Anda di halaman 1dari 14

PENTINGNYA PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT DALAM

UPAYA MENGHINDARI RESIKO PENULARAN PENYAKIT

Novita Asyiah
novitaasyiah@gmail.com

ABSTRAK
Pengetahuan dan sikap Perawat dalam penggunaan alat pelindung diri pada saat melaksanakan
tindakan keperawatan akan mengurangi resiko terjadinya pemularan infeksi di rumah
sakit.Kewaspadaan standar dirancang di rumah sakit sebagai langkah awal untuk tindakan
pencegahan infeksi nosokomial. Penyakit akibat kerja (PAK) merupakan salah satu bagian dari
masalah kesehatan yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang dan dipengaruhi oleh berbagai
faktor disekitarnya. Rumah sakit merupakan tempat kerja yang berisiko tinggi untuk terjadinya
kecelakaan kerja. Pengetahuan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) yang baik dapat
menurunkan angka kecelakaan kerja hingga tercapainya zero accident. Perawat merupakan
tenaga kesehatan yang sering kontak dengan pasien sehingga diharapkan mampu menerapkan K3
dengan baik. Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk
upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, dan bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Dalam pelayanan
keperawatan, terinfeksi merupakan masalah yang sangat serius sehingga memerlukan perhatian
yang sangat besar dalam penatalaksanaan. Prinsip umum yang harus diperhatikan adalah
menjaga agar pasien tidak terinfeksi, pasien yang terinfeksi tidak tertular oleh mikroorganisme
yang lain, pasien yang terinfeksi tidak menjadi sumber penularan bagi pasien yang lain, dan
menjaga infeksi jangan sampai berkembang dan menjadi lebih parah.
Kata kunci : Pendidikan, Penularan Penyakit, Perilaku Perawat,Sikap Perawat
LATAR BELAKANG

Rumah sakit merupakan institusi pelayanan mencegah infeksi nosokomial (Kathryn,


kesehatan yang didalamnya terdapat 2004). Dalam meningkatkan upaya tindakan
bangunan, peralatan, manusia, (petugas, pencegahan infeksi, diperlukan pengetahuan
pasien dan pengunjung) dan kegiatan dan sikap perawat dalam penggunaan alat
pelayanan kesehatan, ternyata di samping pelindung diri (APD) agar terhindar dari
dapat menghasilkan dampak positif berupa risiko penularan penyakit baik dari pasien ke
produk pelayanan kesehatan yang baik perawat maupun sesama pasien.
terhadap pasien, juga dapat menimbulkan Penularan dari manusia ke manusia terjadi
dampak negatif berupa pengaruh buruk terutama melalui kontak langsung atau
kepada manusia seperti pencemaran droplets (Heymann, 2020; Zhu et al., 2020)
lingkungan, sumber penularan penyakit dan (Shereen, Khan, Kazmi, Bashir, & Siddique,
menghambat proses penyembuhan dan 2020). Risiko penularan yang lebih tinggi
pemulihan penderita. Selain potensi bahaya adalah sekitar 1 meter (sekitar 3 kaki) dari
berupa penyakit infeksi yang umumnya orang yang terinfeksi (Repici et al., 2020).
berasal dari pasien, rumah sakit juga Perawat mempunyai risiko yang tinggi untuk
mempunyai potensi bahaya lain yang menerima pajanan penyakit akibat adanya
mempengaruhi situasi dan kondisi di rumah infeksi yang dapat mengancam
sakit yaitu peledakan, kebakaran, kecelakaan keselamatannya saat berkerja. Pengetahuan
yang berhubungan dengan instalasi listrik, perawat mengenai pencegahan infeksi
radiasi, bahan – bahan kimia berbahaya, gas dengan melakukan tindakan septik dan
anestesi, gangguan psikososial, dan aseptik serta kemampuan untuk mencegah
ergonomi (Aditama, 2006). transmisi infeksi di rumah sakit adalah
Kejadian infeksi yang tinggi di rumah sakit tindakan pertama dalam pemberian
merupakan indikator pentingnya suatu usaha pelayanan yang bermutu. Hal ini dapat
pengendalian infeksi dengan menerapkan diupayakan melalui peningkatan sikap
standar kewaspadaan infeksi (Standard perawat tentang kesadaran menggunakan
precaution). Standard Precaution pada APD dalam melakukan setiap tindakan
dasarnya merupakan transformasi dari keperawatan. Kewaspadaan Standar
universal precaution, yaitu suatu bentuk dirancang untuk mengurangi risiko
precaution pertama yang bertujuan untuk terinfeksi penyakit menular pada petugas
kesehatan baik dari sumber infeksi yang pada saat melakukan tindakan keperawatan
diketahui maupun yang tidak diketahui dan kesadaran untuk merawat APD.
Kewaspadaan Standar dirancang untuk
mengurangi risiko terinfeksi penyakit TUJUAN
menular pada petugas kesehatan baik dari Kajian ini bertujuan untuk mengetahui
sumber infeksi yang diketahui maupun yang hubungan pengetahuan, pendidikan dan
tidak diketahui. lama kerja perawat terhadap upaya
Perawat dalam memberikan pelayanan pencegahan infeksi dan meningkat
kesehatan kepada pasien harus mempunyai pengetahuan dan sikap perawat dalam
pengetahuan dan sikap yang baik tentang melakukan pencegahan infeksi saat bekerja.
penggunaan APD dalam setiap pemberian Dan juga upaya penerapan k3 untuk
pelayanan kesehatan pada pasien. mengingat menghindari terjadinya infeksi.
fungsi APD memiliki peran yang penting
METODE
dalam upaya mengeliminir transmisi agent
Metode yang digunakan dalam penulisan ini
penyakit infeksi baik dari lingkungan rumah
adalah dengan mengkaji informasi data yang
sakit, dari pasien ke perawat maupun dari
diambil dari beberapa literatur seperti buku
pasien ke pasien lainnya maupun infeksi
dan jurnal yang diterbitkan diatas tahun
yang terjadi pada pasien itu sendiri.
2012 kemudian disusun berdasarkan hsil
Untuk dapat menggunakan APD secara
studi dari informasi yang diperoleh sesuai
benar harus didukung oleh pengetahuan dan
dengan topik yang dibahas.
sikap yang baik, dari segi pengetahuan
perawat harus bisa memahami potensi risiko
HASIL
bahaya infeksi dan pintu masuk dari
Berdasarkan hasil beberapa sumber
transmisi agent infeksi tersebut sehingga
diketahui bahwa perilaku perawat masih
dapat memilih jenis dan bahan APD yang
buruk terhadap pencegahan infeksi , hal itu
sesuai dengan potensi bahaya yang ada.
terbukti karena masih banyaknya perawat
Sedangkan dari segi sikap perawat harus
yang mengabaikan pentingnya tindakan
didukung dengan perilaku yang baik terkait
pencegahan melalui tindakan tindakan
dengan penggunaan APD seperti kepatuhan
dalam memberikan pelayanan perawatan
dalam menggunakan APD dengan benar
seperti kebersihan tangan, pengelolaan
sampah, pengelolaan alat medis serta yang
lainnya. Pengetahuan dapat diperoleh Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan
melalui pengalaman, baik pengalaman terjadi setelah orang melakukan pengindraan
sendiri ataupun pengalaman orang lain. terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan
adanya keterkaitan antara masa kerja meliputi penglihatan, pendengaran,
dengan perlilaku berisiko. Kemungkinan hal penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan
ini disebabkan oleh budaya dalam merupakan bagian dari perilaku yang tidak
memimalisir perilaku berisiko dan aturan bisa diamati secara langsung oleh orang lain
yang baku yang ditaati bersama Sumber karena masih terjadi didalam diri manusia
pengetahuan K3 tidak hanya seseorang itu sendiri (covert behavior). Sikap
dapatkan dari institusi saja tetapi bisa juga merupakan suatu pandangan, tetapi dalam
didapatkan sebelum seseorang tersebut hal itu masih berbeda dengan suatu
memasuki institusi tersebut. keterkaitan pengetahuan yang dimiliki orang.
antara tingkat pendidikan dengan Pengetahuan mengenai suatu objek tidak
pengetahuan seseorang adalah semakin sama dengan sikap terhadap objek itu.
tinggi tingkat pendidikan. maka semakin Pengetahuan saja belum menjadi penggerak
baik tingkat pengetahuannya seperti halnya pada sikap. Pengetahuan
.Alasan lainnya adalah pengetahuan juga mengenai suatu objek baru menjadi sikap
berkontribusi pada tingkat kepatuhan apabila pengetahuan itu disertai kesiapan
responden.Kepatuhan akan dipengaruhi oleh untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan
sikap, lama kerja, pengawasan, ketersediaan terhadap objek tersebut. Sikap mempunyai
APD(Alat Pelindung Diri), Tenaga kerja segi motivasi, berarti segi dinamis mengenai
baru biasanya belum mengetahui secara suatu tujuan, berusaha mencapai suatu
mendalam seluk-beluk pekerjaan dan tujuan. Sikap dapat merupakan suatu
keselamatannya, sehingga keselamatan tidak pengetahuan tetapi pengetahuan yang
cukup mendapat perhatian. Maka dari itu, disertai kesediaan kecenderungan bertindak
masalah keselamatan harus dijelaskan sesuai dengan pengetahuan itu (Purwanto,
kepada mereka sebelum mereka melakukan 1998). menurut Allport (1935) yang dikutip
pekerjaan dan bimbingan pada hari-hari oleh (Wawan dan Dewi, 2011) sikap adalah
permulaan bekerja adalah sangat penting kondisi mental dan neural yang diperoleh
dari pengalaman yang mengarahkan dan
PEMBAHASAN secara dinamis mempengaruhi respon-
respon individu terhadap semua objek dan Contohnya, beberapa merupakan pengaruh
situasi yang terkait. Menurut Alport (1954) bertambahnya usia, penyakit kronis seperti
yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007) diabetes yang tidak terkontrol, penyakit
bahwa sikap mempunyai 3 komponen pokok ginjal berat, kekurangan gizi berat,
yaitu: (1) kepercayaan (keyakinan), ide dan perawatan dengan obat-obatan tertentu
konsep terhadap suatu objek, (2) Kehidupan (separti antimikrobia, kortikosteroid, dan
emosional atau evaluasi terhadap suatu agen-agen lain yang dapat menurunkan
objek dan (3) Kecenderungan untuk imunisasi), bertambahnya dampak AIDS
bertindak (tend to behave). (misalnya, infeksi oportunistik) dan radiasi.
Tietjen dkk (2004).
Menurut Tietjen dkk (2004), Sebagian besar
infeksi ini dapat dicegah dengan strategi Alat Pelindung Diri (APD) Alat pelindung
yang telah tersedia secara relatif murah, diri merupakan peralatan yang digunakan
yaitu : tenaga kesehatan untuk melindungi diri dan
mencegah infeksi nosokomial. Tujuan
a. Mentaati praktek pencegahan infeksi
penggunaan APD untuk melindungi kulit
yang dianjurkan, terutama
dan selaput lendir tenaga kesehatan dari
kebersihan dan kesehatan tangan
pajanan semua cairan tubuh dari kontak
serta pemakaian sarung tangan,
langsung dengan pasien (Depkes, 2003)
b. Memperhatikan dengan seksama
APD perawat ketika praktek terdiri dari
proses yang telah terbukti
sarung tangan, alat pelindung wajah,
bermanfaat untuk dekontaminasi dan
penutup kepala, gaun pelindung atau apron,
pencucian peralatan dan benda lain
alas kaki atau sepatu (potter & perry, 2005)
yang kotor, diikuti dengan sterilisasi
atau disinfeksi tingkat tinggi; dan 1. Sarung tangan
c. Meningkatkan keamanan dalam Pemakaian sarung tangan
ruang operasi dan area beresiko merupakan bagian penting dari
tinggi lainnya dimana kecelakaan standar precaution bagi perawat yang
perlukaan yang sangat serius dan sering berinteraksi dengan pasien
paparan pada agen penyebab infeksi maupun alat-alat yang
sering terjadi. Tidak semua infeksi terkontaminasi. Sarung tangan dapat
nosokomial dapat dicegah. membantu perawat untuk
melindungin tangan dari kontak mulut, hidung dan mata perawat
dengan darah, semua jenis cairan terhadap resiko percikan darah
tubuh, sekret, kulit yang tidak utuh, maupun cairan tubuh manusia. Alat
selaput lendir pasien dan benda yang pelindung wajah terdiri dari masker
terkontaminasi (Depkes RI, 2003). dan kacamata pelindung
Hal yang perlu diperhatikan dalam (Depkes,2003).
penggunaan sarung tangan (Depkes Kedua jenis alat pelindung diri
RI, 2003) : tersebut dapat digunakan terpisah
a. Mencuci tangan dengan sabun maupun bersamaan sesuai dengan
sebelum dan sesudah menggunakan jenis tindakan. Masker bagian alat
sarung tangan, pelindung muka khususnya untuk
b. Mengganti sarung tangan jika melindungi mulut dan hidung
berganti pasien atau sobek, perawat ketika berinteraksi dengan
c. Mengganti sarung tangan segera pasien. Masker dianjurkan untuk
setelah melakukan tindakan, selalu digunakan perawat ketika
d. Menggunakan sarung tangan saat melakukan tindakan dengan semua
menggunakan alat nonkontaminasi, pasien khususnya pasien TB.
e. Menggunakan satu sarung tangan (Depkes, 2003).
untuk satu prosedur tindakan, Kacamata sebagai bagian dari APD
f. Menghindari kontak dengan yang bertujuan melindungi mata.
benda-benda selain dalam tindakan, Kacamata digunakan untuk
g. Menghindari penggunaan atau mencegah masuknya cairan darah
mendaur ulang kembali sarung maupun cairan tubuh lainnya pada
tangan sekali pakai. mata (Potter dan perry, 2005).
2. Alat pelindung wajah 3. Penutup kepala
Alat pelindung wajah merupakan Penutup kepala sebagai bagian dari
peralatan wajib perawat untuk standard precaution memilikin fungsi
menjaga keamanan dirinya dalam dua arah. Fungsi pertama, penutup
menjalankan asuhan keperawatan. kepala membantu mencegah
Alat pelindung diri wajah dapat terjadinya percikan darah maupun
melindungi selaput lendir dibagian cairan pasien pada rambut perawat.
Selain itu, penutup kepala dapat Pencegahan infeksi Pada tahun 1995
mencegah jatuhnya mikroorganisme Center of disease control and
yang ada di rambut maupun kulit prevention (CDC) menetapkan
kepala ke area steril (Depkes, 2003). bentuk pencegahaan: tindakan
Kedua fungsi tersebut sangat penting pencegahaan standart, didesain untuk
untuk diperhatikan oleh perawat. semua perawatan pasien dirumah
4. Gaun pelindung sakit tanpa memperhatikan diagnosa
Gaun pelindung atau baju kerja atau mereka atau status infeksi
celemek dapat memberikan manfaat sebelumnya. Tindakan pencegahan
bagi perawat untuk melindungi kulit transmisi, yang dibagi dalam
dan pakaian dari kontaminasi cairan katergori udara, doplet dan kontak
tubuh pasien. Gaun pelindung wajib dan digunakan pada pasien yang
digunakan ketika melakukan diketahui atau dicurigai terinfeksi
tindakan irigasi, menangani pasien atau terkolonisasi patogen secara
dengan perdarahan, melakukan epidemiologis dapat ditularkan
pembersihan luka, maupun tindakan melalui udara dan kontak. Tindakan
lainnya yang terpapar dengan cairan pencegahan standart diterapkan
tubuh pasien (Depkes, 2003). untuk darah, sekresi,dan cairan tubuh
5. Alas kaki (sepatu) tanpa memperhatikan apakah
Alas kaki merupakan bagian dari mengandung darah yang terlihat dan
APD yang perlu untuk digunakan. membran mukosa. Tindakan
Alas kaki melindungi perawat pencegahan berdasarkan transmisi
ataupun petugas kesehatan terhadap dirancang untuk pasien yang telah
tumpuhan atau percikan darah didokumentasikan mengalami atau
maupun cairan tubuh yang lain. dicurigai terinfeksi yang dapat
Penggunaan alas kaki juga bertujuan ditransmisikan melalui udara atau
untuk mencegah kemungkinan droplet, organisme yang secara
tusukan benda tajam maupun epidemiologi, termasuk isolasi
kejatuhan alat kesehatan (Depkes, penyakit menular (Swearing, 2000).
2003).
Pada tahun 1996, Centers of Disease Control
dan Hospital Infection Control Practices
Advisory Committee menerbitkan sistem infeksi yang harus rutin dilaksanakan
baru kewaspadaan isolasi. Sistem ini terhadap semua pasien dan di semua fasilitas
melibatkan pendekatan dua tingkat yaitu pelayanan kesehatan (World Health
kewaspadaan standar dan kewaspadaan Organization, 2008).
berdasarkan penularan (Tietjen, 2004).
1. Prinsip Cuci Tangan
Kewaspadaan standar yang digunakan untuk
mencuci tangan merupakan tindakan
perawatan kesehatan pasien yang dirawat di
pengendalian infeksi yang paling
rumah sakit termasuk memberikan perhatian
mendasar dan penting, namun sering
khusus pada penerapan teknik barier,
diabaikan karena hasil yang tampak
meliputi; mencuci tangan, pakai masker dan
dan mikroorganisme tidak dapat
sarung tangan, cuci tangan dan permukaan
terlihat oleh mata telanjang.
kulit lain segera jika terkontaminasi dengan
Beberapa perawat teramati tidak
darah atau cairan tubuh, jangan menutup
melakukan cuci tangan saat akan
kembali atau memanipulasi jarum, buang
kontak dengan pasien, perawat
jarum ke wadah benda tajam. Letakkan
langsung menjumpai pasien dan
semua limbah dan material yang
mengenakan sarung tangan. Selain
terkontaminasi dalam kantung plastik,
itu, prinsip penerapan cuci tangan
peralatan klien dibersihkan dan diproses
paling jarang dilakukan oleh perawat
ulang dengan tepat, alat sekali pakai
pelaksana adalah tindakan mencuci
dibuang. Linen yang terkontaminasi
tangan sebelum kontak dengan
diletakkan dalam kantong yang tahan bocor
pasien lain.
dan ditangani untuk mencegah paparan
terhadap kulit dan membrane mukosa
2. Prinsip Penggunaan Sarung
(Schaffer, Garzon, Heroux & Korniewicz,
Tangan
2000).
Sarung tangan mengurangi risiko
Penerapan kewaspadaan standar diharapkan
petugas kesehatan terkena infeksi
dapat menurunkan risiko penularan
bakterial dari pasien, mencegah
pathogen melalui darah dan cairan tubuh
penularan flora kulit petugas
lain dari sumber yang diketahui maupun
kesehatan kepada pasien, dan
yang tidak diketahui. Penerapan ini
mengurangi kontaminasi tangan
merupakan pencegahan dan pengendalian
petugas kesehatan dengan
mikroorganisme yang dapat langsung membuangnya ke dalam
berpindah dari satu pasien ke pasien tong sampah.
lainnya (Tietjen, 2004).
Muhardi (1999), menyebutkan 4. Prinsip Penggunaan Baju
bahwa dalam perawatan luka, sarung Pelindung
tangan harus dipakai sebelum Berdasarkan pengamatan,
menyentuh sesuatu yang basah (kulit penggunaan baju pelindung yang
tak utuh, selaput mukosa, darah dan terbuat dari plastik lebih efektif
cairan tubuh lain). Gunakan sarung karena bila kotor bisa dibersihkan
tangan steril untuk prosedur apapun lansung dengan menggunakan cairan
yang akan mengakibatkan kontak desinfektan atau alkohol, tetapi bila
dengan jaringan di bawah kulit. terbuat dari kain harus diserahkan
kepada pihak laundry untuk
3. Prinsip Penggunaan Masker dilakukan pencucian. Keterlambatan
Masker dipakai untuk menahan pengiriman baju pelindung bersih ke
cipratan yang keluar sewaktu ruangan dan persediaan di ruangan
perawat berbicara, batuk, bersin dan yang terbatas menyebabkan masih
juga untuk mencegah cipratan darah adanya perawat yang tidak
atau cairan tubuh pasien yang menggunakan baju pelindung saat
terkontaminasi masuk ke dalam akan melakukan tindakan
hidung atau mulut petugas (Tietjen,
2004). 5. Prinsip Penanganan Linen
Masker yang digunakan tepat Menurut Tietjen (2004), meskipun
menutupi hidung dan mulut, metal linen kotor dapat berisi banyak sekali
strip yang ada pada masker juga mikroorganisme, hanya sedikit risiko
diatur tepat diatas batang hidung. terjadinya kontaminasi silang pada
Penggunaan masker juga hanya saat memproses linen. Kalau terjadi
untuk sekali pakai dan perawat tidak infeksi yang berhubungan dengan
membiarkan masker yang telah pekerja, seringkali akibat pekerja
dipakai tergantung di leher tapi tidak memakai sarung tangan atau
tidak mencuci tangannya selama atau
sesudah proses penanganan linen digunakan untuk pembersihan
tersebut. Berdasarkan hasil peralatan yang digunakan untuk
pengamatan di ruang rawat inap perawatan pasien. Penanganan dan
penyakit bedah, tindakan pembuangan instrumen yang tepat
menggunakan sarung tangan dan sangat penting untuk mencegah
mencuci tangan setelah memproses penularan infeksi nosokomial ke
linen sudah berjalan dengan baik, pasien dan petugas perawatan
namun masih ada perawat yang kesehatan (Schaffer, dkk., 2000).
teramati tidak menggunakan sarung
tangan saat melakukan penggantian 7. Prinsip Kebersihan Lingkungan
linen kotor Pada prinsipnya kebersihan
lingkungan di ruang rawat inap
6. Prinsip Penanganan Peralatan penyakit bedah sudah berjalan baik,
Perawatan Pasien di ruang gudang perawatan tersedia
Tindakan perawatan yang dilakukan wadah sampah yang berisikan
di ruang rawat inap penyakit bedah kantong plastik dengan warna
biasanya satu orang perawat bertugas berbeda, wadah sampahnya tersebut
melakukan tindakan untuk tiga juga mempunyai tutup dan setiap
sampai dengan empat pasien. hari ada petugas cleaning service
Menurut Tietjen (2004), persiapan yang memindahkan sampah tersebut
peralatan dan benda-benda lainnya dan mengganti kantong plastiknya
dengan upaya pencegahan infeksi, dengan kantong baru.
direkomendasikan melalui tiga
langkah pokok yaitu dekontaminasi, 8. Prinsip Penanganan Instrumen
pencucian dan pembilasan, Tajam
desinfeksi tingkat tinggi atau Menurut Yusran (2008), banyaknya
sterilisasi dan penyimpanan. masalah kesehatan dari limbah
Semua instrumen atau benda-benda kesehatan disebabkan oleh benda-
perawatan pasien harus dibersihkan benda tajam. Jarum, silet, pisau
sebelum dipergunakan kembali. bedah, dan benda-benda tajam lain
Metodemetode yang tepat harus dapat menyebabkan terjadinya luka
atu infeksi sehingga benda-benda ini lingkungan yang kotor merupakan
harus ditangani dengan sangat hati- sumber infeksi yang mengandung
hati. Untuk mencegah cedera bahan organik. Meskipun lingkungan
tertusuk jarum, jangan menutup dengan ventilasi yang baik, adanya
kembali jarum, membengkokkan material organik membuat area
dengan sengaja, atau mematahkan menjadi kotor. Oleh karena itu,
jarum dengan tangan, jangan penanganan yang tepat dan
mencabut jarum dari spuit, atau pembuangan kotoran dan limbah
memanipulasi jarum dengan tangan. yang tepat dapat mencegah
Letakkan jarum atau spuit ke dalam kontaminasi lingkungan.
wadah anti tembus yang diletakkan
sedekat mungkin dengan tempat PENUTUP
tindakan (Schaffer, dkk. 2000). KESIMPULAN
Pengetahuan perawat dalam
9. Penerapan Prinsip Kewaspadaan pencegahan infeksi pada umumnya
Standar sudah memiliki pengetahuan yang
lorence Nightingale (di kutip dari baik mengenai pencegahan infeksi
Thomey, 1994) yang mengemukakan nasokomial tetapi masih ditemukan
bahwa keperawatan berarti beberapa perawat yang belum
memanipulasi faktor-faktor begitu memahami pencegahan
lingkungan sehingga dapat infeksi oleh karena kurang mendapat
menyembuhkan pasien. Perawat sosialisasi yang mendalam tentang
harus memberikan lingkungan yang pencegahan infeksi nasokomial
bersih, nyaman dan aman sebagai sehingga dapat berdampak pada
tempat pasien memulihkan diri. proses perawatan yang optimal
Kebersihan seperti sebuah konsep yang diberikan pada pasien
kritis lain dalam teori lingkungan ditambah masih mayoritas
Nightingale mengkhususkan pendidikan perawat yang masih
terhadap tempat tinggal pasien, rerata diploma dengan sumber
perawat dan lingkungan fisik. informasi yang didapat dari media
Nightingale melihat bahwa
elektronik yang belum pasti DAFTAR PUSTAKA
kebenarannya.
Tenaga kesehatan wajib menjaga 1. Alemania,Rozada. Djafri,Defriman
kesehatan dan keselamatan dirinya dan Pabuti,Aumas. (2018).
dan orang lain serta bertanggung Hubungan Peran Manajer dengan
jawab sebagai pelaksana kebijakan Pelaksanaan Pencegahan dan
yang ditetapkan Rumah Sakit. Pengendalian Infeksi Rumah Sakit di
Tenaga kesehatan juga bertanggung Ruang Rawat Inap Bedah RSUP
jawab dalam menggunakan sarana Dr.M.Djamil Padang Tahun 2016.
yang disediakan dengan baik dan Jurnal Kesehatan Andalas. Vol.7.
benar serta memelihara sarana agar No.1 Hlm. 65-73
selalu siap dipakai. 2. Alifariki, L. O.(2019). Hubungan
Pelaksanaan Program Pencegahan
SARAN Dan Pengendalian Infeksi Terhadap
Diharapkan perawat yang Perilaku Perawat Dalam Pencegahan
pengetahuannya masih rendah untuk Dan Pengendalian Infeksi
dapat mencari informasi tentang Nosokomial Ruang Rawat Inap Rsud
pencegahan infeksi melalui media Kota Kenda. Malahayati Nursing
informasi seperti internet, majalah Journal. Vol. 1. No.2. Hlm. 148-159
dan bulletin. Perawat yang sikapnya 3. Hanifah. N.D,. Respati.Titik dan
negatif diharapkan untuk bersikap Susanti.Yuli. (2017). Hubungan
positif dengan melakukan Pengetahuan dengan Upaya
pencegahan sedangkan praktik Penerapan K3 pada Perawat.
perawat yang kurang baik Bandung Meeting on Global
diharapkan dan melakukan evaluasi Medicine & Health (BaMGMH).
diri dan menyadari pentingnya Vol. 1 No. 1. Hlm. 144-149
pencegahan infeksi nosokomial 4. Kamil.Hajjul. Penerapan Prinsip
sehingga diharapkan dapat Kewaspadaan Standar Oleh Perawat
meningkatkan pelayanan pada Pelaksana Di Ruang Rawat Inap
pasien. Penyakit Bedah Rsudza Banda Aceh.
Idea Nursing Journal. Vol. II No. 1 9. Sagala,. D. S. P.(2016). Hubungan
Hlm. 1-11 Pengetahuan Perawat Dengan Sikap
5. Mantiri. E. Z. R. A,. Pinontoan. O. R Dalam Pencegahan Infeksi
Dan Mandey. Sylvia. (2020). Faktor Nasokomial Di Rumah Sakit Umum
Psikologi Dan Perilaku Dengan Bhayangkara Kotamadya Tebing-
Penerapan Manajemen Keselamatan Tinggi Tahun 2016. Jurnal Ilmiah
Dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit. Keperawatan IMELDA. Vol. 2. No.
Journal of Public Health and 2. Hlm.111-118
Community Medicine. Vol. 1. No. 3. 10. Simamora, R. H. (2020). Pelatihan
Hlm. 19-27 Komunikasi Efektif untuk
6. Puspasari.Yunita. (2015). Hubungan Meningkatkan Efikasi diri Perawat
Pengetahuan, Sikap Dengan Praktik dalam Pelaksanaan Identifikasi
Perawat Dalam Pencegahan Infeksi Pasien. JURNAL ILMIAH
Nosokomial Diruang Rawat Inap KESEHATAN MASYARAKAT:
Rumah Sakit Islam Kendal. Jurnal Media Komunikasi Komunitas
Keperawatan. Vol.8 No.1 Hlm. 1-21 Kesehatan Masyarakat, 12(1), 49-54.
7. Romadhoni.Sutianik dan 11. Simamora, R. H. (2011). ROLE
Widowati,Evi.(2017). Penerapan CONFLICT OF NURSE
Kewaspadaan Standar Sebagai RELATIONSHIP WITH
Upaya Pencegahan Bahaya Biologi PERFORMANCE IN THE
Pada Tenaga Keperawatan. Higeia EMERGENCY UNIT OF
Journal Of Public Health Research HOSPITALS RSD DR. SOEBANDI
And Development.Vol.1 No.4 JEMBER. The Malaysian Journal of
Hlm.14-24 Nursing, 3(2), 23-32.
8. Safruddin.Fadli,. Ahmad.S.A., 12. Sumaryati, Maria. (2017). Pengaruh
Sumbara dan Baharuddin. Rohandi. Tingkat Pengetahuan Perawat
(2020). Faktor yang Mempengaruhi dengan Perilaku Pencegahan Infeksi
Kecemasan pada Tenaga Kesehatan Nosokomial pada Diruang Perawatan
Dalam Upaya Pencegahan Covid-19. RS Tajuddin Chalik Makassar.
JURNAL Pendidikan Keperawatan Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi
Indonesia. Vol.6. No.1. Hlm. 57-65
Husada, Vol. 5, No. 2, Hlm. 33-46.
13. Wibowo.Adik dan Madjid.Tetyana.
(2017). Analisis Penerapan Program
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di Ruang Rawat Inap RSUD
Tebet Tahun 2017. Jurnal
administrasi Rumah sakit. Vol.4.
No.1 Hlm. 57-68

Anda mungkin juga menyukai