Anda di halaman 1dari 102

IDENTIFIKASI RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA

LAPANGAN DI PT. PLN (PERSERO)


ULP TEMBILAHAN
TAHUN 2022

SKRIPSI

OLEH:

DINO FAJAR LEONO


NIM : 18.01.1.075

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS HANG TUAH PEKANBARU
2022

1
IDENTIFIKASI RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA
LAPANGAN DI PT. PLN (PERSERO)
ULP TEMBILAHAN
TAHUN 2022

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat


Untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

DINO FAJAR LEONO


NIM : 18.01.1.075

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS HANG TUAH PEKANBARU
2022

2
PERSETUJUAN PEMBIMBING

JUDUL SKRIPSI : IDENTIFIKASI RISIKO ERGONOMI PADA


PEKERJA LAPANGAN DI PT. PLN (PERSERO)
ULP TERMBILAHAN TAHUN 2022
NAMA : DINO FAJAR LEONO
NIM : 18.01.1.075
PEMINATAN : KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
PROGRAM STUDI : KESEHATAN MASYARAKAT

Skripsi ini telah diperiksa, disetujui siap untuk dipertahankan dihadapan


Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan
Universitas Hang Tuah Pekanbaru

Pekanbaru, 08 Agustus 2022


Menyetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

(dr. Aldiga Rienarti Abidin, M.KM) (Makomulamin, SKM, M.Kes)


NIDN : 1026098503 NIDN : 1001098502

nkk
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Dino Fajar Leono


NIM : 18.01.1.075
Tanggal lahir : 05 Juni 2000
Tahun Masuk : 2018
Peminatan : Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan plagiat dalam penulisan


skripsi penelitian saya yang berjudul: “IDENTIFIKASI RISIKO
ERGONOMI PADA PEKERJA LAPANGAN DI PT. PLN (PERSERO)
ULP TERMBILAHAN TAHUN 2022”.
Sepanjang sepengetahuan saya tidak terdapat karya yang pernah diajukan
untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan tidak
terdapat karya/pendapat yang pernah ditulis/diterbitkan oleh orang lain,
kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam
daftar pustaka.
Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka
saya akan menerima sanksi yang telah ditetapkan.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Pekanbaru, 08 Agustus 2022


Yang membuat pernyataan

(Dino Fajar Leono)

ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Dino Fajar Leono


NIM : 18.01.1.075
Tempat dan Tanggal Lahir : Sungai Tohor, 05 Juni 2000
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SMA
Alamat Rumah : Dusun Harapan Baru, RT 002 RW 002 Sendanu
Darul Ihsan
Tebing Tinggi Timur
Telp/Fax : 0822-8592-8944
Alamat E-mail : dinopajar258@gmail.com
Pendidikan :
1. SDN 22 Nipah Sendanu (2005-2011)
2. MTS Nurul Iman (2011-2014)
3. SMAN 1 Tebing Tinggi Timur (2014-2017)
4. S1 Kesehatan Masyarakat, Universitas Hang
Tuah Pekanbaru (2018-2022)

Pekanbaru, 08 Agustus 2022


Yang menyatakan

(Dino Fajar Leono)

iii
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

SKRIPSI

DINO FAJAR LEONO


IDENTIFIKASI RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA LAPANGAN DI
PT. PLN (PERSERO) ULP TERMBILAHAN TAHUN 2022

xiv+ 59 halaman + 43 tabel + 12 gambar + 14 lampiran

ABSTRAK

Risiko ergonomi adalah unsur tempat kerja yang berhubungan dengan


ketidaknyamanan dialami pekerja saat melakukan pekerjaan, dan jika diabaikan,
lama-lama bisa menambah kerusakan pada tubuh pekerja yang menimbulkan
penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja. Faktor risiko yang berhubungan
dengan ergonomi adalah postur janggal dimana keadaan tubuh yang tidak sesuai
dengan mekanisme posisi sehat dan dapat berisiko menimbulkan sakit pada
bagian tubuh tertentu. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui identifikasi risiko
ergonomi pada pekerja lapangan di PT. PLN (PERSERO) ULP Tembilahan
Tahun 2022. Jenis penelitian ini adalah observasi dengan pendekatan kualitatif.
Subjek penelitian yaitu supervisor, HSE/ahli K3 dan pekerja. Waktu penelitian
Juli-Agustus 2022. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam,
penelusuran dokumen dan observasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa
kompetensi SDM untuk standar kerja sudah sesuai dengan SOP dan standar kerja
perusahaan, peralatan APD sudah lengkap dan seluruh pekerja di PLN sudah
memiliki sertifikat keahlian dan sertifikat kompetensi, pekerja juga sudah
mengetahui manajemen K3, dan semua pekerja sebelum bekerja diberikan edukasi
terlebih dahulu serta ketika bekerja dilapangan pengawas selalu memantau dan
bertanggungjawab selama pekerja bekerja dilapangan. Kesimpulannya yaitu SDM
sudah memiliki sertifikat keahlian dan sertifikat kompetensi, APD sudah tersedia
dari perusahaan daya listrik, dan SOP sudah ada. Disarankan kepada pimpinan
PLN agar rutin melakukan edukasi pada pekerja lapangan terkait penggunaan
APD lengkap sewaktu bekerja, agar kecelakaan kerja tidak terjadi serta
melakukan pengawasan pada pekerja dalam penggunaan APD lengkap sewaktu
pekerja memperbaiki/perawatan listrik terutama ketika pekerja memperbaiki pada
bagian tonggak listrik.

Daftar Pustaka : 34 (2011-2022)


Kata Kunci : Risiko Ergonomi, Pekerja, PT PLN (PERSERO) ULP
Tembilahan

iv
PROGRAM STUDY OF PUBLIC HEALTH
OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY

UNDERGRADUATE THESIS

DINO FAJAR LEONO


IDENTIFICATION OF ERGONOMIC RISK IN FIELD WORKERS AT PT.
PLN (PERSERO) COLLECTED ULP IN 2022
xiv + 59 pages + 43 tables + 12 pictures + 14 attachments

ABSTRACT
Ergonomics risk is an element of the workplace that is related to the discomfort
experienced by workers when doing work, and if it is ignored, over time it can add
to the damage to the worker's body that causes work-related diseases and work
accidents. Risk factors related to ergonomics are awkward postures where the
body condition is not in accordance with the mechanism of a healthy position and
can be at risk of causing pain in certain body parts. The purpose of this study was
to determine the identification of ergonomic risks in field workers at PT. PLN
(PERSERO) ULP Tembilahan 2022. This type of research is observation with a
qualitative approach. The research subjects are supervisors, HSE/K3 experts and
workers. Research time July-August 2022. Data collection was carried out by in-
depth interviews, document searches and observations. The results showed that
the competence of human resources for work standards was in accordance with
SOPs and company work standards, PPE equipment was complete and all
workers at PLN already had certificates of expertise and competency certificates,
workers also knew K3 management, and all workers were given education prior
to work. before and when working in the field, the supervisor always monitors and
is responsible for the workers working in the field. The conclusion is that HR
already has a certificate of expertise and competency certificate, PPE is available
from the electric power company, and SOPs already exist. It is recommended to
the leadership of PLN to routinely educate field workers regarding the use of
complete PPE when working, so that work accidents do not occur and to
supervise workers in the use of complete PPE when workers repair/maintain
electricity, especially when workers repair the electric bollard section.
Bibliography : 34 (2011-2022)
Keywords : Ergonomic Risk, Workers, PT PLN (PERSERO) ULP
Tembilahan

v
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, karna atas segala
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyusun dan menyelesaikan
skripsi ini dengan judul “IDENTIFIKASI RISIKO ERGONOMI PADA
PEKERJA LAPANGAN DI PT. PLN (PERSERO) ULP TERMBILAHAN
TAHUN 2022”.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, peneliti merasakan betapa besarnya
manfaat bantuan yang telah di berikan oleh semua pihak, sehubungan dengan itu
peneliti mengucapkan terima kasih pada berbagai pihak yang telah membantu
dalam penyusunan skripsi ini, mudah-mudahan mendapat pahala dari Allah SWT.
Dengan segala kerendahan hati, peneliti mengucapkan terimakasih banyak
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Syafrani, M. Si selaku Rektor Universitas Hang Tuah
Pekanbaru.
2. Bapak Ns, Abdurrahman Hamid, M.Kes., Sp.Kep.KOM selaku Dekan
Fakultas Kesehatan Universitas Hang Tuah Pekanbaru.
3. Bapak Ahmad Satria Efendi, SKM., M.Kes selaku Wakil Dekan Fakultas
Kesehatan Universitas Hang Tuah Pekanbaru.
4. Bapak Dr. Reno Renaldi, SKM., M. Kes, selaku Ketua Prodi Sarjana
Kesehatan Masyarakat Universitas Hang Tuah Pekanbaru.
5. Bapak Makomulamin, SKM, M.Kes selaku Ketua Peminatan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Universitas Hang Tuah Pekanbaru sekaligus dosen
pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing,
memberikan ilmu, memberikan masukan dan arahan yang begitu sangat
berharga dalam penyusunan skripsi ini.
6. Ibu dr. Aldiga Rienarti Abidin, M.KM selaku dosen pembimbing I yang telah
banyak meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan ilmu,
memberikan masukan dan arahan yang begitu sangat berharga dalam
penyusunan skripsi ini.

vi
7. Ibu Riri Maharani, SKM, M.Kes, selaku dosen penguji I yang telah
memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.
8. Bapak Ikhtiyaruddin, M.KM, selaku penguji II yang telah memberikan saran
yang membangun dalam pembuatan skripsi ini.
9. Pimpinan PT. PLN ULP Tembilahan yang telah memberikan izin, dan banyak
membantu memberikan bantuan kepada penulis baik memberikan waktunya
serta informasi dalam wawancara.
10. Terima kasih untuk para sahabat-sahabat saya sandi, boy, doni, debi, dan
nurul yang sudah memberikan saran, nasehat, waktu dan bantuan kalian dalam
menyelesaikan skripsi ini.
11. Terima kasih untuk rekan-rekan seperjuangan terutama peminatan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang tidak bisa juga saya sebutkan
namanya satu persatu yang telah memberikan saya bantuan dan masukan.
Pada penyusunan skripsi ini peneliti menyadari masih jauh dari
kesempurnaan, baik dari segi isi maupun dari segi teknik penyusunannya. Oleh
karena itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
dengan maksud untuk menyempurnakan proposal ini.

Pekanbaru, 08 Agustus 2022

Peneliti

vii
DAFTAR ISI

Halaman
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................. i
HALAMAN PENGESAHAHAN ............................................................... ii
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ......................................................... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................... iv
ABSTRAK ................................................................................................... v
ABSTRACT .................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ................................................................................. vii
DAFTAR ISI................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiii
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 4
C. Pertanyaan Penelitian................................................................ 5
D. Tujuan Penelitian ...................................................................... 5
E. Manfaat Penelitian .................................................................... 6
F. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 6
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Konsep Ergonomi ..................................................................... 7
B. Landasan Teori ......................................................................... 30
C. Kerangka Berpikir .................................................................... 30
D. Penelitian Sejenis ...................................................................... 31
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian................................................................ 32
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 32
C. Subjek Penelitian ...................................................................... 32
D. Variabel Penelitian dan Definisi Istilah .................................... 33
E. Instrumen Penelitian ................................................................. 33
F. Teknik Pengolahan Data ........................................................... 34
G. Analisis Data ............................................................................. 34
H. Etika Penelitian ......................................................................... 35
BAB IV HASIL
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ......................................... 36
B. Hasil Penelitian ......................................................................... 37

viii
BAB V PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian ............................................................ 53
B. Pembahasan .............................................................................. 53
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................... 58
B. Saran ......................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1 : Skor Pergerakan Leher.......................................................................... 18
Tabel 2 : Skor Pergerakan Punggung (batang tubuh) .......................................... 19
Tabel 3 : Skor Pergerakan Kaki ........................................................................... 19
Tabel 4 : Skor Group A ........................................................................................ 20
Tabel 5 : Skor Beban ........................................................................................... 20
Tabel 6 : Skor Leher, Punggung, dan Kaki .......................................................... 21
Tabel 7 : Skor Pergerakan Lengan Atas .............................................................. 22
Tabel 8 : Skor Pergerakan Lengan Bawah ........................................................... 23
Tabel 9 : Skor Pergerakan Pergelangan Tangan ................................................. 24
Tabel 10: Skor Pergerakan Putaran Pergelangan Tangan .................................... 24
Tabel 11: Skor Pergerakan Postur Group B (tabel B) ........................................... 25
Tabel 12: Total Skor C .......................................................................................... 25
Tabel 13: Skor Aktivitas ....................................................................................... 26
Tabel 14: Penelitian Sejenis .................................................................................. 32
Tabel 15: Informan Penelitan................................................................................ 32
Tabel 16: Variabel Penelitian dan Defenisi Istilah ............................................... 33
Tabel 17: Karateristik Informan ............................................................................ 37
Tabel 18: Hasil lembar Observasi ......................................................................... 43
Tabel 19: Tabel Rangkuman Hasil Worksheet Reba Pekerja ............................... 44
Tabel 20: Tabel A (Leher, Punggung, Kaki) ........................................................ 45
Tabel 21: Tabel Penilaian Postur Tubuh Group A ................................................ 45
Tabel 22: Tabel Berat Beban ................................................................................ 45
Tabel 23: Tabel B (Lengan Atas, Lengan Bawah, Pergelangan Tangan) ............. 46
Tabel 24: Tabel Penilaian Postur Tubuh Group B ................................................ 46
Tabel 25: Skor Pergerakkan Putaran Pergelangan Tangan ................................... 46
Tabel 26: Tabel C (Tabel A+ Tabel B+ tabel C) .................................................. 47
Tabel 27: Skor Aktivitas ....................................................................................... 47
Tabel 28: Tabel A (Leher, Punggung, Kaki) ........................................................ 47

x
Tabel 29: Tabel Penilaian Postur Tubuh Group A ................................................ 48
Tabel 30: Tabel Berat Beban ................................................................................ 48
Tabel 31: Tabel Penilaian Postur Tubuh Group B ................................................ 48
Tabel 32: Skor Pergerakkan Putaran Pergelangan Tangan ................................... 49
Tabel 33: Tabel C (Tabel A+ Tabel B+ tabel C) .................................................. 49
Tabel 34: Skor Aktivitas ....................................................................................... 49
Tabel 35: Tabel A (Leher, Punggung, Kaki) ........................................................ 50
Tabel 36: Tabel Penilaian Postur Tubuh Group A ................................................ 50
Tabel 37: Tabel Berat Beban ................................................................................ 50
Tabel 38: Tabel Penilaian Postur Tubuh Group B ................................................ 50
Tabel 39: Skor Pergerakkan Putaran Pergelangan Tangan ................................... 51
Tabel 40: Tabel C (Tabel A+ Tabel B+ tabel C) .................................................. 51
Tabel 41: Skor Aktivitas ....................................................................................... 52

xi
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1 : Rentang Gerak Leher ......................................................................... 14
Gambar 2 : Rentang Gerak Kaki ........................................................................... 15
Gambar 3 : Rentang Gerak Lengan Atas .............................................................. 16
Gambar 4 : Postur Leher ....................................................................................... 18
Gambar 5 : Postur Kaki ......................................................................................... 19
Gambar 6 : Postur Lengan Atas ............................................................................ 22
Gambar 7 : Postur Lengan Bawah ........................................................................ 23
Gambar 8 : Postur Pergelangan Tangan ................................................................ 24
Gambar 9 : Postur Pergerakan Putaran Pergelangan Tangan ............................... 24
Gambar 10 : Gerakan Repetitif (gerakan berulang-ulang).................................... 27
Gambar 11 : Landasan Teori ................................................................................. 30
Gambar 12 : Kerangka Berfikir ............................................................................ 30

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Pengambilan Data Awal dari Universitas Hang Tuah
Lampiran 2 Surat Selesai Pengambilan Data Awal dari PT. PLN (PERSERO)
ULP Tembilahan
Lampiran 3 Surat Izin Etik dari Universitas Hang Tuah
Lampiran 4 Surat Izin Penelitian dari Universitas Hang Tuah
Lampiran 5 Surat Selesai Izin Penelitian dari PT. PLN (PERSERO) ULP
Tembilahan
Lampiran 6 Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 7 Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 8 Pedoman Wawancara
Lampiran 9 Lembar Observasi
Lampiran 10 Lembar Worksheet REBA
Lampiran 11 Matrik Wawancara
Lampiran 12 Lembar Hasil Observasi
Lampiran 13 Lembar Hasil Worksheet REBA
Lampiran 14 Dokumentasi

xiii
DAFTAR SINGKATAN

APD : Alat Pelindung Diri


K3 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja
MSDs : Musculoskeletal Disordres
REBA : Repid Entrie Body Assisment
SDM : Sumber Daya Manusia (kopetensi)
SOP : Standar Operasional Prosedur

xiv
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu pemikiran
dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempatan baik jasmani maupun
rohani. Keselamatan dan kesehatan kerja diharapkan dapat memberikan
pekerjaan yang nyaman dan aman bagi para pekerja. Pekerjaan dikatakan
aman jika apapun yang dilakukan oleh pekerjanya tersebut, risiko yang
mungkin muncul dapat dihindari. Pekerjaan dikatakan nyaman jika para
pekerja yang bersangkutan dapat melakukan pekerjaan dengan merasa
nyaman dan aman (Tarwaka, 2014).
Menurut Kemenkes RI (2021), mencatat sebanyak 1,1 juta pekerja
meninggal di dunia akibat kecelakaan kerja ataupun penyakit akibat kerja tiap
tahunnya. Sekitar 300.000 kematian terjadi dari 250 juta kecelakaan dan
sisanya adalah kematian karena penyakit akibat hubungan pekerjaan, dimana
diperkirakan terjadi 160 juta penyakit akibat hubungan pekerjaan baru setiap
tahunnya. 80-85% kecelakaan kerja tersebut diakibatkan kelalain atau
kesadaran pekerja dalam keselamatan kerja yang masih rendah. Angka
kecelakaan kerja yang terjadi di Indonesia masih tinggi. Menurut Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan mencatat angka
kecelakaan kerja di Indonesia cenderung terus meningkat. Sebanyak 173.415
kasus kecelakaan kerja tercatat sepanjang 2020 dengan nilai klaim Rp 1,22
triliun. Angka ini meningkat dari tahun 2019 sampai saat ini dengan nilai
klaim hanya Rp 1,57 triliun.
Undang-undang No.1 tahun 1970 menyebutkan setiap tenaga kerja
berhak mendapatkan perlindungan atas Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
(K3) dalam melakukan pekerjaannya. Dalam pasal 3 syarat-syarat
keselamatan kerja salah satunya adalah untuk mencegah dan mengendalikan
timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun pisikis serta diharapkan

1
2

mampu memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan,


cara dan proses kerjanya.
Risiko ergonomi adalah unsur-unsur tempat kerja yang berhubungan
dengan ketidaknyamanan dialami pekerja saat melakukan pekerjaan, dan
jika diabaikan, lama-lama bisa menambah kerusakan pada tubuh pekerja
yang menimbulkan penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja. Adapun
faktor risiko yang berhubungan dengan ergonomi salah satunya adalah
postur janggal (awkward posture) dimana keadaan tubuh yang tidak
sesuai dengan mekanisme posisi sehat dan dapat berisiko menimbulkan
sakit pada bagian tubuh tertentu. Memperpanjang pencapaian dengan
tangan, twisting, berlutut, jongkok. Postur janggal merupakan lawan dari
posisi netral. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh,
maka semakin tinggi pula risiko kejadian keluhan tersebut (UCLA-Labor
Occupational Safety and Health Program, 2019).
Perkembangan industri saat ini, kinerja yang bagus dan hasil kerja yang
memuaskan dari pekerja adalah sesuatu yang sangat penting dan diinginkan
oleh prusahaan. Pekerja sebagai aset perusahaan memiliki peran yang sangat
penting dan berpengaruh dalam menjalankan proses produksi terutama
produksi yang dilakukan secara manual. Proses produksi yang dilakukan
secara manual ini seringkali menimbulkan masalah ergonomi salah satunya
kesalahan postur pada saat berkerja. Kesalahan postur berkerja ini biasa
dialami para pekerja yang melakukan pergerakan yang sama dan berulang
dengan frekuensi gerak yang sering. Beban pekerjaan yang berat dan alat
yang tidak ergonomis menyebabkan tenaga yang dikerahkan menjadi
berlebihan serta postur kerja yang salah seperti membungkuk dan memutar
sambil membawa beban merupakan penyebab terjadinya musculoskletal
disorder dan cepat lelah dalam berkerja (Jesicca dkk, 2019).
Dari kegiatan kerja yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari yang
tidak ergonomi akan dapat menimbulkan berbagai penyakit yang mulai dari
yang ringan bahkan sampai penyakit akibat kerja yang berat seperti contoh
salah satunya ialah musculoskeletal disorders (MSDs) yang merupakan
3

penyakit bersifat kronis yang membutuhkan waktu yang cukup lama untuk
berkembang dan menimbulkan sakit (Buntarto, 2015).
Postur kerja adalah bentuk dari sikap bentuk tubuh kita saat bekerja.
Postur kerja yang berbeda akan menghasilkan kekuatan yang kuat pula. Pada
saat bekerja sebaiknya postur dilakukan secara ergonomis sehingga dapat
mengurangi risiko terjadinya cedera musculoskletal. Kenyaman ada apabila
pekerja telah menerapkan postur kerja aman dan baik. Pergerakan yang
dilakukan saat meliputi flexion, extention, abuction, rotation, pronation, dan
supination (Daritma dkk, 2019).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Maijuidah (2019)
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi MSDs pada pekerja assembling
pada perusahaan perakitan mobil PT. X Bogor Tahun 2010 diketahui bahwa
faktor risiko pekerjaan yang diterima berdasarkan metode REBA dan RULA
pada 21 tahap atau proses pekerjaan sebesar 47,1 % pekerjaan berisiko tinggi,
dan sebesar 34,3% pekerjaan berisiko sangat tinggi. Sedangkan penelitian
yang dilakukan oleh Dwigiatri (2019) mengenai analisis tingkat risiko
ergonomi berdasarkaan aspek pekerjaan di bagian Assembling G-Line pada
pekerja instrument panel PT. Indomobil Suzuki International Plant Tambun II
diketahui bahwa pada proses pemasangan instrument panel ke dalam mobil
memiliki sembilan langkah. Langkah yang memiliki risiko ergonomi paling
tinggi yaitu pada langkah connecting socket harness dengan skor REBA yaitu
10 atau berisiko tinggi maka segera dibutuhkan tindakan perbaikan.
PT PLN (PERSERO) ULP Tembilahan ini adalah salah satu
pembangkit listrik terbesar di Tembilahan, kondisi lokasinya adalah lahan
gambut dan ada beberapa tempat yang rendah, dan kondisi infrastruktur jalan
disana masih banyak yang tidak baik sehingga dalam program penambahan
jaringan listrik masih sulit untuk mendatangkan alat-alat kontruksi PLN,
dimana mereka terpaksa menggunakan alat-alat seadanya dan tenaga manusia
itu sendiri. Pada saat melakukan pemasangan maupun perbaikan seperti alat
pemanjat tiang PLN masih menggunakan tali, kendaraan pembawa tiang-
tiang PLN masih menggunakan gerobak kayu yang di tarik menggunakan
4

sepeda motor dan masih banyak lagi hal-hal yang terjadi dilapangan yang
banyak mengandung potensi kecelakaan dalam bekerja.
Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan oleh penulis melalui
wawancara dengan dua orang pekerja saat pengambilan data awal para
pekerja banyak mengalami sakit-sakit dibagian tulang belakang, yang di
sebabkan para pekerja sering mengangkat, menarik dan memikul barang-
barang yang berat seperti gulungan kabel, tiang listrik dan peralatan yang ada
dilapangan. Dari observasi yang dilkukan penulis, ditemukan banyaknya
risiko pekerjaan saat dilapangan dalam melakukan pekerjaan yang tidak
sesuai dengan prosedur yang telah diterapkan di PLN tersebut seperti (biro
memanjat tiang yang menggunakan tali), memasang tiang listrik yang masih
menggunakan tenaga manusia (secara manual, ditemukan masih ada pekerja
yang tidak lengkap mengunakan APD (rompi pekerja, masker kerja), dan
masih ada pekerja yang melakukan pekerjaan yang tidak sesuai SOP K3
Perusahaan.
Berdasarkan permasalahan diatas, dengan banyaknya risiko yang ada
maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian di Perusahaan ini dengan
judul “Identifikasi Risiko Ergonomi Pada Pekerja Lapangan di PT. PLN
(PERSERO) ULP Tembilahan Tahun 2022”.

B. Rumusan Masalah
Faktor risiko yang berhubungan dengan ergonomi salah satunya adalah
postur janggal (awkward posture) dimana keadaan tubuh yang tidak
sesuai dengan mekanisme posisi sehat dan dapat berisiko menimbulkan
sakit pada bagian tubuh tertentu, dan banyaknya risiko pekerjaan saat
dilapangan dalam melakukan pekerjaan yang tidak sesuai dengan prosedur
yang telah diterapkan di PLN. Berdasarkan uraian dalam latar belakang
masalah diatas, maka penulis dapat merumuskan masalah yaitu “Bagaimana
identifikasi risiko ergonomi pada pekerja lapangan di PT. PLN (PERSERO)
ULP Tembilahan Tahun 2022”?
5

C. Pertanyaan Penelitian
Dari rumusan masalah penelitian yang telah tertera di atas maka dapat
diajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat risiko ergonomi menggunakan perhitungan REBA
yang meliputi (postur tubuh, repatitis, statis, load/beban) pada pekerja
lapangan di PT. PLN (PERSERO) ULP Tembilahan Tahun 2022?
2. Bagaimana kompetensi SDM pada pekerja lapangan di PT. PLN
(PERSERO) ULP Tembilahan Tahun 2022?
3. Bagaimana APD pada pekerja lapangan di PT. PLN (PERSERO) ULP
Tembilahan Tahun 2022?
4. Bagaimana SOP pada pekerja lapangan di PT. PLN (PERSERO) ULP
Tembilahan Tahun 2022?

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui identifikasi risiko ergonomi pada pekerja lapangan
di PT. PLN (PERSERO) ULP Tembilahan Tahun 2022.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk menganalisis tingkat risiko ergonomi menggunakan perhitungan
REBA yang meliputi (postur tubuh, repatitis, statis, load/beban) pada
pekerja lapangan di PT. PLN (PERSERO) ULP Tembilahan Tahun
2022.
b. Untuk menganalisis kompetensi SDM pada pekerja lapangan di PT.
PLN (PERSERO) ULP Tembilahan Tahun 2022.
c. Untuk menganalisis APD pada pekerja lapangan di PT. PLN
(PERSERO) ULP Tembilahan Tahun 2022.
d. Untuk menganalisis SOP pada pekerja lapangan di PT. PLN
(PERSERO) ULP Tembilahan Tahun 2022.
6

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi PT. PLN (PERSERO) ULP Tembilahan
Sebagai bahan masukan dalam program keselamatan dan kesehatan
kerja dan sebagai bahan evaluasi pengendalian risiko ergonomi pada
pekerja yang diterapkan di PT.PLN (persero) ULP Tembilaha.
2. Bagi Universitas Hang Tuah Pekanbaru
Dapat menambah studi kepustakaan yang bermanfaat tentang
identifikasi resiko ergonomi pada pekerja dan kesehatan kerja sehinggah
hasil penilitian ini bias digunakan sebagai studi awal bagi peneliti
selajutnya untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai factor lainnya
yang berhubungan dengan resiko ergonomi pada pekerja.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Untuk menambah pengalaman dan wawasan serta dapat menerapakan
ilmu yang diperoleh di bangku perkuliahan, sebagai sarana untuk dapat
melakukan penelitian dengan metodologi yang baik dan benar dengan
membandingkan antara teori yang di dapat dengan kenyataan yang ada di
lapangan.

F. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana indentifikasi risiko
ergonomi pada pekerja PT. PLN (Persero) ULP Tembilahan Tahun 2022.
Dengan variabel penelitian yaitu tingkat risiko ergonomi menggunakan
perhitungan REBA, kompetensi SDM, APD, dan SOP. Jenis penelitian ini
adalah kualitatif, desain penelitian menggunakan study case dengan metode
wawancara mendalam, observasi dan penelusuran dokumen. Penelitian akan
dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus tahun 2022 di PT. PLN (Persero) ULP
Tembilahan. Dengan informan kunci (Supervisor), informan utama
(HSE/Ahli K3), dan informan penunjang (pekerja lapangan 3 orang) yang ada
di PT. PLN (Persero) ULP Tembilahan. Pengolahan data menggunakan
triangulasi sumber, triangulasi metode, dan triangulasi teori.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Konsep Ergonomi
1. Pengertian Ergonomi
Istilah ergonomi dikenal dalam bahasa Yunani, dari kata ergos dan
nomos yang memiliki arti “kerja” dan “aturan atau kaidah”, dari dua kata
tersebut secara pengertian bebas sesuai dengan perkembangannya, yakni
suatu aturan atau kaidah yang ditaati dalam lingkungan pekerjaan. Ditinjau
dari fakta historis, ergonomi telah menyatu dengan budaya manusia sejak
zaman mengalitik, dalam dan barang buatan sesui dengan kebutuhan
manusia pada zamannya (Kuswana, 2016).
Pendekatan ergonomi sangat memperhatikan interaksi keseimbangan
manusia degan peralatan dan lingkungan, sehingga menimbulkan gerak
(aktivitas) yang alami. Aktifitas alami merupakan gerakan fisiologi yang
tidak melelahkan, aman, nyaman, produktif dan tidak mencelakakan
(Santoso, 2013).
Maksud dan tujuan ergonomi adalah mendapatkan pengetahuan yang
utuh tentang permasalahan-permasalahan interaksi manusia dengan
lingkungan kerja, selain itu ergonomi memiliki tujuan untuk mengurangi
tingkat kecelakaan saat bekerja dan meningkatkan produktifitas dan
efisiensi dalam suatu proses produksi. Ergonomi adalah ilmu, seni dan
penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara
segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun istirahat
dengan kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik maupun mental
sehingga kualitas kerja secara keseluruhan menjadi lebih baik (Tarwaka,
2014).

7
8

2. Tujuan Ergonomi
Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi adalah (Tarwaka,
2014):
a. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan
cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan
mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
b. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak
sosial, mengelola dan mengkordinir kerja secara tepat guna dan
meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif
maupun setelah tidak produksi.
c. Meciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu teknis,
ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang
dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.
3. Manfaat Ergonomi
Menurut Pheasant (2013) ada beberapa manfaat ergonomi antara lain:
a. Peningkatan hasil produksi, yang berarti menguntungkan secara
ekonomi. Hal ini antara lain disebabkan oleh:
1) Efisiensi waktu kerja yang meningkat.
2) Meningkatnya kualitas kerja.
3) Kecepatan pergantian pegawai (labour turnover) yang relatif rendah.
b. Menurunnya probabilitas terjadinya kecelakaan yang berarti:
1) Dapat mengurangi biaya pengobatan yang tinggi. Biaya untuk
pengobatan lebih besar daripada biaya untuk pencegahan.
2) Dapat mengurangi penyediaan kapasitas untuk keadaan gawat darurat.
c. Dengan menggunakan antropometri dapat direncanakan atau didesain:
1) Pakaian kerja
2) Workspace
3) Lingkungan kerja
4) Peralatan atau mesin
5) Consumer product
9

4. Prinsip Ergonomi
Ergonomi merupakan ilmu yng mempelajari keserasian kerja dalam
satu sistem (work system). Sistem ini terdiri dari manusia, mesin dan
lingkungaan kerja. Pada penerapannya jika pekerjaan menjadi aman bagi
pekerja/manusia dan efisiensi kerja meningkat maka tercapai kesejahteraan
manusia. Keberhasilan aplikasi ilmu ergonomi dilihat dari adanya perbaikan
produktivitas, evisiensi, keselamatan dan diterimanya sistem desain yang di
hasilkan (mudah, nyaaman dan sebagainya) (Brridger, 2013).
Ergonomi dapat digunakan dalam mengingat sistem manusia dan
produksi yang khompleks. Hal ini berlaku dalam industri sektor informal.
Dengan mengetahui prinsip ergonomi tersebut dapat ditentukan pekerjan
apa yang layak digunakan agar mengurangi kemungknan keluhan dan
menunjang produktifitas.
5. Dasar Hukum Ergonomi
Berdasarkan Undang-undang jaminan keselamatan kerja dan
kesehatan kerja itu diperuntukan bagi seluruh pekerja yang bekerja di segala
tempat kerja, baik didarat, di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik
Indonesia. Jadi pada dasarnya, setiap pekerja di Indonesia berhak atas
jaminan keselamatan dan kesehatan kerja.
Menurut pasal 12 UU No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja, Kewajiban dan hak tenaga kerja adalah sebagai berikut:
a. Memberikan ketenangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas
atau ahli keselamatan kerja.
b. Memakai alat- alat perlindungan diri yang diwajibkan.
c. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan
yang diwajibkan.
d. Meminta paa pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan
kesehatan yang diwajibkan.
e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat keselamatan
dan kesehatan kerja serta alat–alat perlindungan diri yang diwajibkan
diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh
10

pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat di pertanggung


jawabkan.
Peraturan mentri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 2018 tentang Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja Bab 1 pasal 14
faktor ergonomi adalah faktor yang mempengaruhi aktifitas teaga kerja.
Disebabkan oleh ketidaksamaan antara fasilitas kerja yang meliputi cara
dengan kerja yang biasa, posisi kerja yang baik, alat kerja yang standar, dan
beban angkat terhadap tenaga kerja.
Peraturan pemerintah Nomor 50 tahun 2012, tentang Penerapan
Sistem Manejemen Keselamatan Kerja Bab 1, pasal 1, ayat 3 dan 4
menjelaskan tentang tenaga kerja. Tenaga Kerja adalah setiap orang yang
mampu untuk melakukan pekerjaan yang guna menghasilkan barang dan
atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk kebutuhan
masyarakat luas. Adapun sebutan “pekerja/buruh adalah setiap orang yang
bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain”. Demikian
pula penegasan UU No .13 tahun 2003 bab 1 pasal 1 ayat 2 disebutkan
bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan
guna menghasilkan barang/jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun untuk masyarakat luas.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1970
tentang keselamatan kesehatan kerja pada bab 3 syarat–syrat keselamatan
kerja pasal 3 ayat 1 yang memiliki 18 point sebagai berikut:
a) Mencegah serta mengurangi kecelakaan.
b) Mencegah, juga mengurangi serta memadamkan kebakaran.
c) Mencegah serta megurangi bahaya peledakan.
d) Memberi kesempatan/jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran
/kejadian-kejadian lain yang berbahaya.
e) Memberi pertolongan pada kecelakaan.
f) Memberikan berupa alat-alat perlindungan diri pada pekerja.
g) Mencegah serta menegndalaikan timbulnya penyakit akibat kerja baik
fisik maupun pyschis, peracun, infeksi dan penularan.
11

h) Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.


i) Menyelanggarakan suhu dan lembab udara yang baik.
j) Meyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
k) Memelihara kebersihan lingkungan serta, kesehatan dan ketertiban.
l) Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara
dan proses kerjanya.
m) Mengamankan dan mempelancar pengnkutan orang, binatang, tanaman
atau barang.
n) Mengamankan serta ikut dalam memelihara segala jenis bagunan.
o) Menamankan dan mempelancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan
penyimpanan barang.
p) Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
q) Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
Peranan manusia dalam hal ini akan didasarkan pada kemampuan dan
keterbatasan yang berkaitan dengan aspek pengamatan, fisik, maupun
fisikis. Demikian juga peranan atau fungsi mesin/peralatan yang menunjang
operator dalam melakukan tugas yang ditentukan mesin/peralatan kerja
berfungsi menambah kemampuan manusia, tidak menimbulkan stress
tambahan akibat kerja dan membantu melaksanakan kerja–kerja tertentu
yang dibutuhkan tetapi berada diatas kapasitas atau kemampuan yang
dimiliki manusia (Sritomo, 2013).
Menurut Sritomo (2013), sikap dan posisi bekerja meliputi:
a) Mengurangi keseharusan operator untuk bekerja dengan sikap dan posisi
membungkuk dengan frekuensi kegiatan yang sering atau jangka waktu
yang lama.
b) Operator tidak seluruhnya menggunakan jarak jangkauan maksimum
yang bisa dilakukan.
c) Operator tidak seharusnya duduk atau berdiri pada saat bekerja untuk
waktu lama dengan kepala, leher, dan dada atau kaki berada dalam sikap
atau posisi miring.
12

d) Operator tidak seharusnya dipaksa bekerja dalam frekuensi atau priode


waktu lama dengan tangan dan lengan berada dalam posisi diatas level
siku yang normal.
Antropometri secara literal berarti “pengukuran manusia” dalam
antropologi fisik merujuk pada pengukuran individu manusia untuk
menegtahui variasi fisik manusia. Kini antropometri berperan penting dalam
bidang perancangan, ergonomik, dan arsiktektor. Dalam bidang-bidang
tersebut, data statisk dalam bidang distribusi dimensi tubuh dari suatu
populasi di perlukan untuk menghasilkan produk yang optimal. Perubahan
dalam gaya kehidupan sehari hari, nutrisi, dan komposisi etnis masyarakat
dapat membuat perubahan dalam distribusi ukuran tubuh dan membuat
perlunya penyesuaian berkala dari koleksi data antropometrik (Wikipedia,
2017).
Data antropometri sangat berpengaruh bagi perancagan peralatan
maupun fasilitas dalam system kerja. Antropometri pada dasarnaya
menyangkut ukuran fisik atau fungsi dari tubuh manusia saja. Tetapi juga
dapat memiliki karakteristik lain seperti berat, umur dan lain-lain. Data
antropometri statis (struktural) maupun dinamis (fungsional) memiliki
fungsi aplikasi di dalam desain fasilitas dan peralatan-peralatan kerja
termasuk mesin-mesin yang digunakan manusia (Anizar, 2017).
6. Faktor Yang Berhubungan Dengan Identifikasi Risiko Ergonomi pada
Pekerja Lapangan
Mengidentifikasi risiko sangatlah penting untuk mengetahui risiko
Ergonomi, untuk mengetahui seberapa besar risiko kecelakaan kerja yang di
akibatkan oleh posisi yang tidak ergonomic. Dan ada beberapa faktor yang
mendukung untuk menegtahui hasil dari risiko Ergonomi.
a. Repid Entrie Body Assisment (REBA)
Repid Entrie Body Assisment (REBA) adalah sutu metode dalam
bidang ergonomi digunakan secara cepat untuk menilai postur leher,
punggung, lengan, pergelangan tangan dan kaki seorang pekerja. REBA
13

adalah alat penganalisa postur tubuh yang bias memeriksa aktivitas kerja.
(Modul Praktikum “Sistim Kerja dan Ergonomi”) (Irdiastadi dkk, 2015).
Metode REBA dalam bidang ergonomi yang digunakan secara
cepat untuk menilai postur leher, punggung, lengan, pergelangan tangan,
dan kaki seorang pekerja. REBA lebih umum, dalam penjumlahan salah
satu sistem baru dalam analisis yang didalamnya termasuk faktor-faktor
dinamis dan statis bentuk pembebanan interaksi pembebanan perorangan,
dan konsep baru berhubungan dengan pertimbangan dengan sebutan
“The Gravity Attended” untuk mengutamakan posisi dari yang paling
unggul (Wisanggeni, 2015).
Metode REBA juga dilengkapi dengan faktor coupling, beban
eksternal aktivitas kerja. Dalam metode ini, segmen-segmen tubuh dibagi
menjadi dua group, yaitu group A dan group B. Group A terdiri dari
punggung (batang tubuh), leher, dan kaki. Sedangkan group B terdiri dari
lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan (Wisanggeni, 2015).
1) Penilaian Postur Kerja REBA
Penilaian postur kerja pada masing-masing group tersebut
didasarkan skor REBA, yang bernilai 1 sampai 15 menunjukan level
tindakan (action level) sebagai berikut (Wisanggeni, 2015):
a) Action level 0: skor 1 menunjukan bahwa postur ini sangat
diterima dan tidak perlu tindakan.
b) Action level 1: skor 2 atau 3 menunjukan bahwa perlu tindakan
pemeriksaan lanjutan.
c) Action level 2: skor 4 sampai 7 menunjukan bahwa perlutindakan
pemeriksaan dan perubahan perlu dilakukan.
d) Action level 3: skor 8 sampai 10 menunjukan bahwa perlu
pemeriksaan dan perubahan dilakukan.
e) Action level 4: skor 11 sampai 15 menunjukan bahwa kondisi ini
berbahaya maka pemeriksaan dan perubahan perlu dilakukan
dengan segera (saat itu juga).
Grup A yang terdiri dari leher, punggung, dan kaki :
14

a) Nilai leher

Gambar 1
Rentang Gerak Leher
(1) Nilai 1 untuk leher menekuk 0°-10° kebawah.
(2) Nilai 2 untuk Leher menekuk 10°-20° kebawah.
(3) Nilai 3 untuk Leher menekuk >20° kebawah.
(4) Nilai 4 untuk leher menekuk / bereaktensi kebelakang.
(5) Nilai bertambah 1 jika leher berputar.
(6) Nilai bertambah 1 jika leher menekuk kesamping.
Postur leher Skor Total
Flexion: 0 – 20° 1
Jika Leher berputar (twisted)
atau miring (tilted) kesamping
Flexion: > 20° skor ditambah +1.
2
Extension > 20°

Sumber: Tarwaka (2019)


b) Nilai punggung
(1) Nilai 1 untuk punggung yang didukung dengan posisi
pinggul dan panggul 90° atau lebih.
(2) Nilai 2 untuk punggung yang membungkuk dengan sudut
0°-20°.
(3) Nilai 3 untuk punggung yang membugkuk dengan sudut
20°-60°.
(4) Nilai 4 untuk punggung yang membungkuk dengan sudut
>60°.
(5) Nilai bertambah 1 jika punggung melakukan putaran.
(6) Nilai bertambah 1 jika punggung mengarah kesamping.
15

Postur Punggung ( Trunk ) Skor Total


Tegak (Alamiah) 1
Flexion: 0 -20° Extension 0 – Jika badan berputar
2
20° (twisted) atau miring
Flexion : 20 – 60° (tilted) ke samping
3
Extension >20° skor di tambah +1
Flexion : >60° 4
S
Sumber : Tarwaka (2019)

c) Nilai kaki

Gambar 2
Rentang Gerakan Kaki
(1) Nilai 1 untuk kaki dan telapak kaki ada yang menahan saat
dengan beban yang seimbang.
(2) Nilai 1 untuk posisi berdiri dengan beban yang
didistribusikan seimbang dengan kedua kaki, degan ruang
untuk berganti posisi
(3) Nilai 2 untuk kaki dan telapak kaki yang tidak didukung
atau beban tidak seimbang antara 2 kaki.
Skor
Postur Total
Legs
Kaki tertopang, bobot tersebar Jika Lutut Flexion 30 -
1
merata, jalan atau duduk 60°: skor di tambah +1
Kaki tidak tertopang, bobot
Jika Lutut Flexion >60̊:
tersebar merata /postur tidak 2
+2
stabil
Sumber : Tarwaka (2019)
16

Grup B yang terdiri dari lengan Atas, Lengan Bawah, dan


Pergelangan Tangan :
1) Lengan Atas

Gambar 3
Rentang Gerakan Lengan Atas
a) 1 untuk rentang 20° kebelakang / kedepan dari tengah tubuh.
b) 2 untuk rentang >20° kebelakang / 20°– 45°kedepan
c) 3 untuk rentangan 45°- 90°
d) 4 untuk rentangan >90°
e) Nilai bertambah 1 jika pundak terangkat atau lengan menjauh dari
tubuh
f) Kurangi 1 jika berat tangan di topang /didukung
2) Nilai Lengan Bawah
a) 1 untuk rentang 60°-100°.
b) 2 untuk rentang <60°->100°.
c) Nilai bertambah 1 bila lengan bawah bekerja melewati garis tengah
atau menjauh dari tubuh.
3) Nilai Pergelangan Tanagan
a) 1 posisi normal.
b) 2 untuk rentang menekuk sampai 15° ke atas / ke bawah.
c) 3 untuk rentang menekuk >15° keatas / kebawah.
d) Nilai bertambah 1 jika pergelangan tangan menekuk kesamping
e) Nilai bertambah 1 jika pergelangan tangan masih dalam rentang
putar tengah.
f) Nilai bertambah 2 jika putaran pergelangan ada pada atau dekat
rentang putaran akhir pergelangan.
17

2) Penilaian Postur Tubuh REBA


a) Postur Tubuh
(1) Pengertian Postur Tubuh
Postur tubuh adalah orientasi rata-rata dari anggota tubuh di
tentukan oleh ukuran tubuh dan ukuran peralatan atau benda
lainnya yang digunakan pada saat bekerja. Pada saat bekerja
diperhatiakan postur tubuh dalam bekerja dengan nyaman dan
tahan lama. Keseimbangan tubuh sangat dipengaruhi oeh luas dasar
penyangga atau lantai dan tinggi dari gaya titik gaya berat. Posisi
tubuh yang menyimpang secara siknifikan terhadap posisi normal
saat melakukan pekerjaan dapat menyebabkan stress mekanik lokal
pada otot, ligamen dan persendian. Hal ini megakibatkan cidera
pada leher, tulang belakang, bahu, pergelangan tangan dan lain-
lain.
(a) Penilaian postur tubuh grup A
Postur tubuh grup A terdiri dari leher (neck), punggung (trunk),
dan kaki (legs).
Langkah 1 : leher (neck).
Penilaian terhadap leher (neck) adalah penilaian dilakukan
terhadap posisi leher pada saat melakukan kegiatan ekstensi atau
fleksi dengan sudut tertentu. Jangkauan postur untuk leher
(neck) didasarkan pada studi yang dilakukan oleh chaffin. Skor
dan jangkauannya sebagai berikut:
Tabel 1
Langkah 1: Skor Pergerakan Leher
Pergerakan Skor Perubahan Skor
+1 jika leher
Fleksi 0 - 10 1
berputar
Fleksi 10 – 20 2
+1 jika leher
Fleksi lebih dari 20 3
bergerak kesamping
Dalam posisi ekstensi 4
18

Sumber : Mc Atamney,1993
Gambar 4
Postur Leher

Langkah 2 : punggung (batang tubuh)


Penilaian terhadap badang tubuh/punggung (trunk), merupakan
penilaian terhadap sudut yang dibentuk tulang belakang tubuh
saat melakukan aktivitas kerja dengan kemiringan yang sudah
diklasifikasikan. Jangkauan gerakan punggung (trunk) di
kembangkan dari Drury. Skor posturnya sebagai berikut:
Tabel 2
Langkah 2: Skor Pergerakan Punggung (batang tubuh)

Pergerakan Skor Perubahan Skor


Posisi normal 0 1 + 1 jika punggung memutar
Fleksi 0 – 20 2
+ 1 jika punggung melentur
Fleksi 20 – 60 3
kesamping
Fleksi ebih dari 60 4

Langkah 3 : kaki (legs)


Penilaian terhadap kaki (legs) adalah penilaian yang dilakukan
terhadap posisi kaki pada saat melakukan aktivitas kerja apakah
operator bekerja dengan posisi normal/seimbang atau bertumpu
pada saat kakai lurus. Skor postur kaki (legs) di tentukan sebagai
berikut :
19

Tabel 3
Langkah 3: skor Pergerakan Kaki
Pergerakan Skor
Kaki dan telapak kaki tersanggang dengan baik atau
1
ketika duduk dengan berat yang seimbang
• Pada berdiri dengan berat tubuh terdistribusi
secara merata pada kedua kaki, dengan ruang
untuk mengganti posisi
2
• Kaki dan telapak kaki tidak tersanggang atau
berat tidak merata secara seimbang

Sumber : Stanton,dkk ( 2005 )


Gambar 5
Postur Kaki
Langkah 4 : gambar sikap kerja yang dihasilkan dari postur
kelompok A yaitu leher (neck), punggung (trunk), dan kaki
(legs), kemudian skor dimasukan kedalam tabel A untuk
memperoleh skor.
Tabel 4
Skor Group A
Punggung
1 2 3 4 5 6
Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki
Leher 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7
2 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 7
3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7
4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 8
5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8
6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9
Sumber, Tarwaka (2019)
20

Langkah 5 : penambahan skor beban


Setelah diproleh hasil penambahan dengan skor aktivitas untuk
postur tubuh grup A pada tabel 5 maka hasil skor beban tersebut
berdasarkan kategori yang dapat dilihat:
Tabel 5
Langkah 4 : Skor Beban
Beban Skor
Beban sesekali /<2kg & ditahan 0
Beban sesekali antara 2kg-10kg 1
Beban 2kg-10kg bersifat statis atau berulang-ulang 2
/beban sesekali namun >10kg.
>10kg secara statis atau berulang &/ beban 3
seberapapun besarnya dialami dengan sentakan
cepat
Langkah 6 : jumlahkan dengan lajur pada tabel C
Tabel 6
Langkah 6 : Skor Leher , Punggung , dan Kaki
Tabel C
S
Tabel
Skor B
Au
m 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1b 1 1 1 2 3 3 4 5 6 7 7 7
2 1 2 2 3 4 4 5 6 6 7 7 8
3 2 3 3 3 4 5 6 7 7 8 8 8
4 3 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9
5 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 9

6 6 6 6 7 8 8 9 9 10 10 10 10
7 7 7 7 8 9 9 9 10 10 11 11 11
8 8 8 9 10 10 10 10 10 10 11 11 11
9 9 9 9 10 10 10 11 11 11 12 12 12
10 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 12 12
11 11 11 11 11 12 12 12 12 12 12 12 12
12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
Sumber: Tarwaka (2019)
21

Penetapan skor final yaitu dengan memasukan nilai postur


kelompok A (neck and upper arm analysis) kedalam kolom
horizontal tabel C. Setelah diproleh grand score, yang bernilai 1
sampai 12 menunjukan level tindakan (action level) sbagai
berikut:
1) Skor 1 :
Skor 1 risiko yang masih dapat diabaikan.
2) Skor 2 atau 3 :
Skor 2 atau 3 ialah risiko rendah, perubahan mungkin
diperlukan.
3) Skor 4 sampai 7 :
Skor 4 sampai 7 ialah risiko sedang, investigasi lebih lanjut,
prubahan segera.
4) Skor 8 sampai 10 :
Skor 8 sampai 10 ialah risiko tinggi, investigasi dan
melakukan penerapan perubahan.
5) Skor 11+ :
Skor 11+ ialah risiko tinggi , penerapan prubahan segera saat
itu juga.
(b) Penilaian postur tubuh grup B
Postur tubuh grup B terdiri atas lengan atas (upper arm)
lengan bawah (lower arm), pergelangan tangan (writs), dan
putaran pegelangan tangan (writs twist).
Langkah 7 : lengan atas (upper arm)
Penilaian terhadap lengan atas (upper arm) adalah penilaian
yang dilakukan terhadap sudut yang di bentuk lengan atas pada
saat mlakukan aktivitas kerja. Sudut yang dibentuk oleh lengan
atas di ukur menurut posisi batang tubuh. Jangkauan gerak
untuk lengan bagian atas (upper arm) dinilai dan di beri skor
berdasarkan studi yang telah dilakukan oleh Tichauer, Chaffin,
Skornya adalah sebagai berikut:
22

Tabel 7
Langkah 7 : Skor Pergerakan Lengan Atas
Pergerakan Skor Perubahan skor
Ekstensi 20 dan fleksi 20 1 +1 jika bahu terangkat
Ekstensi lebih dari 20 +1 jika lengan bagian
2
fleksi antara 20 – 45 atas abduksi
Fleksi antara 45 – 90 3 - 1 jika operator
bersandar atau berat
Fleksi lebih dari 90 4 lengan disangga atau di
beri penyangga

Sumber : Mc Atamney,1993
Gambar 6
Postur Lengan Atas

Langkah 8 : lengan bawah (lower arm)


Adalah penilaian lengan bawah (lower arm) adalah penilaian
yang dilakukan terhadap sudut yang dibentuk lengan bawah
pada saaat melakukan aktifitas kerja. Sudut yang dibentuk oleh
lengan bawah pada saat melakukan aktifitas kerja. Sudut yang
dibetuk oleh lengan bawah di ukur menurut posisi batang tubuh.
Sedangkan jangkauan untuk lengan bagian bawah (lower arm).
Dikembangkan berdasarkan penelitian Grandjean. Skornya
adalah sebagai berikut:
Tabel 8
Langkah 8 : Skor Pergerakan Lengan Bawah
Pergerakan Skor Perubahan skor
Refleksi 60 – 100 1
+1 jika lengan bagian bawah
Refleksi kurang bekerja melewati garis tengah
dari 60 atau lebih 2 (midline) tubuh atau berada
dari 100 diluar sisi tubuh
23

Sumber : Mc Atamney,L.Y Corlett,E.N.1993


Gambar 7
Postur Lengan Bawah

Langkah 9 : pergelangan tangan (wrist)


Penilaian untuk pergelangan tangan (wrist) adalah penilaian
yang dilakukan terhadap sudut yang dibentuk oleh pergelangan
tangan pada saat melakukan aktivitas kerja. Sudut yang dibentuk
oleh pergelangan tangan di ukur menurut posisi lengan bawah.
Panduan untuk pergelanagan tangan (wrist) yang di terbitkan
oleh healt and safety executive digunakan untuk menhhasilkan
skor postur sebagai berikut:
Tabel 9
Langkah 9 : Skor Pergerakan Pergelangan Tangan
Pergerakan Skor Perubahan skor
Posisi netral 1 +1 jika
Fleksi dan ekstensi 0-15 (ke atas pergelangan
2
maupun kebawah) tangan dalam
Fleksi dan ekstensi lebih dari 15 gerakan urnal
3
(ke atas maupun ke bawah). maupun radial

Sumber : Mc Atamney, 1993


Gambar 8
Postur pergelangan tangan
24

Langkah 10 : putaran pergelangan tangan (wrist twis)


Pronasi dan supinasi pergelangan tangan di tentukan menyertai
postur netral berdasarkan Tichauer. Skornya adalah sebagai
berikut :
Tabel 10
Langkah 11: Skor Pergerakan Putaran Pergelangan Tangan
Pergerakan Skor
Pergelangan tangan berputar dalam jangkauan tengah 1
Pergelangan tangan berputar dekat atau pada akhir
2
jangkauan

Sumber : Mc Atamney ,1993


Gambar 9
Postur Pergerakan Putaran Pergelangan Tangan

Langkah 12 : nilai dari postur tubuh lengan atas, lenganbawah,


pergelangan tanagan dan putaran pergelagan tagan di masukan
kedalam tabel postur tubuh grup A untuk memperoleh skor
sperti terlihat pada tabel
Tabel 11
Langkah 12 : skor Pergerakan Postur Group B (tabel B)

Tabel B Lengan Atas


1 2
Pergelangan
Tangan
1 1 2 3 1 2 3
Lengan
2 1 2 3 2 3 4
Bawah
3 3 4 4 4 5 5
4 4 5 5 5 6 7
5 6 7 5 7 8 8
6 7 8 8 8 9 9
Sumber : Stanton ,dkk (2005)
25

Langkah 13 : tetap kan pada lajur tabel C


Tabel 12
Total skor tabel C
Tabel Tabel C
A Skor B
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 1 1 1 2 3 3 4 5 6 7 7 7
2 1 2 2 3 4 4 5 6 6 7 7 8
3 2 3 3 3 4 5 6 7 7 8 8 8
S
u 4 3 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9

m 5 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 9

b 6 6 6 6 7 8 8 9 9 10 10 10 10

e 7 7 7 7 8 9 9 9 10 10 11 11 11

r 8 8 8 9 10 10 10 10 10 10 11 11 11
9 9 9 9 10 10 10 11 11 11 12 12 12
: 10 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 12 12
11 11 11 11 11 12 12 12 12 12 12 12 12
S 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
tanton ,dkk (2005)
Langkah 14 : penambahan skor aktifitas
Setelah diperoleh hasil skor untu postur tubuh grup C pada tabel
14 maka hasil skor tersebut dapat ditambahkan dengan skor
aktivitas tersebut berdasarkan kategori yang dapat dilihat pada 15.
Tabel 13
Langkah 14 : Skor Aktivitas
Aktivitas Skor Keterangan
Postur static +1 Satu atau lebih bagian tubuh
Pengulangan +1 statis / diam tindakan
dilakukan berulang – ulang
lebih dari 4 kali per menit
26

b. Repetitif
Gerakan repetitif adalah suatu kesatuan gerakan yang mempunyai
sedikit variasi dan dilakukan tiap beberapa detik secara berulang
sehinggah dapat menyebabkan kelelahan dan ketegangan pada otot
tendon. Setiap gerakan berulang disarankan hannya dilakukan dengan
jumlah frekuensi <10 gerakan/menit karena jika dilakukan lebih dari itu
akan dikategorikan dalam tingkatan risiko gerakan dengan pengulangan
yang tinggi. Kegiatan yang dapat dilakukan dengan berulang dapat
menyebabkan kelelahan, kerusakan jaringan, rasa sakit dan
ketidaknyamanan dalam bekerja. Dan pekerja yang melakukan kegiatan
yang repetitif akan mengalami gangguan musculoskeletal (Nabila dkk,
2021).
Berdasarkan penelitian Juliana (2018) berulang (repetitif) yang
dilakukan pekerja secara terus menerus seperti pekerjaan mencangkul,

membelah kayu besar, angkat-angkut dan sebagainya. Keluhan otot


terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban terus menerus tanpa
memperoleh kesempatan untuk relaksasi.

Sumber: https://www.antaranews.com (2021)


Gambar 10
Gerakan Repetitif (gerakan berulang-ulang)
27

c. Statis
Posisi statis adalah suatu posisi yang diam terlalu lama, deviasi
sikap postur tubuh dalam posisi statis (duduk atau berdiri) yang
menyebabkan peningkatan sudut lumbosacral (sudut antara segmen
vertebra L5 dan S1 yang normalnya sebesar 300-400) atau peningkatan
lengkung lordotik lumbal dalam waktu cukup lama, serta menyebabkan
pergeseran titik pusat berat badan yang normalnya berada digaris tengah
sekitar 2,5cm di depan segmen vertebra S2. Peningkatan sudut
lumbosacral dan pergeseran titik pusat berat badan tersebut akan
menyebabkan peregangan pada ligament dan kontraksi otot-otot yang
berusaha untuk mempertahankan postur tubuh yang normal, akibatnya
dapat terjadi strain atau sprain pada ligmen dan otot-otot di daerah
punggung bawah yang menimbulkan nyeri (Ramadhani, 2012).
d. Load atau Beban
Load atau beban adalah dimana postur tubuh dalam keadaan atau
pekerjaan dalam mengangkat material atau beban yang berat.
Pemindahan material secara manual apabila tidak dilakukan secara
ergonomis akan menimbulkan kecelakaan dalam industri. Kecelakaan
industri yang disebut sebagai “Over exertion-lifting and carrying” adalah
kerusakan jaringan tubuh akibat beban angkat yang berlebihan.
Batasan dari massa angkat beban meliputi, batasan legal, batasan
biomekanika, batasan fisiologi dan batsa psikofisik. Beberapa batsan
agkat legal dari berbagai Negara yaitu: pria dibawah usia 16 tahun
maksimum angkat 14kg, pria usia antara 16-18, pria diatas usia 18 tahun
tidak ada batasan angkat, wanita usia 16-18 tahun maksimum 11 kg dan
wanita usia diatas 18 tahun maksimum 16 kg.
7. Kompetensi SDM
Menurut Mangkunegara (2012), kompetensi Sumber Daya Manusia
(SDM) adalah kompetensi yang berhubungan dengan pengetahuan,
keterampilan, kemampuan dan karakteristik kepribadian yang
mempengaruhi secara langsung terhadap kinerjanya.
28

Sumber daya manusia (kompetensi) adalah pengetahuan peraturan


pekerja terhadap dalam melakukan pekerjaannya seperti peralatn yag
digunakannya, postur kerja, alat pelindung diri (APD), dan undang-undang
yang mengatur dalam bekerja. Hal ini harus dikuasai oleh seluruh pekerja
agar tidak terjadi risiko kecelakaan akibat kerja (Tarwaka, 2014).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kompetensi SDM adalah
kemampuan yang dimiliki seseorang yang berhubungan dengan
pengetahuan, keterampilan dan karakteristik kepribadian yang
mempengaruhi secara langsung terhadap kinerjanya yang dapat mencapai
tujuan yang diinginkan.
Kompetensi SDM yang diperlukan untuk menghadapi tantangan
baru dan jenis-jenis organisasi di tempat kerja, dapat diperoleh dengan
pemahaman ciri-ciri yang kita cari dari orang-orang yang bekerja
dalam organisasi-organisasi tersebut. Konsep dasar standar kompetensi
ditinjau dari estimologi, standar kompetensi terbuka atas dua kosa kata
yaitu standar dan kompetensi. Standar diartikan sebagai ukuran atau
patokan yang disepakati, sedangkan kompetensi diartikan sebagai
kemampuan melaksanakan tugastugas ditempat kerja yang mencakup
menerapkan keterampilan (skills) yang didukung dengan pengetahuan
(cognitive) dan kemampuan (ability) sesuai dengan kondisi yang
dipersyaratkan. Dengan demikian standar kompetensi dapat
diasumsikan sebagai rumusan tentang kemampuan dan keahlian apa
yang harus dimiliki oleh tenaga kerja (SDM) dalam melaksanakan
pekerjaan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan/disepakati
(Mangkunegara, 2012).
8. Alat Pelindung Diri (APD)
Menurut Tarwaka (2014) Alat Pelindung Diri (APD) adalah
seperangkat alat keselamatan yang digunakan oleh pekerja untuk
melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya dari kemungkinan adanya
pemaparan potensi bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan
penyakit akibat kerja.
29

Menurut Budiono (2012), Alat pelindung diri (APD) adalah


seperangkat alat yang digunakan tenaga kerja untuk melindungi sebagian
atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi bahaya atau kecelakaan kerja.
APD tidak secara sempurna dapat melindungi tubuhnya, tetapi dapat
mengurangi tingkat keparahan yang mungkin terjadi. Pengendalian ini
sebaiknya tetap dipadukan dan sebagai pelengkap pengendalian teknis
atau pengendalian administratif.
Sedangkan menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan
Transmigrasi nomor PER.08/MEN/VII/2010 tentang alat pelindung
diri, Alat Pelindung Diri selanjutnya disingkat APD adalah suatu alat
yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang
fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di
tempat kerja. Pengusaha wajib menyediakan APD bagi
pekerja/buruh di tempat kerja. Dalam pasal 4 ayat satu pada
PER.08/MEN/VII/2010 disebutkan APD wajib digunakan di tempat
kerja.
9. Standar Operasional Prosedur (SOP)
Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah pedomanyang dipakai
untuk membenarkan bahwa aktifitas oprasional organisasi maupun
prusahaan dapat berjalan secara baik dan lancar. Dan fungsi dari SOP yaitu
konsistensi, reduksi kelelahan, komonikasi. Dan manfaat dari SOP yaitu
keterbukaan informasi, tetap konsisten, mereduksi kegagalan, kepatuhan
terhadap hukum dam peningkatan keterampilan kerja (Sailendra, 2015).
SOP pada dasarnya adalah pedoman yang berisi prosedur-prosedur
operasional standar yang ada di dalam suatu organisasi yang digunakan
untuk memastikan bahwa semua keputusan dan tindakan, serta penggunaan
fasilitas-fasilitas proses yang dilakukan oleh orang-orang di dalam
organisasi yang merupakan anggota organisasi agar berjalan efektif dan
efisien, konsisten, standar dan sistematis (Tambunan, 2013).
SOP dibuat untuk menyederhanakan suatu pekerjaan supaya berfokus
pada intinya, tetapi cepat dan tepat. Dengan cara ini, keuntungan mudah
30

diraih, pemborosan diminimalisasi dan kebocoran keuangan dapat dicegah.


Hal ini biasa diterapkan pada perusahaan yang kompetitif yakni perusahaan
yang semua pekerjaan bisa diselesaikan secara tepat waktu. Jadi, SOP
dibuat untuk menyederhanakan proses kerja supaya hasilnya optimal tetapi
tetap efisien (Ekotama, 2011).

B. Landasan Teori
Landasan teori identifikasi risiko ergonomi pada pekerja lapangan di
PT.PLN (PERSERO) ULP Tembilahan tahun 2022 terdapat pada gambar 11
berikut:

1. Postur
Tubuh
Tingkat Risiko
2. Repatitif
postur kerja
3. Statis
4. Load/beban

Ergonomi

REBA
(Assisment) Rapid Entire) 1. SDM
2. APD
3. SOP
Sumber: Modifikasi Tarwaka (2014), Tarwaka (2019), Wisanggeni (2015)
Gambar 11
Landasan Teori
31

C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan landasan teori, adapun kerangka berpikir penelitian yang
memuat variabel-variabel yang akan diteliti yaitu:
Input Proses Output
1. Kompetensi SDM Identifikasi risiko
2. Peralatan/APD Pengukuran postur ergonomi pada pekerja
3. SOP tubuh dengan REBA lapangan di PT.PLN
(PERSERO) ULP
Tembilahan

Keterangan:
Tidak diteliti
Diteliti
Gambar 12

Kerangka Berfikir

D. Penelitian Sejenis
Tabel 14
Penelitian Sejenis
Keterangan Penelitian Nur dkk Joanda dkk
Sekarang (2022) (2021) (2017)
Judul Identifikasi risiko Analisis tingkat Analisis Postur
ergonomi pada risiko ergonomi Kerja dengan
pekerja PT. PLN terhadap keluhan Metode REBA
(Persero) ULP MSDs pada untuk
Tembilahan pekerja dengan Mengurangi
menggunakan Resiko Cedera
metode REBA di pada Operator
PT. Indofood CBP Mesin Binding
Sukses Makmur di PT. Solo Murni
Tbk Pekanbaru Boyolali
Jenis Penelitian Kualitatif Kualitatif Kualitatif
Desain Penelitian Deskriptif Deskriptif Deskriptif
Variabel Pengukuran REBA, Pengukuran Reba Pengukuran
Kompetensi SDM, Postur Tubuh, REBA, Postur
APD, SOP statis. Tubuh.
Tempat PT. PLN (Persero) PT. Indofood CBP PT. Solo Murni
ULP Tembilahan Sukses Makmur Boyolali
Tbk Pekanbaru
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain
penelitian menggunakan study case guna menggambarkan karakteristik dari
kejadian secara utuh dan menyeluruh dengan uraian kata dan kalimat naratif.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui identifikasi risiko ergonomi pada
pekerja PT. PLN (Persero) ULP Tembilahan tahun 2022.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian dilakukan. Dalam
penelitian ini telah dilaksanakan di PT. PLN (Persero) ULP Tembilahan.
Adapun waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-Agustus tahun 2022.

C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah informan kunci (Supervisor), informan
utama (HSE/Ahli K3), dan informan penunjang (pekerja lapangan 3 orang)
yang ada di PT. PLN (Persero) ULP Tembilahan.
Tabel 15
Informan Penelitian
No Jabatan Jumlah Informan Koding
1 Supervisor 1 Informan Kunci IK
2 HSE (Ahli K3) 1 Informan Utama IU
3 Pekerja Lapangan 3 Informan IP 1
Penunjang IP 2
IP 3
Total 5 orang

32
33

D. Variable Penelitian dan Definisi Istilah


Tabel 16
Variabel Penelitian dan Defenisi Istilah
Variabel Definisi Istilah Cara ukur Alat ukur
Pengukuran Sebuah metode dalam bidang Lembar Pengukuran
REBA ergonomi yang digunakan worksheet REBA
secara cepat untuk menilai REBA dan
postur leher, punggung, dokumentasi
lengan, pergelangan tangan, gambar
dan kaki seorang pekerja
Kompetensi Kemampuan pekerja Wawancara Pedoman
SDM lapangan dalam mendalam, wawancara
melaksanakan tugas dan kamera, perekam
dilapagan dalam menerapkan Observasi suara
prosedur K3.
APD Peralatan yang digunakan Wawancara Pedoman
dalam proses kerja mendalam, wawancara dan
dilapangan. dan Lembar Ceklist
Observasi
SOP Dokumen yang berisi Wawancara Pedoman
serangkaian intruksi tertulis mendalam, wawancara
yang telah di tetapkan untuk dan kamera, perekam
membantu melaksanakan Observasi suara
pekerjaan lapangan.

E. Instrumen Penelitian
Pada kegiatan ini adapun istrumen penelitian yang diperlukan dalam
pengumpulan data penelitian ini yaitu:
1. Studi lapangan (observasi) terhadap informan
2. Tabel penilaian metode REBA
3. Handphon sebagai alat untuk penegambilan gambar dan dokumentasi
4. Pedoman wawancara
Metode pengumpilan data dengan menggunakan pengamatan langsung
pada objek yang di teliti yaitu informan yang bersangkutan kemudian
dilakukan penelitian terhadap postur tubuh pada pekerja di PT. PLN (persero)
ULP Tembihan tersebut.
34

F. Teknik Pengolahan Data


Sistem pengoahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
manual, karena pengumbulan data menggunakan metode perhitungan REBA
dan wawancara terhaap responden, serta observasi langsung.
Untuk keabsahan data peneliti menggunakan teknik triangulasi adalah
teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, di luar data
untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data yang
sudah di dapat.
1. Triangulansi Metode
Triangulasi metode dilakukan dengan cara membandingkan hasil
observasi dengan dokumen-dokumen penting yang berhubungan dengan
lingkungan kerja ergonomic.
2. Triangulasi Data
Data yang telah dikumpulkan dari observasi dan penelusuran
dokumen dikategorikan dan diverifikasikan selanjutnya disampaikan
kembali kepada informan untuk mendapatkan unpan balik demi
keakuratan peneitian.

G. Analisis Data
Analisis data dengan analisa isi untuk mendapatkan informasi yang
mendalam terhadap identifikasi risiko pekerja lapangan di PT. PLN
(PERSERO) ULP Tembilahan Tahun 2022 sebagai berikut:
1. Tinjauan data yang didapat dari berbagai sumber dengan melakukan
obsrvasi.
2. Menghitung postur tubuh lansung dengan menggunakan metode REBA.
Langkah-langkah REBA:
1. Pengambilan data postur pekerja dengan menggunakan bantuan video atau
foto.
2. Penentuan sudut-sudut dari bagian tubuh pekerja
3. Penentuan berat beban yang diangkat, penentuan coupling, dan penentuan
aktifitas kerja
35

H. Etika Penelitian

Penelitian harus menjunjung tinggi etika penelitian yang merupakan


standar etika dalam melakukan penelitian. Adapun prinsip-prinsip etika
penelitian adalah:
1. Prinsip menghormati harkat martabat manusia (respect for persion)
Saya selaku peneliti akan menghormati hak-hak informan yang
terlibat dalam penelitian, termasuk diantaranya: hak untuk membuat
keputusan untuk terlibat atau tidak terlibat dalam penelitian dan hak untuk
dijaga kerahasiaannya berkaitan dengan data yang diperoleh selama
penelitian.
2. Prinsip berbuat baik (beneficence)
Adapun manfaat yang diperoleh informan dalam penelitian ini
adalah sebagai bahan identifikasi risiko ergonomi pada pekerja lapangan
di PT.PLN (PERSERO) ULP Tembilahan. Penelitian ini bebas dari
eksploitasi karena peneliti sudah mempertimbangkan manfaat dari
penelitian.
3. Prinsip Keadilan (justice)
Dalam hal ini penelitian akan memperlakukan informan secara adil
dan tidak membeda-bedakan berdasarkan ras, agama, atau status sosial
ekonomi. Peneliti akan memperlakukan informan sesuai dengan desain
penelitian dan tujuan penelitian, antara lain hak untuk mendapat perlakuan
yang sama dan hak untuk dijaga privasinya. Sudah dilakukan keji etik oleh
komisi etik Universitas Hang Tuah Pekanbaru, dibuktikan dengan adanya
surat keji etik No. 466/KEPK/STIKes-HTP/VII/2022.
BAB IV
HASIL

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


1. Gambaran Umum CV. Ibryan Jaya Pekanbaru
Perusahaan Listrik Negara (disingkat PLN) atau nama resminya PT.
PLN (PERSERO) adalah sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
yang mengurusi semua aspek kelistrikan yang ada di Indonesia. PT.PLN
(PERSERO) Rayon ULP Tembilahan merupakan salah satu cabang dari
PT.PLN Area Tembilahan yang merupakan unit cabang PT.PLN
(PERSERO) wilayah Riau dan Kepri.
2. Visi dan Misi
Visi: “Diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumbuh
kembang, unggul dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi insane”.
Misi: “Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait,
berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang
saham”.
3. Struktur Organisasi

36
37

B. Hasil Penelitan
1. Karateristik Informan
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan selama proses penelitian
diperoleh jumlah informan sebanyak 5 orang. Karakteristik informan
secara keseluruhan berdasarkan jabatan, pendidikan dan masa bekerja.
Untuk mengetahui karakteristik informan tersebut sebagai berikut ini:
Tabel 17
Karateristik Informan
No Kode Jabatan Pendidikan Masa
Informan Bekerja
1 IK Supervisor S1 9 tahun
2 IU HSE/Ahli K3 S1 7 tahun
3 IP.1 Pekerja 1 SMK 4 tahun
4 IP.2 Pekerja 2 SMK 4 tahun
5 IP.3 Pekerja 3 SMK 5 tahun

Berdasarkan tabel 17 diatas, karateristik informan PT.PLN


(PERSERO) ULP Tembilahan, dapat disimpulkan informan IK
berpendidikan S1 dengan masa kerja informan selama 9 tahun, informan
IU berpendidikan S1 dengan masa kerja selama 7 tahun, informan IP.1
berpendidikan SMK dengan masa kerja 4 tahun, informan IP.2
berpendidikan SMK dengan masa kerja 4 tahun, sedangkan informan IP.3
berpendidikan SMK dengan masa kerja 5 tahun.
2. Hasil Wawancara
Penelitian ini tentang identifikasi risiko ergonomi pada pekerja
lapangan di PT.PLN (PERSERO) ULP Tembilahan dilaksanakan dengan
melakukan wawancara mendalam kepada beberapa informan kunci
(Supervisor 1 orang), informan utama (HSE/Ahli K3 1 orang), dan
informan penunjang (pekerja 3 orang).
Hasil wawancara tentang identifikasi risiko ergonomi pada pekerja
lapangan di PT.PLN (PERSERO) ULP Tembilahan adalah sebagai
berikut:
38

a. Kompetensi SDM
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan melalui wawancara
mendalam yang telah dilakukan peneliti dengan informan kunci
(supervisor) ditemukan standar kerja sudah aman, peralatan APD sudah
lengkap dan penanganan kecelakaan kerja dilihat dari kondisi
kecelakaan pekerja, berikut hasil wawancara mendalam yang dilakukan
dengan informan:
“Untuk standar kerja sudah ditetapkan, karena kita disini apapun
tindakan dan pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan SOP
perusahaan dan sesuai standar kerja K3, APD sudah lengkap,
karena alat APD kita sudah ditanggung oleh bagian ahli daya
listriknya. Kalau untuk penanganan kecelakaan kerja itu sendiri
dek, kita lihat kondisi setiap kecelakaannya dahulu, jika fatal kita
akan langsung larikan kerumah sakit, jika kecelakan kerja yang
tidak fatal kita akan guakan pengobatan alat P3K yang sudah
kita sediakan (IK)”

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci dapat


disimpulkan, pada kompetensi SDM, untuk standar kerja sudah aman
sesuai dengan SOP dan standar kerja perusahaan, peralatan APD sudah
lengkap dan ditanggung oleh perusahaan ahli daya listrik serta untuk
penanganan kecelakaan kerja dilihat dari kondisi kecelakaan kerja yang
dialami pekerja.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang telah dilakukan
peneliti dengan informan utama (HSE/Ahli K3), ditemukan seluruh
pekerja memiliki sertifikat, pekerja mengetahui manajemen K3, tujuan
penggunaan safety sudah diketahuioleh pekerja, serta pengawasan kerja
selalu ada, berikut hasil wawancara mendalam yang dilakukan dengan
informan:
“Kalau pekerja di bagian lingkungan PLN Tembilahan ini ya
dek,,, memang salah satu syarat kerja nya harus mempunyai
sertifikat baik itu sertifikat keahlian maupun sertifikat
kompentensinya, jadi kalau kamu nanya seperti itu,, seluruh
pekerja kita disini itu sudah memiliki sertifikat keahlian semua,
dari kami PLN,, memang sebelum mereka itu bekerja dan
sebelum diterima di perusahaan kita ini, sebelumnya di edukasi
dahulu terkait manajemen K3 nya..karena potensi bahaya di
39

listrik ini bahayanya sangat tinggi, karena yang dihadapi itu


listrik dan tidak terlihat, dan untuk bahayanya itu sangat tinggi.
Jadi untuk para pekerja itu sebelum diterima memang kita
berikan terlebih dahulu edukasi dan sosialisasi terkait penerapan
manajemen K3. Pekerjanya sudah mengetahui tentang safety,
dikarenakan semua pekerja itu sebelum bekerja sudah diberikan
sosialisasi dan edukasi terlebih dahulu..Ya kita semua pekerja
dilapangan,, selalu ada pengawas pekerjanya, jadi pengawas itu
lah yang menjadi mandor kerja mereka, dan pengawas
bertanggung jawab selama pekerja nya bekerja (IU)”

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama dapat


disimpulkan, bahwa seluruh pekerja di PLN sudah memiliki sertifikat
keahlian dan sertifikat kompetensi, pekerja juga sudah mengetahui
manajemen K3, dan semua pekerja sebelum bekerja diberikan edukasi
terlebih dahulu serta ketika bekerja dilapangan pengawas selalu
memantau dan bertanggungjawab selama pekerja bekerja dilapangan.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang telah dilakukan
peneliti dengan informan penunjang (pekerja), ditemukan bekerja sudah
sesuai dengan standar kerja yang aman, pekerja sudah mengetahui
penerapan APD yang dapat mencegah timbulnya kecelakaan kerja, serta
sebagian pekerja sudah mengetahui bentuk postur kerja secara
ergonomis, berikut hasil wawancara mendalam yang dilakukan dengan
informan:
“Sudah, karena apabila pekerjaan yang kami lakukan di
lapangan, terkait pekerjaan yang dilakukan di bagian tonggak
listrik. Kita selalu menggunkan APD yang sudah disediakan, dan
kami juga sudah mengetahui manajemen K3, karena sebelum
bekerja kita semua sudah diberikan edukasi oleh perusahaan
akan dampak bahaya risiko dari listrik, sehingga kita sebagai
pekerja harus mengutamakan penggunaan APD lengkap, untuk
postur secara ergonomis, kalau menurut saya sudah,, tetapi tidak
tahu juga lah dek, karena setiap kita bekerja itu bermacam-
macam tempat lokasinya, ada yang lokasinya dekat dengan
pepohonan sehingga kita menyesuaikan keadaan Ketika bekerja
(IP.1)”

“Sudah sesuai, karena kita selama bekerja sudah menggunakan


APD yang tersedia, tentang manajemen K3 kita sudah tahu, kita
kan sudah diberikan edukasi dari perusahaan terlebih dahulu
40

sebelum bekerja, Nah… kalua postur ergonomis itu kurang tahu


juga saya dek,, karena saya nggak tahu bagaimana yang postur
ergonomis itu bentuknya (IP.2)”

“Menurut saya sudah, karena saya bekerja disini ingin kerja


yang aman, jadi mengikui standar kerja yang sudah dibuat
perusahaan yaitu sesuai dengan SOP perusahaan, Sudah tahu
tentang manajemen K3, sebelum kita diterima kerja disini kita
semua diberikan training dan edukasi tentang kelistrikan dan
manajemen K3, jadi kita kerja sudah keahlian dan bekerja
menggunakan APD untuk menghindari kecelakaan kerja, kalua
untuk postur ergonomis kurang tahu saya dek,, saya rasa sudah
kayaknya (IP.3)”

Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan, bahwa standar


kerja perusahaan sudah aman dan sesuai SOP perusahaan, dan
penerapan APD untuk menghindari kecelakaan kerja sudah pekerja
lakukan, serta untuk postur ergonomis dalam bekerja ada yang Sebagian
pekerja mengetahui dan ada yang tidak mengetahui.

b. APD
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan melalui wawancara
mendalam yang telah dilakukan peneliti dengan beberapa informan
ditemukan ketersediaan APD sudah lengkap, berikut hasil wawancara
mendalam yang dilakukan dengan beberapa informan:
“Untuk kelengkapan APD sudah lengkap dan sudah disediakan
oleh perusahaan daya listrik (IK)”

“Sudah lengkap dan tersedia semua (IU)”

“Sudah tersedia semua (IP.1)”

“APD lengkap dan tersedia semua (IP.2)”

“Tersedia untuk alat APD semua (IP.3)”


41

c. SOP
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan melalui wawancara
mendalam yang telah dilakukan peneliti dengan informan kunci
(supervisor) ditemukan SOP kerja sudah tersedia, APD sudah sesuai
dengan SOP perusahaan, berikut hasil wawancara mendalam yang
dilakukan dengan informan:
“SOP kerja perusahaan kita sudah ada, karena kita bekerja
sesuai dengan SOP yang sudah dibuat perusahaan, serta APD
sudah lengkap, karena alat APD kita sudah ditanggung oleh
bagian ahli daya listriknya, dan sudah lengkap sesuai dengan
prosedur (IK)”

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci dapat


disimpulkan, bahwa SOP perusahaan sudah ada, dan APD juga sudah
disediakan oleh bagian daya listik, serta sudah sesuai prosedur
perusahaan.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang telah dilakukan
peneliti dengan informan utama (HSE/Ahli K3), ditemukan APD sudah
sesuai digunakan sesuai dengan pekerjaanya, penggunaan APD juga
sudah dilakukan, serta peralatan kerja sudah sesuai SOP, berikut hasil
wawancara mendalam yang dilakukan dengan informan:
“Kalau untuk APD nya bagian pelayanan listrik ini sudah
dilengkapi, karena kita sudah kontrak atau kerjasama dengan
perusahaan tenaga ahli daya nya sebelum kontraknya disahkan,
mereka mempunyai tanggung jawab untuk memenuhi
kelengkapan APD nya, karena kalau tidak lengkap APD nya kita
bisa membuat tagihan ke perusahaan tenaga ahli daya nya, jadi
mereka harus melengkapi APD nya, APD ini sendiri kan gunanya
untuk menghindari kecelakaan kerja pekerja di lingkungan PLN.
Disini sudah sesuai dengan penggunaan APD nya,, contohnya
pas penggantian/pemeliharaan jaringan pinisorcel di ujung
puncak tiang listrik bentuknya bulat seperti cincin, jadi kita
membutuhkan APD lengkap seperti tangga, sepatu safety, helm,
dan baju safety nya dan tidak lupa menggunakan body harness
safety, serta sudah sesuai SOP, karena apapun yang kita kerjakan
semua berdasarkan SOP perusahaan yang sudah dibuat (IU)”
42

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama dapat


disimpulkan, bahwa seluruh APD sudah dilengkapi oleh perusahaan
yang Kerjasama yaitu bagian perusahaan daya listrik, dan penggunaan
APD sudah sesuai dengan penggunaannya, serta pekerjaan sudah
dilakukan sesuai SOP perusahaan.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang telah dilakukan
peneliti dengan informan penunjang (pekerja), ditemukan bekerja sudah
menggunakan APD sesuai SOP perusahaan, berikut hasil wawancara
mendalam yang dilakukan dengan informan:
“Jika bekerjanya seperti memanjat tonggak listrik, kita sudah
menggunakan APD lengkap, dan sudah sesuai SOP, tetapi saya
yang jarang pakai ketika bekerja itu seperti masker dan sarung
tangan, serta kita bekerja sudah sesuai dengan prosedur
perusahaan, karena kita bekerja sesuai dengan SOP perusahaan
yang sudah ditetapkan (IP.1)”

“Kalau kerja nya dilapangan,, kita menggunakan APD,, apalgi


kalau ada rusak dibagian tonggak listrik,, kita wajib
menggunakan APD untuk melakukan pemeriksaan
kelistrikkannya, menggunakan APD sudah sesuai peraturan yang
sudah dibuat SOP perusahaan, selama kami bekerja,, setiap
pekerjaan itu harus sessuai dengan prosedur yang sudah dibuat
perusahaan (IP.2)”

“Kita semua pekerja bagian lapangan wajib menggunakan APD


selama bekerja dibagian kelistrikkan ini, APD sudah tersedia
serta sudah mengikuti sesuai prosedurlah selama bekerja ini
(IP.3)”

Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan, bahwa pekerja


sudah menggunakan APD lengkap, dan sudah sesuai prosedur SOP
perusahaan.
43

3. Hasil Observasi Peralatan/APD


a. Hasil Lembar Observasi Peralatan/APD PT.PLN (PERSERO) ULP
Tembilahan
Tabel 18
Hasil Lembar Observasi

No Peralatan/APD Ketersediaan Keterangan


Ada Tidak
1 Masker √ Jarang digunakan
2 Safty helmet (helem √
keselamatan)
3 Sarung Tangan √
4 Baju Pelindung √
5 Sepatu Safety √
6 Full Body Harness √
7 Rompi Petugas √
8 Kacamata Hitam √ Jarang digunakan
Sumber: Noviyati (2019)
Berdasarkan tabel 18 diatas, hasil lembar observasi yang
dilakukan peneliti di PT.PLN (PERSERO) ULP Tembilahan,
disimpulkan bahwa perusahaan APD sudah tersedia semua, tetapi
masker dan kacamata hitam jarang digunakan pekerja ketika bekerja.

4. Hasil Worksheet Reba


a. Hasil observasi Worksheet REBA
Dari hasil observasi dengan menggunakan metode REBA yang
dilakukan pada saat penelitian, didapatkan bentuk tubuh atau sikap
badan yang terlihat menyimpang dari posisi normal dan dengan
posisi yang janggal. Dari hasoil observasi peneliti terhadap postur
tubuh dengan menggunakan metode REBA, didapatkan skor akhir
aktivitas pekerja pada saat perbaiki instalasi listrik di tonggak listrik
didapatkan skor 8 hingga skor 10 dimana pada sada skor ini sudah
merupakan posisi yang termasuk kedalam posisi yang memiliki risio
yang tinggi, dan diperlukan tindakan investigasi untuk melakukan
perubahan-perubahan segera saat itu juga.
44

Tabel 19
Tabel Rangkuman Hasil Worksheet Reba Pekerja
No Informan Punggung Leher Kaki Lengan Lengan Pergelangan Skor Tindakan
Atas Bawah Tangan Akhir
1 Pekerja 1 400 800 650 600 400 200 10 Kondisi ini
berbahaya,
maka
pemeriksaan
dan
perubahan
diperlukan
segera
2 Pekerja 2 350 600 800 400 200 200 9 Kondisi ini
berbahaya,
maka
pemeriksaan
dan
perubahan
diperlukan
segera
3 Pekerja 3 200 500 200 800 200 200 7 Kondisi ini
berbahaya,
maka
pemeriksaan
lanjutan dan
juga dan
diperlukan
perubahan-
perubahan

Untuk informan 1 dan informan 2 didapatkan skor dengan


metode REBA adalah 10 dan 9, hal ini disebabkan karena informan
melakukan kegiatan dengan punggung 300-400, leher 600-800, kaki
650-800, lengan atas 400-600, lengan bawah 200-400, pergelangan
tangan 200, sesuai dengan rekomendasi tindakan pada metode REBA
kondisi ini berbahaya, maka pemeriksaan da perubahan diperlukan
dengan segera (saat ini juga).
Untuk informan 3 didapatkan skor akhir dengan metode REBA
adalah 7, hal ini disebabkan karena informan 3 melakukan kegiatan
dengan punggung membentuk sudut 200, leher 500, kaki 200, legan
atas 800, lengan bawah 200, sesuai dengan usulan tindakan REBA,
45

diharapkan segera melakukan pemeriksaan lanjutan dan juga


diperlukan perubahan-perubahan.
1) Informan 1
Tabel 20
Tabel A (Leher, Punggung, Kaki)
Anggota Tubuh Kondisi Nilai
1 Leher 650 (>20+ extention) leher 3+1
terpelintir 4
2 Punggung 400 (>20 flexion) punggung 3+1
sedikit terplintir 4
3 Kaki Tertekuk dengan sudut >400 2

Tabel 21
Tabel Penilaian Postur Tubuh Group A
Punggung
1 2 3 4 5 6
Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki
Leher 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7
2 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 7
3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7
4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 8
5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8
6 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9 9

Nilai total postur anggota tubuh group A diberi nilai 7 ditambah nilai
gerak statis dengan nilai 1 dan nilai muatan 0 jadi total keseluruhan diberi
nilai 8 kemudian ditambahkan dengan skor beban berat yaitu:
Tabel 22
Tabel Berat Beban
Beban Skor
Beban sesekali /<2kh & ditahan 0
Beban sesekali antara 2 kg-10 kg 1
Beban 2 kg- 10 kg bersifat statis atau berulang-ulang/beban 2
sesekali namun > 10 kg
>10kg secara statis atau berulang / bebab seberapapun besarnya 3
dialami dengan sentakan cepat
Tabel group A ditambahkan dengan beban berat yaitu +1
46

Tabel 23
Tabel B (Lengan Atas, Lengan Bawah, Pergelangan Tangan)
No Anggota Tubuh Kondisi Nilai
0
1 Lengan Atas 60 (>20 flexion) sedikit menekuk 3+1
4
2 Lengan Bawah 400 (>20+ extention) tidak lurus tegap 2+1
3
3 Pergelangan Berada pada posisi dengan sudut 200 1
Tangan

Tabel 24
Tabel Penilaian Postur Tubuh Group B
Tabel B Lengan Atas
1 2
Pergelangan Tangan
1 1 2 3 1 2 3
Lengan Bawah 2 1 2 3 2 3 4
3 3 4 4 4 5 5
4 4 5 5 5 6 7
5 6 7 7 7 8 8
6 7 8 8 8 9 9
Nilai total postur tubuh group B diberi nilai 7 ditambah nilai
pergrakkan statis dengan nilai 1, dan nilai muatan 0 jadi total keseluruhan
diberi nilai 8. Kemudian ditambahkan ke dalam skor perputaran
pergerakkan pergelangan tangan yaitu:
Tabel 25
Skor Pergerakkan Putaran Pergelangan Tangan
Pergerakkan Skor
Pergelangan tangan berputar dalam 1
jangkauan tengan
Pergelangan tangan berputar dekat atau 2
pada akhir jangkauan
Dengan skor pergerakkan tangan 2 kemudian dijumlahkan menjadi 6
47

Tabel 26
Tabel C (Tabel A+ Tabel B+ tabel C)
Tabel C
Tabel
A Skor B
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 1 1 1 2 3 3 4 5 6 7 7 7
2 1 2 2 3 4 4 5 6 6 7 7 8
3 2 3 3 3 4 5 6 7 7 8 8 8
4 3 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9
5 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 9
6 6 6 6 7 8 8 9 9 10 10 10 10
7 7 7 7 8 9 9 9 10 10 11 11 11
8 8 8 9 10 10 10 10 10 10 11 11 11
9 9 9 9 10 10 10 11 11 11 12 12 12
10 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 12 12
11 11 11 11 11 12 12 12 12 12 12 12 12
12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12

Nilai total tabel C (skor gabungan tabel A dan tabel B) maka total skor
REBA adalah 10 dengan tindakan pemeriksaan perubahan perlu segera
dilakukan. Kemudian ditambahkan kedalam skor aktivitas yaitu:
Tabel 27
Skor Aktivitas
Aktivitas Skor Keterangan
Postur pengulangan Static +1 Satu atau lebih bagian tubuh statis/diam
+1 tindakan berulang dilakukan berulang-ulang
+1 lebih dari 4 kali/menit

Kemudian hasil skor tabel C ditambahkan dengan skor aktivitas yaitu


denagn 2 skor dengan hasil akhir dari keseluruhan yaitu skor Ttabel C + skor
aktivitas = 12.
2) Informan 2
Tabel 28
Tabel A (Leher, Punggung, Kaki)
Anggota Tubuh Kondisi Nilai
1 Leher 650 (>20+ extention) leher 3+1
terpelintir 4
2 Punggung 400 (>20 flexion) punggung 3+1
sedikit terplintir 4
3 Kaki Tertekuk dengan sudut >400 2
48

Tabel 29
Tabel Penilaian Postur Tubuh Group A
Punggung
1 2 3 4 5 6
Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki
Leher 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7
2 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 7
3 3 3 3 4 4 5 6 7 7 7 7 7
4 5 5 5 6 6 7 7 8 7 7 8 8
5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8
6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9

Nilai total postur anggota tubuh group A diberi nilai 8 ditambah nilai
gerak statis dengan nilai 0 dan nilai muatan 0 jadi total keseluruhan diberi
nilai 8 kemudian ditambahkan dengan skor beban berat yaitu:
Tabel 30
Tabel Berat Beban
Beban Skor
Beban sesekali /<2kh & ditahan 0
Beban sesekali antara 2 kg-10 kg 1
Beban 2 kg- 10 kg bersifat statis atau berulang-ulang/beban 2
sesekali namun > 10 kg
>10kg secara statis atau berulang / bebab seberapapun besarnya 3
dialami dengan sentakan cepat
Tabel group A ditambahkan dengan beban berat yaitu +1

Tabel 31
Tabel Penilaian Postur Tubuh Group B
Tabel B Lengan Atas
1 2
Pergelangan Tangan
1 1 2 3 1 2 3
Lengan Bawah 2 1 2 3 2 3 4
3 2 2 3 3 4 5
4 4 5 5 5 6 7
5 6 7 5 7 8 8
6 7 8 8 8 9 9

Nilai total postur tubuh group B diberi nilai 4, kemudian ditambahkan


ke dalam skor perputaran pergerakkan pergelangan tangan yaitu.
49

Tabel 32
Skor Pergerakkan Putaran Pergelangan Tangan
Pergerakkan Skor
Pergelangan tangan berputar dalam 1
jangkauan tengan
Pergelangan tangan berputar dekat atau 2
pada akhir jangkauan

Tabel 33
Tabel C (Tabel A+ Tabel B+ tabel C)
Tabel C
Tabel
A Skor B
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 1 1 1 2 3 3 4 5 6 7 7 7
2 1 2 2 3 4 4 5 6 6 7 7 8
3 2 3 3 3 4 5 6 7 7 8 8 8
4 3 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9
5 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 9
6 6 6 6 7 8 8 9 9 10 10 10 10
7 7 7 7 8 9 9 9 10 10 11 11 11
8 8 8 9 10 10 10 10 10 10 11 11 11
9 9 9 9 10 10 10 11 11 11 12 12 12
10 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 12 12
11 11 11 11 11 12 12 12 12 12 12 12 12
12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12

Nilai total tabel C (skor gabungan tabel A dan tabel B) maka total skor
REBA adalah 10 kemudian ditambahkann kedalam skor aktivitas yaitu 1 dan
dengan begitu didapatkan skor akhir yaitu 11 dengan Tindakan pemeriksaan
perubahan perlu segera dilakukan.
Tabel 34
Skor Aktivitas
Aktivitas Skor Keterangan
Postur pengulangan Static +1 Satu atau lebih bagian tubuh statis/diam
+1 tindakan berulang dilakukan berulang-ulang
+1 lebih dari 4 kali/menit
50

3) Informan 3
Tabel 35
Tabel A (Leher, Punggung, Kaki)
Anggota Tubuh Kondisi Nilai
1 Leher 650 (>20+ extention) leher 3+1
terpelintir 4
2 Punggung 400 (>20 flexion) punggung 1+1
sedikit terplintir 2
3 Kaki Tertekuk 2

Tabel 36
Tabel Penilaian Postur Tubuh Group A
Punggung
1 2 3 4 5 6
Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki
Leher 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7
2 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 7
3 3 3 3 4 4 5 6 7 7 7 7 7
4 5 5 5 6 6 7 7 8 7 7 8 8
5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8
6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9

Nilai total postur anggota tubuh group A diberi nilai 5 ditambah nilai
gerak statis dengan nilai 1 dan nilai muatan 0 jadi total keseluruhan diberi
nilai 6 kemudian ditambahkan dengan skor beban berat yaitu:
Tabel 37
Tabel Berat Beban
Beban Skor
Beban sesekali /<2kh & ditahan 0
Beban sesekali antara 2 kg-10 kg 1
Beban 2 kg- 10 kg bersifat statis atau berulang-ulang/beban 2
sesekali namun > 10 kg
>10kg secara statis atau berulang / bebab seberapapun besarnya 3
dialami dengan sentakan cepat
Tabel group A ditambahkan dengan beban berat yaitu +1

Tabel 38
Tabel Penilaian Postur Tubuh Group B
Tabel B Lengan Atas
1 2
Pergelangan Tangan
1 1 2 3 1 2 3
Lengan Bawah 2 1 2 3 2 3 4
3 2 2 3 3 4 5
4 4 5 5 5 6 7
51

5 6 7 5 7 8 8
6 7 8 8 8 9 9

Nilai total postur tubuh group B diberi nilai 3, ditambahkan nilai


pergerakkan stati dengan nilai 1, dan nilai muatan 0, jadi total keseluruhan
diberi nilai 3. Kemudian ditambahkan ke dalam skor perputaran
pergerakkan pergelangan tangan yaitu.
Tabel 39
Skor Pergerakkan Putaran Pergelangan Tangan
Pergerakkan Skor
Pergelangan tangan berputar dalam 1
jangkauan tengan
Pergelangan tangan berputar dekat atau 2
pada akhir jangkauan

Tabel 40
Tabel C (Tabel A+ Tabel B+ tabel C)
Tabel C
Tabel
A Skor B
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 1 1 1 2 3 3 4 5 6 7 7 7
2 1 2 2 3 4 4 5 6 6 7 7 8
3 2 3 3 3 4 5 6 7 7 8 8 8
4 3 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9
5 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 9
6 6 6 6 7 8 8 9 9 10 10 10 10
7 7 7 7 8 9 9 9 10 10 11 11 11
8 8 8 9 10 10 10 10 10 10 11 11 11
9 9 9 9 10 10 10 11 11 11 12 12 12
10 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 12 12
11 11 11 11 11 12 12 12 12 12 12 12 12
12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12

Nilai total tabel C (skor gabungan tabel A dan tabel B) maka total skor
REBA adalah 7 kemudian ditambahkann kedalam skor aktivitas yaitu 2 dan
dengan begitu didapatkan skor akhir yaitu 9 dengan Tindakan pemeriksaan
perubahan perlu segera dilakukan.
52

Tabel 41
Skor Aktivitas
Aktivitas Skor Keterangan
Postur pengulangan Static +1 Satu atau lebih bagian tubuh statis/diam
+1 tindakan berulang dilakukan berulang-ulang
+1 lebih dari 4 kali/menit

Dari hasil penilaian yang dilakukan dengan menggunakan metode


REBA ketiga informan dapat disimpulkan bahwa informan 1 mendapati skor
yang paling tinggi yaitu dengan skor akhir 12 dan itu sudah berada pada
kategori yang memiliki risiko tinggi dan perlu dilakukan investigasi dan
perubahan-perubahan dilakukan saat itu juga, sedangkan skor terendah yaitu
informan 3 yaitu dengan skor nilai akhir 9 dan ini juga termasuk katgori
tinggi dan perubahan-perubahan dilakukan. Dan dari penilaian yang
dilakukan terhadap informan 1, dan informan 2 sudah memasuki level 3 yaitu
dengan skor 8-10 yang memiliki kategori risiko tinggi dan perlu dilakukan
investigasi dan perubahan-perubahan dilakukan saat itu juga begitu juga
penilaian terhadap informan 3 yang perlu dilakukan yaitu perubahan-
perubahan segera dan saat itu juga dilakukan.
BAB V
PEMBAHASAN

1. Keterbatasan Penelitian
Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap pelaksanaan penelitian cenderung
terdapat keterbatasan. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini masih dapat
diatasi seperti untuk bertemu langsung dengan supervisor PT.PLN
(PERSERO) ULP Tembilahan sering tidak ada di tempat, sehingga membuat
janji sampai 3 kali gagal dan ke-4 kalinya baru bisa bertemu langsung.

2. Pembahasan Penelitian
1. Kompetensi SDM
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan melalui wawancara
mendalam dan observasi secara langsung ditemukan bahwa pada
kompetensi SDM, untuk standar kerja sudah aman sesuai dengan SOP dan
standar kerja perusahaan, peralatan APD sudah lengkap dan ditanggung
oleh perusahaan ahli daya listrik serta untuk penanganan kecelakaan kerja
dilihat dari kondisi kecelakaan kerja yang dialami pekerja, dan seluruh
pekerja di PLN sudah memiliki sertifikat keahlian dan sertifikat
kompetensi, pekerja juga sudah mengetahui manajemen K3, dan semua
pekerja sebelum bekerja diberikan edukasi terlebih dahulu serta ketika
bekerja dilapangan pengawas selalu memantau dan bertanggungjawab
selama pekerja bekerja dilapangan, serta standar kerja perusahaan sudah
aman dan sesuai SOP perusahaan, dan penerapan APD untuk menghindari
kecelakaan kerja sudah pekerja lakukan, serta untuk postur ergonomis
dalam bekerja ada yang sebagian pekerja mengetahui dan ada yang tidak
mengetahui.
Sumber daya manusia (kompetensi) adalah pengetahuan peraturan
pekerja terhadap dalam melakukan pekerjaannya seperti peralatan yang
digunakannya, postur kerja, Alat Pelindung Diri (APD), dan undang-

53
54

undang yang mengatur dalam bekerja. Hal ini harus dikuasai oleh seluruh
pekerja agar tidak terjadi risiko kecelakaan akibat kerja. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa kompetensi SDM adalah kemampuan yang dimiliki
seseorang yang berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan
karakteristik kepribadian yang mempengaruhi secara langsung terhadap
kinerjanya yang dapat mencapai tujuan yang diinginkan (Tarwaka, 2014).
Kompetensi SDM yang diperlukan untuk menghadapi tantangan
baru dan jenis-jenis organisasi di tempat kerja, dapat diperoleh dengan
pemahaman ciri-ciri yang kita cari dari orang-orang yang bekerja
dalam organisasi-organisasi tersebut. Konsep dasar standar kompetensi
ditinjau dari estimologi, standar kompetensi terbuka atas dua kosa kata
yaitu standar dan kompetensi. Standar diartikan sebagai ukuran atau
patokan yang disepakati, sedangkan kompetensi diartikan sebagai
kemampuan melaksanakan tugastugas ditempat kerja yang mencakup
menerapkan keterampilan (skills) yang didukung dengan pengetahuan
(cognitive) dan kemampuan (ability) sesuai dengan kondisi yang
dipersyaratkan. Dengan demikian standar kompetensi dapat
diasumsikan sebagai rumusan tentang kemampuan dan keahlian apa
yang harus dimiliki oleh tenaga kerja (SDM) dalam melaksanakan
pekerjaan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan/disepakati
(Mangkunegara, 2012).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuliarty
dkk (2017) mengatakan bahwa hal menyebabkan kecelakan kerja pada
SDM kemungkinan besar akan timbul jika pekerja tidak hati-hati dan
tidak bekerja sesuai dengan Standar Operassional Procedure (SOP) yang
berlaku serta tidak menggunakan APD untuk melindungi dirinya dari
bahaya.
Berdasarkan hasil penelitian dan teori, maka peneliti berpendapat
bahwa SDM yang berkompeten, terlatih dan ahli dibidang pekerjaanya
sangat diutamakan dalam memilih SDM sebagai pekerja terutama bagian
listrik, yang mana pekerjaannya sangat berisiko tinggi dan angka
55

kecelakaannya cukup besar bagi yang belum ahli di bidangnya.


Keselamatan kerja dilakukan upaya pemberian perlindungan untuk tenaga
kerja dan orang lain dari potensi yang bisa menimbulkan bahaya yang
dapat berasal dari tegangan listrik, dan alat-alat kerja. Serta Perlindungan
dari bahaya lingkungan kerja, sifat pekerjaan, dan cara kerja. Untuk
meminimalisir terjadinya kecelakaan maupun penyakit akibat kerja
mengutamakan SDM yang mempunyai keahlian dalam bidang listrik.

2. APD
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan melalui wawancara
mendalam dan observasi secara langsung ditemukan bahwa untuk
kelengkapan APD sudah lengkap dan sudah disediakan oleh perusahaan
daya listrik.
Menurut Budiono (2012), Alat Pelindung Diri (APD) adalah
seperangkat alat yang digunakan tenaga kerja untuk melindungi sebagian
atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi bahaya atau kecelakaan kerja.
APD tidak secara sempurna dapat melindungi tubuhnya, tetapi dapat
mengurangi tingkat keparahan yang mungkin terjadi. Pengendalian ini
sebaiknya tetap dipadukan dan sebagai pelengkap pengendalian teknis
atau pengendalian administratif.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Viradiani (2018) melakukan penelitian di perusahaan yang bergerak dalam
pembuatan pressure vessel, heat exchanger, tower, storage tank, dan
boiler. Yang telah menyadari pentingnya pembinaan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) untuk mencapai tujuan manajemen yaitu “zero
accident”. Salah satu bagian dengan potensi bahaya yang mudah ditemui
yaitu di section Marking Cutting. Peneliti memberikan usulan perbaikan
menggunakan metode diagram tulang ikan (fishbone diagram). Dari 15
langkah kerja yang ada, terdapat 2 aktivitas kerja yang masuk ke dalam
extreme risk yaitu mata terkena gram dan mata terkena percikan api pada
saat proses pemotongan material. Untuk itu pengendalian yang dapat
56

dilakukan adalah memodifikasi APD yang digunakan, namun tetap sesuai


dengan SOP yang berlaku.
Berdasarkan hasil penelitian dan teori, maka peneliti berpendapat
bahwa penggunaan APD dilakukan dengan melakukan pengawasan
terhadap pelaksanaan proses pekerjaan sesuai dengan Standard
Operational Procedure (SOP) dan pengawasan terhadap penggunaan APD
lengkap, seperti sepatu safety, sarung tangan, helm, penggunaan masker,
baju pelindung, full body harness dan kacamata agar dapat meminimalisir
bahaya dari percikan api guna menghindari angka kecelakaan kerja yang
berisiko.

3. SOP
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan melalui wawancara
mendalam dan observasi secara langsung terkait SOP, ditemukan bahwa
bahwa seluruh APD sudah dilengkapi oleh perusahaan yang kerjasama
yaitu bagian perusahaan daya listrik, dan penggunaan APD sudah sesuai
dengan penggunaannya, serta pekerjaan sudah dilakukan sesuai SOP
perusahaan.
Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah pedomanyang dipakai
untuk membenarkan bahwa aktifitas oprasional organisasi maupun
prusahaan dapat berjalan secara baik dan lancar. Dan fungsi dari SOP yaitu
konsistensi, reduksi kelelahan, komonikasi. Dan manfaat dari SOP yaitu
keterbukaan informasi, tetap konsisten, mereduksi kegagalan, kepatuhan
terhadap hukum dam peningkatan keterampilan kerja (Sailendra, 2015).
SOP pada dasarnya adalah pedoman yang berisi prosedur-prosedur
operasional standar yang ada di dalam suatu organisasi yang digunakan
untuk memastikan bahwa semua keputusan dan tindakan, serta
penggunaan fasilitas-fasilitas proses yang dilakukan oleh orang-orang di
dalam organisasi yang merupakan anggota organisasi agar berjalan efektif
dan efisien, konsisten, standar dan sistematis (Tambunan, 2013).
57

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lubis


(2018), meneliti pentingnya SOP untuk keselamatan dan kesehatan kerja
pada risiko ergonomi terhadap keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs)
pada Teller Bank. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa SOP
perusahaan paling utama untuk pekerja.
Berdasarkan hasil penelitian dan teori maka peneliti berpendapat
bahwa untuk APD yang digunakan pekerja sudah sesuai dengan SOP
perusahaan, serta pekerjaannya juga sesuai dengan SOP yang sudah
ditetapkan perusahaan. Pekerja yang bekerja menggunakan APD lengkap
berdasarkan sesuai dengan SOP maka pekerjaannya akan aman.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai mengetahui
identifikasi risiko ergonomi pada pekerja lapangan di PT. PLN (PERSERO)
ULP Tembilahan Tahun 2022, dapat disimpulkan:
1. Kompetensi SDM, disimpulkan bahwa pada kompetensi SDM untuk
standar kerja sudah aman sesuai dengan SOP dan standar kerja
perusahaan, peralatan APD sudah lengkap dan ditanggung oleh
perusahaan ahli daya listrik serta untuk penanganan kecelakaan kerja
dilihat dari kondisi kecelakaan kerja yang dialami pekerja, dan seluruh
pekerja di PLN sudah memiliki sertifikat keahlian dan sertifikat
kompetensi, pekerja juga sudah mengetahui manajemen K3, dan semua
pekerja sebelum bekerja diberikan edukasi terlebih dahulu serta ketika
bekerja dilapangan pengawas selalu memantau dan bertanggungjawab
selama pekerja bekerja dilapangan, serta standar kerja perusahaan sudah
aman dan sesuai SOP perusahaan, dan penerapan APD untuk
menghindari kecelakaan kerja sudah pekerja lakukan, serta untuk postur
ergonomis dalam bekerja ada yang sebagian pekerja mengetahui dan ada
yang tidak mengetahui.
2. APD, dapat disimpulkan bahwa untuk kelengkapan APD sudah lengkap
dan sudah disediakan oleh perusahaan daya listrik.
3. SOP, dapat disimpulkan bahwa seluruh APD sudah dilengkapi oleh
perusahaan yang kerjasama yaitu bagian perusahaan daya listrik, dan
penggunaan APD sudah sesuai dengan penggunaannya, serta pekerjaan
sudah dilakukan sesuai SOP perusahaan.

58
59

B. Saran
1. Bagi PT. PLN (PERSERO) ULP Tembilahan
a. Diharapkan bagi pimpinan PT. PLN (PERSERO) ULP Tembilahan,
agar rutin melakukan edukasi pada pekerja lapangan terkait
penggunaan APD lengkap sewaktu bekerja, agar kecelakaan kerja
tidak terjadi.
b. Diharapkan bagi pimpinan PT. PLN (PERSERO) ULP Tembilahan,
mengutamakan pekerja, bekerja sesuai dengan SOP perusahaan yang
sudah ditetapkan oleh perusahaan.
c. Diharapkan bagi pengawas PT. PLN (PERSERO) ULP Tembilahan,
agar selalu melakukan pengawasan pada pekerja dalam penggunaan
APD lengkap sewaktu pekerja memperbaiki/perawatan listrik
terutama ketika pekerja memperbaiki pada bagian tonggak listrik.
2. Bagi Universitas Hang Tuah Pekanbaru
Diharapkan menambah bahan bacaan bagi mahasiswa dan juga
berguna bagi yang ingin memanfaatkan penelitian ini sebagai acuan
untuk penelitian selanjutnya
3. Bagi Peneliti Selanjutya
Diharapkan pada peneliti selanjutya sebagai bahan masukan dan
informasi dalam penelitian selanjutnya dengan jenis dan desain penelitian
lain.

.
DAFTAR PUSTAKA

Anizar. (2017). Perbaikan Disain Alat Pencacah Pelepah Sawit Untuk


Mengurangi Keluhan Sakit Peternak Sapi. Jurnal Keilmuan Industri. Vol.1
No 7. Diakses 15 Juni 2022

Bridger, R. S. (2013). Introduction to Ergonomics, Third Edition. USA: CRC


Press

Budiono, L. (2012) Gambaran Penggunaan Alat Pelindung Diri Tenaga


Outsourcing Distribusi Di PT.PLN(PERSERO) Rayon Wonomulyo
Kabupaten Polewali Mandar. Jurnal Kesehatan. Vol. 4, No. 1. Diakses 14
Juni 2022

Buntarto. (2015). Panduan Praktis Keselamatan & Kesehatan Kerja untuk


Industri. Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Daritma & Ellyana, R.N. (2019). Analisis Risiko Postur Kerja Pada Pekerjaan
Angkatangkut Dengan Metode Ovako Working Analysis System
(OWAS) Terhadap Risiko Keluhan Muskuloskeletal Kuli Panggul
Di Pasar Bunder Sragen. Jurnal Ilmiah Vol o3 No 2. Diakses 20 Juni 2022

Ekotama, S. (2011). Cara Mudah Bikin SOP Agar Bisnis Lebih Praktis. Media
Pressindo: Yogyakarta

Irdiastadi, H & Yasierly. (2015). Ergonomi Suatu pengantar. Edisi Kedua


Bandung: Remaja Rosdakarya.

Jessica, A & Rooswanti, P. (2019). Mengungkap Loyalitas Karyawan Dengan


Gaji Dibawah Standar Minimum. Jurnal AGORA. Vol. 7 No.1. Diakses 20
Mei 2022

Joanda, A.D & Suardi, B. (2017). Analisis Postur Kerja dengan Metode REBA untuk
Mengurangi Resiko Cedera pada Operator Mesin Binding
di PT. Solo Murni Boyolali. Jurnal IDEC. ISSN: 2579-6429. Diakses 22 Mei
2022
Juliana, M. (2018). Analisis Faktor Risiko Kelelahan Kerja Pada Karyawan
Bagian Produksi PT. Arwana Anugrah Keramik. Jurnal Ilmu Kesehatan
Masyarakat, 53-63. Diakses 17 Mei 2022

Kemenkes RI. (2021). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Lingkungan.


Kementerian Kesehatan RI. https://www.kemkes.go.id/

60
61

Kuswana, W. S. (2016). Ergonomi dan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja).


Bandung: PT. REMAJA ROSDAKARYA.

Lubis, S. R. H. (2018). Analisis Faktor Risiko Ergonomi terhadap Keluhan


Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada Teller Bank. Jurnal Ilmu
Kesehatan masyarakat. Vol 07 No 02. Diakses 22 Juli 2022

Maijunidah, E. (2019). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keluhan


Musculoskeletal Disorders (MSDS) Pada Pekerja Assembling Pt X Bogor.
Jurnal Kesehatan. Vol 05 No 2. DIakses 21 Mei 2022.

Mangkunegara, A. A. P. (2012). Manajemen Sumber Daya Manusia.


Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Nabila. L. R., Yuniar, A., & dkk. (2021). Postur Tubuh Repetitif dalam Bekerja.
Journal Of Sharia Ergonomi Law p-ISSN: 2655-9021, E-ISSN: 2502-8316
Vol 4, No 1. Diakses 20 April 2022

Noviyati, A. (2019). Pengetahuan, Sikap Dan Ketersediaan Alat Pelindung Diri


Terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri di CV. Anugrah Jaya
Kabupaten Madiun. http://repo.poltekkesdepkes-sby.ac.id/id/eprint/432

Nur, P & Sadewa, P. (2021). Analisa Tingkat Resiko Ergonomi Terhadap Keluhan
MSDs Pada Pekerja Dengan Menggunakan Metode REBA Di PT. Indofood
CBP Sukses Makmur Tbk Pekanbaru. SPECTA Journal of Technology Vol
5 No 1. Diakses 12 Januari 2022

Pheasant S. (2013). Ergonomic, Works, and Health. USA: Aspen Publisher

PT. PLN (PERSERO) ULP Tembilahan. (2021). Profil PT. PLN (PERSERO)
ULP Tembilahan. Riau

Permenker RI No.5 tahun 2018 tentang Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja.


https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/111762/permenkes-no-5-tahun-
2018

PP No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manejemen Keselamatan Kerja.


https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/5263/pp-no-50-tahun-2012

Ramadhani, M. (2012). Pengaruh Standar Operasional Prosedur (SOP), Disiplin


komitmen Afektif Terhadap Kinerja Pegawai. Jurnal JBE. Vol 6, No. 2, pp:
42-51. Diakses 14 Juni 2022

Sailendra, A. (2015). Langkah-Langkah Praktis Membuat SOP. Trans Idea


Publising: Jogjakarta
62

Santoso, H. G. (2013). Ergonomi Untuk Prpduktivitas. Jakarta: CV. PT. Prestasi


Pustakaraya.

Sritomo, W. (2013). Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Jakarta: Guna Widya.

Tambunan, R. (2013). Standard Operating Procedures (SOP). Maiestas


Publishing: Jakarta Selatan

Tarwaka. (2014). Keselamatan dan Kesehatan Kerja: Manajemen dan


Implementasi K3 di Tempat Kerja. Surakarta: Harapan Press

UCLA-Labor Occupational Safety and Health Program. (2019). UCLA Labor


Occupational Safety and Health Program (LOSH) in Action.
https://ph.ucla.edu/research/centers/ucla-labor-occupational-safety-and-
health-program-losh

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja dan Pasal-


Pasal yang Mengatur Tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri.
https://jdih.esdm.go.id/peraturan/uu-01-1970.pdf

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.


https://kemenperin.go.id/kompetensi/UU_13_2003.pdf

Viradiani, I. (2018). Faktor Risiko Ergonomi Dengan Terjadinya Keluhan


Musculoskeletal Disorders Pada Pekerja Overhaul. Vol 7 No 1. Diakses 25
Juli 2022

Wikipedia. (2017). Antropometri. https://id.wikipedia.org/wiki/Antropometri

Wisanggeni, B. (2015). REBA (Rapid Entire Body Assessment).


https://bambangwisanggeni.wordpress.com/2010/03/02/reba-rapid-
entire-bodyassessment/

Yuliarty, P & Soegiyanto, S. (2017). Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Poin
Kerja Chassis And Tire Dengan Metode Rapid Entire Body
Assessment (Reba) Di Departemen Assembly Frame Pt. X
(Industri Perakitan Mobil). Jurnal mj.ac.id/index.php/semnastek. p- ISSN :
2407 – 1846. Diakses 27 Juli 2022
63

Lampiran 1
64

Lampiran 2
65

Lampiran 3
66

Lampiran 4
67

Lampiran 5
68

Lampiran 6

Surat Permohonan Menjadi Responden

Kepada
Yth. Bapak/Bapak
Di Tempat

Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Dino Fajar Leono
NIM : 18.01.1.075
No. HP : 0822-8592-8944
Adalah Mahasiswa Ilmu Kesehatan Masyarakat Peminatan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Universitas Hang Tuah Pekanbaru. Mohon kesediaan
bapak/bapak untuk berpartisipasi dalam penelitian saya yang berjudul
“IDENTIFIKASI RISIKO ERGONONOMI PADA PEKERJA LAPANGAN
DI PT.PLN (PERSERO) ULP TEMBILAHAN TAHUN 2022”.

Beberapa informasi perlu saya sampaikan antara lain:


1. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui identifikasi risiko ergonomi pada
pekerja lapangan di PT.PLN (Persero) ULP Tembilahan
2. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk meningkatkan identifikasi
risiko ergonomi pada pekerja lapangan di PT.PLN (Persero) ULP
Tembilahan, dengan waktu penelitian 30 menit.
3. Informasi yang diberikan akan dijaga kerahasiaannya dan hanya digunakan
untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Semua data akan disimpan dengan baik
dan terjaga selama 5 tahun dan setelah itu akan dimusnahkan. Selain itu data
bapak/bapak akan ditampilkan hanya dalam bentuk kode responden untuk
menjaga kerahasiaannya. Peneliti menggunakan kata sandi (password) untuk
menyimpan data pada komputer.
69

4. Apabila bapak/bapak menyetujui mengikuti proses penelitian, maka mohon


kesediaan bapak/bapak untuk menandatangani lembar persetujuan dan dapat
bekerjasama dalam proses penelitian. Apabila bapak/bapak tidak berkenan
untuk menjadi responden dalam penelitian ini, maka bapak/bapak dapat
menolak mengikuti proses penelitian ini tanpa ada sanksi apapun.

Demikian permohonan ini, atas perhatian dan ketersediaan bapak/bapak


diucapkan banyak terima kasih.

Pekanbaru, Juli 2022

Peneliti
70

Lampiran 7

Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Setelah membaca dan memahami surat saudari Dino Fajar Leono, NIM:
18.01.1.075, Mahasiswa Ilmu Kesehatan Masyarakat Peminatan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Universitas Hang Tuah Pekanbaru, serta mendapat penjelasan
tentang maksud penelitiannya, maka saya bersedia menjadi responden penelitian
dengan judul: “IDENTIFIKASI RISIKO ERGONONOMI PADA PEKERJA
LAPANGAN DI PT.PLN (PERSERO) ULP TEMBILAHAN TAHUN 2022”.

Apabila sewaktu-waktu saya tidak bersedia atau ingin mengundurkan diri


menjadi responden dalam penelitian ini, maka tidak akan ada tuntutan atau sanksi
yang dikenakan kepada saya kemudian hari.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan penuh kesadaran tanpa paksaan dari
pihak manapun.

Pekanbaru, Juli 2022


Responden

( )
71

Lampiran 8

PEDOMAN WAWANCARA

IDENTIFIKASI RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA LAPANGAN DI


PT.PLN (PERSEO) ULP TEMBILAHAN
TAHUN 2022

A. Identitas Informen Kunci (Supervisor)


Nama :
Pendidikan Terakhir :
Masa Kerja :
Jabatan : Supervisor

1. Kompetensi SDM
a. Menurut anda, apakah disini sudah menetapkan standar kerja yang
aman?
b. Menurut anda apakah peralatan APD disini sudah lengkap?
c. Bagaimana penanganan terhadap pekerja saat terjadi kecelakaan
akibat kerja?
2. SOP
a. Menurut anda, apakah sudah tersedia SOP kerja?
b. Bagaiman menurut anda APD disini sudah sesuai dengan SOP,
alasannya?
c. Bagaimana peralatan APD di perusahaan anda sudah lengkap dan
sudah sesuai dengan prosedur?
72

PEDOMAN WAWANCARA

IDENTIFIKASI RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA LAPANGAN DI


PT.PLN (PERSEO) ULP TEMBILAHAN
TAHUN 2022

A. Identitas Informen Utama (HSE/Ahli K3)


Nama :
Pendidikan Terakhir :
Masa Kerja :
Jabatan : HSE/Ahli K3

1. Kompetensi SDM
a. Menurut bapak, sudahkah pekerja memiliki sertifikat k3?
b. Apakah menurut bapak, para pekerja mengetahui salah satu contoh
penerapan manajeman K3 yang dapat mencegah timbulnya kecelakaan
kerja?
c. Menurut bapak, apakah pekerja mengetahui salah satu tujuan safety
ditempat kerja?
d. Menurut anda, apakah sudah dilakukan pengawasan terhadap pekerja
di saat bekerja?
2. SOP
a. Menurut bapak, apakah APD disini sudah sesuai dengan pekerjaan
yang dilakukan?
b. Menurut bapak, penggunaan APD disaat bekerja pada pekerja sudah
dilakukan dengan baik?
c. Bagaimana peralatan yang digunakan saat bekerja sudah sesuai
dengan SOP?
73

PEDOMAN WAWANCARA

IDENTIFIKASI RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA LAPANGAN DI


PT.PLN (PERSEO) ULP TEMBILAHAN
TAHUN 2022

A. Identitas Informen Penunjang (Pekerja Lapangan)


Nama :
Pendidikan Terakhir :
Masa Kerja :
Jabatan : Pekerja Lapangan

1. Kompetensi SDM
a. Ketika berkerja apakah sudah bekerja sesuai dengan standar kerja
yang aman?
b. Ketika bekerja apakah pekerja sudah mengetahui penerapan APD
yang dapat mencegah timbulnya kecelakaan kerja?
c. Ketika bekerja, sudahkah bapak bekerja dengan postur kerja yang
ergonomis ?
2. SOP
a. Ketika berkerja apakah sudah menggunakan APD?
b. Ketika bekerja, apakah sudah menggunakan APD yang sudah sesuai
dengan SOP, karena?
d. Ketika berkerja apakah sudah mengikuti prosedur kerja telah
ditetapkan?
74

Lampiran 9

LEMBAR OBSERVASI

IDENTIFIKASI RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA LAPANGAN DI


PT.PLN (PERSEO) ULP TEMBILAHAN
TAHUN 2022

No PERALATAN/APD KETERSEDIAAN KETERANGAN

ADA TIDAK
1 Masker

2 Safty helmet (helem


keselamatan)
3 Sarung Tangan

4 Baju Pelindung

5 Sepatu Safety

6 Full Body Harness

7 Rompi Petugas

8 Kacamata Hitam

Sumber: Noviyati (2019)


Lampiran 10

LEMBAR WORKSHEET REBA

IDENTIFIKASI RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA LAPANGANG DI


PT. PLN (PERSERO) ULP TEMBILAHAN TAHUN 2022

75
Lampiran 11

TRANSKIP WAWANCARA

IDENTIFIKASI RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA LAPANGAN DI PT.PLN (PERSEO)


ULP TEMBILAHAN TAHUN 2022

No Pertanyaan Informan Kunci/ IK (Supervisor)


Kompetensi SDM
1. Menurut anda, apakah disini sudah menetapkan Sudah ditetapkan , karena kita disini apapun tindakan dan pekerjaan yang
standar kerja yang aman? dilakukan sesuai dengan SOP perusahaan dan sesuai standar kerja K3
2. Menurut anda apakah peralatan APD disini sudah Sudah lengkap, karena alat APD kita sudah ditanggung oleh bagian ahli
lengkap? daya listriknya..
3. Bagaimana penanganan terhadap pekerja saat terjadi Kalau untuk penanganan kecelakaan kerja itu sendiri dek, kita lihat kondisi
kecelakaan akibat kerja? setiap kecelakaannya dahulu, jika fatal kita akan langsung larikan kerumah
sakit, jika kecelakan kerja yang tidak fatal kita akan guakan pengobatan
alat P3K yang sudah kita sediakan.
SOP
1. Menurut anda, apakah sudah tersedia SOP kerja? SOP kerja perusahaan kita sudah ada, karena kita bekerja sesuai dengan
SOP yang sudah dibuat perusahaan
2. Bagaiman menurut anda APD disini sudah sesuai Sudah sesuai, karena APD kita sudah disediakan dari bagian perusahaan
dengan SOP, alasannya? ahli daya listriknya.
3. Bagaimana peralatan APD di perusahaan anda sudah Sudah lengkap sesuai dengan prosedur.
lengkap dan sudah sesuai dengan prosedur?

76
77

No Pertanyaan Informan Utama/ IU (HSE/Ahli K3)


Kompetensi SDM
1. Menurut bapak, sudahkah pekerja memiliki Baiklah saya jawab ya…Kalau pekerja di bagian lingkungan PLN Tembilahan ini ya dek,,,
sertifikat K3? memang salah satu syarat kerja nya harus mempunyai sertifikat baik itu sertifikat keahlian
maupun sertifikat kompentensinya, jadi kalau kamu nanya seperti itu,, seluruh pekerja kita
disini itu sudah memiliki sertifikat keahlian semua.
2. Apakah menurut bapak, para pekerja mengetahui Dari kami PLN,, memang sebelum mereka itu bekerja dan sebelum diterima di perusahaan kit
salah satu contoh penerapan manajeman K3 yang aini, sebelumnya di edukasi dahulu terkait manajemen K3 nya..karena potensi bahaya di listrik
dapat mencegah timbulnya kecelakaan kerja? ini bahayanya sangat tinggi, karena yang dihadapi itu listrik dan tidak terlihat, dan untuk
bahayanya itu sangat tinggi. Jadi untuk para pekerja itu sebelum diterima memang kita berikan
terlebih dahulu edukasi dan sosialisasi terkait penerapan manajemen K3.
3. Menurut bapak, apakah pekerja mengetahui salah Pekerjanya sudah mengetahui, dikarenakan semua pekerja itu sebeumbekerja sudah diberikan
satu tujuan safety ditempat kerja? sosialisasi dan edukasi terlebih dahulu
4. Menurut anda, apakah sudah dilakukan Ya kita semua pekerja dilapangan,, selalu ada pengawas pekerjanya, jadi pengawas itu lah
pengawasan terhadap pekerja di saat bekerja? yang menjadi mandor kerja mereka, dan pengawas bertanggung jawab selama pekerja nya
bekerja.
SOP
1. Menurut bapak, apakah APD disini sudah sesuai Kalau untuk APD nya bagian pelayanan listrik ini sudah dilengkapi, karena kita sudah kontra
dengan pekerjaan yang dilakukan? atau kerjasama dengan perusahaan tenaga ahli daya nya sebelum kontraknya disahkan, mereka
mempunyai tanggung jawab untuk memenuhi kelengkapan APD nya, karena kalau tidak
lengkap APD nya kita bisa membuat tagihan ke perusahaan tenaga ahli daya nya, jadi mereka
harus melengkapi APD nya, APD ini sendiri kan gunanya untuk menghindari kecelakaan kerja
pekerja di lingkungan PLN.
2. Menurut bapak, penggunaan APD disaat bekerja Disini sudah sesuai dengan penggunaan APD nya,, contohnya pas penggantian/pemeliharaan
pada pekerja sudah dilakukan dengan baik? jaringan pinisorcel di ujung puncak tiang listrik bentuknya bulat seperti cincin, jadi kita
membutuhkan APD lengkap seperti tangga, sepatu safety, helm, dan baju safety nya dan tidak
lupa menggunakan body harness safety.
3. Bagaimana peralatan yang digunakan saat bekerja Sudah sesuai SOP, karena apapun yang kita kerjakan semua berdasarkan SOP perusahaan
sudah sesuai dengan SOP? yang sudah dibuat.
78

No Pertanyaan Informan Penunjang/IP.1 Informan Penunjang/IP.2 Informan Penunjang/IP.3


(Pekerja) (Pekerja) (Pekerja)
Kompetensi SDM
1. Ketika berkerja apakah sudah Sudah, karena apabila pekerjaan yang kami Sudah sesuai, karena kita Menurut saya sudah, karena saya
bekerja sesuai dengan standar lakukan di lapangan, terkait pekerjaan yang selama bekerja sudah bekerja disini ingin kerja yang
kerja yang aman? dilakukan di bagian tonggak listrik. Kita menggunakan APD yang aman, jadi mengikui standar kerja
selalu menggunkan APD yang sudah tersedia yang sudah dibuat perusahaan
disediakan yaitu sesuai dengan SOP
perusahaan
2. Ketika bekerja apakah Sudah, karena sebelum bekerja kita semua Sudah tahu, kita kan sudah Sudah, sebelum kita diterima
pekerja sudah mengetahui sudah diberikan edukasi oleh perusahaan diberikan edukasi dari kerja disini kita semua diberikan
penerapan APD yang dapat akan dampak bahya risiko dari listrik, perusahaan terlebih dahulu training dan edukasi tentang
mencegah timbulnya sehingga kita sebagai pekerja harus sbelum bekerja kelistrikan dan manajemen K3,
mengutamakan penggunaan APD lengkap jadi kita kerja sudah keahlian dan
kecelakaan kerja?
bekerja menggunakan APD untuk
menghindari kecelakaan kerja
3. Ketika bekerja, sudahkah Kalau menurut saya sudah,, tetapi tidak tahu Nah… kalau itu kurang tahu Kurang tahu saya dek,, saya rasa
bapak bekerja dengan postur juga lah dek, karena setiap kita bekerja itu juga saya dek,, karena saya sudah kayaknya..
kerja yang ergonomis ? bermacam-macam tempat lokasinya, ada nggak tahu bagaimana yang
yang lokasinya dekat dengan pepohonan postur ergonomis itu
sehingga kita menyesuaikan keadaan Ketika
bekerja.
SOP
1. Ketika berkerja apakah sudah Jika bekerjanya seperti memanjat tonggak Kalau kerja nya dilapangan,, Kita semua pekerja bagian
menggunakan APD? listrik, kita sudah menggunakan APD kita menggunakan APD,, apalgi lapangan wajib menggunakan
lengkap kalau ada rusak dibagian APD selama bekerja dibagian
tonggak listrik,, kita wajib kelistrikkan ini
menggunakan APD untuk
melakukan pemeriksaan
kelistrikkannya
79

2. Ketika bekerja, apakah sudah Sudah sesuai SOP, tetapi saya yang jarang Sudah sesuai,, karena kita Sudah sesuai
menggunakan APD yang pakai Ketika bekerja itu seperti masker dan menggunakan APD sesuai
sudah sesuai dengan SOP, sarung tangan. peraturan yang sudah dibuat
karena? SOP perusahaan
3. Ketika berkerja apakah sudah Ya kita bekerja sudah sesuai dengan prosedur Selama kami bekerja,, setiap Saya sudah mengikuti sesuai
mengikuti prosedur kerja perusahaan, karena kita bekerja sesuai pekerjaan itu harus sessuai prosedurlah selama bekerja ini
telah ditetapkan? dengan SOP perusahaan yang sudah dengan prosedur yang sudah
ditetapkan dibuat perusahaan
Lampiran 12

LEMBAR HASIL OBSERVASI

No PERALATAN/APD KETERSEDIAAN KETERANGAN

ADA TIDAK
1 Masker √ Jarang digunakan

2 Safty helmet (helem √


keselamatan)
3 Sarung Tangan √

4 Baju Pelindung √

5 Sepatu Safety √

6 Full Body Harness √

7 Rompi Petugas √

8 Kacamata Hitam √ Jarang digunakan

80
81

Lampiran 13

HASIL WORKSHEET REBA

Informan Pekerja 1

Untuk informan 1 didapatkan skor dengan metode REBA


melakukan kegiatan dengan punggung 400, leher 800, kaki 650,
lengan atas 600, lengan bawah 400, pergelangan tangan 200,
dengan rekomendasi tindakan pada metode REBA kondisi ini
berbahaya, maka pemeriksaan da perubahan diperlukan dengan
segera (saat ini juga).

Informan Pekerja 2

Untuk informan 2 didapatkan skor dengan metode REBA


melakukan kegiatan dengan punggung 350, leher 600, kaki 800,
lengan atas 400, lengan bawah 200, pergelangan tangan 200,
dengan rekomendasi tindakan pada metode REBA kondisi ini
82

berbahaya, maka pemeriksaan da perubahan diperlukan dengan


segera (saat ini juga).

Informan Pekerja 3

Untuk informan 3 didapatkan skor akhir dengan metode REBA


melakukan kegiatan dengan punggung membentuk sudut 200,
leher 500, kaki 200, legan atas 800, lengan bawah 200, sesuai
dengan rekomendasi tindakan pada metode REBA kondisi ini
diharapkan segera melakukan pemeriksaan lanjutan dan juga
diperlukan perubahan-perubahan.
Lampiran 14

DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar 1: Proses Perbaikan Instalasi Listrik

Gambar 2: Proses Perbaikan Instalasi Listrik

83
84

Gambar 3: Proses Perbaikan Instalasi Listrik

Gambar 4: Proses Perbaikan Instalasi Listrik


85

Gambar 5: Wawancara bersama HSE (Ahli K3)

Gambar 6: Wawancara bersama Supervisor


86

Anda mungkin juga menyukai