Analisis Faktor Dimensi Kualitas Dan Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan
Pelanggan, Nilai Pelanggan Serta Loyalitas Pelanggan RSI PKU Muhammadiyah Tegal
Abstract
I. Pendauluan
Memasuki abad ke 21 dalam era globalisasi, persaingan yang ketat merupakan ciri dalam
dunia bisnis baik di pasar domestik maupun di pasar internasional (global). Hal ini membuat
setiap perusahaan harus berusaha memberikan pelayanan yang berkualitas untuk memuaskan
Untuk berkembang dan bertahan hidup (survive) organisasi penyedia jasa harus mampu
memberikan jasa yang berkualitas dan nilai yang tinggi kepada para pelanggan produk berupa
barang atau jasa, yang memenuhi kebutuhan pelanggan dan pelayanan yang lebih baik dari pada
pesaingnya
Kualitas pelayanan telah menjadi fokus utama, dan upaya peningkatannya merupakan
tantangan paling serius yag harus dilakukan dalam semua sektor usaha. Hal ini dilakukan dalam
upaya untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan, karena kepuasan pelanggan terutama
dalam bisnis jasa merupakan keharusan agar perusahaan tetap sukses, baik ditingkat operasional,
Mengingat keunggulan suatu jasa tergantung pada keunikan serta kualitas yang
diperlihatkan oleh jasa tersebut, maka secara spesifik jasa harus memenuhi kebutuhan dan
keinginan pelanggan, karena jasa yang dirasakan dan dinikmati langsung oleh pelanggan akan
segera mendapat penilaian sesuai atau tidak sesuai dengan harapan dan penilaian pelanggan.
Kualitas harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir pada persepsi pelanggan (Kotler,
1997, h. 49). Hal ini berarti bahwa citra kualitas yang baik bukan dilihat dari persepsi penyedia
jasa, melainkan berdasarkan persepsi pelanggan. Persepsi pelanggan terhadap kualitas pelayanan
pelayanan, yaitu pelayanan yang diharapkan dan pelayanan yang dirasakan. Parasuraman,
Zeithaml dan Berry (1985), mengatakan jika pelayanan yang diterima sesuai dengan yang
diharapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan baik dan memuaskan, jika pelayanan yang
diterima melampaui harapan pelanggan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan ideal, sebaliknya
apabila pelayanan yang diterima lebih rendah dari pada yang diharapkan, maka kualitas
Engel (1995, h. 210) mengatakan bahwa kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purna
beli setelah alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya memberikan hasil sama atau melampaui
harapan pelanggan. Sedangkan Kotler (1997, h. 36), mengatakan bahwa kepuasan pelanggan
merupakan tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang
dibandingkan harapannya.
Beberapa peneliti telah melakukan pengujian pengaruh kualitas layanan terhadap kepuasan
pelanggan dan behavioral intentions. Woodside, et al., (1989, dalam Cronin dan Taylor, 1992, h.
56) mengusulkan suatu model yang mengkhususkan penilaian hubungan antara kualitas layanan,
pelanggan merupakan variabel intervening antara kualitas layanan dan behavioral intentions.
62-63) mengemukakan alternatif hubungan antara kualitas layanan, kepuasan pelanggan dan
Hasil penelitian Cronin dan Taylor (1992; 55) menunjukkan bahwa kualitas layanan
purchase intentions, sedangkan kualitas layanan tidak berpengaruh terhadap purchase intentions.
Penelitian Taylor dan Baker, (1994 dalam Brady dan Christopher, 2001; 55) menyatakan bahwa
interaksi antara kualitas layanan dan kepuasan pelanggan lebih menerangkan variance purchase
intentions dari pada pengaruh langsung masing-masing variabel. Sedangkan penelitian Mittal
dan Kamakura (2000; 133) menunjukkan bahwa karakteristik pelanggan mempunyai pengaruh
Terkait dengan latar belakang penelitian di atas maka penulis memilih Perum Pegadaian
karena sebagian besar masyarakat sudah menganggap sebagai alternatif sumber pendanaan.
Berdasarkan karakteristik jasa yang ditawarkan oleh Perum Pegadaian dan didukung oleh
literatur tentang kualitas jasa maka perlu diungkapkan gagasan tentang ukuran kualitas jasa pada
Perum Pegadaian, dan pengaruh kualitas jasa terhadap kepuasan pelanggan, nilai pelanggan dan
loyalitas pelanggan.
pelayanan yang tercepat dibandingkan dengan institusi lainnya. Dengan upaya pelayanan 15
menit selesai, kelihatan jauh lebih cepat jika dibandingkan dengan perusahaan jasa lainnya.
Karena pegadaian tidak menuntut prosedur dan syarat-syarat administrasi yang kadang-kadang
merupakan masalah tersendiri dan sulit dipenuhi. Cukup menyerahkan barang jaminan dan
Kesederhanaan inilah yang menyebabkan pegadaian dekat dengan denyut nadi kehidupan
masyarakat dan ditempatkan sebagai alternatif terpilih dalam mengatasi masalah kekurangan
Namun demikian, sampai saat ini belum ada bukti-bukti yang nyata bahwa nasabah Perum
Pegadaian telah merasa puas dengan pelayanan tersebut, sehingga perlu diteliti kebenarannya.
perum pegadaian kepada nasabah. Pelayanan nasabah adalah sikap profesionalisme dan
tersedianya fasilitas yang memadai yang dapat memuaskan nasabah dan menyebabkan nasabah
seterusnya datang kembali. Hal ini mengindikasikan bahwa kualitas pelayanan dapat
mempengaruhi kepuasan nasabah yang pada akhirnya mempengaruhi keinginan nasabah untuk
mengulanginya.
Dalam penelitian ini akan ditekankan apakah kualitas interaksi, kualitas lingkungan fisik
dan kualitas hasil akhir merupakan dimensi bagi kualitas jasa yang secara umum dipersepsikan
oleh pengguna jasa (nasabah) pegadaian, dan pengaruh kualitas jasa terhadap kepuasan
masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah sikap karyawan, perilaku karyawan dan keahlian karyawan mempunyai kontribusi
3. Apakah kecepatan proses, jaminan dan pemecahan masalah mempunyai kontribusi terhadap
4. Apakah kualitas interaksi, kualitas lingkungan fisik dan hasil akhir mempunyai kontribusi
5. Apakah kualitas jasa berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan, nilai pelanggan dan
loyalitas pelanggan ?
7. Apakah nilai pelanggan mempunyai pengaruh terhadap kepuasan pelanggan dan loyalitas
pelanggan ?
8. Apakah ada perbedaan secara serentak maupun parsial dari kualitas jasa, kepuasan, nilai dan
Sesuai dengan masalah yang akan diteliti, maka tujuan yang melandasi dilaksanakannya
kualitas interaksi.
lingkungan fisik.
4. Menganalisis kontribusi kualitas interaksi, kualitas lingkungan fisik dan kualitas hasil akhir
5. Menganalisis pengaruh kualitas jasa terhadap kepuasan pelanggan, nilai pelanggan dan
loyalitas pelanggan.
pelanggan.
8. Menganalisis perbedaan secara serentak maupun parsial dari kualitas jasa, kepuasan, nilai
Penelitian ini dilaksanakan dengan harapan akan memberikan kontribusi manfaat sebagai
berikut :
Sebagai masukan bagi manajemen Perum Pegadaian dalam menentukan strategi pemasaran
mempertahankan pelanggan.
2. Bagi Ilmu Pengetahuan
pemasaran jasa, dan manajemen sumber daya manusia serta sebagai bahan informasi bagi
peneliti lain.
3. Bagi Pemerintah
Sebagai masukan kepada pihak pemerintah dalam era otonomi daerah, untuk dijadikan bahan
kajian dan pertimbangan dalam penyusunan kebijaksanaan pengembangan dan pembinaan
lembaga keuangan, khususnya lembaga keuangan mikro.
II. Kajian Pustaka
Kualitas (quality) merupakan konstruk yang penting dalam dunia bisnis, termasuk di dalam
bisnis jasa. Banyak definisi yang dapat digunakan untuk menjelaskan pengertian kualitas dan
suatu definisi operasional sehingga dapat diukur dengan suatu instrumen yang diciptakan untuk
keperluan tersebut.
Goetsch dan Davis (dalam Yamit, 2002; 9) mengemukakan bahwa kualitas merupakan
suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk jasa, manusia, proses dan lingkungan
yang memenuhi atau melebihi harapan. Sedangkan Parasuraman, et al., (1990) mengemukakan
bahwa kualitas merupakan ukuran penilaian menyeluruh atas tingkat suatu pelayanan yang baik.
Selain itu Joseph M. Juran (dalam Tjiptono, 2002; 8) mendefinisikan kualitas sebagai
kecocokan dengan selera (fitness for use). Dari beberapa definisi tersebut dapat diambil
Sejak tahun 1980an, kualitas pelayanan atau jasa telah diketahui memiliki pengaruh
terhadap peningkatan profitabilitas dan dipandang sebagai sisi penting dari persaingan. Dengan
kualitas jasa pelayanan yang baik perusahaan dapat meraih profitabilitas melalui mekanisme
menghasilkan penjualan berulang, umpan balik dari mulut kemulut yang positif, kesetiaan
pelanggan dan diferensiasi produk yang bersaing, Macalaran dan McGowan, (1999; 36).
Kualitas jasa sangat ditekankan pada perusahaan pada sektor jasa keuangan, kesehatan, dan
sebagai cara untuk mengendalikan kinerja dan mengatasi aspek intangible dari jasa.
8
Akibatnya, penekanan ini cenderung untuk memfokuskan diri pada karakteristik jasa yang
unik dan terutama pada peranan pekerja dari organisasi pada bagian produksi dan bagian jasa,
Berry, et al., (1991, dalam Maclaran dan McGowan, 1999; 36). Di dalam literatur, kualitas jasa
sering kali dikaitkan relevansinya dengan organisasi bisnis yang besar dengan struktur birokrasi
yang sering kali menyebabkan buruknya komunikasi pelanggan dan tidak adanya respon
perkembangan yang sangat pesat sejak tahun 1980. Dimulai dengan konseptualisasi oleh
Gronroos (1998) yang dinamakan sebagai "the Nordic Model), yaitu sebagai berikut :
Kosep pertama tentang kualitas jasa ini mengusulkan konsep dua dimensi, yaitu technical,
quality dan functional quality. Pengukuran kualitas adalah dengan memperbandingkan antara
Konsep kedua dikemukakan oleh Rust dan Oliver (1994 dalam Brady dan Cronin, 2001)
dengan konsep tiga dimensi, yitu service paroduct, service delivery dan service environment.
Lebih lanjut mereka memandang bahwa persepsi keseluruhan dari kualitas jasa berdasarkan
3. Bentuk jasa itu sendiri atau outcome yang diterima oleh pengguna jasa.
Konsep ketiga, dikemukakan oleh Parasuraman, et al., (1984) yang kemudian direvisi
pada tahun 1988 menggunakan paradigma disconfirmation. Berdasarkan konsep tersebut maka
9
kualitas jasa merupakan selisih antara nilai yang diterima dengan nilai yang diharapkan pada
lima dimensi yaitu : tangibles, reliability, responsiveness, assurance, dan empathy. Konsep ini
Konsep keempat, yang dikemukakan oleh Dabholkar, et al., (1996; 6), mengusulkan
bahwa kualitas jasa merupakan konstruk multidimensi dan multilevel. Konsep ini melahirkan
konsep pengukuran kualitas jasa beradasarkan dimensi dan subdimensi. Walaupun konsep ini
mendapat banyak dukungan, namun permasalahan yang muncul adalah bagaimana menentukan
faktor-faktor atau subdimensi yang mendasarinya. Dabholkar, et al., (1996) secara hati-hati
tidak ingin membuat generalisasi hasil penelitiannya, tetapi menyebutkan bahwa konseptualisasi
kualitas jasa yang dikemukannya berlaku untuk pada bidang perdagangan eceran.
Kata kepuasan (satisfaction) memiliki arti penting dalam konsep pemasaran, dan
biasanya dikaitkan dengan suatu semboyan “memuaskan kebutuhan dan keinginan pelanggan”.
Istilah “kepuasan pelanggan” sudah demikian populernya sehingga sangat mudah di dapatkan di
dalam literatur pemasaran dan literatur lainnya dan memiliki pengertian yang sangat mendalam
sehingga menjadi tujuan atau sasaran yang ingin dicapai oleh organisasi bisnis moderen seperti
sekarang ini. Istilah satisfaction dalam bahasa Inggris muncul pada abad ketiga belas yang
diperkirakan berasal dari bahasa Latin “satis” yang artinya cukup dan “facere” yang artinya
Penggunaan istilah “satisfaction” dalam era moderen saat ini cenderung meluas dan
10
menyenangkan). Akan tetapi istilah “kepuasan pelanggan” di dalam manajemen pemasaran
Oliver (1997, dalam James G. Barnes, 2001; 64) menyatakan bahwa kepuasan adalah
tanggapan pelanggan atas terpenuhinya kebutuhannya. Hal ini berarti penilaian bahwa suatu
bentuk keistimewaan dari suatu barang atau jasa ataupun barang/jasa itu sendiri, memberikan
tingkat kenyamanan yang terkait dengan pemenuhan suatu kebutuhan termasuk, termasuk
Sehingga dengan demikian maka kepuasan pelanggan adalah merupakan target yang
berubah-uabah, sehingga diperlukan adanya suatu gambaran yang lebih jelas mengenai apa
Engel et al., (1995; 210) menyatakan bahwa kepuasan pelanggan sebagai evaluasi purna-
beli terhadap alternatif yang dipilih yang memberikan hasil yang sama atau melampaui harapan
pelanggan. Sedangkan Kotler (1997; 36) memasukkan unsur kinerja di dalamnya, sehingga
tersebut terlihat bahwa ada dua unsur yang menentukan kepuasan pelanggan, yaitu kinerja jasa
yang ditawarkan dan kinerja jasa yang diharapkan. Jika kinerja jasa yang ditawarkan sama
dengan kinerja yang diharapkan atau bahkan dapat melampaui kinerja yang diharapkan, maka
pengguna jasa akan merasa terpuaskan. Dengan demikian kepuasan pelanggan akan dirasakan
Kepuasan pelanggan dikenal sebagai hal yang sangat berhubungan dengan ‘nilai’ dan
‘harga’ sedangkan kualitas jasa tidak selalu tergantung pada nilai dan harga. Semakin puas
11
pelanggan semakin toleran ia terhadap kenaikan harga (elastisitas harga yang menurun), dengan
penggabungan dari atribut kualitas jasa dan atribut (misalnya harga dan convenience (Cronin
Tinjauan tentang kepuasan pelanggan ini dalam berbagai literatur terbagi menjadi dua
kutub. Kutub pertama menyebutkan bahwa kepuasan pelanggan sebagai suatu proses, sedangkan
Sudah tidak diragukan lagi bahwa terdapat hubungan yang erat antara kualitas jasa dengan
kepuasan pelanggan. Isu tentang pola hubungan antara kualitas jasa dan kepuasan pelanggan
sempat menjadi perdebatan di kalangan para peneliti. Di satu pihak menyatakan bahwa kualitas
jasa akan melahirkan kepuasan pelanggan. Sementara pihak lain menyatkan bahwa kepuasan
kualitas jasa yang dirasakan adalah sebagai evaluasi dari jasa dalam jangka panjang, sedangkan
terhadap kualitas jasa. peneliti lain mendukung argumen bahwa kepuasan pelanggan
menghasilkan kualitas jasa. Sebagai contoh, Bitner (1990, dalam Cronin dan Taylor, 1992)
mengembangkan suatu model evaluasi jasa dan secara empiris mendukung efek kepuasan
terhadap kualitas jasa. Bertentangan dengan perspektif ini, beberapa peneliti lain berpendapat
dan secara empiris mendukung bahwa kualitas jasa yang dirasakan merupakan cikal bakal
terhadap kepuasan pelanggan. Cronin dan Taylor (1992) melaporkan bahwa di dalam analisis
12
struktural mereka untuk hubungan sebab akibat antara kepuasan, kualitas jasa secara
keseluruhan, dan purchase intention, koefisien path untuk hubungan kualitas jasa dengan
kepuasan, dan kepuasan dengan purchase intention semuanya signifikan, sedangkan koefisien
path dari kepuasan ke kualitas jasa dan purchase intention tidak signifikan.
bukti bahwa pusat sumber dari kepuasan pelanggan adalah kualitas. Kepuasan pelanggan
mengukur sampai sejauh mana harapan pelanggan dapat dipenuhi oleh transasksi yang
pelanggan untuk kembali melakukan transaksi dan juga mengukur tingkat keinginan
Pelanggan yang menerima apa yang diharapkannya sangat mungkin untuk puas, selebihnya
jika harapannya tersebut terlampaui boleh jadi pelanggan akan sangat puas. Kepuasan pelanggan
ini merupakan syarat bagi loyalitas, tetapi pelanggan yang puas belum tentu menjadi pelanggan
yang loyal. Di pasar termasuk di dalam perdagangan eceran, pelanggan sering kali membeli dari
berbagai perusahaan secara teratur, suatu fenomena yang dinamakan sebagai polygamous
loyalty dalam hal ini, membeli dalam jumlah banyak tidak mencerminkan perilaku loyal.
Loyalitas pelanggan merupakan suatu konsep yang banyak ditinjau dalam penelitian
perilaku konsumen. Leanne, Souchon dan Thirkell (2001) menyebutkan bahwa loyalitas
pelanggan memiliki dua elemen, yakni elemen perilaku dan elemen sikap. Dengan pendekatan
13
Assael (1995; 131-132) menyebutkan bahwa “loyalitas menunjukkan suatu komitmen
terhadap merek yang tidak hanya direfleksikan dengan sekedar mengukur perilaku kontinyu”.
pengulangan pembelian. Atau dengan kata lain, ukuran perilaku tidak cukup untuk menjelaskan
bagaimana dan mengapa loyalitas merek berkembang dan / atau berubah, pengulangan
pembelian yang tinggi mungkin merefleksikan kendala situasi, seperti misalnya merek yang
ditimbun oleh pedagang ritel, sedangkan pengulangan pembelian yang rendah secara
sederhana merefleksikan situasi penggunaan yang berbeda, mencari variasi, atau tidak adanya
preferensi merek di dalam unit pembelian Dick dan Basu, 1994 (dalam O’Maley, 1998; 50).
Selanjutnya mereka megemukakan konsep loyalitas yang terdiri dari empat kategori, yakni:
tidak loyal, loyalitas rancu (spurious loyalty), loyalitas terpendam (latent loyalty), dan
Hubungan
Rendah Rendah Tinggi Tinggi
Sikap
Pengulanga
Perilaku Pengulangan Pengulang pembelian Pengulangan
n pembelian
langganan pembelian tinggi rendah pembelian tinggi
rendah
14
berlanggan yang
pilihan
tinggi
Manajemen
Loyalitas yang ran- Upaya manjerian Loyalitas harus
da-pat
cu tidak dapat dian- sebaiknya berfo-kus terus diperkuat
berupaya
dalkan. Konsumen pada peme-cahan secara terus me-
un-tuk
Implikasi jelas-jelas akan hambatan untuk nerus dan nilai
membangkit
beralih jika ada meningkat-kan yang ditawarkan
-kan
tawaran yang lebih perilaku ber- harus tetap dapat
loyalitas
baik langganan diterima
rancu
Selain kepuasan pelanggan, faktor lain yang dapat dipertimbangkan mempengruhi loyalitas
pelanggan adalah nilai yang diterima oleh pelanggan dalam setiap melakukan transaksi dengan
pihak penyedia jasa. Tidak ada produk atau jasa yang bernilai tinggi dengan sendirinya tetapi
harus melalui proses penciptaan nilai dari pelanggan (Zins, 2001; 2890).
Woodruff (1997; 142) mengatakan bahwa nilai pelanggan adalah rasa suka dan evaluasi
pelanggan terhadap atribut produk, atribut kinerja, dan konsekwensi yang muncul dari
penggunaan fasilitas dalam mencapai tujuan dan maksud pelanggan dalam situasi yang
dihadapi yang menghubungkan produk dengan situasi dan konsekwensi terkait yang dialami oleh
15
III. Metodologi Penelitian
Variabel merupakan simbol atau lambang yang padanya dilekatkan suatu bilangan atau
nilai. Identifikasi variabel ini didasarkan atas kajian teoritis dan empiris sebagai acuan kerangka
berfikir secara deduktif dan eksplorasi melalui kajian empiris untuk penarikan kesimpulan
1. Sikap karyawan (SKP) adalah cara karyawan bidang pelayanan bertutur kata, sikap tubuh ,
penampilan, dan bentuk-bentuk sikap lain yang ditunjukkan oleh pegawai ketika
berinteraksi dengan pengguna jasa pegadaian, yang di ukur oleh variabel observasi sebagai
berikut:
- Sikap ramah
- Menghormati nasabah
Yang diukur dengan menggunakan skala likert 5 point dengan score sebagai berikut :
2 = tidak setuju
3 = cukup setuju
16
4 = setuju
5 = sangat setuju
1. Perilaku karyawan (PRI) adalah sikap yang diwujudkan dalam perbuatan, tingkah laku
karyawan dalam bidang pelayanan berinteraksi dengan pengguna jasa pegadaian, yang di
Yang diukur dengan menggunakan skala likert 5 point dengan score sebagai berikut :
2 = tidak setuju
3 = cukup setuju
4 = setuju
5 = sangat setuju
2. Keahlian staf pelayanan (KEA) adalah kemampuan yang dimiliki oleh karyawan dalam
memenuhi permintaan pelanggan sesuai jenis jasa yang dijanjikan, yang di ukur oleh
17
- Kemampuan menjawab seluruh pertanyaan nasabah
Yang diukur dengan menggunakan skala likert 5 point dengan score sebagai berikut :
2 = tidak setuju
3 = cukup setuju
4 = setuju
5 = sangat setuju
3. Kenyamanan ruangan (KRG) adalah kondisi ruangan dan kesejukan udara di dalam ruangan
yang menyebabkan pengguna jasa merasakan senang, yang di ukur oleh variabl observasi
sebagai berikut:
- Kebersihan ruangan
Yang diukur dengan menggunakan skala likert 5 point dengan score sebagai berikut :
2 = tidak setuju
3 = cukup setuju
4 = setuju
5 = sangat setuju
18
4. Keamanan gudang (KGD), adalah kondisi ruangan penyimpanan barang jaminan dimana
nasabah merasa yakin bahwa barang miliknya tidak hilang, rusak atau cacat selama
disimpan sebagi jaminan atas pinjaman yang diterimanya, yang di ukur oleh variabel
Yang diukur dengan menggunakan skala likert 5 point dengan score sebagai berikut :
2 = tidak setuju
3 = cukup setuju
4 = setuju
5 = sangat setuju
5. Kecepatan proses pelayanan (KCP), adalah daya tanggap karyawan dan entitas penyedia
Yang diukur dengan menggunakan skala likert 5 point dengan score sebagai berikut :
19
1 = sangat tidak setuju
2 = tidak setuju
3 = cukup setuju
4 = setuju
5 = sangat setuju
keyakinan dan jaminan akan jasa yang diberikan sesuai dengan apa yang ditawarkan, yang
- Penggantian barang
- Kemudahan jaminan
Yang diukur dengan menggunakan skala likert 5 point dengan score sebagai berikut :
2 = tidak setuju
3 = cukup setuju
4 = setuju
5 = sangat setuju
7. Pemecahan masalah (PMS) adalah kemampuan pegawai dan entitas penyedia jasa dalam
- Solusi terbaik
20
- Penyelesaian masalah
Yang diukur dengan menggunakan skala likert 5 point dengan score sebagai berikut :
2 = tidak setuju
3 = cukup setuju
4 = setuju
5 = sangat setuju
8. Kepuasan pelanggan adalah kondisi yang menjelaskan tentang respon pelanggan terhadap
evaluasi ketidaksesuaian yang dirasakan antara harapan sebelumnya dengan kinerja aktual
pertanyaan tentang persepsi tingkat kepuasan pelanggan terhadap kualitas pelayanan yang
diberikan, yakni
Yang diukur dengan menggunakan skala likert 5 point dengan score sebagai berikut :
21
1 = sangat tidak setuju
2 = tidak setuju
3 = cukup setuju
4 = setuju
5 = sangat setuju
9. Nilai pelanggan adalah suatu kondisi dimana pelanggan merasa mendapat manfaat yang
lebih dari barang dan jasa yang ditawarkan oleh pegadaian. Variabel nilai pelanggan diukur
- Menghematan waktu
- Menghemat biaya
Yang diukur dengan menggunakan skala likert 5 point dengan score sebagai berikut :
2 = tidak setuju
3 = cukup setuju
4 = setuju
5 = sangat setuju
10. Loyalitas pelanggan adalah suatu kondisi dimana pelanggan merasa senang mempunyai
hubungan dengan pegadaian ysng menawarkan jasanya, yang dicirikan dengan adanya
22
transdaksi berulang kali dan berperilaku sebagai pelanggan. Loyalitas pelanggan diukur
Yang diukur dengan menggunakan skala likert 5 point dengan score sebagai berikut :
2 = tidak setuju
3 = cukup setuju
4 = setuju
5 = sangat setuju
pada (lampiran; 1)
23
Uji validitas dilakukan untuk memastikan bahwa masing-masing pertanyaan akan
berklasifikasi pada variabel-variabel yang telah ditetapkan. Sebuah instrumen dikatakan valid,
jika mampu mengukur apa yang diinginkan dan mengungkapkan data dari variabel yang diteliti
konsisten apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap pernyataan yang sama
menggunakan alat ukur yang sama pula. Menurut Nazir (1985: 161) suatu alat ukur disebut
mempunyai alat reliabilitas tinggi atau dapat dipercaya jika alat ukur itu mantap dalam
pengertian bahwa alat ukur tersebut stabil dapat diandalkan (dependability) dan dapat
diramalkan (predictability). Suatu alat ukur yang mantap tidak berubah pengukurannya dan
dapat diandalkan karena penggunaan alat ukur tersebut berulang kali memberikan hasil yang
sama.
Instrumen yang dipakai untuk menguji kehandalan suatu instrumen yang digunakan formula
alfa crombach. Suatu instrumen tersebut dikatakan valid (reliable) apabila memiliki crombach
alpha lebih dari 0,60 (Nunnaly, 1978 dalam Syahnur, 2002 ; 251).
24
IV. Hasil dan Pembahasan
25
Kesimpulan
Daftar Pustaka
26