Anda di halaman 1dari 11

NAMA : ANDY ADIANSYAH

KELAS : 2-TPJJ
NIM : 191134007

RESUME PERTANYAAN

1. Apa perbedaan untuk bobot isi gembur dan bobot isi padat? Apakah dalam penggunaan
di lapangannya itu berbeda? (Hafizh Khoosy F)
Jawab:
Yang dimaksud dengan Bobot isi gembur merupakan berat agregat dimana masih
terdapat ruang kosong/ rongga udara di dalamnya. Berat isi gembur digunakan apabila
di lapangan tidak tersedia alat pemadat.
Sedangkan yang dimaksud dengan Bobot isi padat yaitu berat agregat yang sudah
tidak ada ruang kosong yang dapat diisi oleh ruang koson/ rongga udara, biasanya
digunakan saat pelaksanaan job mix desain.
Pada dasarnya berat isi padat dan berat isi gembur itu saling berhubungan, dimana
apabila saat dilapangan tidak ada alat pemadat maka kita bisa melakukan pengujian
bobot isi gembur, tetapi apabila ada aat pemadat kita dapat melakukan pengujian bobot
isi padat.

2. Didalam video, ditunjukkan bahwa pada tabung piknometer harus menggunakan air
suling, mengapa demikian? (Bilfiana Nuranisa)
Jawab:
Seperti yang telah kita tahu bahwa air suling merupakan air yang telah dimurnikan
melalui proses destilasi sehingga sudah tidak terdapat kotoran, mineral dan
mikroorganisme di dalamnya. Pada saat pengujian berat jenis untuk agregat halus kita
menggunakan air suling agar berat yang diperoleh pada saat penimbangan adalah hanya
berat air dan agregat, sehingga agregat tidak tercampur oleh berat kotoran lain yang dapat
mempengaruhi terhadap hasil uji.
Selain itu juga, air suling yang kita gunakan pada proses pengujian bertujuan untuk
mencegah adanya reaksi kimia antara air dengan agregat halus yang kita gunakan, dan juga
mengapa kita tidak boleh menggunakan air biasa, itu karena kita tidak tahu apakah masih
terdapat zat kimia lain dalam air biasa tersebut.
3. Pada pengujian disebutkan keadaan agregat itu harus dalam keadaan SSD, mengapa
demikian? (Ananda Cipta P)
Jawab:
Kita menggunakan agregat dengan keadaan SSD itu karena kita akan menguji berat
jenis dari agregat tersebut. Seperti yang kita tahu bahwa untuk mengukur berat jenis agregat
kita membutuhkan data berupa massa dari agregat dan juga volume agregat yang kita uji.
Disini volume agregat yang digunakan merupakan volume masip, dan tidak termasuk
pori porinya. Pada saat agregat dalam keadan SSD maka pori pori di dalam agregat telah
terisi oleh air, sehingga volume yang diukur nanti akan menghasilkan volume masip,
karena keadaan agregat yang SSD tersebut.

4. Apakah saat mengeluarkan gelembung pada benda uji yang berada dalam air saat
pengujian berat jenis dan penyerapan agregat halus, Apakah penggetaran boleh
dilakukan secara manual dengan tangan (tidak menggunakan vacum pump)?
(Mochammad Rivan H)
Jawab:
Tentu boleh. Seperti yang kita tahu bahwa ketersediaan alat di lapangan itu terkadang
tidak lengkap, tetapi pengujian harus tetap dilakukan. Karena tujuan dari adanya
penggetaran itu adalah untuk mengeluarkan gelembung udara yang masih terperangkap di
dalam campuran agregat dan air.
Apabila dilakukan dengan cara manual, dapat dilakukan dengan memiringkan tabung
kurang kebih 45 derajat kemudian tabung digoyang-goyangkan secara perlahan sampai
udara yang terdapat dalam tabung bisa keluar sedikit demi sedikit. Proses dengan cara
manual tentu akan memakan waktu yang cukup lama, namun hal ini dapat tetap dilakukan
saaat berada di lapangan nanti.

5. Apa fungsi dari direndamnya benda uji dalam air selama 24 jam pada agregat halus
dalam pengujian berat jenis agregat dan penyerapan? (M. Bayu Arofah)
Jawab:
Fungsi dari perlakuan agregat dengan mengharuskan kita untuk merendamnya
selama 24 jam sebelum pengujian, yaitu agar pori pori yang ada di dalam agregat sudah
terisi penuh oleh air, sehingga saat akan diakukan pengujian akan didapatkan kondisi
agregat dalam keadaan SSD atau jenuh kering permukan yang sesuai dengan standar
pengujian.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa pada saat akan pengujian berat
jenis agregat, volume agregat harus dalam keadaan masip. Dengan perendaman tersebut
akan memenuhi syarat untuk volume masipnya.

6. Mengapa saat penimbangan harus disaat air benar benar berhenti, terus mencatat angka
pada saat keluar itu untuk apa? (Rivaldi Pratama)
Jawab:
Perlakuan tersebut bertujuan untuk menghitung volume agregat berdasarkan jumlah
air yang keluar. Sebagaimana yang disebutkan dalam hukum archimedes, dimana
volume benda yang masuk sama dengan jumlah air yang ditumpahkan. Artinya dengan
menghitung volume air yang ditumpahkan, maka akan didapatkan volume dari agregat
kasar tersebut.
Lalu tujuan mengapa harus pada saat air benar-benar berhenti adalah agar volume
agregat tersebut dapat tercatat secara tepat jumlahnya.

7. Apabila di lapangan/lab tidak ditemukan tabung piktometer maka untuk menguji agregat
halus tersebut memakai apa? apakah bisa menggunakan tabung yang lain? (Fernando
Yosep)
Jawab:
Menurut saya pribadi bisa, seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa ketersedian
alat di lapangan itu bisa saja tidak lengkap. Maka dari itu kita dapat mensiasatinya
dengan menggunakan tabung lain yang mirip dengan piknometer. Namun, mungkin hasil
perhitungan akan sedikit berbeda dengan standar apabila kita bandingkan dengan hasil
data yang menggunakan piknometer.

8. Apakah air suling bisa digantikan oleh air biasa? (M. Prama Fauzan)
Jawab:
Menurut saya tidak bisa, karena seperti penjabaran pada soal no 2 (dari Bilfi), kita
tahu bahwa air biasa memungkinkan adanya zat kimia dan partyikel yang terlarut
didalamnya. Hal ini akan berdampak besar apabila zat-zat tersebut bereaksi terhadap
sampel agregat yang kita gunakan tersebut.
Oleh karena itu mengapa penggunaan air suling pada saat pengujian sangat
ditekannkan, itu karena agar kondisi sampel dapat tetap sesuai dengan apa yang kita
harapkan.

9. Pada percobaan bobot isi padat menggunakan batang pemadat yang digunakan untuk
menusuk agregat, apakah ada ketentuan diameter dari batang pemadat tersebut? (Alfina
Tridamayanti)
Jawab:
Ketentuan untuk batang pemadat sudah diatur di dalam SNI 03-4804-1998 yaitu
berkenaan mengenai batang penusuk yang terbuat dari baja berbentuk batang lurus,
memiliki syarat diameter sebesar 16 mm dan panjang 610 mm dengan ujungnya yang
dibuat tumpul dengan bentuk setengah bundar.

10. Jika dilapangan dilakukan penggoyangan piknometer secara manual, apakah hasil yg
diperoleh akan sama baik dengan mesin penggetar? (Waluya Andy M)
Jawab:
Tujuan dengan dilakukannya penggetaran yaitu untuk mengeluarkan gelembung
udara yang terdapat dalam campuran agregat dan air. Menurut saya hasilnya tidak jauh
berbeda jika menggunakan mesin atau manual, namun akan lebih cepat jika
menggunakan mesin vacuum pump dan lebih terpecaya saat memastikan bahwa
gelembung udara sudah tidak ada di dalamnya jika menggunakan alat tersebut.

11. Mengapa pada pengujian agregat halus dalam keadaan kering permukaan jenuh, benda
uji akan runtuh sebagian dan tetap tercetak? (Ayisyah Herawati)
Jawab:
Hal tersebut terjadi karena agregat masih memiliki kandungan air di dalamnya,
sehingga terjadi tarik-menarik antara partikel air dan menyebabkan sebagian agregat
tetap tercetak. Selain itu juga berat dari agregat dalam keadan SSD lebih berat dari
keadaan kering oven. Hal tersebut memungkinkan agregat halus SSD untuk
mempertahankan bentuk kerucutnya walupun akan ada bagian yang runtuh juga.
Berbeda dengan agregay yang kondisinya kering oven, akan runtuh seluruhnya
karena tidak memiliki kandungan air di dalamnya, dan beratnya tidak dapat menunjang
bentuk dari kerucut itu secara utuh.
12. Ketika agregat halus dikeringkan untuk mencapai keadaan kering permukaan jenuh,
kenapa benda uji harus dibolak-balik secara manual untuk mengeringkannya? kenapa
tidak menggunakan oven supaya lebih menghemat waktu atau dibiarkan dalam suhu
ruang selama beberapa jam? (Rizka Amalia)
Jawab:
Hal tersebut bertujuan agara agregat dapat kering permukaan, atua dalam keadaan SSD.
Keadaan SSD dari agregat tersebut dapat mempertahankan volume masip dari agregat
tersebut.
Apabila agregat dikeringkan dengan menggunakan oven, maka kondisi agregat akan
kering sepenuhnya sehingga tidak dapat digunakan untuk pengujian, karena agregat kering
oven tidak menunjukan hasil volume masip.

13. Pada video pengujian disana di lakukan masukan air suling ke dalam piknometer ,setelah
di masukan agregat halus lalu di tambah lagi air, air disini apakah sama air suling atau
air biasa? (Ananda Cipta P)
Jawab:
Dapat dipastikan bahwa air tersebut merupakan air suling juga, hal ini bertujuan karena
air suling tidak memiliki kandungan yang dapat mengubah sipat dari agregat tersebut.
Berbeda dengan air biasa yang masih mengandung partikel dan zat kimia yang mungkin
akan mempengaruhi pada sampel agregat yang kita gunakan.

14. Dalam dasar teori terdapat kalimat bahwa berat jenis agregat mempunyai arti yang
sangat penting terhadap sifat beton yang dibuatnya, apa arti penting tersebut?
(Muhammad Ghithrif R)
Jawab:
Disebut penting karena berat jenis agregat akan digunakan untuk menentukan
volume yang akan diisi oleh agregat tersebut pada campuran beton atau perkerasan.
Berat jenis agregat akan menentukan banyakan agregat yang akan digunakan sebagai
campuran beton dan perkerasan, sehingga akan berpengaruh besar terhadap berat jenis
beton dan kekuatan beton yang dihasilkan nantinya.

15. Apakah memungkinkan agregat tidak memiliki pori-pori? Jika ya, jenis agregat seperti
apa? Dan masuk kategori apa, apakah mungkin dilakukan pengujian dalam memperoleh
SSD meninjau dari hal tsb dimana tidak bisa menyerap air karena tidak ada nya pori?
(Victor Rafael)
Jawab:
Dapat dipastikan bahwa semua agregat itu memiliki pori. Yang membedakan adalah
besarnya pori pada setiap agregat. Dimana pori tersebut akan berpengaruh terhadap
porositas dan nilai rongga dalam campuran beton ataupun perkerasan nantinya.
Porositas dan nilai rongga seperti yang kita tahu akan menetukan nilai kekuatan
betonnya juga. Oleh karena itu semua agregat pasti memiliki pori, hal itu dapat
dibuktikan dengan kenyataan bahwa semua agregat yang dilakukan uji berat jenis dan
penyerapan berada dalam kondisi SSD.

16. Ketika uji bj agregat halus menggunakan kerucut terpancung itu dimaksudkan untuk
apa? Apakah ada benda lain selain menggunakan kerucut terpancung untuk mengujinya?
(Nurul Hanifah)
Jawab:
Kerucut terpancung digunakan agar kita mampu melihat keruntuhan agregatnya. Jika
agregat hancur seluruhnya maka kondisi agregat adalah kering oven.
Lalu jika agregat tetap tercetak seperti kerucut dan tidak ada yang runtuk walaupun
sedikit, maka dipastikan bahwa kondisi agregat adalah basah.
Dan jika agregat tetap tercetak dengan sebagian kondisi runtuh maka kondisi agregat
adalah jenuh kering permukaan atau SSD. Jika sudah mencapai SSD, maka dapat
dilakukan pengujian tahap selanjutnya.
Jika tidak terdapat kerucut, maka kita dapat melakukan pengecekan keadaan agregat
tersebut dengan cara mengambil segenggam agregat kemudian kita kepalkan tangan
dengan agregat tersebut di telapak tangan. Jika agregat masih berbentuk genggaman
tangan dan sebagian menempel pada tangan, maka itu menunjukan bahwa agregat masih
dalam kondisi basah. Jika saat dibuka agregat langsung berjatuhan, maka agregat
menunjukan sudah dalam kondisi kering. Jika sebagian berjatuhan dan sebagian
menempel pada tangan, maka agregat tersebut sudah dalam kondisi SSD.

17. Jika agregat yang belum mencapai kondisi SSD harus diperciki air agar kondisi SSD
tercapai, lalu bagaimana cara agar agregat kondisi basah mencapai kondisi SSD? (Rifdah
Puspita)
Jawab:
Supaya agregat tersebut dapat mencapai kondisi SSD atau kering permukaan, agregat
basah tersebut dapat kita letakan pada wadah yang datar kemudian dibalik-balik dan
diangin-anginkan hingga dihasilkan kondisi kering permukaan, yang dibuktikan dengan
kerucut terpancung.

18. Untuk pengujian berat isi metode mana yang paling efektif diantara langsung, ketuk dan
goyang? apa alasannya? (Ajeng Meiliana R)
Jawab:
Menurut saya semua dapat efektif dan juga tidak, itu tergantung pada prosedur yang
kita lakukan, apakah sudah sesuai dengan prosedur dari SNI atau belum.
Lalu factor ketersediaan alat sangat mempengaruhi pada keefektifan hasil pengerjaan
pada pengujian tersebut.

19. Pada video, kita menggunakan agregat yang kering permukaan, lalu bagaimana apabila
kita menggunakan agregat kering oven, apakah boleh? Lalu apakah akan berbeda hasil
pengujian berat jenisnya? (Andy Adiansyah)
Jawab:
Tentu tidak boleh. Karena jika kita menggunakan agregat dengan kondisi kering
oven, maka rongga dalam agregat akan terisi oleh udara dan bukannya air yang kemudian
akan berpengaruh terhadap hasil timbangannya karena yang kita peroleh berat agregat
kering bukan berat agregat SSD. Sehingga hasil pengujian pun tidak akan sesuai dengan
standar yang digunakan.
Selain itu juga penggunaan agregat kering oven, tidak dapat memberikan kita data
mengenai voleme masip dari agregat tersebut, seperti yang sudah dijelaskan pada soal
soal sebelumnya.

20. Di modul bj agregat dan penyerapan dikatakan pemeriksaan dilakukan sebanyak 2 kali,
kenapa 2 kali? Apabila hasil yang didapat dari kedua percobaan berbeda jauh
bagaimana? (Komarudin)
Jawab:
Kita melakukan pengujian sebanyak 2 kali itu berfungsi agar kita mampu
memvalidasi hasil pengujian yang telah dilakukan. Jika kedua hasil pengujian tersebut
ternyata memiliki nilai yang mendekati, maka hasil tersebut dicari nilai rata-ratanya saja.
Tetapi apabila kedua pengujian ternyata memiliki hasil yang berbeda jauh, maka harus
dilakukan pengujian ketiga sebagai pembanding dari hasil pengujian yang sebelumnya.
Hal ini dilakukan untuk meminimalisir kesalahan atau kerancuan data pengujian yang
kita lakukan.

21. Jika pada saat mengeringkan agregat halus ternyata ada yang terbuang itu bagaimana?
apakah tetap melanjutkan pengujian atau harus diulang? (Ananda Amatory Z)
Jawab:
Menurut saya pribadi jika yang terbuang itu sedikit tidak apa-apa. Tetapi didalam
SNI disebutkan bahwa pada saat hendak membuang air harus dilakukan dengan hati-hati
untuk mencegah adanya agregat yang terbuang.
Atau juga kita dapat mensiasatinya dengan menggunakan saringan yang lebih kecil
lagi, sehingga agregat dapat tertahan pada saringan dan air dapat dibuang dengan leluasa.

22. Kenapa penimbangan bj agregat halus harus disertakan air suling, tidak langsung agregat
ssd nya aja? (Triana)
Jawab:
Hal tersebut dilakukan karena apabila air sulingnya dibuang, kemungkinan agregat
halusnya akan ikut terbuang sangat besar. Maka dari itu pada tahap pertama agregat, air
suling, piknometer dan tutupnya ditimbah dahulu. Baru setelah itu kita menimbang
terhadap air suling, tabung piknometer dan tutupnya saja agar nanti dapat dihasilkan
berat agregat, air suling, piknometer, tutupnya, selanjutnya dikurangi dengan berat air
sulilng dan pikno serta tutupnya saja. Setelah itu baru kita dapat menghitung volume
dari agregat halus yang berada dalam campuran air sulling tersebut.

23. Hasil faktor konversi padat ke gembur digunakan untuk apa? (Raihan Maulana S)
Jawab:
Factor koreksi seperti yang digunakan pada bobot padat dan gembur adalah agar kita
mampu menghitung nilai keruntuhannya.

24. Mengapa pada saat pengujian berat jenis agregat kasar, agregat ditimbang pada saat
berada di dalam air? (Noor Faizah N)
Jawab:
Itu dikarenakan agar kita mampu menghitung volume agregat berdasarkan jumlah
air yang keluar dari bejana. Untuk kemudian dapat dicari nilai berat jenis agregat
berdasarkan volume agregat kasar yang diperoleh dari pengujian tersebut.

25. Apabila perhitungan berat isi agregat ringan terlalu rendah (minimum untuk struktural
itu 1400 kg/m3) dikutip dari sni-03-3449-2002, apa yang harus dilakukan? (Andhara
Dewi NS)
Jawab:
Menurut di dalam SNI dijelaskan apabila terjadi hal seperti itu pada saat pengujian,
maka agregat yang kita gunakan dapat diganti dengan menggunakan ukuran agregat yang
lebih besar atau juga kita dapat mengurangi jumlah agregat ringan pada sampel dan
menggantinya dengan agregat biasa untuk digunakan dalam pengujian.

26. Apakah akan ada perbedaan pada hasil pengujian berat jenis agregat dan penyerapan air
pada agregat halus yang menggunakan air suling dan air biasa? (Caki Madhya)
Jawab:
Menurut pemikiran saya pasti ada. Hal pertama yang harus kita ketahui adalah bahwa
berat jenis kedua air tersebut sudah berbeda, dimana air suling memiliki berat jenis sebesar
0.997 gram/ml sedangkan untuk air biasa 1 gram/ml. Perbedaan tersebut akan berpengaruh
terhadap berat agregat saat pengujian.
Selain itu, dengan menggunakan air biasa kemungkinan bahwa di dalam air tersebut
terdapat partikel dan zat kimia yang dapat berpengaruh pada agregat juga tinggi. Hal ini
harus diperhatikan karena dikhawatirkan masih terdapat kotoran yang akan mempengaruh
terhadap hasil pengujian tersebut.

27. Dalam pemeriksaan keadaan kering permukaan agregat halus ketika agregat halus tidak
membentuk kerucut atau runtuh total apa masih bisa melanjutkan pengujian? (Nathanael
Dewanto)
Jawab:
Tentu saja bisa, tetapi sebelumnya kita harus membuat agregat tersebut menjadi
keadaan SSD. Hal ini dapat kita capai jika agregat dalam keadaan kering, maka kita dapat
diperciki air sampai mencapai keadaan kering permukaan atau dilakukan perendaman
kembali untuk mendapatkan keadaan SSD tersebut.
28. Mengeringkan benda berat jenis uji (agregat kasar) pada temperatur 110°C, lalu
dinginkan pada temperatur kamar sampai agregat telah dingin sampai berapa derajat?
(Sandi Setia P)
Jawab:
Sesuai denga napa yang tertera pada SNI 1969- 2008 yaitu menjelaskan bahwa kita
mendinginkan agregat sampai agregat tersebut telah dingin pada temperatur yang dapat
dikerjakan yaitu sekitar ± 50°C, atau 2 kali suhu standar ruangan.

29. Mengapa alat penakar nya selalu 15L, bisa ga kurang/lebih? (Shafira Rizhani)
Jawab:
Menurut saya bisa. Berdasarkan definisi dari berat jenis adalah perbandingan massa
dengan volume, maka dapat digunakan wadah penakar dengan volume berapapun.
Namun pada penjelasan di dalam SNI sudah disertakan mengenai ukuran standar wadah
penakar yang digunakan untuk pengujian pada setiap ukuran nominal agregat yang akan
diuji. Sehingga kita hanya tinggal menyesuaikan dengan persyaratan dari SNI nya saja.

30. Pada SNI 03-1970-1990, apakah yang dimaksud dengan berat tetap agregat dan
bagaimana untuk mempertahakankan kadar air agregat agar tetap di 0.1? (Rafly Azril
PN)
Jawab:
Berat tetap agregat merupakan keadaan berat benda uji selama tiga kali proses
penimbangan dan pemanasan dalam oven dengan selang waktu 2 jam secara berturut-
turut, dimana agregat tersebut tidak mengalami perubahan kadar air lebih besar dari pada
0.1 %.
Maka dari itu untuk dapat mempertahankan keadaaan itu dapat dilakukan dengan
cara tidak membiarkan agregat terciprat oleh air ataupun jenis cairan lainnya, hal ini
dilakukan agar agregat tetap dalam kadar air sebesar 0.1%.

31. Dalam langkah kerja pengujian berat jenis dan penyerapan agregat halus yaitu yang
dimana mengisikan benda uji (agregat halus ) kedalam kerucut terpancung, padatkan
dengan batang penumbuh sebanyak 25 kali, apakah harus sebanyak 25 kali ? bagaimana
efek jika kurang atau lebih? (M. Prama Fauzan)
Jawab:
Menurut prosedur pengerjaannya, bahwa agregat yang dianggap kering permukaan
akan dimasukan ke dalam kerucut secara bertahap sebanyak 3 lapisan.
Lalu setiap lapisannya akan dilakukan 8 kali tumbukan, sampai terbentuk 3 lapisan.
Dan yang harus diperhatikan bahwa pada lapisan terakhir akan ditambah 1 kali tumbukan
sehingga total tumbukan yang kita lakukan berjumlah 25 kali tumbukan.
Dengan melakukan 25 kali tumbukan, bertujuan agar agregat tersebut dapat mengisi
seluruh ruang yang ada di dalam wadah kerucut tersebut.

Anda mungkin juga menyukai