepsi diri
perilaku berdasarkan individu dari perilaku
sehingga ia melakukan perbaikan yang
pada apa yang telah mereka di lingkungan
menjadikan PAPI relevean sesuai terjadi sebelumnya kerja
konteksnya. Kostick mendefinisikan need Tujuan dari need adalah
dan pengaruh lingkungan merupakan hal meraih kebutuhan
yang penting dan relevan terhadap kepuasan dan
menghindari frustasi
141Jurnal Al-Qalb, Volume 13, No 2, September 2022

Need PAPI Roles PAPI b. Leadership (Kepemimpinan)


- Leadership role (L) : Peran
Skala 10 need Skala 10 Role kepemimpinan
Dipegang luas untuk Termasuk situasi atau
- Need to control others (P) :
menjadi ukuran karakteristik kontektual
Kebutuhan mengatur orang lain
kepribadian yang stabil yang menekan individu - Ease in decision making (I) :
untuk berperilaku Peran membuat keputusan
Kebutuhan yang tidak dengan cara tertentu c. Activity (Aktivitas kerja)
atau hanya sebagian (contoh : budaya - Pace (T) : Peran sibuk
terpenuhi akan organisasi, tuntutan - Vigorous type (V) : Peran penuh
menyebabkan perilaku pekerjaan, gaya semangat
disfungsi manajemen atasan, dan d. Social Nature (Relasi sosial)
pengalaman hidup di - Need for closeness and affection
Need PAPI sangat erat
luar pekerjaan) (O) : Kebutuhan kedekatan dan
kaitannya dengan need
kasih sayang
Murray pada EPPS Tidak mengukur - Need to belong to groups (B) :
keadaan psikologis Kebutuhan diterima dalam
sementara, roles diukur
kelompok
pada PAPI
- Social extension (S) : Peran
hubungan sosial
- Need to be noticed (X) :
Konfigurasi yang didapatkan dari Kebutuhan untuk diperhatikan
hasil PAPI Kostick yaitu gambaran pilihan e. Work Style (Gaya Kerja)
- Organized type (C) : Peran
testee yang bermuatan need atau role. Lalu
mengatur
dibandingkan dengan need atau role lain - Interest in working with details
dalam keseluruhan sistem kepribadian (D) : Peran bekerja dengan hal –
berdasarkan persepsi testee atas dirinya hal rinci
sendiri. PAPI Kostick merupakan inventori - Theoretical type (R) : Peran
pilihan pekerjaan. Alat ini mengukur gaya orang yang teoritis
f. Temperament (Sifat temperamen)
individu di tempat kerja sebagai hasil dari
- Need for change (Z) : Kebutuhan
kebutuhan dan kepercayaan mereka di untuk berubah
dalam menyelesaikan peran yang berbeda. - Emotional resistant (E) : Peran
Alat ini mengukur motivasi, gaya pengendalian emosi
kepemimpinan, level energi, lingkungan - Need to be forceful (K) :
sosial, gaya pekerjaan, temperamen dan Kebutuhan untuk agresif
hubungan dengan atasan. Faktor-faktor g. Followership (Posisi atasan-
bawahan)
tersebut dikelompokan ke dalam 7
- Need to support authority (F) :
klasifikasi sebagai berikut (Cubiks, 2007): Kebutuhan membantu atasan
- Need for rules and supervision
a. Work Direction (Arah Kerja)
(W) : Kebutuhan mengikuti
- Need to finish task (N) :
aturan dan pengawasan
Kebutuhan menyelesaikan tugas
secara mandiri Standar profesional dalam praktik
- Hard intense worked (G) : Peran psikologi dibutuhkan oleh manajemen
pekerja keras
sumber daya manusia dalam sebuah
- Need to achieve (A) : Kebutuhan
berprestasi perusahaan dan organisasi agar dapat
berhasil. Salah satunya mengenai
142Jurnal Al-Qalb, Volume 13, No 2, September 2022

penggunaan instrumen atau alat ukur dalam praktiknya ditujukan untuk memprediksi
proses asesmen terkait dengan evaluasi performance karyawan di masa yang akan
psikometrinya. Ketika psikolog tidak datang. Ironisnya sejauh pengetahuan yang
memiliki bukti dasar dari penggunaan alat peneliti miliki, belum ada penelitian yang
psikologi sebagai metode dan alat penilaian memberikan bukti empiris tentang
maka akan sangat rawan dan lemah dalam kemampuan prediktif PAPI Kostick
pembelaan ketika sampai terjadi sebuah terhadap adaptabilitas sehingga penelitian
gugatan atau clash action terhadap praktik ini relatif bersifat baru dan terdapat ide
profesinya. Sebuah bukti atau evidence untuk mengkritisi penggunaan PAPI
memainkan peran yang penting dalam Kostick dalam praktik profesi psikologi.
sebuah ilmu pengetahuan untuk dapat
dipercaya dan memperkuat Kemampuan memprediksi ini
penyelenggaraan gerakan praktik berbasis diukur dengan parameter validitas prediktif.
bukti atau evidence-based practice (EBP). Salah satu syarat alat ukur psikologi yang
Terlebih untuk ilmu pengetahuan yang baik adalah mempunyai validitas prediktif.
memiliki praktik profesi dalam penerapan Ini merupakan seberapa besar derajat suatu
keilmuannya seperti psikologi. EBP tes psikologi mampu berhasil memprediksi
berfungsi untuk mengidentifikasi dan kesuksesan atau kinerja individu di masa
menyeleksi intervensi dan strategi datang. Pengujian validitas bertujuan untuk
perlakuan yang dapat memaksimalkan mengetahui keakuratan data yang diungkap
peluang munculnya manfaat, oleh suatu alat tes terhadap tujuan ukurnya.
meminimalisir tindakan yang berpotensi Di dalam pengukuran validitas prediktif ada
memberikan bahaya dimana akan dua macam variabel yaitu variabel prediktif
merugikan pasien atau klien, dan dan variabel kriterium. Variabel prediktif
memberikan perlakuan yang paling efektif yaitu variabel yang diperkirakan mampu
secara biaya. Selain itu, EBP juga dapat memprediksi variabel lain. Sedangkan
dijadikan sebagai media pertahanan hukum variabel kriterium yaitu variabel yang
karena praktik profesi memiliki risiko menjadi hasil dari prediksi variabel lain
pelanggaran dalam pengambilan keputusan (Azwar, 2021).
sebuah tindakan. Validitas prediktif merujuk suatu
Idealnya psikolog industri memiliki kondisi dimana perangkat penilaian mampu
EBP dalam melakukan intervensi pada tiga memprediksi kinerja masa depan dalam
area di atas yaitu seleksi, potential review bidang tertentu untuk mengukurnya
dan promosi. Faktanya, sejauh yang peneliti dilakukan tes pada waktu tertentu kemudian
ketahui tidak ada bukti dasar dan review dalam jangka waktu tertentu dilakukan
sistematis (meta analisis) terhadap pengukuran kembali terhadap kesuksesan
penggunaan alat-alat tes psikologi dalam atau kompetensi perilaku yang diprediksi.
praktik di bidang industri dan organisasi. Validitas prediktif merupakan asosiasi
Sejauh ini faktor kepercayaan menjadi antara skala dan variabel yang menjadi
dasar psikolog dalam menggunakan alat tes kriteria (Furr, 2011). Kriteria tersebut dapat
psikologi tertentu, belum berdasarkan bukti berupa skor tes lain yang mempunyai fungsi
empiris (statistik maupun psikometri). ukur sama atau berupa ukuran-ukuran lain
Penggunaan PAPI Kostick dalam yang relevan. Apabila skor tes diberi
143Jurnal Al-Qalb, Volume 13, No 2, September 2022

symbol X dan skor kriteria diberi symbol Y METODE


maka koefisien korelasi antara tes dan
Metode penelitian ini adalah
kriteria tersebut adalah sebuah koefisien kuantitatif. Variabel penelitian ini adalah
validitas yang dilambangkan dengan rxy Adaptabilitas Karyawan. Subjek
(Azwar, 2013). Dalam penelitian ini penelitiannya adalah 158 orang karyawan
misalnya, koefisien validitas prediktif tenaga non-kependidikan di Fakultas
diperoleh dengan mengkorelasikan Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah
distributor skor PAPI Kostick dengan Mada. Subjek telah mengikuti potential
review pada bulan Mei tahun 2015 di Unit
adaptabilitas karyawan dalam penilaian
Lembaga Pengembangan Kualitas Manusia
perilaku kerja. Skor PAPI Kostick berlaku (LPKM) Fakultas Psikologi UGM dan
sebagai prediktor sedangkan skor mengikuti Penilaian Kinerja pada bulan
adaptabilitas berlaku sebagai kriteria yang Desember tahun 2016 di Fakultas Ekonomi
diharapkan mampu menjadi tolok ukur dan Bisnis UGM. Tahap penelitian ini ada
kinerja. dua yaitu pengambilan data dan analisis
data. Metode dokumentasi digunakan
Terdapat beberapa faktor yang dalam proses pengambilan data dalam
mampu mempengaruhi koefisien validitas. penelitian ini. Selain itu juga untuk
Kebanyakan faktor-faktor itu berfokus pada menghimpun data skor PAPI Kostick
sebagai salah alat tes kepribadian dan
korelasi antara skala dan variabel yang
adaptabilitas karyawan yang memberikan
menjadi kriteria, namun faktor-faktor ini gambaran tentang penilaian kinerja. Data
dapat mempengaruhi semua statistik yang ini dikumpulkan melalui data base yang
merefleksikan asosiasi antara variabel atau dimiliki oleh organisasi sebagai salah satu
kelompok yang berbeda. Faktor-faktor itu pengguna hasil pemeriksaan psikologi dan
adalah asosiasi antar konstruk, eror lembaga psikologi sebagai salah satu
organisasi yang memberikan layanan jasa
pengukuran dan reliabilitas, jangkauan
tes psikologi tempat dilaksanakannya
yang terbatas, ketidaksimetrisan dan penelitian. Hipotesis diuji menggunakan
proporsi relative, variasi metode, waktu, aplikasi SPSS versi 16.0 dengan analisis
dan prediksi terhadap kejadian tunggal regresi linier berganda dan analisis
(Furr, 2011). diskriminan sebagai analisis data tambahan.

Tanpa adanya bukti empiris HASIL DAN PEMBAHASAN


mengenai kemampuan prediktif ini,
menyebabkan PAPI Kostick belum dapat 1. Pemeriksaan Data Adaptabilitas
dipercaya secara utuh sebagai alat ukur a. Reliabilitas internal masing-
yang dapat memprediksi kinerja karyawan. masing penilaian adaptabilitas
EBP PAPI Kostick yang telah digunakan Tujuan reliabilitas adalah untuk
selama ini oleh psikolog dalam prakteknya
mengetahui konsistensi alat ukur dalam
mutlak harus segara dibangun dalam dunia
psikologi. Kebutuhan ini tidak bisa ditunda mengukur sebuah kontruk tertentu dari
lagi lebih lama. Penelitian ini bertujuan waktu ke waktu. Hasil analisis data
menyajikan fakta empiris tentang menunjukan bahwa nilai koefisien
kemampuan PAPI Kostick dalam reliabilitas internal penilaian adaptabilitas
memprediksi adaptabilitas karyawan. oleh rekan kerja dan atasan sebesar 0,899
dan 0,940 (p>0,80) memiliki makna alat
ukur penilaian adaptabilitas istimewa dan
dapat dipercaya. Sedangkan nilai koefisien
144Jurnal Al-Qalb, Volume 13, No 2, September 2022

reliabilitas internal penilaian adaptabilitas mengidentifikasi jumlah faktor yang ada di


oleh diri sendiri sebesar 0,797 (p>0,70) dalam seperangkat aitem.
memiliki makna bahwa alat ukur tersebut Hasil analisis terhadap sumber
penilaian dari rekan kerja membentuk 2
baik dan dapat dipercaya.
faktor yaitu 7 aitem membentuk 1 faktor
b. Reliabilitas antar rater penilaian dan 2 aitem lainnya membentuk 1 faktor
adaptabilitas baru dengan factor loading yang bergerak
dari 0,800-0,874. Kedua faktor yang
Reliabilitas antar rater bertujuan dibentuk itu diberi label sebagai
untuk melihat konsisensi diantara para rater adaptabilitas dari perspektif rekan kerja dan
(lebih dari dua) dengan mengestimasi rata- adaptabilitas dalam tugas baru. Analisis
rata interkorelasi hasil rating antara terhadap sumber penilaian dari atasan
hanya membentuk 1 faktor dengan factor
kombinasi pasangan rater yang dapat
loading yang bergerak dari 0,875-0,779
dibuat. Intraclass Correlation Coeficient yang diberi label adaptabilitas dari
(ICC) menunjukan perbandingan antara perspektif atasan. Analisis terhadap sumber
variasi yang diakibatkan atribut yang diukur penilaian dari diri sendiri membentuk 3
dengan variasi pengukuran secara faktor yaitu 4 aitem membentuk faktor 1, 2
keseluruhan. Hasil analisis menunjukan aitem membentuk faktor baru, dan 3 aitem
bahwa korelasi penilaian antar rater dari membentuk faktor baru lainnya dengan
factor loading yang bergerak dari 0,795-
kombinasi rekan kerja dan atasan sebesar
0,686 yang diberi label adaptabilitas dari
0,105, rekan kerja dan diri sendiri sebesar perspektif diri sendiri, adaptabilitas
0,143, serta atasan dan diri sendiri sebesar memecahkan permasalahan pekerjaan, dan
0,119. Terdapat interkorelasi yang rendah adaptabilitas interpersonal.
antara rekan kerja dan atasan, rekan kerja
dan diri sendiri, serta atasan dan diri sendiri. 2. Uji Asumsi Parametrik
a. Uji Normalitas
c. Pemeriksaan faktor laten pada alat Tujuan uji normalitas adalah
ukur melihat apakah data berdistribusi normal.
Analisis faktor digunakan untuk Hasil analisis data menunjukan nilai
mengidentifikasi konstruk laten atau faktor- signifikansi sebesar 0,823 (p>0,05).
faktor yang mungkin akan diprediksi teori. Kesimpulannya data yang akan diuji
Tujuan pemeriksaan nilai KMO dan memiliki distribusi normal.
Bartlett’s Test of Sphericity adalah uji b. Uji Linieritas
asumsi untuk mengetahui varian datanya Tujuan uji linieritas adalah
normal dan homogen atau tidak. KMO mengetahui apakah data memiliki
memiliki fungsi seperti uji normalitas dan hubungan yang linier atau tidak antara
Bartlett’s Test of Sphericity memiliki fungsi predictor dan kriterium. Hasil analisis
seperti uji homogenitas. Jika nilainya tidak menunjukan bahwa nilai signifikansi
signifikan maka hasil pengukuran deviation of linierity dari semua sub aspek
dikatakan tidak konsisten. Jika nilainya >0,05. Kesimpulannya adalah data
signifikan maka data tersebut adaptabilitas dan PAPI Kostick
memungkinkan untuk dilakukan uji analisis berhubungan linier.
faktor seperti Exploratory Factor Analysis c. Uji Multikolinieritas
(EFA) atau Confirmatory Factor Analysis Tujuan uji multikolinieritas adalah
(CFA). KMO yang memenuhi syarat untuk menguji apakah pada model regresi
analisis faktor memiliki nilai >0,50 dengan ditemukan adanya korelasi antar prediktor.
signifikansi sebesar <0,50. Exploratory Hasil menunjukan bahwa ada 9 aspek yang
Factor Analysis (EFA) digunakan untuk memiliki nilai tolerance ≥ 0,10 dan ada 11
145Jurnal Al-Qalb, Volume 13, No 2, September 2022

sub aspek yang memiliki nilai tolerance ≤ yaitu sebesar 29,8%, S1 sebesar 12%,
0,10. Kesimpulannya adalah terdapat PPAK sebesar 5%, P2EB sebesar 6,3%,
multikolinieritas dalam model regresi yang MSi Doktor sebesar 5%, MM Jogja sebesar
melibatkan 11 aitem dan tidak terdapat 7,6%, MM Jakarta sebesar 25,3%, MEP
multikolinieritas dalam model regresi yang sebesar 3,8% dan MAKSI sebesar 5%.
melibatkan 9 aitem.
d. Uji Heteroskidatisitas 4. Uji Regresi Linier Berganda
Uji heteroskidasitas berfungsi untuk Uji regresi linier berganda bertujuan
mengetahui apakah dalam model regresi untuk melakukan diskripsi dan prediksi
terjadi ketidaksamaan varians dari residual serta mengidentifikasi prediktor yang
satu pengamatan ke pengamatan lain. memiliki nilai prediksi paling besar. (Lana
Berdasarkan dari grafik scatter plot, tidak & Temalagi, 2013). Berikut adalah tabel
ada pola yang jelas serta titik-titik nilai koefisien korelasi 20 aspek PAPI
menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada Kostick terhadap adaptabilitas.
sumbu Y pada model regresi. Selain itu,
nilai signifikansi pada tabel coefficient Berdasarkan hasil analisis regresi
dengan uji glejser sebesar 1,000 (p>0,05). linier berganda dengan menggunakan
Kesimpulannya adalah tidak terjadi metode Enter menunjukan bahwa nilai
heteroskidatisitas atau terjadi koefisien determinasi (R2) sebesar 0,160
homoskidatisitas pada model regresi. dan korelasi (R) sebesar 0,400 (p<0,05).
Tabel 3. Koefisien Korelasi Regresi Linier Hal ini menunjukan bahwa hanya 16%
Berganda variasi adaptabilitas dapat dijelasakan oleh
20 aspek PAPI Kostick. Lalu dari 20 aspek
No Aspek Koefisien Signifikasi PAPI Kostick, hanya ada 2 aspek yang
1 N 0,005 0,474 memiliki nilai signifikansi koefisien
2 G 0,149 0,031
3 A 0,098 0,111 korelasi <0,05 yaitu aspek G (hard intense
4 L 0,126 0,057 worked) sebesar 0,031 (p<0,05) dengan
5 P 0,132 0,049
6 I 0,038 0,319
B=0,251, R2 =0,022 dan aspek P (need to
7 T -0,099 0,109 control others) sebesar 0,049 (p<0,05)
8 V -0,032 0,345 dengan B=0,206, R2 =0,018.
9 X -0,126 0,058
10 S -0,111 0,083 Kesimpulannya adalah aspek G (role of
11 B -0,015 0,426 hard worker) dan aspek P (need to control
12 O 0,110 0,085
others) mampu memprediksi dan
13 R 0,126 0,058
14 D -0,070 0,191 memberikan pengaruh dalam menerangkan
15 C -0,121 0,065 variasi adaptabilitas. Artinya adalah
16 Z -0,110 0,084
17 E -0,005 0,477 semakin tinggi nilai pada aspek G dan aspek
18 K -0,103 0,100 P maka akan semakin tinggi pula
19 F -0,025 0,376 adaptabilitasnya.
20 W -0,014 0,429
5. Uji Analisis Diskriminan
3. Deskripsi Demografi Subjek Analisis diskriminan digunakan
Subjek penelitian ini terdiri dari 158 sebagai analisis tambahan untuk
tenaga non kependidikan Fakultas mengidentifikasi prediktor-prediktor yang
Ekonomika dan Bisnis dengan jumlah mampu membedakan kelompok dengan
perempuan sebesar 21,5 % dan laki-laki nilai tinggi dan rendah. Analisis
sebesar 78,5 %. Data penelitian berasal dari diskriminan dalam penelitian ini untuk
9 prodi dengan prosentase dari Wisma MM membedakan antara karyawan yang
146Jurnal Al-Qalb, Volume 13, No 2, September 2022

memiliki adaptabilitas kurang baik (kode 0) memproyeksikan kemampuan beradaptasi


dan adaptabilitas baik (kode 1). Penentuan (Loughlin & Priyadarshini, 2021).
kategorisasi karyawan dengan adaptabilitas
kurang baik dan baik mengacu pada Terdapat dua aspek PAPI Kostick
Peraturan Rektor Universitas Gadjah Mada yaitu peran pekerja keras dan kebutuhan
Nomor 448/P/SK/HT/2010 dimana dari mengatur orang lain, yang mampu
nilai total 100, karyawan dengan nilai ≥75
memprediksi adaptabilitas karyawan.
masuk kategori baik dan karyawan dengan
nilai <75 masuk kategori kurang. Oleh Artinya adalah semakin tinggi nilai peran
sebab itu, nilai cut off yang digunakan pekerja keras dan nilai kebutuhan mengatur
dalam penelitian ini adalah >33,75 dari nilai orang lain maka akan semakin tinggi pula
total 45. Berdasarkan hasil statistik Wilk’s adaptabilitasnya. Peran pekerja keras ini
Lambda, 20 aspek PAPI Kostick berkaitan dengan adaptabilitas terhadap
menunjukan nilai >0,9. Nilai yang sangat pekerjaan atau tugas. Hal ini sesuai dengan
besar ini memperkecil kemungkinan
hasil analisis faktor penilaian adaptabilitas
hipotesis nol (tidak ada perbedaan mean)
ditolak. Meskipun demikan, aspek T dimana terdapat temuan 1 faktor yang
memiliki nilai signifikansi sebesar 0,048 dilabeli dengan nama adaptabilitas dalam
(p<0,05)dengan nilai Wilk’s Lambda aspek tugas baru. Sedangkan kebutuhan mengatur
T sebesar 0,975 atau sama dengan Chi- orang lain ini berkaitan dengan adaptasi
Square 3.924 dan signifikan dengan nilai interpersonal. Hal ini juga sesuai dengan
0,048 (p<0,05). Kesimpulannya adalah 19 hasil dari analisis faktor dimana terdapat 1
aspek PAPI Kostick tidak dapat digunakan
untuk mendiskriminasi dan hanya ada 1 temuan faktor yang dilabeli dengan nama
aspek PAPI Kostick yang signifikan adaptabilitas interpersonal.
mampu mendiskriminasi kelompok dengan
adaptabilitas kurang baik dan baik yaitu Adaptabilitas kerja meliputi dua hal
aspek T (pace) atau peran sibuk. yaitu pengetahuan tentang tugas atau
pekerjaan seperti mengetahui bagaimana
Hasil penelitian menunjukan bahwa memprioritaskan tugas dan membangun
alat ukur PAPI Kostick mampu hubungan interpersonal seperti mengetahui
memprediksi adaptabilitas karyawan bagaimana bersikap terhadap rekan kerja
sebesar 16% yaitu pada aspek peran pekerja mereka. Adaptabilitas dalam tugas baru dan
keras (G) dan kebutuhan mengatur orang adaptabilitas interpersonal ini berguna
lain (P), sedangkan 18 aspek lainnya untuk membantu organiasi mencapai
memprediksi perilaku kerja lain selain keefektifannya. Ketika karyawan memiliki
adaptabilitas. Tujuan dari penelitian ini kemampuan adaptasi maka mereka akan
telah tercapai yaitu mengetahui mampu menyesuaikan diri dan mengatur
kemampuan PAPI Kostick sebagai salah perilaku mereka agar sesuai dengan
satu alat tes kepribadian dalam tantangan perubahan globalisasi, teknologi
memprediksi adaptabilitas karyawan. Hal informasi, dan inovasi manajerial.
ini selaras dengan tinjauan dari berbagai Karyawan akan mengarahkan perilaku
literatur sebelumnya yang menunjukan mereka dengan bekerja dengan keras dan
bahwa pengukuran kepribadian melalui alat mampu menghadapi segala tantangan
tes psikologi mampu memberikan prediksi pekerjaan baru. Kemampuan adaptasi ini
terhadap perilaku kerja karyawan berdampak positif terhadap hal kerja (job
(Widyasari et al., 2007). Teori implisit dan performance) (Sony & Mekoth, 2016).
kepribadian secara signifikan
147Jurnal Al-Qalb, Volume 13, No 2, September 2022

Selain itu karyawan juga mampu mengelola Secara konseptual, hasil penelitian
perilakunya untuk berinteraksi dengan ini dapat dijelaskan bahwa orang-orang
rekan kerja, atasan, maupun bawahannya dengan peran pekerja keras, sesuai dengan
dengan baik ketika bekerja. Hubungan bunyi aitem-aitem pernyataan dalam PAPI
interpersonal pada atasan akan berdampak Kostick menunjukan peran bekerja dan
pada job performance dan hubungan berusaha sangat keras yaitu saya seorang
interpersonal pada rekan kerja akan pekerja keras, saya bekerja keras, saya
berdampak pada job satisfaction. Perilaku berusaha keras untuk menjadi yang terbaik,
komunikasi sosial membangun hubungan biasanya saya suka bekerja keras, biasanya
interpersonal yang membantu karyawan saya bekerja sangat keras, saya selalu
memahami sistem dan kebijakan yang berusaha sangat keras, dan saya suka
relevan dalam organisasi, memperjelas bekerja keras. Individu mempersepsikan
peran mereka ketika bekerja, mengintegrasi dirinya di dalam situasi dunia kerjanya saat
dalam kelompok kerja baru, dan dukungan ini sebagai seseorang yang bekerja sangat
dari rekan kerja maupun atasan. Hal ini keras. Peran pekerja keras ini berkaitan
mempercepat proses adaptasi ketika bekerja dengan adaptabilitas terhadap pekerjaan
(Kan, 2019). atau tugas. Sesuai dengan hasil analisis
data, karyawan yang memiliki nilai pada
Teori interpersonal aspek peran pekerja keras maka ia juga
menggambarkan persepektif hubungan memiliki adaptabilitas terhadap pekerjaan
antara perilaku seseorang sebagai hasil dari yang tinggi pula.
interaksi faktor situasional dan faktor
individu. Kemampun adaptasi interpersonal Adaptabilitas terhadap pekerjaan ini
merupakan kompetensi yang sangat penting merupakan kemampuan karyawan
dimiliki oleh karyawan. Dalam aplikasi menyesuaikan diri terhadap berbagai
teori interpersonal pada adaptabilitas tantangan dan tuntutan ketika menghadapi
interpersonal di tempat kerja, perilaku pekerjaan atau tugas baru agar kinerjanya
interpersonal dimotivasi oleh dua selalu meningkat. Tantangan dan tuntutan
kebutuhan dasar yaitu kebutuhan untuk ini bisa meliputi perkembangan teknologi
mengontrol orang lain (mendominasi dan yang harus diupdate dan
kekuasaan) dan kebutuhan untuk diimplementasikan dalam penyelesaian
berkelompok (kerukunan dan keramahan). pekerjaannya, proyek-proyek baru yang
Perilaku karyawan ini terdiri dari hubungan harus diikuti, dan perubahan sistem, alur
yang hangat dan dominan. Karyawan yang maupun cara kerja dari pihak manajemen,
mampu berdaptasi secara interpersonal dan berbagai kesempatan pelatihan guna
yaitu menyesuaikan diri terhadap hubungan meningkatkan ketrampilan karyawan dalam
hangat dan dominan dari perilakunya untuk menyelesaikan pekerjaan. Berbagai
melengkapi perilaku karyawan lain, akan tantangan dan tuntutan tersebut akan selalu
memiliki hubungan interpersonal yang menjadi sebuah perubahan yang akan terus
lebih baik daripada karyawan yang tidak terjadi dalam pekerjaan mereka sehingga
mampu beradaptasi. Maka mereka akan karyawan harus menyesuaikan diri atau
lebih berhasil menyelesaikan tugas-tugas beradaptasi. Sifat pekerjaan selalu berubah
sulit dalam area interpersonal (Powers, ke bentuk manajemen organisasi yang baru
2014). melalui munculnya tekonologi digital.
148Jurnal Al-Qalb, Volume 13, No 2, September 2022

Kemampuan beradaptasi kerja penting mencapai tujuannya (peningkatan kinerja


dalam dunia yang berubah dengan cepat. dan kepuasan kerja) dan menghadapi
Karyawan harus menjadi pembelajar yang tantangan pekerjaan maupun
dapat beradaptasi dan kompeten. Efikasi lingkungannya yang selalu menuntut
diri dan kedisiplinan memainkan peran perubahan adalah melakukan perilaku
penting dalam suksesnya adaptabilitas kerja adaptif (Wohler, 2014). Karyawan yang
terutama ketika masa krisis (Makarius & pekerja keras akan berupaya menyesuaikan
Larson, 2017). Ketika menghadapi inovasi diri terhadap pekerjaan yang sedang
teknologi dan perkembangan dari variasi dihadapinya agar pekerjaan tersebut dapat
pekerjaan, karyawan membutuhkan selesai tepat waktu dengan kualitas
kemampuan dan keinginan untuk maksimal. Oleh sebab itu ia juga selalu
melibatkan diri dalam pembelajaran baru berupaya mencari pengembangan diri dan
untuk menghadapi perubahan dengan cara merasa membutuhkan suatu kemampuan
yang efisien (Pulakos et al., 2006). dan ketrampilan (hard skill) yang baik juga
dalam mengelola tugas. Kemampuan dan
Karyawan dengan peran bekerja dan ketrampilan tersebut dapat diperoleh
berusaha keras cenderung memiliki mereka dengan mengikuti berbagai
dorongan tinggi untuk mencapai tujuannya pelatihan yang berkaitan dengan pekerjaan
seperti peningkatan kinerja dan kepuasan seperti pelatihan komputer atau IT. Terlebih
kerja. Hal ini berkaitan erat dengan dengan adanya persaingan bisnis global dan
motivasi kerja. Ketika karyawan memiliki strategi internasional dari instansi Fakultas
motivasi kerja tinggi maka ia terdorong Ekonomika dan Bisnis secara khusus dan
untuk berperilaku semaksimal mungkin Universtas Gadjah Mada secara umum,
dalam melakukan tugas dan pekerjaannya. semakin menuntut karyawan untuk menjadi
Motivasi merupakan penyebab karyawan tenaga profesional yang memiliki
untuk bertindak atau berusaha dalam pengetahuan dan ketrampilan internasional.
mencapai kinerja terbaiknya. Indikator Salah satunya adalah dengan meningkatkan
kinerja ini bisa berupa pencapaian target- ketrampilan IT karyawan karena semua
target kerja (task performance) yang sistem akan menggunakan komputer
keluarannya dapat berbentuk kuantitas (paperless) untuk mencapai efisiensi dan
maupun kualitas pekerjaan. Dorongan dan efektivitas pekerjaan maupun organisasi.
motivasi tersebut akan mengarahkan
karyawan berperilaku tertentu agar target Kemudian secara konseptual, hasil
kinerjanya (task performance) tercapai. penelitian ini dapat dijelaskan bahwa orang-
Salah satu perilaku yang ditampilkan oleh orang dengan kebutuhan mengatur orang
karyawan untuk mencapai task lain, sesuai dengan bunyi aitem-aitem
performance tersebut adalah perilaku pernyataan dalam PAPI Kostick
adaptif. menunjukan kebutuhan bertanggung jawab,
mengatur dan mengontrol orang lain
Ketika seseorang memiliki tujuan dengan cara menunjukan dan memberitahu
atau goal setting maka ia akan terdorong orang lain apa saja yang harus dikerjakan
untuk melakukan segala upaya untuk dan bagaimana cara melakukannya. Aitem-
mencapainya. Salah satu bentuk usaha aitem tersebut adalah saya suka
ekstra yang dikeluarkan karyawan dalam menunjukan acaranya melaksanakan
149Jurnal Al-Qalb, Volume 13, No 2, September 2022

sesuatu hal, saya senang mengatakan interpersonal yaitu karyawan menyesuaikan


kepada orang lain apa yang harus diri dengan kondisi karyawan lain. Ketika
dilakukannya, saya membuat orang lain proses dominasi ini berjalan secara frontal
melakukan apa yang saya inginkan, saya dan tegas tanpa adanya proses penyesuaian
senang mengajari orang lain bagaimana diri secara interpersonal maka karyawan
caranya mengerjakan sesuatu, saya senang lain merasa terpaksa sehingga enggan untuk
mengatur orang lain, dan biasanya dikontrol. Ketika karyawan mampu
kelompok saya mengerjakan hal-hal yang menyesuaikan diri maka karyawan lain
saya inginkan. akan senantiasa bersedia dikontrol tanpa
terlihat bahwa ia sedang dikontrol.
Orang dengan kebutuhan
mengontrol orang lain (need to control Perilaku penyesuaian diri karyawan
others) memiliki keinginan dasar untuk terhadap karyawan yang akan dikontrol
mengendalikan dan mempengaruhi orang mencakup dua hal. Pertama, pemahaman
lain sehingga karakter dominannya pun terhadap kondisi fisik maupun psikis
juga tinggi. Kebutuhan mengontrol orang (kepribadian) orang lain seperti mengetahui
lain ini berkaitan dengan adaptabilitas kondisi pekerjaan orang lain sebelum
interpersonal yaitu salah satu dari delapan mengontrol. Kemudian, memahami
bentuk adaptabilitas (Pulakos et al., 2006). karakter kepribadian orang lain sehingga
Hal ini juga sesuai dengan hasil analisis dapat memberikan pendekatan perilaku
data bahwa karyawan yang memiliki nilai yang tepat sesuai dengan kepribadiannya.
pada aspek kebutuhan mengontrol orang Contohnya, jika orang yang akan dikontrol
lain tinggi maka ia juga memiliki memiliki sifat yang mudah tersinggung atau
adaptabilitas interpersonal yang tinggi pula. berasal dari suku dan budaya yang
Adaptabilitas interpersonal ini merupakan mengedepankan sikap lemah lembut dalam
kemampuan karyawan menyesuaikan diri bertindak dan bertutur kata maka orang
terhadap lingkungan sosialnya (manusia). yang akan mengontrol akan melakukan
kontrol dengan gaya bicara yang lemah
Kebutuhan mengontrol orang lain lembut, penuh sopan santun, dan tidak
ini dimiliki oleh karyawan untuk mencapai bersifat menggurui ketika sedang
tujuanannya yaitu agar orang yang menerangkan sesuatu. Hal ini menyebabkan
dikontrol (bawahan atau rekan kerja) seseorang akan berkomunikasi dengan
bersedia mengikuti instruksinya untuk orang lain secara halus dalam memberitahu
mencapai target maupun efektivitas kinerja. orang lain apa yang harus dikerjakan atau
Karyawan tersebut akan melakukan bagaimana cara mengerjakan suatu
beberapa hal praktis kepada karyawan lain pekerjaan. Ketika dia menghadapi orang
dengan cara berbicara, mengajak, lain dengan karakter, sifat, dan asal usul
mempengaruhi, menerangkan dan yang berbeda misalnya orang yang
menunjukan cara melakukan suatu berkarakter cuek, tegas, dan berasal dari
pekerjaan. Harapannya adalah agar budaya asertif maka ia akan melakukan
karyawan lain mau melakukan apa yang kontrol dengan berbicara to the point tanpa
telah dibicarakan, diinstruksikan dan berbelit-belit.
ditunjukan. Harapan itu dapat terpenuhi
dengan cara melakukan adaptasi
150Jurnal Al-Qalb, Volume 13, No 2, September 2022

Perilaku adaptabilitas interpersonal mampu memprediksi adaptabilitas dengan


yang kedua yaitu membangun, korelasi negatif yaitu semakin rendah skor
mengembangkan, dan menjaga hubungan aspek O dan C maka semakin tinggi
interpersonal yang baik dengan orang lain. adaptabilitasnya. Analisis data menunjukan
Bentuk perilaku ini diantaranya adalah bahwa skor dari aspek yang berlawanan dari
saling menyapa, memberikan senyum dan aspek G dan P yaitu aspek O dan C tidak
salam. Kemudian saling membantu ketika berfungsi untuk memprediksi adaptabilitas
orang lain mendapatkan kesulitan dan karena korelasi antara aspek O dan C
saling bercerita (sharing) baik tentang hal dengan adaptabilitas tidak signifikan yaitu
yang terkait dengan pekerjaan maupun di sebesar 0,085 dan 0,065 (p>0,05).
luar pekerjaan (kehidupan pribadi). Ketika
ada hubungan yang baik dengan orang lain
KESIMPULAN DAN SARAN
maka orang yang akan mengontrol akan
dengan mudah meminta tolong atau Berdasarkan hasil penelitian dan
meminta orang lain untuk melakukan pembahasan di atas maka dapat
sesuatu sesuai keinginannya. Orang yang disimpulkan bahwa penelitian ini berhasil
dikontrol pun juga secara tidak langsung membuktikan PAPI Kostick mampu
akan melakukan hal yang diinginkan oleh memprediksi adaptabilitas karyawan
orang yang mengontrolnya dengan senang sebesar 16% yaitu pada aspek peran pekerja
hati tanpa merasa terpaksa. keras dan kebutuhan mengatur orang lain,
sedangkan 18 aspek lainnya memprediksi
Secara konseptual, skor antar aspek perilaku kerja karyawan selain
di dalam spider web PAPI Kostick memiliki adaptabilitas. Saran teoritik dari penelitian
hubungan berlawanan (opposite analysis) ini adalah sebaiknya pada penelitian
yaitu jika skor sebuah aspek tertentu tinggi selanjutnya memeriksa ulasan teoritik baik
maka skor aspek yang berada di seberang berupa pemeriksaan konten teori maupun
atau di arah yang berlawanan akan psikometrik yaitu validitas konstruk
mendapat skor rendah. Hal ini disebabkan menggunakan analisis Thurstone IRT dan
oleh data alat ukur yang bersifat ipsatif kajian eksploratif PAPI Kostick. Selain itu
(force-choice format) yaitu seseorang melakukan kajian teoritik untuk
diharuskan untuk memilih salah satu menganalisis faktor demografis (jenis
jawaban dari dua pilihan jawaban yang ada kelamin, usia, dan jabatan) sebagai
sehingga data yang ditampilkan adalah mediator kemampuan prediksi PAPI
biner (0 dan 1). Kostick terhadap adaptabilitas karyawan
Ketika sebuah aspek dikatakan yang belum digunakan dalam penelitian ini.
mampu memprediksi adaptabilitas maka Kemudian penggunaan sampel data yang
secara konseptual aspek yang berada di arah berbeda selain di sektor publik, seperti
yang berlawanan juga mampu memprediksi sektor privat (perusahaan swasta) untuk
adaptabilitas. Ketika analisis data mencari variasi hasil dan mengklarifikasi
menunjukan bahwa aspek G dan P mampu temuan ini dari sudut pandang dan setting
memprediksi adaptabilitas dengan korelasi kerja yang berbeda. Sedangkan saran
positif maka aspek yang berada di arah praktiknya adalah bagi psikolog yang
berlawanan yaitu O dan C juga diasumsikan menggunakan PAPI Kostick untuk
memprediksi kemampuan adaptabilitas
151Jurnal Al-Qalb, Volume 13, No 2, September 2022

karyawan sektor publik dalam proses nilai dari aspek G (peran pekerja keras) dan
asesmen dalam area seleksi, potential aspek P (kebutuhan mengatur orang lain).
review, atau promosi, hendaknya memakai

DAFTAR PUSTAKA
Asmarani, R. (2017). Hubungan Antara Kemampuan Adaptasi Terhadap Kebisingan Dengan
Stres Kerja Karyawan. Jurnal Studia Insania, 5(1), 71.
https://doi.org/10.18592/jsi.v5i1.1356
Azwar, S. (2013). Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2021). Penyusunan Skala Psikologi (Vol. 3). Pustaka Pelajar.
Boylan, S. A., & Turner, K. A. (2017). Developing Organizational Adaptability for Complex
Environment. Journal of Leadership Education, 16(2), 183–198.
https://doi.org/10.12806/v16/i2/t2
Cemani, D. P., Soebroto, A. A., & Wicaksono, S. A. (2013). SISTEM PAKAR TES
KEPRIBADIAN PAPI KOSTICK UNTUK SELEKSI DAN PENEMPATAN TENAGA
KERJA.
Cubiks. (2007). Personality and P Inventory PAPI-N (Normative) for South African:
Supplement User Guide. Unpublished guide.
Eshet, Y., & Harpaz, I. (2021). Personality Traits’ Predictors of Outstanding Performance in
the Public Sector. Public Performance & Management Review, 44(6), 1367–1394.
https://doi.org/10.1080/15309576.2021.1980064
Furr, R. M. (2011). Scale Construction and Psychometrics for Social and Personality
Psychology. SAGE Publications Ltd. https://doi.org/10.4135/9781446287866
Huang, J. L., Ryan, A. M., Zabel, K. L., & Palmer, A. (2014). Personality and adaptive
performance at work: A meta-analytic investigation. Journal of Applied Psychology,
99(1), 162–179. https://doi.org/10.1037/a0034285
Kan, Z. (2019). Talking about How to Improve the Work Adaptability of New Employees.
Proceedings of the 2nd International Symposium on Social Science and Management
Innovation (SSMI 2019), 435–439. https://doi.org/10.2991/ssmi-19.2019.74
Koller, T., & Ramón, M. (2017). Corporate culture and long-term survival of Spanish
innovative firms. International Journal of Innovation Science, 9(4), 335–354.
https://doi.org/10.1108/IJIS-11-2016-0053
Loughlin, E. M., & Priyadarshini, A. (2021). Adaptability in the workplace: Investigating the
adaptive performance job requirements for a project manager. Project Leadership and
Society, 2, 100012. https://doi.org/10.1016/j.plas.2021.100012
Makarius, E. E., & Larson, B. Z. (2017). Changing the perspective of virtual work: Building
virtual intelligence at the individual level. Academy of Management Perspectives.
Motowidlo, S. J., & Keil, H. J. (2013). Job performance. In Handbook of psychology: Industrial
and organizational psychology (pp. 82–183). John Wiley & Sons, Inc..
152Jurnal Al-Qalb, Volume 13, No 2, September 2022

Murphy, S. L. (2015). Individual adaptability as a predictor of job performance.

Pinder, J., Schmidt, R., Austin, S., Gibb, A., & Saker, J. (2017). What is meant by adaptability
in buildings? Journal Facilities and the Definitive, 35(1/2), 2–20.

Powers, C. L. (2014). The Importance of Adapting To Others : Interpersonal Theory as a Means


to Examine Interpersonal Adaptability at Work. Michigan State University.
Pulakos, E., Dorsey D, & White, S. (2006). Adaptability in the Workplace: Selecting an
Adaptive Workforce. In Understanding Adaptability: A Prerequisite for Effective
Performance within Complex Environments (pp. 41–71). Elsevier.
https://doi.org/10.1016/S1479-3601(05)06002-9
Sony, M., & Mekoth, N. (2016). The relationship between emotional intelligence, frontline
employee adaptability, job satisfaction and job performance. Journal of Retailing and
Consumer Services, 30, 20–32. https://doi.org/10.1016/j.jretconser.2015.12.003
Suroto, A., WE, S., & Hendrajaya. (2018). Pengaruh Kompetensi dan Motivasi Terhadap
Kepuasan Kerja Serta Berdampak pada Kinerja Karyawan di Hotel Sahid Jaya Solo.
Jurnal Dinamika Ekonomi Dan Bisnis, 15(2), 1–10.
Taneja, S., Pryor, M. G., & Hayek, M. (2016). Leaping innovation barriers to small business
longevity. Journal of Business Strategy, 37(3), 44–51. https://doi.org/10.1108/JBS-12-
2014-0145
Wang, H., & Schaen, J. L. (2008). How much distance do we need? Revising the national
cultural distance paradox. Management International Review, 48(3), 263.
Widyasari, R., Syahlani, S. P., & Santosa, K. A. (2007). Pengaruh Kepribadian Terhadap
Kinerja Karyawan Berpendidikan Tinggi : Analisis pada Perusahaan Peternakan di Jawa
Tengah dan Daerah Instimewa Yogyakarta. Jurnal Kinerja, 11(1), 40–49.
Wohler, B. (2014). MOTIVATED TO ADAPT: APPLYING GOAL-SETTING THEORY,
PRIMED SUBCONSCIOUS GOAL, AND IMPLEMENTATION INTENTION. In
Psychology. https://irl.umsl.edu/dissertation/213
Xiu, L., Liang, X., Chen, Z., & Xu, W. (2017). Strategic flexibility, innovative HR practices,
and firm performance. Personnel Review, 46(7), 1335–1357. https://doi.org/10.1108/PR-
09-2016-0252

Anda mungkin juga menyukai