[ ][ ][ ]
w1 a 11 a12 … a1 n x 1
w2 a a22 … a2 n x 2
= 21
⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮
wm am 1 a m 2 … amn x m
T
([ ]) [
x1
x2
x +2 x 2
= 1
x 1−x 2 ]
Maka
([ ]) [ ]
T ( e1 ) =T 1 = 1
0 1
dan
([ ] ) [ ]
T ( e2 ) =T 0 = 2
1 −1
A=
[ 1 2
1 −1 ]
T(e1) T(e2)
Secara lebih umum, jika
[] [] []
a11 a12 a1 n
a21 a22 a2 n
T ( e1 ) = ⋮ , T ( e2 ) = ⋮ , ......., T ( e1 ) = ⋮
⋮ ⋮ ⋮
a m1 am2 a mn
Maka
[ ]
a11 a12 ⋯ a1n
A= a21 a22 ⋯ a2n
(5.2.1)
⋮ ⋮ ⋯ ⋮
a m 1 am 2 ⋯ amn
[]
x1
x2
x= ⋮ =x 1 e 1+ x2 e 2+ …+ x n e n
⋮
xn
[ ][ ] [ ][][] []
x1 a11 x 1+ a12 x 2 +…+ a1 n x n a11 a 12 a1 n
a11 a12 ⋯ a 1n
x a x + a x +…+ a2 n x n a 21 a 22 a2 n
Ax= a21 a22 ⋯ a 2n 2 = 21 1 22 2 ¿ x1 ⋮ + x2 ⋮ +…+ x n
⋮ ⋮ ⋯ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮
am 1 am 2 ⋯ amn ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮
xn am1 x 1 +a m2 x 2+ …+a mn x n am 1 am 2 a mn
([ ]) [ ]
x1 + x2
x1
x −x
T x2 = 1 2
x3
x3
x1
Pemecahan
([ ]) [ ] ([ ]) [ ] ( [ ]) [ ]
1 1 0
1 0 0
1 −1 0
T ( e1 ) =T 0 = , T ( e2 ) =T 1 = , T ( e3 ) =T 0 =
0 0 1
0 0 1
1 0 0
Dengan menggunakan T(e1), T(e2), dan T(e3) sebagai vektor-vektor kolom, maka kita dapatkan
[ ]
1 1 0
1 −1 0
A=
0 0 1
1 0 0
Sebagai pemeriksaan, perhatikanlah bahwa
([ ]) [ ]
x 1+ x2
x1
x −x
A x2 = 1 2
x3
x3
x1
A=
[ 13 −2 1
4 6 ]
Adalah matriks baku untuk transformasi linear dari R3 ke R2 yang memetakan
[] [] []
1 0 0
e 1= 0 , e 2= 1 , e 3= 0
0 0 1
Secara berurutan ke dalam
[ 13][−24][61]
A. Geometri dari Transformasi Linear
Dampak geometrik dari operator T: RnRn adalah transformasi dari setiap titik (atau vektor)
pada Rn ke suatu titik (atau vektor) baru.
Ada beberapa operator transformasi yang penting dalam R2 dan R3 yang perlu diketahui
antara lain:
• Refleksi
• Proyeksi
• Rotasi
• Kontraksi dan dilatasi
• Ekspansi dan Kompresi
• Geseran
Operator Refleksi (Pencerminan)
Perhatikan operator T : R2R2 yang memetakan setiap
vektor ke bayangan simetriknya terhadap sumbu y (Gambar
4.2.2). Jika kita misalkan w = T(x), maka persamaan-
persamaan yang mengaitkan komponen-komponen dari x dan
w adalah
w 1=−x=−x +0 y
w 2= y=0 x + y (5.2.4)
Atau dalam bentuk matriks,
[ ][w1 −1 0 x
w2
=
0 1 y ][ ] (5.2.5)
Karena persamaan-persamaan pada (5.2.4) adalah linear, maka T adalah suatu operator linear dan
dari (5.2.5) matriks baku untuk T adalah
[ 0 1]
[ T ] = −1 0
Secara umum, operator-operator pada R2 dan R3 yang memetakan setiap vektor ke bayangan
simetriknya sendiri terhadap garis atau bidang tertentu disebut operator refleksi (pencerminan)
(reflection operator). Operator semacam ini adalah linear. Beberapa operator refleksi yang umum
tercantum pada Tabel 1 dan 2.
Tabel 1
Operator Ilustrasi Persamaan Matriks Standar
Refleksi terhadap
sumbu y
w1 = -x
[−10 01 ]
w2 = y
Refleksi terhadap
sumbu x
w1 = x
[ 10 −10 ]
w2 = -y
Refleksi terhadap
garis y = x
w1 = y
[ 01 10]
w2 = x
Tabel 2
Operator Ilustrasi Persamaan Matriks Standar
[ ]
Refleksi terhadap w1 = x 1 0 0
bidang xy 0 1 0
w2 = y 0 0 −1
w3 = -z
[ ]
Refleksi terhadap w1 = x 1 0 0
bidang xz 0 −1 0
w2 = -y 0 0 1
w3 = z
[ ]
Refleksi terhadap w1 = -x −1 0 0
bidang yz 0 1 0
w2 = y 0 0 1
w3 = z
Operator Proyeksi
Perhatikan operator T : R2R2 yang memetakan setiap vektor ke proyeksi ortogonalnya pada
sumbu x (Gambar 5.2). persamaan-persamaan yang mengaitkan komponen-komponen dari x dan
w= T(x) adalah
w1 = x = x + 0y
w2 = 0 = 0x + 0y (5.2.6)
[ ] [ ][ ]
w1
w2
=
1 0 x
0 0 y
(5.2.7)
Persamaan-persamaan pada (5.2.6) adalah linear, sehingga T adalah suatu operator linear dan dari
(5.2.7) matriks standar untuk T adalah
[0 0]
[ T ]= 1 0
Secara umum, operator proyeksi (projection operator) (atau lebih tepatnya operator proyeksi
ortogonal) pada R2 atau R3 adalah operator sebarang yang memetakan setiap vektor ke proyeksi
ortogonalnya pada suatu garis atau suatu bidang yang melewati titik asal. Dapat diperlihatkan bahwa
operator-operator semacam ini adalah linear. Beberapa operator proyeksi dasar pada R2 dan R3
tercantum pada Tabel 3 dan 4.
Tabel 3
Operator Ilustrasi Persamaan Matriks Standar
Proyeksi
pada sumbu x
ortogonal w1 = x
[ ]
1 0
0 0
w2 = 0
Proyeksi
pada sumbu y
ortogonal w1 = 0
[ 00 01]
w2 = y
Tabel 4
Operator Illustrasi Persamaan Matriks Standar
[ ]
Proyeksi ortogonal w1 = x 1 0 0
pada bidang xy 0 1 0
w2 = y 0 0 0
w3 = 0
[ ]
Proyeksi ortogonal w1 = x 1 0 0
pada bidang xz 0 0 0
w2 = 0 0 0 1
w3 = z
[ ]
Proyeksi ortogonal w1 = 0 0 0 0
pada bidang yz 0 1 0
w2 = y 0 0 1
w3 = z
Operator Rotasi
Suatu operator yang merotasi setiap vektor pada R2 sebesar suatu
sudut tertentu θ disebut operator rotasi (rotation operator) pada R2.
Tabel 5 menyajikan rumus-rumus untuk operator rotasi pada R2. Untuk
menunjukkan bagaimana hasil-hasil ini diperoleh, perhatikan operator
rotasi yang merotasi setiap vektor berlawanan arah jarum sebesar sudut positif tertentu θ . Untuk
menentukan persamaan-persamaan yang mengaitkan x dan w = T(x), misalkan ϕ adalah sudut dari
sumbu x positif ke x, dan misalkan r adalah panjang dari x dan w yang sama (Gambar 5.3).
Maka dari trigonometri dasar
x = r cos ϕ , y=rsinϕ (5.2.8)
Dan
w 1=r cos(θ+ϕ ), w 2=r sin(θ+ ϕ) (5.2.9)
Dengan menggunakan identitas trigonometri pada (5.2.9) menghasilkan
w 1=r cos θ cos ϕ−r sin θ sin ϕ
w 2=r sin θ cos ϕ +r cos θ sin ϕ
Atau dengan mensubstitusi (5.2.8) menghasilkan
Tabel 5
Operator Ilustrasi Persamaan Matriks Standar
Rotasi
sudut θ
sebesar w 1=x cos θ− y sin θ
[ cos θ
sin θ
−sin θ
cos θ ]
w 2=x sin θ+ y cos θ
[ sin θ
[ T ] = cos θ −sin θ
cos θ ]
Suatu rotasi dari vektor-vektor pada R3 biasanya
digambarkan sebagai suatu sinar yang memancar dari titik asal,
yang disebut sumbu rotasi (axis of rotation). Sejalan dengan
gerakan vektor memutari sumbu rotasi, akan terbentuk semacam
kerucut (Gambar 5.4a). sudut rotasi yang diukur pada dasar
kerucut, digambarkan sebagai “searah jarum jam” atau
“berlawanan jarum jam” dilihat dari sudut pandang sepanjang sumbu rotasi memandang ke arah
titik asal.
Cara yang paling umum untuk menggambarkan suatu sumbu rotasi umum adalah dengan
menentukan suatu vektor taknol u, yang bergerak sepanjang sumbu rotasi dan memiliki titik awal
pada titik asal. Arah rotasi berlawanan jarum jam terhadap sumbu, dapat ditentukan dengan “aturan
tangan kanan”. Jika ibu jari tangan kanan menunjuk ke arah u, maka jari-jari yang tergenggam
mengarah ke arah yang berlawanan arah jarum jam.
Suatu operator rotasi pada R3 adalah suatu operator linear yang merotasi setiap vektor pada
R3 terhadap beberapa sumbu rotasi sebesar suatu sudut θ yang tertentu. Pada Tabel 6 kita telah
menjelaskan operator-operator rotasi pada R3 yang sumbu-sumbu rotasinya adalah sumbu-sumbu
koordinat positif. Untuk masing-masing rotasi ini, salah satu komponennya tidak berubah akibat
rotasi, dan hubungan antara komponen-komponen lainnya dapat diturunkan dengan prosedur yang
sama yang digunakan untuk menurunkan (5.2.10). sebagai contoh, pada rotasi terhadap sumbu z,
komponen-komponen z dari x dan w = T(x) adalah sama, dan komponen-komponen x dan y saling
berkaitan, sebagaimana pada (5.2.10). ini menghasilkan persamaan-persamaan rotasi yang
ditunjukkan pada baris terakhir Tabel 7.
Operator Ilustrasi Persamaan Matriks Standar
[ ]
Rotasi berlawanan w 1=x 1 0 0
arah jarum jam 0 cos θ −sinθ
w 2= y cos θ−z sin θ 0 sin θ cos θ
terhadap sumbu x
positif sebesar sudut θ w 3= y sin θ+ z cos θ
[ ]
Rotasi berlawanan w 1=x cos θ−z sin θ cos θ 0 sin θ
arah jarum jam 0 1 0
w 2= y −sin θ 0 cos θ
terhadap sumbu y
positif sebesar sudut θ w 3=−x sinθ + z cos θ
[ ]
Rotasi berlawanan w 1=x cos θ− y sin θ cos θ −sin θ 0
arah jarum jam sin θ cos θ 0
w 2=x sin θ+ y cos θ 0 0 1
terhadap sumbu z
positif sebesar sudut θ w 3=z
Untuk melengkapi, kita perhatikan bahwa matriks standar dari rotasi berlawanan arah jarum jam
sebesar sudut θ terhadap suatu sumbu pada R 3, yang ditentukan oleh vektor satuan sebarang u = (a,
b, c) yang titik awalnya pada titik asal, adalah
[ ]
2
a ( 1−cos θ ) +cos θ ab (1−cos θ ) −c sinθ ac ( 1−cos θ )+ b sin θ
2
ab ( 1−cos θ ) +c sinθ b ( 1−cos θ )+ cos θ bc (1−cos θ )−a sin θ (5.2.11)
2
ac ( 1−cos θ ) −b sin θ bc ( 1−cos θ ) +a sin θ c ( 1−cos θ ) +cos θ
Operator Dilasi dan Kontraksi
Jika k adalah suatu skalar tak negatif, maka operator T(x) = kx pada R2
atau R3 disebut sebagai kontraksi dengan faktor k jika 0 ≤ k ≤1 dan suatu dilasi
dengan faktor k jika k ≥ 1. Dampak geometrik dari kontraksi adalah
memperkecil setiap vektor dengan suatu faktor k (Gambar 4.2.5), dan dampak
dari dilasi adalah memperbesar setiap vektor dengan suatu faktor k (Gambar
4.2.5b). suatu kontraksi memperkecil R2 atau R3 dari segala arah menuju titik
asal secara merata, sementara suatu dilasi memperbesar R2 atau R3 dari titik
asal ke segala arah secara merata. Tabel 7 dan 8 mencantumkan operator dilasi dan operator
kontraksi pada R2 dan R3.
Tabel 7
Operator Ilustrasi Persamaan Matriks standar
Kontraksi dengan
faktor k pada R2 (
w 1=kx
[ k0 0k ]
w 2=ky
0 ≤ k ≤1)
Tabel 8
Operator Ilustrasi Persamaan Matriks Standar
[ ]
Kontraksi dengan w 1=kx k 0 0
faktor k pada R3 0 k 0
w 2=ky 0 0 k
(0 ≤ k ≤1 )
w 3=kz
[ k0 01]
dan pada sumbu y
[ 00 0k ]
Geseran
Sebuah geseran dalam arah x dengan faktor k adalah transformasi yang menggerakkan
masing-masing titik (x, y) sejajar dengan sumbu x sebanyak ky menuju kedudukan yang baru (x + ky,
y). Persamaannya
w 1=x+ ky
w 2=0 x + y
Dalam bentuk matriks bisa kita nyatakan
[ ] [ ][ ]
w1
w2
=
1 k x
0 1 y
Sehingga matriks standarnya menjadi
[0 1]
[ T ]= 1 k
Sebuah geseran dalam arah y dengan faktor k adalah transformasi yang menggerakkan
masing-masing titik (x, y) sejajar dengan sumbu y sebanyak kx menuju kedudukan yang baru (x, y +
kx). Persamaannya
w 1=x+ 0 y
w 2=kx + y
Dalam bentuk matriks bisa kita nyatakan
[ ] [ ][ ]
w1
w2
=
1 0 x
k 1 y
Sehingga matriks standarnya menjadi
[k 1]
[ T ]= 1 0
[ ][
w1 −1 0 −1 1
w2
=
0 1 2
¿
2 ][ ] [ ]
(b) Terhadap sumbu y
Dengan perkalian menggunakan matriks baku untuk refleksi terhadap sumbu y pada Tabel 1
maka refleksi terhadap sumbu y dapat ditentukan
[ ][ w1
w2
=
1 0 −1 −1
0 −1 2
¿
−2][ ] [ ]
(c) Terhadap garis y = x
Dengan perkalian menggunakan matriks baku untuk refleksi terhadap garis y= x pada Tabel 1
maka refleksi terhadap sumbu y dapat ditentukan
[ ] [ ][ ]
w1
w2
=
0 1 −1
1 0 2
¿
[−12 ]
B. Transformasi 2 Operator atau Lebih
Jika dilakukan banyak sekali transformasi matriks dari R n ke Rm secara berurutan, maka hasil
yang sama dapat dicapai dengan transformasi matriks tunggal.
Secara umum jika ada banyak transformasi matriks
T 1 ( x ) = A1 x , T 2 ( x )= A2 x .....T n ( x )= A n x
Yang dilakukan secara berurutan.Hasil yang sama dapat dicapai dengan sebuah transformasi matriks
tunggal T(x) = Ax, dimana
A=A n ⋯ A2 A 1
Urutan transformasinya dapat diperoleh dengan membaca urutan dari kiri ke kanan.
Contoh Soal
Misalkan bahwa suatu bidang diputar melalui sudut θ dan kemudian digeser dengan faktor k dalam
arah x. Carilah transformasi matriks tunggal yang menghasilkan efek yang sama seperti kedua
transformasi yang berurutan tersebut
Penyelesaian
Dari hasil rotasi, titik (x, y) ditransformasikan kedalam titik (x’, y’) dengan koordinat
Dengan mensubstitusi nilai (x’, y’)pada persamaan (1) ke persamaan (2) akan menghasilkan
[
[ T ] = cos θ+ k sinθ −sin θ+ k cos θ
sin θ cos θ ]
C. Transformasi Invers
Misalkan T: R2 R2 adalah perkalian oleh sebuah matriks A yang dapat dibalik dan misalkan
bahwa T memetakan titik (x, y) ke titik (x’, y’). Maka
[ xy '' ]= A [ xy ]
Dan
[ xy ]= A [ xy '' ]
−1
Jika perkalian oleh A memetakan(x, y) ke (x’, y’), Maka perkalain oleh A-1 memetakan (x’, y’) kembali
ke kedudukannya yang semula (x, y).
Contoh
Perkalian oleh
A=
[ cos θ
sin θ
−sin θ
cos θ ]
Memutar titik dalam bidang melalui sudut θ . Untu mengembalikannya, titik tersebut harus diputar
melalui sudut – θ . Maka matriks standar rotasinya menjadi
[
A= cos (−θ) −sin (−θ)
sin(−θ) cos (−θ) ]
Ingat
cos (−θ)=cos θ dan sin(−θ)=−sin θ
Matriksnya menjadi
[−sin
cos θ
θ
sinθ
cos θ ]
Yang merupakan invers dari matriks A.
D. Teorema 6
Jika T: R2 → R2 adalah perkalian oleh matriks A yang dapat dibalik, maka efek geometrik dari
T sama dengan urutan yang sesuai dari geseran, kompresi, ekspansi, dan refleksi.Jika A dapat dibalik
maka A dapat direduksi menjadi Identitas dengan operasi baris elementer
Ek … E2 E1 A=I
A= [ 13 24 ]
Sebagai hasil kali matriks elementer, dan kemudian jelaskanlah efek geometrik dari perkalian oleh A
dalam geseran, kompresi, ekspansi, dan refleksi.
Penyelesaian
A direduksi menjadi I
[ ]
1 0
E1= [
1 0
−3 1
, ] E2=
0
−1 ,
2
E3 = [ 10 −21 ]
Kita bisa mencari A dengan perkalian invers dari matriks diatas sesuai persamaan diatas
−1
A=E1 E 2 E3 =
−1 −1
[ 13 01][10 −20 ][10 21]
Dimana
E. Teorema 7
Jika T:R2 → R2 adalah perkalian oleh matriks yang dapat dibalik, maka :
a) Bayangan sebuah garis lurus adalah sebuah garis lurus.
b) Bayangan sebuah garis lurus melalui titik asal adalah sebuah garis lurus melalui titik asal.
c) Bayangan garis-garis lurus yang sejajar adalah garis –garis lurus yang sejajar.
d) Bayangan sebuah segmen garis yang menghubungkan titik P dan Q adalah segmen garis yang
menghubungkan bayangan P dan Q
e) Bayangan tiga titik terletak pada sebuah garis jika dan hanya jika titik-titik tersebut terletak
pada garis itu sendiri.
Menurut bagian (c), (d), dan (e) perkalian dengan matriks 2x2 A yang dapat dibalik memetakan
segitiga ke dalam segitiga dan memetakan jajaran genjang ke dalam jajaran genjang itu sendiri.
Contoh Soal 1
Gambarlah bayangan sebuah bujur sangkar dengan titik-titik sudut P 1 (0, 0), P2 (1, 0), P3 (0, 1), dan P4
(1, 1) dibawah perkalian oleh
[
A= −1 2
2 −1 ]
Penyelesaian
Kalikan setiap titik sudut dengan matriks A untuk mendapatkan titik sudut bayangannya
[ ][ ] [ ]
A P1= −1 2 0 = 0
2 −1 0 0 [ ][ ] [ ]
A P2= −1 2 1 = −1
2 −1 0 2
3[ 2 −1][ 1] [−1]
A P = −1 2 0 = 2
[ 2 −1][ 1] [1]
A P = −1 2 1 = 1
4
Bayangannya adalah sebuah jajaran genjang dengan titik sudut (0, 0), (-1, 2), (2, -1), dan (1, 1)
(-1, 2)
(0,1) (1,1) (1, 1)
A=
[ 32 11]
Memetakan garis y=2 x +1 ke dalam garis lain. Carilah persamaannya
Pemecahan : misalkan (x, y) adalah sebuah titik pada garis y=2 x +1 dan misalkan (x’, y’) adalah
bayangan dengan perkalian oleh A maka
Sehingga
'
x=x − y '
'
y=−2 x + 3 y '
Substitusi persamaan diatas kedalam y=2 x +1 menjadi
−2 x +3 y =2 ( x − y ) + 1
' ' ' '
[ ][ ]
1 −1
√2 √2
[ ]
x'
y'
=
2
1
√2
2
1
√2
2
2
2 2
[ ][ ][
v
vx
vy
=
1+
0
vx
0 v'x
1
v 'y ]
Substitusi nilai yang ada pada soal
[ ] [ ][ ]
72
vx 1+ 0 5
= 5
vy 0
0 1
[ ][ ] vx
vy
=
77
0
Jadi, kecepatan penumpang menurut pengamat yang diam di stasiun adalah 77 km/jam.
Soal Kuis
[ ]
x2
T
([ ])
x1
x2
=
−x 1
x 1 +3 x2
x 1−x 2
Kunci jawaban :
[ ]
0 1
A= −1 0
1 3
1 −1
2. Tentukan matriks standar untuk komposisi operator linear pada R2 berikut ini.
Suatu rotasi 60o, diikuti oleh proyeksi otogonal pada sumbu x, diikuti oleh refleksi terhadap garis
y=x
[ ]
1
0 2
Kunci jawaban :
0 1
√3
2